Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM

“MANAJEMEN PENGOPERASIAN LABORATORIUM””

DISUSUN OLEH :

1. Khusnul Khatimah NIM (P07234018017)


2. M. Fajri Al-Farisy NIM (P07234018018)
3. Maisy Praselia Wulandari NIM (P07234018019)
4. Meliyana Tri Rahayu NIM (P07234018020)
5. Miftahul Janah NIM (P07234018021)
6. M. Daffa Al-Afghani NIM (P07234018022)
7. Mutia Azmi Agusman NIM (P07234018023)
8. Nabila Dhiyatifal Achmie NIM (P07234018024)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN TENAGA LABORATORIUM MEDIK

TAHUN AJAR 2020/2021

1
NO NAMA TUGAS
.
1. Khusnul Khatimah Membuat Makalah
2. M. Fajri Al-Farisy Membuat Makalah
3. Maisy Praselia Wulandari Membuat Makalah
4. Meliyana Tri Rahayu Membuat Makalah
5. Miftahul Janah Membuat Makalah
6. M. Daffa Al-Afghani Membuat Makalah
7. Mutia Azmi Agusman Membuat PPT
8. Nabila Dhiyatifal Achmie Membuat PPT

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah
Pengendalian Mutu Laboratorium dengan judul “Manajemen Pengoperasian
Laboratorium”.

Samarinda, Juni 2020

Penyusun

i
Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................3
C. Tujuan............................................................................................3
BAB II........................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Pengertian Manajemen Laoratorium.............................................4
B. Manajemen Operasional Laboratorium.........................................5
C. Hal-hal Mengenai Manajemen Laboratorium.............................18
1. Manajemen Tenaga kerja laboratorium.......................................18
2. Manajemen Keuangan Laboratorium..........................................24
3. Manajemen Pemasaran Laboratorium.........................................25
4. Manajemen Logistik Laboratorium.............................................27
5. Manajemen Pelayanan Laboratorium..........................................34
BAB 3......................................................................................................36
PENUTUP................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium merupakan ruangan baik tertutup maupun terbuka yang
dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan fungsi-fungsi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan yang saling terintegrasi
serta ditunjang oleh adanya suatu infrastruktur yang dibutuhkan demi
terwujudnya hasil yang optimal.
Di dalam laboratorium tentunya memerlukan seperangkat alat
penunjang kegiatan belajar mengajar, alat penunjang ini terkait dengan alat-
alat dan bahan-bahan praktikum (Halida, 2016). Selain itu, perlu adanya
manajemen laboratorium agar pelaksanaan praktikum di laboratorium dapat
berjalan dengan baik untuk menjadi pembelajaran sains efektif bagi siswa
(Hamidah dkk., 2013). Penggunaan laboratorium agar efektif diperlukan
pengelolaan yang sebaik-baiknya. Keberadaan dari kelangsungan suatu
laboratorium sangat tergantung pada pengelolaannya. Pengelolaan adalah
proses merencanakan, mengorganisasikan melaksana-kan serta melakukan
evaluasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 27 tentang fungsi
laboratorium yaitu: bahwa laboratorium merupakan sarana penunjang jurusan
dalam pembelajaran IPTEKS tertentu sesuai program studi yang
bersangkutan. Laboratorium merupakan tempat pengamatan percobaan,
latihan dan pengujian konsep pengetahuan dan teknologi. Efektif tidaknya
laboratorium berkaitan dengan, fasilitas administrasi laboratorium (bangunan,

1
peralatan laboratorium, spesimen IPA), dan aktivitas yang dilaksanakan di
laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya
pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola
maupun pengguna. oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki
kesadaran dan merasa bertanggung jawab untuk mengatur, memelihara, dan
mengusahakan keselamatan kerja.
Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik
sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan staf
profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak
didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu
manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan laboratorium sehari-hari. Pengelolaan laboratorium akan berjalan
dengan lebih efektif bilamana dalam struktur organisasi laboratorium
didukung oleh Board of Management yang berfungsi sebagai pengarah dan
penasehat. Board of Management terdiri atas para senior/profesor yang
mempunyai kompetensi dengan kegiatan laboratorium yang bersangkutan.
(Djas, 1998). Pengelolaan manajemen laboratorium dikoordinasi oleh Kepala
Laboratorium yang dibantu oleh laboran-laboran untuk setiap laboratorium.
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas
laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, specimen IPA), dan aktivitas
yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.
Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan
keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas, tanggung jawabnya,
dan mengikuti peraturan.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 27 tentang fungsi
laboratorium yaitu: bahwa laboratorium merupakan sarana penunjang jurusan
dalam pembelajaran IPTEKS tertentu sesuai program studi yang

2
bersangkutan. Laboratorium merupakan tempat pengamatan percobaan,
latihan dan pengujian konsep pengetahuan dan teknologi. Efektif tidaknya
laboratorium berkaitan dengan, fasilitas administrasi laboratorium (bangunan,
peralatan laboratorium, spesimen IPA), dan aktivitas yang dilaksanakan di
laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya
pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola
maupun pengguna. oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki
kesadaran dan merasa bertanggung jawab untuk mengatur, memelihara, dan
mengusahakan keselamatan kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen laboratorium ?
2. Apa saja manajemen operasional laboratorium ?
3. Bagaimana rician kegiatan dari masing-masing perangkat manajemen
laboratorium ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen laboarotium.
2. Untuk mengetahui apa saja manajemen laboratorium, operasional
laboratorium.
3. Untuk mnegetahui bagaimana rician kegiatan dari masing-masing
perangkat manajemn laboratorium.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Laoratorium


Menurut Arifin Abdurrachman sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim
Purwanto (2008:7), mengartikan manajemen sebagai kegiatan-kegiatan
untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang-orang pelaksana. Dengan demikian, kegiatan dalam
manajemen adalah mengelola orang-orangnya sebagai pelaksana. Sedangkan
menurut Goerge R. Terry dalam Hidayat (2010) menyebutkan bahwa
manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya.
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan
berbagai macam kegiatan penelitian (riset) pengamatan, pelatihan dan
pengujian ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berbagai
macam disiplin ilmu. Pembelajaran atau riset-riset pengembangan ilmu
tersebut dilakukan terhadap berbagai macam ilmu yang telah dikenal
sebelumnya, atau terhadap ilmu yang baru dikenal. Pada dasarnya
laboratorium juga dapat merujuk pada suatu ruangan tertutup, kamar atau
ruangan terbuka. Dengan demikian, manajemen laboratorium adalah
suatu proses dalam perancanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dan secara
tidak langsung dipergunakan untuk menunjang jalannya proses pendidikan
untuk pengajaran, penelitian, pengamatan, pelatihan dan pengujian ilmiah.

4
B. Manajemen Operasional Laboratorium
Untuk mengelola laboratorium yang baik harus dipahami perangkat-perangkat
manajemen laboratorium, yaitu:
1. Tata ruang
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
3. Infrastruktur
4. Administrasi laboratorium
5. Organisasi laboratorium
6. Fasilitas pendanaan
7. Inventarisasi dan keamanan
8. Pengamanan laboratorium
9. Disiplin yang tinggi
10. Keterampilan SDM
11. Peraturan dasar
12. Penanganan masalah umum
13. Jenis-jenis pekerjaan.

Semua perangkat-perangkat tersebut di atas, jika dikelola secara optimal akan


mendukung terwujudnya penerapan manajemen laboratorium yang baik. Dengan
demikian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan
pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak dari perencanaan tata ruang sampai
dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya. Dengan demikian sebagai
pusat aktivitasnya adalah tata ruang.

Rincian Kegiatan Masing-masing Perangkat

1. Tata Ruang

5
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan
baik. Tata ruang yang sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung
sampai pada pelaksanaan pembangunan. Tata ruang yang baik mempunyai:
a. pintu masuk (in)
b. pintu keluar (out)
c. pintu darurat (emergency-exit)
d. ruang persiapan (preparation-room)
e. ruang peralatan (equipment-room)
f. ruang penangas (fume-hood)
g. ruang penyimpanan (storage - room)
h. ruang staf (staff-room)
i. ruang teknisi (technician-room)
j. ruang bekerja (activity-room)
k. ruang istirahat/ibadah
l. ruang prasarana kebersihan
m. ruang toilet
n. lemari praktikan (locker)
o. lemari gelas (glass-rack)
p. lemari alat-alat optik (opticals-rack)
q. pintu jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat
masuk
r. fan (untuk dehumidifier)
s. ruang ber-AC untuk alat-alat yang memerlukan persyaratan tertentu.
2. Alat yang Berfungsi dan Terkalibrasi
Pengenalan terhadap peralatan laboratorium merupakan kewajiban
bagi setiap petugas laboratorium, terutama mereka yang akan mengoperasikan
peralatan tersebut. Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar
dalam kondisi:

6
a. siap untuk dipakai (ready for use)
b. bersih
c. berfungsi dengan baik
d. terkalibrasi
Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk
pengoperasian (manualoperation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya
kerusakan, dimana buku manual merupakan acuan untuk perbaikan
seperlunya. Teknisi laboratorium yang ada harus senantiasa berada di
tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan ada kemungkinan alat
tidak berfungsi dengan baik. Beberapa peralatan yang dimiliki harus
disusun secara teratur pada tempat tertentu, berupa rak atau meja yang
disediakan. Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan
pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu.
Karenanya alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat
digunakan.
Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan
penggunaannya. Setelah selesai digunakan, harus segera dibersihkan
kembali dan disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberi
penutup (cover) misalnya plastik transparan, terutama bagi alat-alat yang
memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat
berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.
a. Alat-alat gelas (Glassware)
Alat-alat gelas harus dalam keadaan bersih, apalagi peralatan
gelas yang sering dipakai. Untuk alat-alat gelas yang memerlukan
sterilisasi, sebaiknya disterilisasi sebelum dipakai. Semua alatalat
gelas ini seharusnya disimpan pada lemari khusus.
b. Bahan-bahan kimia
Untuk bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis,
sebaiknya ditempatkan pada ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan

7
gas-gas yang mungkin timbul). Demikian juga untuk bahan-bahan
yang mudah menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan, agar
udara/uap yang ada dapat terhembus keluar. Bahan-bahan kimia yang
ditempatkan dalam botol berwarna coklat/gelap, tidak boleh langsung
terkena sinar matahari dan sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c. Alat-alat optik
Alat-alat optik seperti mikroskop harus disimpan pada tempat
yang kering dan tidak lembab. Kelembaban yang tinggi akan
menyebabkan lensa berjamur. Jamur ini yang menyebabkan kerusakan
mikroskop. Sebagai tindakan pencegahan, mikroskop harus
ditempatkan dalam kotak yang dilengkapi dengan silica-gel, dan
dalam kondisi yang bersih. Mikroskop harus disimpan di dalam lemari
khusus yang kelembabannya terkendali. Lemari tersebut biasanya
diberi lampu pijar 15-20 watt, agar ruang selalu panas sehingga dapat
mengurangi kelembaban udara (dehumidifier-air). Alat-alat optik
lainnya seperti lensa pembesar (loupe), alat kamera, microphoto-
camera, digital camera, juga dapat ditempatkan pada lemari khusus
yang tidak lembab atau dalam alat desiccator.
3. Infrastruktur Laboratorium
Infrastruktur laboratorium ini meliputi:
a. Sarana Utama
Mencakup bahasan tentang lokasi laboratorium, konstruksi laboratorium
dan sarana lain, termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja
kerja/pelataran, jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, jenis pintu, jenis
lampu yang dipakai, kamar penangas, jenis pembuangan limbah, jenis
ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan, jenis lemari bahan kimia,
jenis alat optik, jenis timbangan dan instrumen yang lain, kondisi
laboratorium, dan sebagainya.

8
b. Sarana Pendukung
Mencakup bahasan tentang ketersediaan enerji listrik, gas, air, alat
komunikasi, dan pendukung keselamatan kerja seperti pemadam
kebakaran, hidran dsb.
4. Administrasi Laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan administrasi yang ada di
laboratorium, yang antara lain terdiri atas:
a. Inventarisasi peralatan laboratorium
b. Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat yang rusak, alat yang
dipinjam/dikembalikan (lihat daftar form 1,2,3,4 dst, pada makalah
Administrasi Laboratorium)
c. Surat masuk dan surat keluar
d. Daftar pemakai laboratorium, sesuai dengan jadwal kegiatan praktikum/
penelitian
e. Daftar inventarisasi bahan kimia dan non-kimia, bahan gelas dan
sebagainya
f. Daftar inventarisasi alat-alat meubelair (kursi, meja, bangku, lemari dsb.)
g. Sistem evaluasi dan pelaporan
Untuk kelancaran administrasi yang baik, seyogyanya tiap laboratorium
memberikan pelaporan kepada atasannya (misalnya kepada PDII, Ketua
Program Studi maupun Dekan). Evaluasi dan Pelaporan kegiatan masing-
masing laboratorium dapat dilakukan bersama dengan pimpinan Fakultas,
setiap semester atau sekali dalam setahun, tergantung pada kesiapan yang
ada agar semua kegiatan laboratorium dapat dipantau dan sekaligus dapat
digunakan untuk perencanaan laboratorium (misalnya penambahan alat-
alat baru, rencana pembiayaan/dana laboratorium yang diperlukan,
perbaikan sarana & prasarana yang ada, dsb).

9
Kegiatan administrasi ini adalah merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan,
karenanya perlu dipersiapkan dan dilaksanakan secara berkala dengan baik dan
teratur.

5. Inventarisasi dan Keamanan Laboratorium


Kegiatan inventarisasi dan keamanan laboratorium meliputi:
a. Semua kegiatan inventarisasi harus memuat sumber dana darimana alat-
alat ini diperoleh/dibeli. Misalnya: dari DIP tahun 2004, ADB Project,
Pemerintah Jepang (JICA), Proyek Hibah Kompetisi SP4; A1: A2; A3:
dan B.
b. Keamanan/security peralatan laboratorium ditujukan agar peralatan
laboratorium tersebut harus tetap berada di laboratorium. Jika peralatan
dipinjam harus ada jaminan dari si peminjam. Jika hilang atau dicuri,
harus dilaporkan kepada kepala laboratorium.
Perlu diingat bahwa semua barang dan peralatan laboratorium yang ada
adalah milik negara, jadi tidak boleh ada yang hilang.

Tujuan yang ingin dicapai dari inventarisasi dan keamanan adalah:

(1) mencegah kehilangan dan penyalahgunaan


(2) mengurangi biaya-biaya operasional
(3) meningkatkan proses pekerjaan dan hasilnya
(4) meningkatkan kualitas kerja
(5) mengurangi resiko kehilangan
(6) mencegah pemakaian yang berlebihan
(7) meningkatkan kerjasama.

Berikut ini diberikan beberapa petunjuk umum pengamanan laboratorium, agar setiap
laboran/pekerja/asisten dapat bekerja dengan aman.

Prinsip Umum Pengamanan Laboratorium

10
a. Tanggung jawab
Kepala Laboratorium, anggota laboratorium termasuk asisten bertanggung jawab
penuh terhadap segala kecelakaan yang mungkin timbul. Karenanya Kepala
Laboratorium seharusnya dijabat oleh orang yang kompeten dibidangnya,
termasuk juga teknisi dan laborannya.
b. Kerapian
Semua koridor, jalan keluar dan alat pemadam api harus bebas dari hambatan
seperti botolbotol, dan kotak-kotak. Lantai harus bersih dan bebas minyak, air dan
material lain yang mungkin menyebabkan lantai licin. Semua alat-alat dan
reagensia bahan kimia yang telah digunakan harus dikembalikan ketempat semula
seperti sebelum digunakan.
c. Kebersihan
Kebersihan dalam laboratorium menjadi tanggung jawab bersama pengguna
laboratorium.
d. Konsentrasi terhadap pekerjaan
Setiap pengguna laboratorium harus memiliki konsentrasi penuh terhadap
pekerjaannya masing-masing, tidak boleh mengganggu pekerjaan orang lain, dan
tidak boleh meninggalkan percobaan yang memerlukan perhatian penuh.
e. Pertolongan pertama (First - Aid)
Semua kecelakaan bagaimanapun ringannya, harus ditangani di tempat dengan
memberikan pertolongan pertama. Misalnya, bila mata terpercik harus segera
dialiri air dalam jumlah yang banyak. Jika tidak bisa, segera panggil dokter. Jadi
setiap laboratorium harus memiliki kotak P3K, dan harus selalu dikontrol isinya.
f. Pakaian Saat bekerja di laboratorium dilarang memakai baju longgar, kancing
terbuka, berlengan panjang, kalung teruntai, anting besar dan lain-lain yang
mungkin dapat tersangkut oleh mesin, ketika bekerja dengan mesin-mesin yang
bergerak. Selain pakaian, rambut harus diikat rapi agar terhindar dari mesin-mesin
yang bergerak.
g. Berlari di Laboratorium

11
Tidak dibenarkan berlari di laboratorium atau di koridor, berjalanlah di tengah
koridor untuk menghindari tabrakan dengan orang lain dari pintu yang hendak
masuk/keluar.
h. Pintu-pintu
Pintu-pintu harus dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya
kecelakaan (misalnya: kebakaran).
i. Alat-alat
Alat-alat seharusnya ditempatkan di tengah meja, agar alat-alat tersebut tidak
jatuh kelantai. Selain itu, peralatan sebaiknya juga ditempatkan dekat dengan
sumber listrik, jika memang peralatan tersebut memerlukan listrik. Demikian juga
untuk alat-alat yang menggunakan air ataupun gas sebagai sarana pendukung.

Penanganan alat-alat

a. Alat-alat kaca/gelas
Bekerja dengan alat-alat kaca perlu berhati-hati sekali. Gelas beaker, flask,
test tube, erlenmeyer, dan sebagainya; sebelum dipanaskan harus benar-benar
diteliti, misalnya apakah gelas tersebut retak/tidak retak, rusak/sumbing. Bila
terdapat gejala seperti ini, barang-barang tersebut sebaiknya tidak dipakai.
b. Mematahkan pipa kaca/batangan kaca
Jika hendak memetong pipa kaca harus menggunakan sarung tangan. Pada
bekas pecahan pipa kaca, permukaannya dilicinkan dengan api lalu diberi
pelumas/gemuk silikon, kemudian masukkan ke sumbat gabus/karet.
c. Mencabut pipa kaca
Mencabut pipa kaca dari gabus dan sumbat harus dilakukan dengan hati-hati.
Bila sukar mencabutnya, potong dan belah gabus itu. Untuk memperlonggar,
lebih baik digunakan pelubang gabus yang ukurannya telah cocok, kemudian
licinkan dengan meminyakinya dan kemudian putar perlahan-lahan melalui
sumbat. Cara ini juga digunakan untuk memasukkan pipa kaca kedalam

12
sumbat. Jangan gunakan alat-alat kaca yang sumbing atau retak. Sebelum
dibuang sebaiknya dicuci lebih dahulu untuk memastikan kerusakan.
d. Label
Semua bejana seperti botol, flask, test tube dan lain-lain seharusnya diberi
label yang jelas. Jika tidak jelas, lakukan pengetesan isi bejana yang belum
diketahui secara pasti dengan hati-hati secara terpisah, kemudian dibuang
melalui cara yang sesuai dengan jenis zat kimia tersebut. Biasakanlah menulis
tanggal, nama orang yang membuat, konsentrasi, nama dan bahayanya dari
zat-zat kimia yang ada dalam bejana.
e. Suplai gas
Tabung-tabung gas harus ditangani dengan hati-hati walaupun berisi atau
kosong. Penyimpanan sebaiknya di tempat yang sejuk dan terhindar dari
tempat yang panas. Kran gas harus selalu tertutup jika tidak dipakai, demikian
juga dengan kran pengatur (regulator). Alat-alat yang berhubungan dengan
tabung gas harus memakai "Safety Use" (alat pengaman jika terjadi tekanan
yang kuat). Saat ini sudah beredar banyak jenis pengaman seperti selang anti
bocor dan lain-lain.
Sediaan gas untuk alat-alat pembakar harus dimatikan pada kran utama yang
ada di meja kerja, tidak hanya pada kran, tapi juga pada alat yang dipakai.
Kran untuk masing-masing aboratorium harus dipasang di luar laboratorium,
pada tempat yang mudah dicapai dan diberi label yang jelas serta diwarnai
dengan wama yang spesifik.
f. Penggunaan pipet
Gunakan pipet yang dilengkapi pompa pengisap (pipet pump), jangan
menggunakan mulut!. Ketika memasukkan pipet kedalam pompa pengisap
harus dilakukan dengan hatihati supaya pipet tidak pecah dan pompa pengisap
tidak rusak. Jangan sampai ada cairan yang masuk ke pompa pengisap, karena
akan merusak pompa tersebut.
g. Melepaskan tutup kaca yang kencang (seret)

13
Melepaskan tutup kaca yang kencang (seret) dengan cara mengetok berganti-
ganti sisi tutup botol yang ketat tersebut, dengan sepotong kayu, sambil
menekannya dengan ibu jari pada sisi yang berlainan/berlawanan dengan
ketokan. Jangan mencoba untuk membuka tutup botol secara paksa, lebih-
lebih jika isinya berbahaya atau mudah meledak. Di bawah pengawasan
Kepala Laboratorium, panaskanlah leher botol dengan air panas secara
perlahan-lahan, lalu coba membukanya. Jika gagal juga goreslah sekeliling
leher botol dengan alat pemotong kaca untuk dipatahkan. Lalu pindahkan isi
botol ke dalam botol yang baru.
h. Kebakaran
Untuk menanggulangi bahaya kebakaran, perlu diketahui klasifikasi bahan
dan alat pemadam kebakaran yang sesuai. Secara umum bahan yang mudah
terbakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

KELAS KEBAKARAN BAHAN MUDAH TERBAKAR


(fire-class) (Buming Material)
Kelas “A” Kertas, kayu, tekstil, plastik, bahan-
bahan pabrik, atau campuran lainnya.
Kelas “B” Larutan yang mudah terbakar
Kelas “C” Gas yang mudah terbakar
Kelas “D” Alat-alat listrik
Bahan-bahan yang lain, jika terbakar sulit untuk diklasifikasikan, karena berubah dari
padat menjadi cair atau dari cair menjadi gas, pada temperatur yang tinggi. Perlu
diingat bahwa 10 “jiwa Anda lebih berharga dari pada peralatan/bangunan yang ada”,
sebab itu peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dengan tipe atau kelas kebakaran
haruslah tersedia di laboratorium.

Jenis Alat Pemadam Kebakaran:

Tipe Kelas Kebakaran Warna Tabung


Air A, B, C Merah
Busa (foam) A, B Crème

14
Tepung (powder) A, B, C, E Biru
Halon (Halogen) A, B, C, E Hijau
Carbondioxida (CO2) A, B, C, E Hitam
Pasir dalam ember A, B -

6. Organisasi Laboratorium
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan,
serta susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung
jawab tertinggi organisasi di dalam laboratorium adalah Kepala Laboratorium.
Kepala Laboratorium bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang
dilakukan dan juga bertanggung jawab terhadap seluruh peralatan yang ada.
Para anggota laboratorium yang berada di bawah Kepala Laboratorium juga
harus sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang
dibebankan padanya. Untuk mengantisipasi dan menangani kerusakan
peralatan diperlukan teknisi yang memadai.
7. Fasilitas Pendanaan
Ketersediaan dana sangat diperlukan dalam operasional laboratorium. Tanpa
adanya dana yang cukup, kegiatan laboratorium akan berjalan tersendat-
sendat, bahkan mungkin tidak dapat beroperasi dengan baik. Dana dapat
diperoleh dari, antara lain:
a. SPP
b. Anggaran rutin/DIP
c. Institusi lain, misalnya kerjasama dalam bidang penelitian atau
pengembangan bidang lainnya
d. Dana dari badan-badan Internasional, misalnya JICA, ADB loan projects,
dsb
e. Dana Operasional melalui Hibah kompetisi A1; A2; A3 atau B
f. Dana-dana lainnya, yang bersumber dari luar Universitas/Institut

15
Kegigihan pimpinan institusi memperjuangkan ketersediaan dana sangatlah penting,
namun yang tidak kalah pentingnya ialah kemampuan untuk mengusahakan dana
sendiri, misalnya: melalui kegiatan penelitian, kegiatan tugas akhir/thesis mahasiswa,
kegiatan layanan masyarakat, dan sebagainya. Jika anggaran rutin tidak ada, maka
kegiatan operasional laboratorium tidak akan tercapai dengan baik.

8. Disiplin Yang Tinggi


Pengelola laboratorium harus menerapkan disiplin yang tinggi pada seluruh
pengguna laboratorium (mahasiswa, asisten, laboran/teknisi) agar terwujud
efisiensi kerja yang tinggi. Kedisiplinan sangat dipengaruhi oleh pola
kebiasaan dan perilaku dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu setiap
pengguna laboratorium harus menyadari tugas, wewenang dan fungsinya.
Sesama pengguna laboratorium harus ada kerjasama yang baik, sehingga
setiap kesulitan dapat dipecahkan/diselesaikan bersama.
9. Keterampilan
Pengelola laboratorium harus meningkatkan keterampilan semua tenaga
laboran/teknisi. Peningkatan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan
tambahan seperti pendidikan keterampilan khusus, pelatihan (workshop)
maupun magang di tempat lain. Peningkatan keterampilan juga dapat
dilakukan melalui bimbingan dari staf dosen, baik di dalam laboratorium
maupun antar laboratorium.
10. Peraturan Umum
Beberapa peraturan umum untuk menjamin kelancaran jalannya pekerjaan di
laboratorium, dirangkum sebagai berikut:
a. Dilarang makan/minum di dalam laboratorium
b. Dilarang merokok, karena mengandung potensi bahaya seperti:
(1) Kontaminasi melalui tangan
(2) Ada api/uap/gas yang bocor/mudah terbakar
(3) Uap/gas beracun, akan terhisap melalui pernafasan

16
c. Dilarang meludah, akan menyebabkan terjadinya kontaminasi
d. Jangan panik menghadapi bahaya kebakaran, gempa, dan sebagainya.
e. Dilarang mencoba peralatan laboratorium tanpa diketahui cara
penggunaannya. Sebaiknya tanyakan pada orang yang kompeten.
f. Diharuskan menulis label yang lengkap, terutama pada bahan-bahan
kimia.
g. Dilarang mengisap/menyedot dengan mulut segala bentuk pipet. Semua
alat pipet harus menggunakan bola karet pengisap (pipet - pump).
h. Diharuskan memakai baju laboratorium, dan juga sarung tangan dan
gogles, terutama sewaktu menuang bahan-bahan kimia yang berbahaya.
i. Beberapa peraturan lainnya yang spesifik, terutama dalam pemakaian
sinar X, sinar Laser, alat-alat sinar UV, Atomic Absorption, Flamephoto-
meter, Bacteriological Glove Box with UV light, dan sebagainya, harus
benar-benar dipatuhi. Semua peraturan tersebut di atas ditujukan untuk
keselamatan kerja di laboratorium.
11. Penanganan Masalah Umum
a. Mencampur zat-zat kimia
Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sifat reaksinya. Jika belum
tahu segera tanyakan pada orang yang kompeten.
b. Zat-zat baru atau kurang diketahui
Demi keamanan laboratorium, berkonsultasilah sebelum menggunakan
zat-zat kimia baru atau yang kurang diketahui. Semua zat-zat kimia dapat
menimbulkan resiko yang tidak dikehendaki.
c. Membuang material-material yang berbahaya
Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus diketahui
resiko yang mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara
membuangnya tidak menimbulkan bahaya. Jika tidak tahu tanyakan pada
orang yang kompeten. Demikian juga terhadap air buangan dari

17
laboratorium. Sebaiknya harus ada bak penampung khusus, jangan
dibuang begitu saja karena air buangan mengandung bahan berbahaya
yang menimbulkan pencemaran. Air buangan harus di”treatment”, antara
lain dengan cara netralisasi sebelum dibuang ke lingkungan.
d. Tumpahan
Tumpahan asam diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan dengan
CaC03 atau soda abu, dan untuk basa dengan air dan dinetralisir dengan
asam encer. Setelah itu dipel dan pastikan kain pel bebas dari asam atau
alkali. Tumpahan minyak, harus ditaburi dengan pasir, kemudian disapu
dan dimasukkan dalam tong yang terbuat dari logam dan ditutup rapat.

Catatan: Penanganan terhadap lain-lain masalah yang belum


diketahui, sebaiknya berkonsultasi kepada ahlinya, sebelum mengambil
tindakan. lngat keselamatan lebih diutamakan dari yang lainnya.
12. Jenis Pekerjaan
Berbagai pekerjaan laboratorium seperti praktek, penelitian, dan layanan
umum, harus didiskusikan sebelumnya dengan Kepala Laboratorium. Setelah
itu dilanjutkan dengan cara pelaksanaannya. Pemahaman jenis pekerjaan di
laboratorium diperlukan untuk:
a. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan-bahan kimia, air, listrik, gas
dan alat-alat laboratorium.
b. Meningkatkan efisiensi biaya (operasional cost).
c. Meningkatkan efisiensi tenaga dan waktu, baik dari pengguna maupun
pengelola laboratorium
d. Meningkatkan kualitas dan ketrampilan pengelola laboratorium dan
laboran.

18
e. Baik pengelola laboratorium dan laboran/teknisi harus dapat bekerja sama
dengan baik sebagai satu Team-Work. ”Bekerja dengan satu team, jauh
lebih baik dari pada bekerja secara sendiri/mandiri”
f. Meningkatkan pendapatan (income) dari laboratorium yang bersangkutan.

C. Hal-hal Mengenai Manajemen Laboratorium


1. Manajemen Tenaga kerja laboratorium
Sumber daya manusia merupakan elemen laboratorium yang sangat
penting. Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak
roda organisasi dalam upaya mewujudkan tujuan dari sebuah organisasi.
Sehubungan dengan laboratorium, maka tenaga kerja laboratorium harus
dapat diberdayakan secara maksimal sehingga kegiatan yang dilaksanakan di
laboratorium terhidar dari kecelakaan yang mengakibatkan bencana terutama
kecelakaan akibat kecerobohan penggunaan bahan di laboratoium.

Pelaksanaan suatu aktifitas laboratorium membutuhkan suatu aturan


atau ketentuan agar aktifitas dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan
aktifitas pembelajaran dapat tercapai. Aturan atau ketentuan operasional perlu
disusun dengan jelas. Hal ini karena laboratorium merupakan suatu sistem
yang terdiri atas prasarana dan sarana penunjang kegiatan, baik berupa
peralatan laboratorium maupun sumber daya manusia. Oleh karena itu,
laboratorium perlu diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
masingmasing institusi.

Keberadaan laboran dan teknisi di suatu laboratorium sangatlah penting


dalam menentukan keberhasilan akademik dosen dan mahasiswa. Laboran
adalah Tenaga Kependidikan yang bekerja di laboratorium dan membantu
proses pembelajaran mahasiswa vokasi dan akademik Strata 0, 1, 2 dan 3,
serta penelitian dosen. Keberadaan Laboran di suatu laboratorium sangatlah
penting dalam menentukan keberhasilan akademik dosen dan mahasiswa.

19
Untuk itu, Laboran seyogyanya memiliki hard skills dan soft skills yang
memadai. Inisiatif, ketekunan, kreatifitas, kecakapan dan keterampilan serta
pengetahuan yang dikuasai oleh Laboran, membantu efisiensi dan efektifitas
serta produktivitas dari laboratorium yang dikelola oleh perguruan tinggi
(Pedoman Umum Pemilihan Laboran Berprestasi, No.03/PP/
DITDIKTENDIK/2011). Diperlukan kemampuan manajerial bagi pengelola
laboratorium, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 26 Tahun 2008 mengenai kemampuan merencanakan dan
mengembangkan laboratorium, mengelola kegiatan laboratorium dan tenaga
laboratorium, memantau kegiatan laboratorium beserta sarana dan prasarana,
dan mengevaluasi kegiatan laboratorium serta aktivitas tenaga laboratorium
lainnya. Dengan demikian sebagus apapun suatu laboratorium, bila tidak
didukung oleh tata kelola yang baik, maka tidak akan menghasilkan kegiatan
sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu, agar tata kelola
laboratorium berjalan sesuai dengan harapan, maka diperlukan seorang
manager (dalam hal ini kepala laboratorium) yang memahami betul
bagaimana pengelolaan laboratorium dilakukan.

Seorang tenaga kerja di laboratorium mempunyai tugas untuk menjaga


dan memelihara laboratorium serta mengawasi jalannya kegiatan
laboratorium yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Mengetahui prosedur yang benar tentang pengoperasian alat dan mampu


mengoperasikan semuaperalatan yang ada di laboratorium.

b. Mengetahui cara-cara penyimpanan bahan-bahan kimia sesuai dengan


MSDS (Material Safety Data Sheet).

c. Mengetahui sumber-sumber/bahan bahaya yang ada di laboratorium dan


mampu melakukan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan di
laboratorium.

20
d. Bertanggung jawab terhadap stok perlatan dan bahan yang ada di
laboratorium.

e. Mampu membuat larutan standar dan bisa melakukan pengenceran


bahan.

Mengingat banyaknya peralatan dan beban kerja yang ada di suatu


laboratorium, maka diperlukan sistem manajemen yang memadai untuk
mengelola prasana dan sarana serta kegiatan yang ada di laboratorium
tersebut. Sistem manajemen ini meliputi struktur organisasi, pembagian kerja,
serta susunan personel yang mengelola laboratorium.

a. Kepala Unit Laboratorium.


Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang diselenggarakan di
laboratorium, baik administrasi maupun akademik. Tugas kepala unit
laboratorium, antara lain :
1) Mempertanggungjawabkan semua kegiatan di laboratorium, dengan
dibantu oleh semua anggota laboratorium (administrator/ penanggung
jawab laboratorium dan teknisi/ tenaga bantu laboratorium), agar
kelancaran aktifitas laboratorium dapat terjamin.
2) Memimpin, membina, dan mengkoordinir semua aktifitas sistem
internal dan mengadakan kerjasama dengan pihak eksternal, seperti
institusi lain, atau pusat-pusat studi yang berkaitan dengan
pengembangan laboratorium. Kerja sama dengan pihak luar sangat
penting karena sebagai wahana untuk saling berkomunikasi semua
aktifitas yang diadakan di laboratorium masing-masing.
Dengan beban kerja seperti tersebut, maka kepala unit laboratorium harus
merupakan seorang yang mempunyai komitmen, kemampuan akademik,
dan keterampilan manajemen yang handal. Oleh karena itu kepala unit

21
laboratorium adalah seorang dosen dengan kualifikasi pendidikan minimal
; S2.
b. Penanggung Jawab Laboratorium
Membantu secara langsung tugas kepala unit laboratorium dalam bidang
administrasi, sehingga membantu terjaminnya kelancaran sistim
administrasi, maka seorang administrator harus mempunyai kualifikasi
pendidikan minimum Sarjana Sains Terapan (D.IV)/S.1.
Tugas dan tanggung jawab dari PenanggungJawab Laboratorium antara
lain :
1) Mempertanggung jawabkan semua kegiatan praktikum pada
laboratoriumnya secara terorganisir, terjadwal dan terencana
dengan baik dengan bantuan dan kerjasama dengan tenaga bantu
laboratorium.
2) Memimpin, membina, dan mengkoordinir semua aktifitas
/kegiatan yang terjadi di dalam laboratoriumnya baik dengan
tenaga bantu laboratorium maupun dengan dosen mata kuliah
terkait.
c. Tenaga Teknisi/ Tenaga Bantu Laboratorium
Adalah seseorang yang bertugas membantu aktifitas peserta didik dalam
melakukan kegiatan praktek laboratorium. Secara khusus seorang tenaga
bantu laboratorium bertanggung jawab dalam menyediakan peralatan yang
diperlukan dan mengembalikan peralatan tersebut setelah digunakan ke
tempat semula. Tenaga bantu laboratorium sangat diperlukan mengingat
banyaknya kegiatan praktikum yang dilaksanakan oleh peserta didik,
sehingga kesiapan alat sangat diperlukan. Penempatan kembali peralatan
yang sudah digunakan pada posisi yang tidak seharusnya dapat
mengganggu kelancaran kegiatan berikutnya. Oleh karena itu seorang
tenaga bantu laboratorium yang baik sangat diperlukan. Hal ini bisa
tercapai jika seorang tenaga bantu laboratorium mempunyai keahlian di

22
bidangnya. Misalnya untuk tenaga bantu laboratorium di laboratorium
kesehatan harus benar-benar mempunyai kemampuan dan pemahaman
dalam bidang yang berhubungan dengan keilmuan kesehatan dan
kualifikasi pendidikan minimum seorang tenaga bantu laboratorium
adalah D.III sesuai bidangnya.
Tugas tenaga bantu laboratorium sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat-alat untuk percobaan peserta didik dan
demonstrasi oleh dosen dan peserta didik;
2) Memelihara alat-alat dan memeriksa jumlah alat-alat dan bahan;
3) Menyiapkan bahan-bahan yang habis pakai;
4) Membantu dosen di dalam laboratorium; dan
5) Memeriksa keadaan alat-alat dan memisahkan alat-alat yang baik
dan yang rusak dan melaporkan keadaan itu kepada penanggung
jawab laboratorium.

Kegiatan yang dilaksanakan pengelola di laboratorium

1) Memberikan pelayanan laboratorium bagi pengguna;


2) Mengadakan pertemuan periodik untuk komunikasi antar dosen;
3) Menjadwalkan penggunaan laboratorium;
4) Membuat jadwal pemeliharaan alat laboratorium;
5) Melakukan pemeliharaan keadaan laboratorium secara keseluruhan;
6) Melakukan pemeliharaan preventif alat dan bahan;
7) Melakukan Kalibrasi terhadap peralatan laboratorium sesuai dengan
spesifikasi.
8) Melakukan perbaikan alat rusak yang masih dapat diperbaiki di
laboratorium;
9) Melakukan inventarisasi alat dan bahan untuk mengetahui jumlah alat
yang ada, yang masih baik, dan yang rusak;

23
10) Membuat dan mengusulkan rencana anggaran biaya laboratorium/
bengkel kerja;
11) Menerima dan memeriksa alat dan bahan yang diterima; 1
12) Melakukan langkah-langkah yang diperlukan agar kegiatankegiatan di
dalam laboratorium berlangsung aman, terhindar dari kecelakaan;
13) Mencatat (dalam buku harian) kejadian-kejadian yang dianggap
penting untuk dicatat, diantaranya :
 terjadinya kecelakaan;
 kejadian : alat gelas pecah, instrumen rusak, atau hilangnya suatu
alat; dan
 penerimaan bahan dan alat baru

Jenis ketenagaan yang diperlukan dalam pelayanan laboratorium


kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Staf medis
1) Dokter Spesialis Patologi Klinik
2) Dokter Spesialis Patologi Anatomi
3) Dokter Spesialis Forensik
4) Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik
5) Dokter umum berpengalaman teknis laboratorium
b. Tenaga teknis laboratorium
1) ATLM
2) Perawat Kesehatan
3) Dokter umum
4) Sarjana kedokteran
5) Sarjana farmasi
6) Sarjana biologi

24
7) Sarjana teknik elektromedik
8) Sarjana teknis kesling
9) Tenaga administrasi
10) Asisten Analis
2. Manajemen Keuangan Laboratorium
Ketersediaan dana sangat diperlukan dalam operasional laboratorium. Tanpa
adanya dana yang cukup, kegiatan laboratorium akan berjalan tersendat-
sendat, bahkan mungkin tidak dapat beroperasi dengan baik. Dana dapat
diperoleh dari, antara lain:
a. SPP
b. Anggaran rutin/DIP
c. Institusi lain, misalnya kerjasama dalam bidang penelitian atau
pengembangan bidang lainnya
d. Dana dari badan-badan Internasional, misalnya JICA, ADB loan
projects, dsb
e. Dana Operasional melalui Hibah kompetisi A1; A2; A3 atau B
f. Dana-dana lainnya, yang bersumber dari luar Universitas/Institut

Kegigihan pimpinan institusi memperjuangkan ketersediaan dana sangatlah


penting, namun yang tidak kalah pentingnya ialah kemampuan untuk
mengusahakan dana sendiri, misalnya: melalui kegiatan penelitian, kegiatan
tugas akhir/thesis mahasiswa, kegiatan layanan masyarakat, dan sebagainya.
Jika anggaran rutin tidak ada, maka kegiatan operasional laboratorium tidak
akan tercapai dengan baik.

3. Manajemen Pemasaran Laboratorium


Untuk mewujudkan suatu usaha yang maju maka adapun strategi, sebagai
berikut:

1) Sosialisasi Program pelayanan laboratorium kesehatan


2) Mengupayakan dukungan dari pihak berwenang/komitmen politis

25
3) Mempersiapkan sumber daya laboratorium kesehatan
4) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mutu sumber daya
manusia laboratorium kesehatan
5) Meningkatkan pendapatan asli daerah
6) Mengembangkan semua fungsi/misi UPTD LABKESDA
7) Mengembangkan manajemen profesional
8) Mengembangkan sistem informasi pelayanan laboratorium kesehatan

a. Strategi Pemasaran
1) Melalui promosi dari mulut ke mulut
2) Spanduk
3) Brosur
b. Taktik Pemasaran
Jenis taktik pemasaran yang digunakan adalah Marketing Mix, yaitu
mengendalikan variabel seperti produk, harga, distribusi dan promosi
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
c. Strategi produk
Berupa jasa pemeriksaan, dimana setiap pemeriksaan mempunyai tarif
yang berbeda-beda
d. Strategi harga pemeriksaan
e. Strategi lokasi pemasaran
Dimana saja tapi diutamakan di daerah sekitar laboratorium
f. Strategi promosi
1) Periklanan di media cetak, radio maupun televisi
2) Memberikan harga promo pada pemeriksaan dan waktu tertentu
3) Mempublikasi laboratorium baik dari mulut ke mulut maupun jejaring
media sosial
g. Penganggaran Pemasaran
1) cetak koran

26
2) Radio
3) Media sosial
4) Brosur
5) Spanduk
6) Jasa marketing

4. Manajemen Logistik Laboratorium


Logistik yang dikelola di laboratorium dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Logistik Medis yang terdiri dari


 Bahan laboratorium seperti reagen, standar, bahan control, air dan
media.
 Alat kesehatan yaitu alat-alat untuk pemeriksaan habis pakai.
2. Logistik Umum
Yaitu barang-barang kebutuhan pelayanan administrasi seperti alat
tulis kantor baik cetak atau non cetak, barang-barang computer,
barang-barang rumah tangga dll.
 Perencanaan Pengadaan

Pengadaan logistik laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai


berikut:

1. Tingkat persediaan

Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah


persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety
stok. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah barang/bahan yang
diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal sampai
pengadaan berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum.

Safety stok adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok. Buffer stok adalah cadangan reagen/sisa. Perhitungan stok
logistik dihitung satu bulan sekali.

27
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian
atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi
jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan
dating. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan/barang

Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan


diterima dari pemasok perlu diperhitungkan terutama untuk bahan yang
sulit didapat.

 Penerimaan

Penerimaan barang reagensia dan alat kesehatan habis pakai

Prosedur:

1. Rekanan menyerahkan barang reagensia dan alat kesehatan habis


pakai kepada panitia penerimaan barang dan jasa.
2. Panitia penerimaan barang dan jasa mengecek kesesuaian antara
pesanan dengan barang yang diantarkan.
3. Panitia penerimaan barang dan jasa menandatangani tanda terima
barang atau faktur pembelian.
4. Panitia penerimaan barang dan jasa mengantar barang ke laboratorium
atau petugas logistik laboratorium mengambil barang pesanannya ke
bagian penerima barang rumah sakit.
5. Petugas Logistik memeriksa jumlah barang, Keadaan Fisik barang,
spesifikasi barang dan kesesuaian pesanan barang yang akan diterima
6. Petugas logistik laboratorium menandatangani tanda terima barang
7. Barang disimpan di gudang logistic laboratorium, selama menunggu
pendistribusian ke bagian yang membutuhkan.
 Pelabelan

28
a. Semua reagensia di laboratorium harus diberi label yang memuat :
 Nama Reagensia
 Tanggal Kadaluarsa
 Urutan reagensia yang dipakai lebih dahulu
b. Bahan – bahan yang berbahaya diletakkan ditempat khusus bahan
berbahaya dengan label tanda bahaya.
 Penyimpanan

Bahan Laboratorium yang sudah ada harus di tangani secara cermat


dengan mempertimbangkan :

1. Perputaran pemakaian menggunakan kaidah


2. Pertama masuk – pertama keluar (FIFO First In – First Out ) yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan terlebih dahulu
3. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO First Expired –
First Out ) Hal ini untuk menjamin barang tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama.
4. Tempat Penyimpanan
5. Suhu/kelembaban sesuai dengan petunjuk penyimpanan reagensia.
6. Sirkulasi udara
7. Incompatibility/ bahan kimia yang tidak boleh dicampur
8. Tutuplah botol waktu penyimpanan
9. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
10. Beberapa reagen ada yang tidak boleh diletakkan pada tempat
yang berdekatan satu dengan lainnya.
11. Bahan – bahan kimia yang tidak boleh dicampur

Bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi berbahaya jika


tercampur satu sama lain, reaksi tersebut dapat berupa kebakaran dan atau

29
ledakan. Beberapa contoh bahan kimia yang incompatible dapat dilihat pada
table berikut :

Ammonium nitrat Asam Klorat, nitrat, debu organik,


pelarut organik mudah terbakar,
bubuk logam

Asam kromat, Asam nitrat, perklorat,


Asam Asetat
peroksida
Asam kromat Oksidator (Klorat, perklorat,
Hipoklorit)
Asam asetat, gliserin,alcohol, bahan
Karbon aktif
kimia mudah terbakar
Hidrokarbon (Butana, benzene,
Flour, Klor, Asam kromat, peroksida
terpentin, benzin)
Kalium Perklorat/klorat Asam sulfat dan asam lainnya
Kalium permanganat Gliserin, etilen glikol, Asam sulfat

 Pendistribusian Logistik

Barang yang ada dilogistik disdistribusikan kepada bagian yang memerlukan


dengan mengisi kartu stok logistik. Buat kartu stok yang memuat tanggal
penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal wadah reagen dibuka, jumlah regaen
yang diambil dan jumlah reagen sisa serta paraf tenaga yang
menggunakannya.

1. Penggunaan barang reagensia dan alat kesehatan habis pakai


a. Penanggung jawab laboratorium (kimia klinik dab imunologi,
hematologi, urinalisa dan mikrobiologi, bank darah dan penanggung
jawab administrasi mengecek persediaan barang di bagian masing-
masing.

30
b. Penanggung jawab membuat daftar kebutuhan barang reagensia dan
alat kesehatan habis pakai yang akan diminta kepada Penanggung
jawab logistik Instalasi Laboratorium dan menandatangani daftar
tersebut.
c. Penanggung jawab laboratorium meminta barang reagensia dan alat
kesehatan habis pakai kepada Penanggung jawab logistik.
d. Penanggung jawab logistik memeriksa persediaan barang yang diminta
Penanggung jawab laboratorium.
e. Penanggung jawab logistik menyerahkan barang sesuai dengan
permintaan Penanggung jawab laboratorium dengan menandatangani
daftar serah terima barang.
f. Penanggung jawab laboratorium menggunakan barang sesuai
kebutuhan laboratorium
g. Penanggung jawab laboratorium mencatat dan melaporkan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium.
h. Penanggung jawab logistik mencatat dan membuat laporan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium dan Direktur.
2. Penggunaan barang rumah tangga

Prosedur :

a. Penanggung jawab laboratorium (kimia klinik dab imunologi,


hematologi, urinalisa dan mikrobiologi, bank darah, administrasi)
mengecek persediaan barang di bagian masing-masing.
b. Penanggung jawab membuat daftar kebutuhan barang rumah tangga
yang akan diminta kepada Penanggung jawab logistic Instalasi
Laboratorium dan menandatangani daftar tersebut.
c. Penanggung jawab laboratorium meminta barang rumah tangga
kepada Penanggung jawab logistic, dengan membawa daftar
kebutuhan barang rumah tangga yang telah ditanda tangani.

31
d. Penanggung jawab logistic memeriksa persediaan barang yang diminta
Penanggung jawab laboratorium.
e. Penanggung jawab logistic menyerahkan barang sesuai dengan
kebutuhan laboratorium.
f. Penanggung jawab laboratorium menngunakan barang sesuai dengan
kebutuhan laboratorium.
g. Penanggung jawab laboratorium mencatat dan melaporkan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium.
h. Penanggung jawab logistik mencatat dan membuat laporan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium dan Direktur RS Bina
Kasih Pekanbaru.
 Penggunaan
1. Penggunaan barang reagensia dan alat kesehatan habis pakai
a. Penanggung jawab laboratorium (kimia klinik dab imunologi, hematologi,
urinalisa dan mikrobiologi, bank darah dan penanggung jawab
administrasi mengecek persediaan barang di bagian masing-masing.
b. Penanggung jawab membuat daftar kebutuhan barang reagensia dan alat
kesehatan habis pakai yang akan diminta kepada Penanggung jawab
logistik Instalasi Laboratorium dan menandatangani daftar tersebut.
c. Penanggung jawab laboratorium meminta barang reagensia dan alat
kesehatan habis pakai kepada Penanggung jawab logistik.
d. Penanggung jawab logistik memeriksa persediaan barang yang diminta
Penanggung jawab laboratorium.
e. Penanggung jawab logistik menyerahkan barang sesuai dengan
permintaan Penanggung jawab laboratorium dengan menandatangani
daftar serah terima barang.
f. Penanggung jawab laboratorium menggunakan barang sesuai kebutuhan
laboratorium

32
g. Penanggung jawab laboratorium mencatat dan melaporkan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium.
h. Penanggung jawab logistik mencatat dan membuat laporan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium dan Direktur RS Bina Kasih
Pekanbaru.
2. Penggunaan barang rumah tangga
Prosedur
a. Penanggung jawab laboratorium (kimia klinik dab imunologi, hematologi,
urinalisa dan mikrobiologi, bank darah, administrasi) mengecek
persediaan barang di bagian masing-masing.
b. Penanggung jawab membuat daftar kebutuhan barang rumah tangga yang
akan diminta kepada Penanggung jawab logistic Instalasi Laboratorium
dan menandatangani daftar tersebut.
c. Penanggung jawab laboratorium meminta barang rumah tangga kepada
Penanggung jawab logistic, dengan membawa daftar kebutuhan barang
rumah tangga yang telah ditanda tangani.
d. Penanggung jawab logistic memeriksa persediaan barang yang diminta
Penanggung jawab laboratorium.
e. Penanggung jawab logistic menyerahkan barang sesuai dengan kebutuhan
laboratorium.
f. Penanggung jawab laboratorium menngunakan barang sesuai dengan
kebutuhan laboratorium.
g. Penanggung jawab laboratorium mencatat dan melaporkan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium.
h. Penanggung jawab logistik mencatat dan membuat laporan pemakaian
barang kepada Kepala Instalasi Laboratorium dan Direktur RS Bina Kasih
Pekanbaru.
 Evaluasi Reagensia

33
1. Reagensia dilakukan evaluasi setiap bulan mencakup:
2. Jenis reagensia
3. Tanggal kadaluarsa
4. Jumlah reagensia
5. Perubahan kondisi
6. Pengukuran suhu penyimpanan.

5. Manajemen Pelayanan Laboratorium


Pelayanan laboratorium rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di
rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit,
yang menyebutkan bahwa pelayanan laboratorium rumah sakit adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit,
dan pemulihan kesehatan (PMK RI No. 43 Tahun 2013).

34
Sumber : Rumah Sakit Roemani Muhammadyah Semarang. Alur Pelayanan
Laboratorium.
http://rsroemani.com/rv2/alur-laboratorium/

1. Tahap pelayanan Laboratorium


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 411/MENKES/PER/III/2010
tentang Laboratorium Klinik yang diperbaharui dengan PERMENKES No
43 tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang
Baik, bahwa proses pelayanan alur kerja (work flow) laboratorium klinik
melalui tiga tahapan yaitu, tahap pra analitik meliputi kegiatan
mempersiapkan pasien, menerima spesimen, mengambil spesimen,
memberi identitas spesimen, menguji mutu air dan reagensia. Tahap
analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pemeliharaan dan
kalibrasi peralatan, pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan ketelitian dan
ketepatan pemeriksaan dan tahap pasca analitik meliputi kegiatan

35
pencatatan hasil pemeriksaan, pelaporan hasil pemeriksaan sampai kepada
klinisi atau dokter yang melakukan order pemeriksaan klinik.
2. Waktu Pelayanan
Kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan
(KEPMENPAN No. 25/M.PAN/2/2004).

36
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik
sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan staf
profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak
didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu
manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan laboratorium sehari-hari. Pengelolaan laboratorium akan berjalan
dengan lebih efektif bilamana dalam struktur organisasi laboratorium
didukung oleh Board of Management yang berfungsi sebagai pengarah dan
penasehat. Board of Management terdiri atas para senior/profesor yang
mempunyai kompetensi dengan kegiatan laboratorium yang bersangkutan.
(Djas, 1998). Pengelolaan manajemen laboratorium dikoordinasi oleh Kepala
Laboratorium yang dibantu oleh laboran-laboran untuk setiap laboratorium.
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas
laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, specimen IPA), dan aktivitas
yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.
Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan
keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas, tanggung jawabnya,
dan mengikuti peraturan.
Untuk mengelola laboratorium yang baik harus dipahami perangkat-perangkat
manajemen laboratorium, yaitu:

37
1. Tata ruang
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
3. Infrastruktur
4. Administrasi laboratorium
5. Organisasi laboratorium
6. Fasilitas pendanaan
7. Inventarisasi dan keamanan
8. Pengamanan laboratorium
9. Disiplin yang tinggi
10. Keterampilan SDM
11. Peraturan dasar
12. Penanganan masalah umum
13. Jenis-jenis pekerjaan.

Beberapa hal yang mengenai manajemen laboratorium :

1. Manajemen Tenaga kerja Laboratorium


2. Manajemen Keuangan Laboratorium
3. Manajemen Pemasaran Laboratorium
4. Manajemen Logistik Laboratorium
5. Manajemen Pelayanan Laboratorium
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi,
atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

38
DAFTAR PUSTAKA

Amna Emda. 2014. Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia


dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry. Banda Aceh.

Depdikbud. 1979. Pengelolaan Laboratorium Sekolah dan Manual Alat IPA. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas, SPTK-21, Jakarta: Depdiknas, 2002. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Dr. Sofitri, SpPK, dan Juliati Amd.AK. 2018 Pedoman Pengelolaan Logistik
Instalasi Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bina Asih. Pekanbaru :
Rumah Sakit Bina Asih

Elseria, E. 2016. Efektifitas pengelolaan Laboratorium IPA. Manajer Pendidikan,


10(1).

Rumah Sakit Roemani Muhammadyah Semarang. Alur Pelayanan Laboratorium.


http://rsroemani.com/rv2/alur-laboratorium/

Sari, S., Dayana, D., & Farida, I. (2018). Analisis Profil Manajemen Laboratorium
Dalam Pembelajaran Kimia Di SMA Wilayah Sumedang. JTK (Jurnal Tadris
Kimiya), 3(1), 73-82.

Suyanta. 2010. Manajemen Operasional Laboratorium. Yogyakarta: Jurusan Kimia


FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Tone, K. (2018). Sistem Pengelolaan Manajemen Laboratorium Komputer Jurusan


Sistem Informasi UIN Alauddin Makassar. Jurnal INSTEK (Informatika Sains
dan Teknologi), 2(1), 61-70.

39

Anda mungkin juga menyukai