Makalah Paper Pencegahan Dan Penanganan
Makalah Paper Pencegahan Dan Penanganan
MAKALAH
Disusun oleh:
Fitri Ayu Andarini (172141018)
Indriyani (172141022)
Tika Putri Sekariyanti (172141042)
Ni Luh Putu Ayu Dika (172141050)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan salah satu tugas matakuliah “Kesehatan Reproduksi” yang wajib ditempuh di
Universitas M.H Thamrin. Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas diskusi.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Ibu Yasinta Kristianti, M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan Reproduksi.
2. Keluarga kami atas segala dukungan selama ini, baik moril maupun materil serta doa
yang dipanjatkan setiap waktu.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
1.3. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................3
2.1. Definisi Infertilitas........................................................................................................................3
2.2. Jenis Infertilitas.................................................................................................................................3
2.3. Penyebab Infertilitas.....................................................................................................................5
2.4. Infertilitas Pada Wanita.....................................................................................................................5
2.5. Infertilitas Pada Pria..........................................................................................................................7
2.6. Gejala dan Pencegahan Infertilitas..................................................................................................12
2.7. Penangulangan Infertilitas...............................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................16
PENUTUP..................................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................ 16
3.2. Saran...........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian infertilitas
3. Untuk mengetahui faktor penyebab infertilitas pada wanita dan pria
4. Untuk memahami bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan infertilitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
melakukan olahraga, stress berkepanjangan yang nantinya akan mempengaruhi
produksi hormon dan masalah waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual.
2. Infertilitas sekunder
Infertilitas sekunder adalah apabila istri pernah hamil, namun kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun melakukan hubungan seksual tanpa usaha kontrasepsi
dan berada kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.
Penyebab infertilitas primer
Masalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah pada
pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas sekunder
menemukan penyebab masalah kemandulan sekunder tersebut, darikombinasi berbagai
faktor meliputi :
a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama
wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang
teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya
usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami
penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan
menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics
menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki
kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25 –34 tahun menurun menjadi 86%
dan 78% pada usia 35 – 44 tahun. Pada pria dengan bertambahnya usia juga
menyebabkan penurunan kesuburan.
Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya,
akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian mengungkapkan
hanya sepertiga pria yang berusia diatas 40 tahun mampu menghamili isterinya
dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia dibawah 25 tahun. Selain itu
usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma (Kasdu, 2001:63 ).
b. Masalah reproduksi
4
Masalah pada sistem reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal
bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi
yang benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang
melahirkan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengarah pada penyumbatan tuba. Masalah lain yang juga berperan
dalamreproduksi yaitu ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan
penyumbatan saluran sperma.
c. Faktor gaya hidup
Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan
setiap pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat
badan yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan
berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi
kemampuan untuk hamil. Pria yang berolah raga secara berlebihan juga dapat
meningkatkan suhu tubuh mereka,yang mempengaruhi perkembangan sperma dan
penggunaan celana dalam yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma
( Kasdu, 2001:66 ).
5
penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat
mengurangi daya hidup sperma (Stright B, 2005:60 ).
1.2. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama
periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya
hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi (Stright B,
2005:60).
1.3. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat
berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip
endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus
septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan, nutrisi
serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002:509 ).
1.4. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan.
Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat
menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat
implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari
banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan
tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ).
Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah
adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease –PID).
PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
1.5. Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya
harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi
ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi
infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis,
atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis,
terdapat juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress
6
diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone.(Handersen C & Jones K,
2006:86 ).
1. Faktor koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal, kelainan
anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin
menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi vasdeferens
dan kelainan kongenital system ejakulasi. Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat
orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau varikokel
(Benson R & Pernoll M, 2009:680).
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke
telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal
atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel
telur. Sperma memiliki tiga bagian utama:
1. Kepala sperma mengandung inti. Inti memegang DNA dari sel. Kepala juga
mengandung enzim yang membantu sperma memecah melalui membran sel telur.
2. Bagian tengah sperma dikemas dengan mitokondria. Mitokondria adalah organel dalam
sel yang menghasilkan energi. Sperma menggunakan energi dalam midpiece untuk
bergerak.
3. Ekor sperma bergerak seperti baling-baling, berputar-putar. Ekor ini adalah flagella
panjang yang mendorong sperma ke depan. Sebuah sperma dapat melakukan
perjalanan sekitar 30 inci per jam.
Untuk mengenali ciri-ciri sperma yang baik dan sperma sehat sangatlah mudah dilihat
melalui pemerikasaan atau pengamatan dengan mikroskop. berikut ini tanda atau ciri dari
sperma yang baik dan berkualitas :
7
1. Volume
Ketika pria mengalami ejakulasi saat berhubungan intim, normalnya sperma yang
keluar ada sekitar 2-6 ml. Jika sperma yang keluar kurang dari sperma yang normal,
kemungkinan mengaalami suatu gangguan atau masalah dengan tingkat kesuburan
yang disebabkan oleh seringnya melakukan hubungan sesual, terlalu cepat ejakulasi
dan seringnya masturbasi.
2. Waktu Pembekuan
Ciri-ciri sperma yang baik yang dikenal mengandung protein dan akan menggumpal
(koagulasi) jika dibiarkan diudara terbuka selama kurang lebih 20-30 menit. Jika dalam
waktu tersebut sperma tetap cair kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih.
8
Sel darah putih umumnya tidak ditemukan didalam cairan sperma. Sel darah putih
hanya terdeteksi atau terlihat di urine dan cairan sperma jika mengalami infeksi yang
ditemukan bersama dengan beberapa bakteri penyebab infeksi.
Sedangkan, morfologi sperma yang abnormal antara lain:
1. Makro : 25 % > kepala normal.
2. Mikro : 25 % < kepala normal.
3. Taper : kurus, lebar kepala ½ dari yang normal, tidak jelas batas akrosom,
memberi gambaran cerutu.
4. Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”.
5. Amorf : bentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas
akrosom.
6. Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom.
7. Piri : tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja.
8. Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda.
Ciri-ciri sperma yang tidak sehat ialah:
1. Berbau busuk
Cara mendasar untuk membedakan sperma sehat atau tidak adalah dengan mencium
bau yang dihasilkan dari sperma itu sendiri. Apabila sperma sobat mengeluarkan
aroma yang sangat bau dan busuk, maka bisa dipastikan bahwa sperma tersebut
dalam keadaan yang tidak sehat. Mengapa? Karena sperma yang sehat dan normal
adalah sperma yang mengeluarkan bau klorin. Bila sperma sobat berbau busuk maka
ada kemungkinan bahwa telah terjadi sebuah infeksi yang menyerang sperma. Untuk
mengatasi hal ini, sebisa mungkin carilah dokterk yang telah berpengalaman untuk
mendapatkan solusi.
2. Warna sperma
Selain putih, ternyata ada juga beberapa warna yang mengindikasikan bahwa sperma
masuk dalam kategori sehat atau tidak. Warna-warna tersebut adalah kuning, hijau,
merah, dan coklat. Untuk sobat yang mempunyai sperma dengan warna yang terlalu
kuning bahkan cenderung hijau, maka sobat harus berhati-hati karena warna tersebut
mengindikasikan terjadinya infeksi. Selain itu bisa dimungkinkan bahwa sperma
sobat terserang sebuah penyakit menular yang disebut dengan kencing nanah atau
9
gonore. Sperma berwarna merah pun berbahaya, karena warna merah ataupun coklat
mengindikasikan bahwa ada pembuluh darah yang pecah di area prostat. Warna
merah disebabkan oleh darah persisten keluar bersama sperma.
3. Sperma terlalu kental
Mempunyai sperma lengket seperti jelly memang merupakan hal yang tak
menghawatirkan karena menunjukkan bahwa sperma sobat sehat. Namun apabila
sperma terlalu lengket atau kental, maka bisa saja sperma sobat tidak dalam keadaan
sehat. Untuk sperma yang normal, dalam waktu sekitar 30 menit maka akan menjadi
encer bahkan bening. Air mani kental bisa disebabkan oleh dehidrasi ataupun
rendahnya hormone testosterone yang ada pada tubuh. Untuk itu, pria harus waspada
apabila memiliki air mani yang terlalu kental.
10
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau
kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang
lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
6. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi
sperma.
7. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua
kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi
sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat
mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang
cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan
testis dengan saluran ejakulasi.
8. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular
seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan
skar yang memblokir jalannya sperma.
9. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi
prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak
atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
10. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung
kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat
menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra,
dan pengaruh obat-obatan tertentu.
11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
11
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma
(epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa
sperma dari testis ke lubang penis.
12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila
tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.
13. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria
menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali
saat vasektomi dicabut.
14. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung
pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi
sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll),
bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat
seperti timbal, kadmium atau arsenik.
15. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan
menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.
12
b. Pencegahan
Infertilitas dapat dicegah dengan beberapa penyesuaian, yaitu:
1. Kemandulan seringkali sebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu dianjurkan
untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan risiko kemandulan
dimasa yang akan datang.
2. Imunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan komplikasinya
pada pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah dengan menjalani
imunisasi gondongan.
3. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki risiko kemandulan lebih tinggi misalnya:
IUD, IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum pernah memiliki
anak.
13
umumya membutuhkan sperma hanya beberapa buahdapat dilakukan dengan teknologi terbaru
dengan menyuntikkan langsung sel sperma ke dalam sel telur yang dikenal sebagai ICSI (Intra
Cytoplasmic Sperm Injection)
14
folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi
akan terjadi ovulasi.
Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi)
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia
Trachomatis dan Gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba.
Langkah VI (Analisis Fase Luteal)
Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi. Pengobatan
insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah.
Langkah VII (Diagnosis Tuba Fallopi)
Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba
menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan
penyebab tersering infertilitas. Penanganan pada prediposisi infertilitas bergantung pada
penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas akibat infeksi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau seorang
perempuan untuk menghasilkan keturunan. Penyebab infertilitas dapat berbeda baik laki-laki
maupun perempuan. Pada wanita, infertilitas dapat disebabkan akibat masalah pada vagina,
serviks ataupun uterus. Sedangkan pada laki-laki, infertilitas dapat timbul akibat faktor
pekerjaan, konsentrasi sperma yang rendah ataupun masalah kelainan genetik maupun
kekurangan hormon.
Akan lebih baik jika pasangan dapat mendeteksi dini gejala infertilitas sehingga dapat
melakukan tindakan yang lebih tepat. Begitu juga dengan proses pencegahan maupun
penanganan sebaiknya dikonsultasikan sehingga diagnosa maupun pengobatan dapat berjalan
secara optimal.
3.2. Saran
Bagi mahasiswa
Bagi masyarakat
Akan lebih baik jika pasangan suami istri sebelum menikah memeriksakan keadaan
reproduksinya. Lalu, perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang dapat menyuburkan alat-alat
reproduksi dan juga melakukan olahraga yang teratur serta waspada terhadap gejala
infertilitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung : PT. Refika Aditama.
Elizabeth, 2005. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka.
Herlianto, Harijati. 1971. Fertilitas (Kelahiran) dalam Pengantar Demogarfi.jakarta:
PT Lembaga Demografi UI.
Manuaba, IBG., 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.
Permadi, 2008. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito.
http://andinurfitri27.blogspot.co.id/2013/04/makala-tentang-infertilitas.html
http://ferrystoner.blogspot.com/2013/03/infertilitas.html
https://dieena.wordpress.com/2012/06/23/makalah-infertilitas
http://caramemperbesarpenisku.net/mengetahui-ciri-ciri-sperma-yang-sehat-dan-tidak-sehat/
diakses 02 Juni 2016
http://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/beda-sperma-normal-dan-abnormal diakses 02
Juni 2016