Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal
RANGKUMAN HASIL BELAJAR HAKIKAT BIMBINGAN DAN KONSELING
PADA PENDIDIKAN NONFORMAL
1. Perlukah program bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal ?
Kontribusi pendidikan nonformal dapat dijadikan sebagai upaya untuk pemecahan masalah pendidikan formal bagi masyarakat, yaitu sebagai pelengkap, penambah, dan pengganti pendidikan formal. Pada pendidikan nonformal dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pasal 171 Ayat (1), bahwa pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Yang dalam hal tersebut terdapat peran pendidik sebagai konselor dalam membimbing, memfasilitasi serta memberikan bantuan mengenai hambatan-hambatan serta kebutuhan warga belajar. Dalam proses pembelajaran sangat penting adanya peran bimbingan dan konseling, juga pada pendidikan nonformal. Sehubungan dengan hal tersebut, program bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal juga sangat diperlukan, karena merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan dan permasalahan yang dialami oleh warga belajar, seorang konselor dapat memberikan layanan-layanan kepada warga belajar/ peserta didik sesuai tugas-tugas perkemangannya dan kebutuhannya. Layanan atau program bimbingan dan konseling yang diberikan sama halnya dengan BK pada pendidikan formal yang mencakup bidang belajar, pribadi, sosial dan karir, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan membantu peserta didik dalam menghadapi hambatan- hambatan yang dialami. Bimbingan dan konseling menjadi kebutuhan yang pokok untuk dikembangkan di sektor pendidikan juga salah satunya pada pendidikan nonformal dan memberikan rekomendasi bahwa setiap manusia diarahkan untuk berkembang dari kondisi what is ke arah what should be. Kemunculan layanan bimbingan dan konseling merupakan tuntutan masyarakat atas perubahan paradigma dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri (Santaya, 2014). Mengingat pada pendidikan nonformal yang mana peserta didik atau warga belajarnya memiliki usia yang berbeda-beda, dengan pelaksanaan pembelaaran di waktu yang beragam dalam hal ini program bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal dapat dibuat dengan menyesuaikan kondisi yang ada, bersifat luwes dan fleksibel. Dengan mencermati persoalan-persoalan yang terdapat pada pendidikan nonformal, kehadiran program BK dengan warna yang berbeda sangat diperlukan. Keanekaragaman kondisi warga belajar menjadi tantangan tersendiri bagi BK untuk lebih kreatif dan inovatif “menciptakan” strategi dalam pemberian layanan.
2. Apa definisi bimbingan dan konseling pada pendidikan non formal ?
Bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal merupakan upaya pemberian bantuan kepada pesera didik atau warga belajar guna memfasilitasi agar dapat membantu peserta didik/warga belajar agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal, serta mengatasi hambatan-hambatan dan kebutuhannya secara mandiri. Bimbingan dan konseling dalam pendidikan nonformal berupaya untuk membangun pemahaman dan problem peserta didik/warga belajar secara intrapersonal dan interpersonal yang kemudian dikonstruksi dalam bentuk tujuan-tujuan dalam membantu membuat keputusan dalam merefleksikan kebutuhan, minat dan kemampuan individu, keluarga atau kelompok dengan menggunakan sumber-sumber informasi dan sumber daya sebagai prosedur yang berkaitan dengan personal, sosial, emosional, pendidikan dan pengembangan dan penyesuaian vokasional (Santaya, 2014).
3. Apa tujuan, prinsip dan asas BK dalam konteks PNF?
a) Tujuan Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal Tujuan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan nonformal adalah membantu warga belajar mengenal dan menerima dirisendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Arah pencapaian tujuan pada warga belajar di pendidikan nonformal lebih cenderung ke peningkatan pemahaman diri terhadap kondisi diri, sehingga warga belajar akan tumbuh kesadaran untuk selalu belajar walau banyak sekali hambatan. Pencapaian tujuan umum dalam rangka pengembangan perwujudan ke empat dimensi kemanusiaan individu, artinya dimensi keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi keberagaman (religiusitas). Empat dimensi tujuan tersebut yang melandasi individu sebagai warga belajar dalam beraktivitas belajar, diharapkan kondisi yang beragam tersebut dapat meraih tujuan yang diharapkan, sehingga warga belajar bisa mencapai sukses dalam belajar (Anni & Amin, 2018). b) Prinsip Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal Dalam Ardhi (tanpa tahun) terdapat prinsip bimbingan dan konseling pada pendidikan nonformal, yaitu: - Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan : (1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi; (2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik; (3) Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu perlu dikenali dan difahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan dan permasalahannya: (4) Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola tingkah laku yang tidak seimbang; (5) Meskipun individu yang satu dan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan individu harus difahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. - Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu : (1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu; (2) Keadaan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang kurang menguntungkan merupakan salah satu faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama dari para Guru BK atau konselor dalam mengentaskan masalah peserta didik (konseli). - Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan: (1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh: (2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga (misalnya sekolah); (3) Program bimbingan dan konseling disusun dan diselengggarakan secara berkesinambungan kepada anak- anak sampai orang dewasa atau dari jenjang pendidikan anak TK/RA sampai Perguruan Tinggi; (4) Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya. - Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan: (1) Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan individu agar mampu membimbing dirinya sendiri dalam menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya; (2) Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh konseli hendaklah atas kemauan konseli sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor; (3) Permasalahan khusus yang dialami oleh konseli (untuk semua usia) harus ditangani oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut; (4) Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional, oleh karena itu dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikandan latihan khusus dalam bimbingan dan konseling; (5) Pamong belajar/Tutor dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling; (6) Pamong belajar/Tutor dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan; 7) Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan memenuhi tuntutan peserta didik program pengukuran dan penilaian terhadap peserta didik hendaknya dilakukan, dan himpunan datra yang memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik; (8) Organisasi program bimbingan dan konseling hendaknya fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu dan lingkungannya; (9) Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang terlatih danterdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerja sama dengan staf dan personal lembaga di tempat dia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling; (10) Penilaian periodik perlu dilakukan terhadaap program yang sedang berjalan. c) Asas Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal Asas Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Nonformal sama halnya dengan asas BK pada umumnya di setting pendidikan formal, yaitu mencakup asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan asas Tut Wuri Handayani. 4. Di mana kedudukan bimbingan dan konseling dalam konteks PNF ? Dalam Ramli dkk (2017) pada pendidikan yang berada di jalur formal, pelayanan bimbingan mengikuti rambu-rambu pelaksanaan bimbingan dan konseling di jalur formal, sedangkan untuk jenis pendidikan yang non formal maupun in formal, maka menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Dengan karakteristik warga belajar dengan usia yang bervariasi dan waktu pelaksanaan serta proses kegiatan pembelajaran yang fleksibel, maka kecenderungan masalah yang dihadapi warga belajar pendidikan nonformal lebih banyak muncul. Dengan demikian pelayanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan pada satuan jalur pendidikan nonformal. Hingga saat ini belum ada aturan yang baku mengenai penyelenggaraan bimbingan dan konseling pada jalur nonformal. Bagi konselor yang mempunyai kepedulian dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di jalur nonformal misalnya dalam jenis pendidikan keagamaan, dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dalam jalur formal dengan modifikasi-modifikasi, disesuaikan dengan konteks yang ada. Seperti jenis pendidikan keagamaan di pondok pesantren, di mana para peserta didik tinggal di pesantren, mereka akan mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan teman mereka yang belajar di pendidikan umum (pendidikan formal). Berdasarkan kebutuhan yang telah diidentifikasi, maka dikembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka dengan strategi atau metode yang sesuai dengan keadaan peserta didik di pesantren (Ramli dkk, 2017). Daftar Rujukan Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Kementerian Pendidikan Nasional. Luk Staff UGM (online), (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP17-2010Lengkap.pdf), diakses pada 30 Oktober 2020. Anni, C. T, & Amin, Z. N,. 2018. PPG dalam Jabatan : ESENSI PELAYANAN BK DI BERBAGAI JALUR PENDIDIKAN. (Online), (https://docplayer.info/79927396-Ppg- dalam-jabatan-esensi-pelayanan-bk-di-berbagai-jenis-pendidikan-dr-catharina-tri- anni-m-pd-zakki-nurul-amin-s-pd-m-pd.html), diakses pada 30 Oktober 2020. Ardhi, Andi Irfhana. Tanpa tahun. Esensi Bimbingan dan Konseling Pada Satuan Jalur Pendidikan Formal, Non Formal, dan Informasi. (Online), (https://www.academia.edu/6799426/Esensi_Bimbingan_dan_Konseling_Pada_Satua n_Jalur_Pendidikan_Formal_Non_Formal_dan_Informasi), diakses pada 30 Oktober 2020. Ramli, dkk. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Bimbingan dan Konseling : Bab I Esensi Bimbingan Dan Konseling Pada Satuan Jalur, Jenis, Dan Jenjang Pendidikan. (Online), (https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/bk/BA B-I-Esensi-Bimbingan-dan-Konseling.pdf), diakses pada 31 Oktober 2020. Santaya, Sigit. 2014. Pendidikan untuk Perubahan Masyarakat Bermartabat: Framework Bimbingan dan Konseling Setting Non Formal. (Online), (https://sipejar.um.ac.id/pluginfile.php/625978/mod_resource/content/1/06artikel- ilmiah-framework-bimbingan-dan-konseling-setting-non-formal.pdf) diakses pada 29 Oktober 2020.