Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN


COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA (CAP) DI RUANG TERATAI
RUMAH SAKIT WIJAYA HUSADA

OLEH :
PUTU MEGA KRISNAYANTI
2002621033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Nama : Tn. D
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 70 tahun
d. Pendidikan : SMA
e. Status perkawinan : Menikah
f. Agama : Hindu
g. Suku : Bali
h. Alamat : Jalan Melati, No. X Denpasar
i. Tanggal masuk :-
j. Tanggal pengkajian : 30 November 2020
k. Nama penanggung jawab : Ny. A
l. Hubungan penanggung jawab : Istri
m. Diagnosis medis : Community-Aquired Pneumonia (CAP)

2. Status kesehatan
a. Kesadaran : GCS 15 : Komposmentis
b. Tekanan darah : 110/70 mmHg
c. Frekuensi napas : 32 x/menit
d. Frekuensi nadi : 82 x/menit
e. Temperatur : 36,3o C

3. Keluhan utama
Sesak nafas dan mengeluhkan batuk berdahak dan mengeluhkan secret yang
susah dikeluarkan.
4. Riwayat penyakit saat ini
Pasien didiagnosa mengalami Community-Aquired Pneumonia (CAP) dan
sudah dirawat di RS Wijaya Husada.
5. Riwayat penyakit masa lalu
Pasien tidak memiliki riwayat kesehatan masa lalu.
6. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
7. Genogram

Ket:
: laki-laki meninggal : laki - laki

: perempuan meninggal : perempuan


: tinggal satu rumah
: perempuan : garis keturunan

: klien
8. Riwayat lingkungan
Pasien mengatakan memiliki sistem pendukung yaitu keluarganya sendiri.
Pasien bisanya menyampaikan keluh kesahnya kepada menamtunya dan anak
laki-lakinya. Pasien memiliki BPJS namun juga memiliki asuransi kesehatan
lain yaitu KIS, pasien melakukan pengobatan ke dokter jarang menggunakan
BPJS maupun KIS atau jaminan kesehatan lainnya (biaya sendiri).
9. Pengkajian kebutuhan dasar manusia
a. Oksigenasi:
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat sesak napas. Pasien juga
mengatakan tidak ada riwayat batuk lama, sulit bernapas.
Saat sakit:
Pasien mengatakan sesak napas selama sakit, ada riwayat batuk berdahak
lama, atau sulit bernapas. Pasien mengeluh dahak yang sulit dikeluarkan.
RR pasien cepat yaitu 32x/menit. Saat ini pasien terpasang nasal kanul
dengan aliran 5 liter.
b. Cairan:
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan untuk minum dalam sehari dalam jumlah ±1,5 liter air
(6-7 gelas).
Saat sakit:
Pasien mengatakan untuk air biasanya hanya mengonsumsi dengan jumlah
±1,5 liter.

c. Nutrisi
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan biasanya hanya makan 1 kali sampai 2 kali sehari
dengan menu lauk berupa ikan, ayam, telur, daging sapi atau babi, tahu,
tempe, dan sayuran berupa kangkung, bayam, dan sup. Pasien mengatakan
minum kopi setiap pagi hari dan nasi bungkus.
Saat sakit:
Pasien mengatakan makan sebanyak 1 kali sampai 2 kali sehari pada siang
hari dan malam hari. Pasien mengatakan memiliki kebiasaan sarapan
berupa kopi dan jajan bali. Nasi putih biasanya juga dikonsumsi hanya ½ -
1 piring nasi. Selama di rumah sakit pasien mengkonsumsi makanan dari
rumah sakit sesuai waktu yang telah dijadwalkan dan porsi yang
dianjurkan. Pasien selalu abis makan makanan yang diberikan di rumah
sakit. Adapun berat badan pasien yaitu 73 kg dan tinggi badan pasien yaitu
171 cm sehingga IMT pasien adalah 25 kg/m2 yang termasuk ke dalam
kategori normal.

d. Eliminasi (BAK/BAB)

Sebelum sakit:
IWL:
Berat badan sebelum pasien sakit tidak diketahui sehingga tidak terkaji.
BAB:
Pasien mengatakan BAB sebanyak satu sampai dua kali sehari, dan pasien
rutin BAB di pagi hari. Pasien mengatakan feses berwarna coklat
kekuningan, konsistensi lembek, dan tidak ada darah atau lendir, bau khas.
Pasien mengatakan masih dapat mengontrol BAB jika belum sampai ke
kamar mandi dan tidak memiliki riwayat ambien dan pasien mengatakan
jarang mengalami diare dan tidak pernah merasa nyeri ketika BAB.
BAK:
Pasien mengatakan berkemih sebanyak lima sampai enam kali dengan
jumlah ±100-200 ml (ukuran ½ atau 1 gelas penuh). Pasien mengatakan
warna urin putih kekuningan, tidak ada darah, bau khas pesing, tidak ada
nyeri atau sakit saat berkemih. Pasien mengatakan pada malam hari
sebelum tidur berkemih, tengah malam bisa berkemih satu sampai dua kali
dan pasien berkemih dikamar mandi ketika malam hari atau tengah malam.

Saat sakit:
IWL:

IWL = (15 x 73)


24 jam
IWL = (15 x 73)
24 jam
IWL = 1.095/24 jam

IWL = 45,625 cc/jam

Jadi, IWL pasien dalam 24 jam ialah 1.095cc


BAB:
Pasien mengatakan BAB sebanyak satu sampai dua kali sehari, dan pasien
rutin BAB di pagi hari. Pasien mengatakan feses berwarna coklat
kekuningan, konsistensi lembek, dan tidak ada darah atau lendir, bau khas.
Pasien mengatakan masih dapat mengontrol BAB jika belum sampai ke
kamar mandi dan tidak memiliki riwayat ambien dan pasien mengatakan
jarang mengalami diare dan tidak pernah merasa nyeri ketika BAB.
BAK:
Pasien mengatakan berkemih sebanyak lima sampai enam kali dengan
jumlah ±100-200 ml (ukuran ½ atau 1 gelas penuh). Pasien mengatakan
warna urin putih kekuningan, tidak ada darah, bau khas pesing, tidak ada
nyeri atau sakit saat berkemih. Pasien mengatakan pada malam hari
sebelum tidur berkemih, tengah malam bisa berkemih satu sampai dua kali
dan pasien berkemih dikamar mandi ketika malam hari atau tengah malam.

e. Rasa nyaman aman


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan rasa aman dan nyaman sebelum sakit sangat terpenuhi
karena pasien tidak merasakan nyeri dan pasien juga jarang demam atau
jarang memiliki suhu lebih dari batas normal. Dan mobilitas pasien normal
tidak ada hambatan.
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit pasien tidak merasakan nyeri dan pasien juga
jarang demam atau jarang memiliki suhu lebih dari batas normal. Dan
mobilitas pasien normal tidak ada hambatan.

f. Tidur dan istirahat


Sebelum sakit:
Pasien mengatakan jarang tidur siang karena kesibukan di sawah saat
bekerja. Ketika libur pasien tidur siang biasanya sekitar 30-60 menit.
Pasien juga mengatakan tidur pada malam hari dimulai pukul 20.00 dan
terbangun pukul 04.00 atau 05.00 Wita. Pasien mengatakan merasa segar
dan bugar setelah baru bangun tidur.
Saat sakit:
Pasien mengatakan jarang tidur siang karena kesibukan di sawah saat
bekerja. Ketika libur pasien tidur siang biasanya sekitar 30-60 menit. Sejak
di rawat di rumah sakit pasien mengatakan tidur pada malam hari dimulai
pukul 22.00 dan terbangun pukul 04.00 atau 05.00 Wita. Pasien sering
terbangun dini hari karena sesak nafas.

g. Personal hygiene
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan mandi sebanyak dua sampai tiga kali sehari secara
mandiri, mengganti pakaian sendiri, mencuci rambut tiga kali seminggu,
menggosok gigi sebanyak dua kali sehari dan pada saat sebelum tidur
pasien sudah menggosok gigi. Kuku pasien tampak bersih.
Saat sakit:
Pasien mengatakan bahwa masih dapat menjaga kebersihan badan dengan
mandi secara mandiri sebanyak tiga kali sehari, mencuci rambut sebanyak
tiga kali seminggu, menggosok gigi sebanyak satu sampai dua kali sehari
dan menggosok gigi sebelum tidur namun dengan bantuan keluarga dan
perawat, kuku tampak bersih, dikarenakan pasien mengatakan memotong
kuku rutin setiap minggu.

10. Pengkajian dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)


a. Kulit, rambut, dan kuku
Distribusi rambut:
Lesi Ya Tidak
Warna Ikterik Sianosis Kemerahan Pucat
Akral Hangat Panas Dingin kering Dingin
Turgor:
Oedem Ya Tidak Lokasi:
Warna Pink Sianosis Lain-lain
kuku:
Lain-lain : Tidak ada hasil abnormal yang mengindikasikan suatu
penyakit atau gangguan kesehatan.

b. Kepala dan leher


Kepala Simetris Asimetris Lesi: Ya Tidak
Deviasi trakea Ya Tidak
Pembesaran Ya Tidak
kelenjar tiroid
Lain-lain : Tidak ada kondisi abnormal yang mengindikasikan
gangguan kesehatan.

c. Mata dan telinga


Gangguan penglihatan Ya Tidak
Menggunakan kacamata Ya Tidak Visus: Normal
Pupil Isokor Anisokor Ukuran: ± 3 mm
Sklera/konjungtiva Anemis Ikterus
Gangguan pendengaran Ya Tidak
Menggunakan alat bantu dengar Ya Tidak
Tes weber: Normal Tes Rinne: Tes swabach: Normal
(tidak ada Normal
lateralisasi)
Lain-lain:

d. Sistem pernapasan
Batuk : Ya Tidak
Sesak : Ya Tidak
Inspeksi : Simetris, ada sekret
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada krepitasi dan tidak ada
nyeri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas pasien Wheezing
Lain-lain : Terdapat secret pada bagian anterior dekstra

e. Sistem kardiovaskuler
Batuk : Ya Tidak
Sesak : Ya Tidak
CRT : < 3 detik >3 detik
Inspeksi : Tidak ada luka dan tidak ada benjolan yang terlihat
Palpasi : Tidak ada benjolan yang teraba, tidak ada krepitasi dan
tidak ada nyeri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : lup dup, tidak ada suara tambahan
Lain-lain : -

f. Payudara wanita dan pria


Inspeksi:
Kesimetrisan : simetris
Palpasi
Nyeri : tidak ada
Benjolan : tidak ada
g. Sistem gastrointestinal
Mulut Bersih Kotor Berbau
Mukosa Lembab Kering Stomatitis
Pembesaran hepar Ya Tidak
Abdomen Meteorismus Asites Nyeri tekan
Peristaltik : 26x/menit
Lain-lain:

h. Sistem urinarius
Penggunaan alat bantu/kateter Ya Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan Ya Tidak
Gangguan Anuria Oliguria Retensi Inkontinensia
Nokturia Lain-lain

i. Sistem reproduksi wanita/pria


Pasien tidak ada keluhan diarea kemaluan, kencing normal tidak ada nyeri,
tidak ada kemerahan dan gatal.
j. Sistem saraf
GCS: 15 Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Rangsangan Kaku kuduk (normal) Kering (normal)
meningeal Brudzinski I (normal) Brudzinski II (normal)
Refleks Patela (normal, tidak Trisep (tidak ada hiper
fisiologis ada hiper ekstensi ekstensi lengan bawah)
tungkai bawah)
Bisep (fleksi lengan Achiles (fleksi plantar
bawah tidak meluas) kaki tidak meluas)
Refleks Babinski (tidak ada Chaddock
patologis fleksi ibu jari kaki dan
tidak ada jari-jari yang
membuka)
Oppenheim Rossolimo
Gordon Schaefer
Stransky Gonda
Gerakan involunter : Tidak ada
Lain-lain :
k. Sistem musculoskeletal
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Deformitas Ya Tidak Lokasi:
Fraktur Ya Tidak Lokasi:
Kekakuan Ya Tidak
Nyeri Ya Tidak
sendi/otot
Kekuatan otot : - Nyeri : tidak ada
- Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555

l. Sistem imun
Perdarahan gusi Ya Tidak
Perdarahan lama Ya Tidak
Pembengkakan KGB Ya Tidak Lokasi:
Keletihan/kelemahan Ya Tidak
Lain-lain :

m. Sistem endokrin
Hiperglikemia Ya Tidak
Hipoglikemia Ya Tidak
Luka gangrene Ya Tidak
Lain-lain :

11. Pemeriksaan penunjang dan diagnostic


a. Rontgen Pneumothorak
Terdapat mukus pada paru bagian anterior dekstra
b. Kultur Bakteri pada sputum
Bakteri Streptococcus pneumonia
c. Hasil pemeriksaan darah lengkap

Ukuran Hasil Nilai Rujukan

Eritrosit (sel darah 4,5 juta/µl 4,0 – 5,0 (P)


merah)
4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 14,0 g/dL 12,0 – 14,0 (P)
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit 45 % 40 – 50 (P)
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil 0,7 % 0,0 – 1,0
Eosinofil 2,0 % 1,0 – 3,0
Batang1 4,0 % 2,0 – 6,0
Segmen1 60,0 % 50,0 – 70,0
Limfosit 35,0 % 20,0 – 40,0
Monosit 6,0 % 2,0 – 8,0
Laju endap darah 8 mm/jam < 15 (P)
(LED)
< 10 (L)
Leukosit (sel darah 10,0 103/µl 5,0 – 10,0
putih)
Trombosit 350 103/µl 150 – 400

12. Terapi
Farmakologi :
No. Tanggal Therapy (nama, waktu, dosis, rute)
1. - a. Pasien telah dilakukan nebulisasi ambroxol 80 mg
kemarin pada senin tanggal 30 November pukul
11.00 WITA.
b. Pasien telah diberikan fisioterapi dada dan batuk
efektif pada senin 30 November pukul 13.00 WITA
c. Pasien telah terpasang nasal kanul dengan aliran 5
liter.
13. Analisis Data
Nama klien : Tn. P
Usia : 70 tahun
Alamat : Jalan Melati, No. X Denpasar
Tanggal : 01 Desember 2020

Tanggal/
No. Data Fokus Masalah Penyebab
Jam
1. 01/12/2020 DS: Ketidakefektifan Streptococcus
Pasien mengeluhkan bersihan jalan pneumonia masuk
batuk berdahak nafas ke saluran
Pasien merasakan pernafasan
sesak nafas
Pasien mengeluhkan Community
dahak yang sulit acquired
dikeluarkan pneumonia
DO:
TD: 110/70 mmHg Obstruksi Jalan
N: 82 x/menit nafas oleh mukus
S: 36,3 0C
RR: 32 x/menit Penurunan
Pasien didiagnosa ventilasi
community-acquired
pneumonia (CAP). Peningkatan usaha
Pasien terpasang nafas
nasal kanul dengan
low rate 5 liter. Sesak nafas

Ketidakefektifasn
bersihan jalan
nafas
B. Diagnosis Keperawatan
Berikut ini diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas (Herdman &
Kamitsuru, 2018):
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit
community acquired pneumonia, sekresi yang tertahan, dan mucus yang
berlebih ditandai dengan suara nafas tambahan wheezing, sputum dalam
saluran pernafasan, perubahan frekuensi nafas, dan sesak nafas.
C. Perencanaan Keperawatan
Nama klien : Tn. P Alamat : Jalan Melati No. X, Denpasar
Usia : 70 tahun Tanggal : 01 Desember 2020
Diagnosis
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah mendapatkan asuhan NIC Label: Airway Airway management
bersihan jalan nafas keperawatan selama 1x24 jam, management
 Sebagai acuan untuk menentukan
berhubungan diharapkan jalan napas pasien
 Memantau pernafasan dan tindakan yang tepat diberikan
dengan penyakit kembali efektif ,dengan criteria
status oksigenasi pasien kepada pasien.
community hasil:
 Posisikan pasien untuk  Diberikan posisi semi/fowler tinggi
acquired
NOC Label : Respiratory memaksimalkan oksigenasi atau senyaman pasien agar merasa
pneumonia, sekresi
status : airway patency dengan posisi semi/fowler. lebih nyaman untuk bernapas
yang tertahan, dan
 Sebagai bahan untuk evaluasi
mucus yang  Frekuensi napas dalam rentang  Auskultasi suara napas, catat
intervensi
berlebih ditandai normal (dewasa: 15-20x/mnt) adanya penurunan dan
 Meminimalisir nyeri saat batuk dan
dengan suara nafas  Irama napas pasien normal peningkatan suara napas
mempermudah mengeluarkan
tambahan  Pasien mampu mengeluarkan
wheezing, sputum sputum dari jalan napas  Melakukan nebulisasi pada secret.

dalam saluran pasien untuk mengencerkan  Nebulisasi dapat membantu


Diagnosis
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
pernafasan,  Tidak terdapat penumpukan sputum mengencerkan secret yang terdapat
perubahan sputum pada saluran pernafasan dengan
 Melakukan fisioterapi dada
frekuensi nafas,  Tidak terdapat suara nafas cara mengubah obat cair menjadi
untuk membantu melepaskan
dan sesak nafas. abnormal uap. Uap akan masuk ke saluran
secret yang menempel pada
 Pasien tidak tampak pernafasan untuk membantu
saluran pernafasan.
menggunakan otot bantu mengencerkan benda asing yang
pernafasan  Mengajarkan pasien cara batuk ada pada saluran nafas (Tashkin,
NOC Label: Vital Sign Status efektif untuk mengeluarkan 2016).

secret/sputum.  Melakukan fisioterapi dada untuk


 Tanda-tanda vital pasien
membantu membebaskan jalan
dalam rentang normal  Kolaborasi untuk pemberian
nafas dengan mengeluarkan secret
(tekanan darah, respiration dosis obat nebulisasi pada pada jalan nafas sangat efektif
rate, nadi) pasien. dilakukan karena fisioterapi dada
dapat membantu melepaskan secret
NIC Label : Terapi Oksigen
yang menempel pada saluran
 Mengkaji status pernafasan
pernafasan sehingga secret akan
pasien.
mudah untuk dikeluarkan (Tang et
Diagnosis
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
 Memberikan terapi oksigen al., 2010).
menggunakan masker non  Batuk efektif dapat membantu
rebreathing. mengeluarkan secret pada saluran
 Memonitor keberhasilan terapi nafas. Batuk efektif merupakan
oksigen. tehnik batuk yang menekankan
 Melakukan kolaborasi dengan inspirasi maksimal yang dimulai
dokter atau tenaga kesehatan dari ekspirasi, yang bertujuan
lain terkait pemeriksaan AGD merangsang terbukanya system
ulang. kolateral, meningkatkan distribusi
 Monitor hasil pemeriksaan ventilasi, meningkatkan volume
AGD. paru, dan memfasilitasi
NIC Label : Vital sign pembersihan saluran napas
monitoring dengan mengeluarkan secret atau
benda asing dalam saluran nafas
 Mengukur tekanan darah,
(Oktavia et al., 2016).
nadi, suhu, dan RR
Terapi Oksigen
 Memantau Vital Sign saat
 Memberikan terapi oksigen pada
Diagnosis
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
pasien berbaring, duduk, atau pasien sesuai indikasi, sesuaikan
berdiri jenis masker sesuai kondisi pasien.
 Identifikasi penyebab dari Pasien masih tetap mengalami
perubahan vital sign sesak nafas setelah terpasang nasal
 Memantau kualitas dari kanul sehingga aliran oksigen
pernafasan ditambah dengan mengganti terapi
 Memantau suara napas oksigen menggunakan simple
abnormal mask.
 Monitor AGD dilakukan untuk
menilai keefektifan dari terapi
oksigen yang diberikan.
Vital sign monitoring

 Memberi pedoman untuk mengkaji


respon kardiovaskuler.
 Mengkaji respon dan toleransi
pasien terhadap perubahan
Diagnosis
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
aktivitas.
 Indikator pemberian terapi dengan
tepat.
 Untuk mengetahui apakah napas
pasien sudah adekuat
 Untuk mengetahui adanya suara
napas yang abnormal.
D. Implementasi Keperawatan

Hari dan
No. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal

30 November 202 1 09.30 Terapi Oksigen S:


Wita
1. Mengkaji status pernafasan pasien. 1. Pasien mengeluhkan sesak
nafas
2. Memberikan terapi oksigen
menggunakan masker non 2. Pasien mengatakan batuk
rebreathing. berdahak

3. Memonitor keberhasilan terapi 3. Pasien mengatakan tidak


oksigen. d. Melakukan kolaborasi nyaman dengan
dengan dokter atau tenaga pernafasannya.
kesehatan lain terkait pemeriksaan
O:
AGD ulang.
1. TD: 110/70 mmHg
4. Memonitor hasil AGD 2. N: 82 x/menit
3. S: 36,3 0C
4. RR: 32 x/menit
5. Pasien didiagnosa
community-acquired
pneumonia (CAP).
6. Pasien terpasang nasal
kanul dengan low rate 5
liter.
E. Evaluasi Keperawatan

No Tanggal/Waktu Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf

1. Senin, 30 Ketidakefektifan bersihan S: Putu Mega


November 2020 jalan nafas berhubungan Pasien mengeluh mengalami sesak nafas dan merasa Krisnayanti

dengan penyakit community lemas dan tidak nyaman ketika bernafas karena
acquired pneumonia, sesaknya. Pasien merasa lebih nyaman setelah
sekresi yang tertahan, dan diberikan terapi oksigen menggunakan masker simple
mucus yang berlebih mask. Keluarga berharap kondisi pasien segera
ditandai dengan suara nafas membaik.
tambahan wheezing,
sputum dalam saluran O:
pernafasan, perubahan Pasien tampak lemas dan gelisah. Pasien dan keluarga
frekuensi nafas, dan sesak sangat kooperatif saat dilakukan pemberian terapi
nafas. oksigen.

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas : Tujuan tercapai


P:

- Monitor kondisi pasien secara berkala untuk


melihat perkembangan kondisi pasien.
- Monitor hasil AGD
- Monitor suara nafas dan TTV pasien
- Tetap koordinasi dengan dokter dan tenaga
kesehatan lain

Mahasiswa,
(Putu Mega Krisnayanti)
NIM. 2002621023
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I diagnosis keperawatan:

Definisi dan klasifikasi 2018-2020. EGC.

Oktavia, R., Lontoh, E., & Kountul, M. (2016). Pengaruh Pemberian Teknik

Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis

Paru di Irina C5 RSUP Prof. DR. RD Kandou Manado. Journal Of

Community and Emergency, 4(2), 168–173.

Tang, C. Y., Taylor, N. F., & Blackstock, F. C. (2010). Chest physiotherapy for

patients admitted to hospital with an acute exacerbation of chronic

obstructive pulmonary disease (COPD): A systematic review.

Physiotherapy, 96(1), 1–13. https://doi.org/10.1016/j.physio.2009.06.008

Tashkin, D. P. (2016). A review of nebulized drug delivery in COPD.

International Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, 11,

2585.

Anda mungkin juga menyukai