Anda di halaman 1dari 6

Nama : Vira Sholihatin Nisaa’

NIM : 180111600014

Offering : BK-B8

Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal

RANGKUMAN HASIL BELAJAR HAKIKAT BIMBINGAN DAN KONSELING


PADA PENDIDIKAN NONFORMAL

1. Perlukah program bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal ?


Kontribusi pendidikan nonformal dapat dijadikan sebagai upaya untuk pemecahan
masalah pendidikan formal bagi masyarakat, yaitu sebagai pelengkap, penambah, dan
pengganti pendidikan formal. Pada pendidikan nonformal dalam Peraturan Pemerintah No.
17 Tahun 2010 Pasal 171 Ayat (1), bahwa pendidik merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Yang dalam hal tersebut terdapat
peran pendidik sebagai konselor dalam membimbing, memfasilitasi serta memberikan
bantuan mengenai hambatan-hambatan serta kebutuhan warga belajar.
Dalam proses pembelajaran sangat penting adanya peran bimbingan dan konseling,
juga pada pendidikan nonformal. Sehubungan dengan hal tersebut, program bimbingan
dan konseling pada pendidikan nonformal juga sangat diperlukan, karena merupakan salah
satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan dan permasalahan yang dialami
oleh warga belajar, seorang konselor dapat memberikan layanan-layanan kepada warga
belajar/ peserta didik sesuai tugas-tugas perkemangannya dan kebutuhannya. Layanan atau
program bimbingan dan konseling yang diberikan sama halnya dengan BK pada
pendidikan formal yang mencakup bidang belajar, pribadi, sosial dan karir, bertujuan
untuk mengembangkan potensi dan membantu peserta didik dalam menghadapi hambatan-
hambatan yang dialami. Bimbingan dan konseling menjadi kebutuhan yang pokok untuk
dikembangkan di sektor pendidikan juga salah satunya pada pendidikan nonformal dan
memberikan rekomendasi bahwa setiap manusia diarahkan untuk berkembang dari kondisi
what is ke arah what should be. Kemunculan layanan bimbingan dan konseling merupakan
tuntutan masyarakat atas perubahan paradigma dari masyarakat agraris menuju masyarakat
industri (Santaya, 2014).
Mengingat pada pendidikan nonformal yang mana peserta didik atau warga
belajarnya memiliki usia yang berbeda-beda, dengan pelaksanaan pembelaaran di waktu
yang beragam dalam hal ini program bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal
dapat dibuat dengan menyesuaikan kondisi yang ada, bersifat luwes dan fleksibel. Dengan
mencermati persoalan-persoalan yang terdapat pada pendidikan nonformal, kehadiran
program BK dengan warna yang berbeda sangat diperlukan. Keanekaragaman kondisi
warga belajar menjadi tantangan tersendiri bagi BK untuk lebih kreatif dan inovatif
“menciptakan” strategi dalam pemberian layanan.

2. Apa definisi bimbingan dan konseling pada pendidikan non formal ?


Bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal merupakan upaya
pemberian bantuan kepada pesera didik atau warga belajar guna memfasilitasi agar dapat
membantu peserta didik/warga belajar agar dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya secara optimal, serta mengatasi hambatan-hambatan dan
kebutuhannya secara mandiri. Bimbingan dan konseling dalam pendidikan nonformal
berupaya untuk membangun pemahaman dan problem peserta didik/warga belajar secara
intrapersonal dan interpersonal yang kemudian dikonstruksi dalam bentuk tujuan-tujuan
dalam membantu membuat keputusan dalam merefleksikan kebutuhan, minat dan
kemampuan individu, keluarga atau kelompok dengan menggunakan sumber-sumber
informasi dan sumber daya sebagai prosedur yang berkaitan dengan personal, sosial,
emosional, pendidikan dan pengembangan dan penyesuaian vokasional (Santaya, 2014).

3. Apa tujuan, prinsip dan asas BK dalam konteks PNF?


a) Tujuan Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal
Tujuan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan nonformal adalah
membantu warga belajar mengenal dan menerima dirisendiri dan lingkungannya
secara positif dan dinamis sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan.
Arah pencapaian tujuan pada warga belajar di pendidikan nonformal lebih cenderung
ke peningkatan pemahaman diri terhadap kondisi diri, sehingga warga belajar akan
tumbuh kesadaran untuk selalu belajar walau banyak sekali hambatan.
Pencapaian tujuan umum dalam rangka pengembangan perwujudan ke empat
dimensi kemanusiaan individu, artinya dimensi keindividualan (individualitas),
dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi
keberagaman (religiusitas). Empat dimensi tujuan tersebut yang melandasi individu
sebagai warga belajar dalam beraktivitas belajar, diharapkan kondisi yang beragam
tersebut dapat meraih tujuan yang diharapkan, sehingga warga belajar bisa mencapai
sukses dalam belajar (Anni & Amin, 2018).
b) Prinsip Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal
Dalam Ardhi (tanpa tahun) terdapat prinsip bimbingan dan konseling pada
pendidikan nonformal, yaitu:
- Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan : (1) Bimbingan dan
konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, dan status sosial ekonomi; (2) Bimbingan dan konseling
berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai
aspek kepribadian yang kompleks dan unik; (3) Untuk mengoptimalkan
pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu perlu
dikenali dan difahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan,
kelemahan dan permasalahannya: (4) Setiap aspek pola kepribadian yang
kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor yang secara potensial
mengarah kepada sikap dan pola tingkah laku yang tidak seimbang; (5) Meskipun
individu yang satu dan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan
individu harus difahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan
memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik
anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
- Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu : (1) Bimbingan dan konseling
berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik
individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu; (2) Keadaan sosial,
ekonomi, politik, dan budaya yang kurang menguntungkan merupakan salah satu
faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian
utama dari para Guru BK atau konselor dalam mengentaskan masalah peserta
didik (konseli).
- Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan: (1) Bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan;
oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan
dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh: (2) Program
bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu,
masyarakat, dan kondisi lembaga (misalnya sekolah); (3) Program bimbingan dan
konseling disusun dan diselengggarakan secara berkesinambungan kepada anak-
anak sampai orang dewasa atau dari jenjang pendidikan anak TK/RA sampai
Perguruan Tinggi; (4) Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya
diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat
yang diperoleh serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan
dan pelaksanaannya.
- Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan: (1) Tujuan akhir
bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu, oleh karena itu
pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan
individu agar mampu membimbing dirinya sendiri dalam menghadapi setiap
kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya; (2) Dalam proses konseling
keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh konseli hendaklah atas kemauan
konseli sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor; (3)
Permasalahan khusus yang dialami oleh konseli (untuk semua usia) harus
ditangani oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) harus ditangani oleh
tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut; (4)
Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional, oleh karena itu
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikandan latihan
khusus dalam bimbingan dan konseling; (5) Pamong belajar/Tutor dan orang tua
memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan
konseling; (6) Pamong belajar/Tutor dan konselor berada dalam satu kerangka
upaya pelayanan; 7) Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling
dengan baik dan memenuhi tuntutan peserta didik program pengukuran dan
penilaian terhadap peserta didik hendaknya dilakukan, dan himpunan datra yang
memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan
dengan baik; (8) Organisasi program bimbingan dan konseling hendaknya
fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu dan lingkungannya; (9)
Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya
diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang terlatih danterdidik secara
khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerja sama dengan staf dan
personal lembaga di tempat dia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat
menunjang program bimbingan dan konseling; (10) Penilaian periodik perlu
dilakukan terhadaap program yang sedang berjalan.
c) Asas Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal
Asas Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal sama halnya dengan
asas BK pada umumnya di setting pendidikan formal, yaitu mencakup asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian,
kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan asas Tut
Wuri Handayani.
4. Di mana kedudukan bimbingan dan konseling dalam konteks PNF ?
Dalam Ramli dkk (2017) pada pendidikan yang berada di jalur formal, pelayanan
bimbingan mengikuti rambu-rambu pelaksanaan bimbingan dan konseling di jalur
formal, sedangkan untuk jenis pendidikan yang non formal maupun in formal, maka
menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Dengan karakteristik warga belajar dengan usia
yang bervariasi dan waktu pelaksanaan serta proses kegiatan pembelajaran yang
fleksibel, maka kecenderungan masalah yang dihadapi warga belajar pendidikan
nonformal lebih banyak muncul. Dengan demikian pelayanan bimbingan dan konseling
sangat dibutuhkan pada satuan jalur pendidikan nonformal.
Hingga saat ini belum ada aturan yang baku mengenai penyelenggaraan bimbingan
dan konseling pada jalur nonformal. Bagi konselor yang mempunyai kepedulian dalam
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di jalur nonformal misalnya dalam
jenis pendidikan keagamaan, dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling dalam jalur formal dengan modifikasi-modifikasi, disesuaikan dengan konteks
yang ada. Seperti jenis pendidikan keagamaan di pondok pesantren, di mana para peserta
didik tinggal di pesantren, mereka akan mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan
teman mereka yang belajar di pendidikan umum (pendidikan formal). Berdasarkan
kebutuhan yang telah diidentifikasi, maka dikembangkan program yang sesuai dengan
kebutuhan mereka dengan strategi atau metode yang sesuai dengan keadaan peserta didik
di pesantren (Ramli dkk, 2017).
Daftar Rujukan
Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan. Kementerian Pendidikan Nasional. Luk Staff UGM
(online), (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP17-2010Lengkap.pdf), diakses pada 30
Oktober 2020.
Anni, C. T, & Amin, Z. N,. 2018. PPG dalam Jabatan : ESENSI PELAYANAN BK DI
BERBAGAI JALUR PENDIDIKAN. (Online), (https://docplayer.info/79927396-Ppg-
dalam-jabatan-esensi-pelayanan-bk-di-berbagai-jenis-pendidikan-dr-catharina-tri-
anni-m-pd-zakki-nurul-amin-s-pd-m-pd.html), diakses pada 30 Oktober 2020.
Ardhi, Andi Irfhana. Tanpa tahun. Esensi Bimbingan dan Konseling Pada Satuan Jalur
Pendidikan Formal, Non Formal, dan Informasi. (Online),
(https://www.academia.edu/6799426/Esensi_Bimbingan_dan_Konseling_Pada_Satua
n_Jalur_Pendidikan_Formal_Non_Formal_dan_Informasi), diakses pada 30 Oktober
2020.
Ramli, dkk. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket Keahlian
Bimbingan dan Konseling : Bab I Esensi Bimbingan Dan Konseling Pada Satuan
Jalur, Jenis, Dan Jenjang Pendidikan. (Online),
(https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/bk/BA
B-I-Esensi-Bimbingan-dan-Konseling.pdf), diakses pada 31 Oktober 2020.
Santaya, Sigit. 2014. Pendidikan untuk Perubahan Masyarakat Bermartabat: Framework
Bimbingan dan Konseling Setting Non Formal. (Online),
(https://sipejar.um.ac.id/pluginfile.php/625978/mod_resource/content/1/06artikel-
ilmiah-framework-bimbingan-dan-konseling-setting-non-formal.pdf) diakses pada 29
Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai