TAUHIDULLAH
TAUHIDULLAH
I. Definisi
Kata "tauhid" adalah kata benda yang berasal dari kata kerja wahada,
yawahidu yang berarti mengesakan. Tauhidullah berarti mengesakan Allah. Kata
ini mengandung pengertian sikap, bukan sekedar keyakinan. Seseorang yang
beriman tidak hanya dituntut mempercayai atau meyakini akan keesaan Allah,
akan tetapi juga harus menunjukkan sikap pengesaan. Sesungguhnya
tauhidullah inilah yang menjadi intisari dari akidah sebagai asas bangunan Islam.
Allah Ta'ala melarang hamba-Nya yang beriman untuk menyekutukan-Nya, yakni
menjadikan sesuatu selain Allah sama kedudukannya atau setara dengan Allah
Ta'ala. Tauhidullah adalah upaya mengokohkan keyakinan-keyakinan agama
Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga
dapat menghilangkan semua keraguan serta menjadikan jiwa kokoh dan tenang
karena keimanan.
II. Macam-macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyah
Adalah : Meyakini bahwa, tidak ada pencipta dan tidak ada pemberi rizqi,
tidak ada penguasa alam selain Allah.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika
kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
2. Tauhid Uluhiyah
(dia) Pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-
Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Sabda Rosulullah :
Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah 'Laa Ilaaha
Illallah'dan cabang paling rendah adalah menyingkirkan kotoran dari jalan." (HR. Muslim)
Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata,
tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan utusanNya, dan kalimatNya yang
disampaikanNya kepada Maryam serta ruh daripadaNya, dan (bersaksi pula bahwa) Surga
adalah benar adanya dan Neraka pun benar adanya maka Allah pasti memasukkannya ke
dalam Surga, apapun amal yang diperbuatnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan
engkau ketika menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun, niscaya Aku
berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula. (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhayya',
hadits hasan)
Barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun,
niscaya akan masuk Surga. Dan barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) berbuat syirik
kepada Allah, niscaya akan masuk Neraka.
(HR. Muslim)
Tauhid adalah inti da’wah ajaran para Rosul
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang
yang Telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
Ibnul Qayyim berkata, “Thaghut adalah suatu keadaan yang melebihi batasan-batasan
seorang hamba, seperti diibadahi, diikuti atau ditaaati (dalam hal yang melanggar
syariat)
Semua makhluk adalah ciptaan Allah. Mereka tidak kuasa untuk menciptakan,
bahkan keberadaan mereka karena diciptakan. Mereka tidak bisa memberi manfaat
atau bahaya kepada dirinya sendiri. Tidak mampu mematikan, menghidupkan atau
membangkitkan.
Karena itu, para pembesar kaum musyrikin dan thaghut-thaghut jahiliyah menentang
keras dakwah para nabi, khususnya dakwah Rasulullah. Sebab mereka mengetahui
makna laa ilaaha illallah sebagai suatu permakluman umum bagi kemerdekaan
manusia. Ia akan menggulingkan para penguasa yang zhalim dan angkuh dari
singgasana dustanya, serta meninggikan derajat orang-orang beriman yang tidak
bersujud kecuali kepada Tuhan semesta alam.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan
sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menghadap dan menyembah kepada
orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati. Sehubungan
dengan ini, Nabi Yusuf berkata:
"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang
bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?"
(Yusuf: 39)
Sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak
ada rasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah
kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin,
kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah
hanya takut kepada satu, yaitu Allah. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia
ketakutan, serta merasa tenang ketika mereka kalut. Hal itu diisyaratkan oleh Al-
Qur'an dalam firmanNya:
Keamaan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjaga-penjaga polisi atau
pihak keamanan lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan dunia.
Adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan. Yang
demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengesakan Allah, mengikhlaskan
ibadah hanya untuk Allah dan tidak mencam-puradukkan tauhid mereka dengan
syirik, karena mereka mengetahui, syirik adalah kazhaliman yang besar.
Tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, karena jiwanya penuh harap
kepada Allah, percaya dan tawakkal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan)Nya,
sabar atas musibahNya, serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk.
Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Jiwanya kokoh seperti gunung. Bila
datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar dibebaskan darinya. Ia
tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi'ar dan semboyannya adalah sabda
Rasulullah:
"Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon
pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi)
Melapangkan Kehidupan
Seseorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan yang lapang walau
bagaimanapun keadaannya. Seandainya ia orang miskin, ia bersabar, sebab ia tahu
bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan abadi,muara segala kenikmatan.
Seandainya ia kaya, ia akan bersyukur, sebab harta yang ada padanya hanyalah
titipan dari Allah swt.
“Amat mengherankan terhadap urusan orang mukmin, dan tidak terdapat kecuali
pada orang mukmin. Bila ditimpa musibah ia sabar, bila diberi nikmat ia bersyukur”
(HR Muslim)
Lain halnya dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Ia akan merasakan
kehidupan dunia ini sempit bagaimanapun keadaannya.
13. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain
Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang
bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh;
tetapi mereka tidak tahu.
14. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:
"Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka
mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
15. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing
dalam kesesatan mereka.
16. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung
perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.
18. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
19. Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita,
guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar
suara) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Referensi :