AUDIT INTERNAL
“Temuan Audit”
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmatNya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Audit Internal yang membahas tentang
“Temuan Audit”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan
pemahaman yang baik bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki
masih kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
C. TujuanPenulisan ............................................................................................. 2
PENDAHULUAN
Temuan audit dihasilkan dari proses perbandingan antara ”apa yang seharusnya
terdapat” dan ”apa yang ternyata terdapat dalam proses pengauditan”. Dari hasil
perbandingan tersebut, internal auditor memiliki dasar untuk membuat laporan. Temuan-
temuan audit dapat diatasi dengan pengendalian internal yang berjalan dengan baik, salah
satunya dengan diadakan pemeriksaan internal oleh auditor. Auditor internal
bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektivitas dari tindakan
yang diambil oleh manajemen. Oleh karena itu, auditor internal harus mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang temuan audit dan dapat mengidentifikasi indikator
kemungkinan adanya temuan audit. Berdasarkan penjelasan di atas makalah ini
membahas peran sikap profesionalisme auditor internal terhadap temuan audit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa
rumusan masalah, diantaranya:
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Untuk dapat memahami dan mengerti lebih cepat dan lebih jelas tentang maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini, maka penulis menguraikannya secara sistematis,
sehingga tergambar dengan jelas isi masing-masing bab.
BAB II
PEMBAHASAN
Temuan audit (audit findings) menurut Sawyer adalah penyimpangan dari norma-
norma atau kriteria yang dapat diterima.
Temuan audit menurut I Gusti Agung Ra dalam buku Audit kinerja pada sektor
publik: konsep, praktik, studi kasus ialah masalah-masalah penting (material) yang
ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan
dan dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena mempunyai dampak terhadap
perbaikan dan peningkatan kinerja; ekonomi, efisiensi dan efektivitas yang diaudit.
Jadi temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah
dan diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang disajikan
secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
Temuan audit bisa memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Misalnya,
temuan-temuan tersebut dapat menggambarkan:
Terdapat tiga ciri temuan audit yang dikatakan baik, yaitu temuan audit harus
didukung oleh bukti yang memadai, temuan audit harus penting (material), serta temuan
audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab akibat).
1. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis. Auditor internal
harus mempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada pada saat kelemahan terjadi.
Keputusan manajemen didasarkan pada fakta-fakta yang tersedia saat ini. Auditor
internal seharusnya tidak mengkritik suatu kebijakan hanya karena mereka tidak
setuju atau karena mereka memiliki informasi baru yang tidak tersedia bagi
pengambil keputusan. Auditor internal seharusnya tidak mengganti pertimbangan
audit dengan pertimbangan manajemen.
2. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika sebuah
temuan audit belum ditemukan secara mendalam untuk memuaskan seseorang yang
objektif dan wajar, maka temuan ini tidak bisa dilaporkan.
3. Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut tidak
mutlak harus dikritik hanya karena kurang dari 100 persen.
4. Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit. Mereka harus memeriksa
dengan teliti untuk menemukan alasan-alasan yang mengandung kesalahan. Auditor
internal, seperti halnya pendukung pernyataan lainnya, akan tergoda untuk
merasionalkan interpretasi untuk mendukung temuan mereka. Setelah menghabiskan
banyak waktu dan tenaga, auditor cenderung melindungi dan mempertahankan
temuan mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan sempurna yang logis. Akan
tetapi, temuan-temuan tersebut mungkin tidak dapat dipertahankan dengan
berjalannya waktu atau bila dihadapkam pada pertanyaan-pertanyaan yang lengkap.
Menambah Nilai
Dalam setiap aspek usaha, konsep menambah nilai (adding value) memiliki
makna baru dan lebih jelas. Definisi terbaru mengenai audit internal secara khusus
menyebutkan penambahan nilai. Fungsi-fungsi yang dianggap tidak menambah nilai
berisiko untuk dirampingkan, atau bahkan dihilangkan. Salah satu cara auditor internal
menambah nilai adalah dengan meyakinkan bahwa temuan dan rekomendasi yang
mereka berikan jelas berdampak positif bagi organisasi. Auditor internal tidak hanya
harus yakin bahwa pekerjaan mereka memberikan kontribusi yang berarti bagi tujuan
dan kesuksesan organisasi, mereka juga harus yakin bahwa kontribusi tersebut dipahami
dan dinilai oleh yang lain.
Temuan audit yang wajar dapat menghasilkan perbaikan dalam jumlah dolar atau
rupiah yang besar, atau meningkatkan jasa, atau memperbaiki struktur dan proses
organisasi. Auditor internal akan meningkatkan citra mereka sebagai penambah nilai,
bukan sebagai pemakan sumber daya. Di sepanjang tahapan temuan-temuan audit,
penting bagi auditor internal untuk tetap fokus menyediakan aktivitas-aktivitas dan jasa-
jasa bernilai tinggi.
Misalnya, tidak diambilnya beberapa diskon pembelian acak oleh pegawai utang
usaha dapat dianggap kesalahan yang tidak signifikan.
Tetapi tidak berarti kesalahan yang klerikal yang bersifat acak tidak pernah
dilaporkan. Jika kesalahan-kesalahan tersebut merupakan gejala-gejala dari masalah
yang lebih besar, mungkin harus ada pelaporan. Kesalahan tersebut mungkin
mengidentifikasikan pelatihan karyawan yang kurang, pengawasan yang lemah, atau
instruksi tertulis yang tidak jelas. Pada kasus-kasus ini kelemahan kontrol lah yang
menjadi temuan audit. Kesalahan acak adalah murni membuktikan adanya kelemahan
dan membutuhkan perhatian manajemen.
2. Temuan-temuan Kecil
Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan semata-
mata kesalahan manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka akan
berlanjut sehingga merugikan dan walaupun tidak menggangu tujuan operasi
organisasi, namun cukup signifikan untuk diperhatikan oleh manajemen. Beberapa
temuan kecil lebih baik dilaporkan dalam surat kepada manajemen (Management
Letter).
Misalnya, seorang pegawai yang telah mencampuradukkan kas kecil pribadi
dengan milik organisasi melanggar aturan organisasi dan pratik bisnis yang baik.
Tentu hal ini harus dilaporkan dan diperbaiki, jika tidak maka akan terus berlanjut
atau menyebar.
3. Temuan-temuan Besar
Temuan-temuan besar (major findings) adalah temuan yang akan
mengahalangi tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi.
Misalnya, salah satu tujuan utama departemen utang usaha adalah hanya membayar
utang usaha yang benar-benar sah. Sistem kontrol yang lemah yang bisa atau akan
mengakibatkan kesalahan pembayaran yang akan mencerminkan kelemahan yang
bisa menghalangi departemen mencapai tujuan utamanya. Oleh karena itu, hal ini
merupakan temuan audit yang besar dan harus dilaporkan.
Memisahkan temuan audit yang besar dan kecil tidaklah mudah. Dibutuhkan
pertimbangan audit yang baik untuk mebedakan keduanya. Namun jika tolak ukur
yang baru saja dijabarkan bisa diterapkan secara wajar, maka auditor internal harus
mampu mengklasifikasi temuan-temuannya. Dan karena melibatkan pertimbangan
audit, keputusan akhir mengenai apakah sebuah temuan harus diklasifikasikan
sebagai temuan besar atau kecil merupakan tanggung jawab auditor internal, bukan
manajemen.
Auditor internal bukanlah orang yang maha tahu dan mereka tidak bisa
diharapkan untuk mengetahui semua hal tentang operasi yang sedang diaudit.
Pengetahuan tentang temuan audit yang dapat dilaporkan merupakan masalah lain,
karena auditor internal mempertentangkan kelayakan status quo. Mereka mencari sistem
atau transaksi yang tidak memenuhi standar operasi yang berlaku. Tetapi auditor internal
bisa mengharapkan adanya tantangan dan mereka harus mengetahui lebih banyak tentang
temuan-temuan audit mereka. Fakta-fakta yang ditemukan auditor internal haruslah
meyakinkan, kriterianya harus dapat diterima, dan logika yang digunakan juga harus
meyakinkan.
Kelayakan tindakan yang mereka lakukan paling baik diukur dengan
membandingkannya dengan beberapa kriteria. Sama halnya dengan pengembangan
temuan audit. Jika temuan yang dikembangkan memenuhi semua standar audit dapat
diterima, maka temuan tersebut akan menjadi logis, wajar, dan meyakinkan. Temuan
tersebut akan memberi stimulus untuk memotivasi tindakan perbaikan. Jika ada yang
hilang dari temuan yang dilaporkan, maka temuan tersebut bisa dipertentangkan dan
berakibat pada tindakan yang tidak menyenangkan atau bahkan tidak ada tindakan sama
sekali.
Pembaca laporan harus diberikan informasi umum yang memadai agar dapat
memahami sepenuhnya alasan-alasan mengapa auditor yakin bahwa temuan-temuan
tersebut harus dilaporkan. Latar belakang juga dapat mengidentifikasi orang-orang yang
berperan, hubungan organisasi, bahkan tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian. Hal
tersebut harus bisa menjelaskan secara umum lingkungan yang melingkupi operasi dan
situasi yang menyebabkan auditor melaporkan temuan tersebut.
1. Kriteria
Standar terkait erat dengan prosedur dan praktik. Prosedur merupakan intruksi
manajemen yang umumnya tertulis, sementara praktik merupakan cara segala
sesuatunya dilakukan, baik benar maupun salah. Prosedur yang lemah dapat
mengakibatkan kondisi yang tidak memuaskan atau praktik-praktik yang lemah dapat
melanggar prosedur yang memadai. Dalam membuat temuan-temuan audit, auditor
internal harus berupaya ntuk menentukan praktik dan prosedur apa saja yang
diterapkan atau yang seharusnya.
Adanya prosedur yang salah atau tidak adanya prosedur yang layak bisa
menjadi alasan mengapa dibutuhkan tindak perbaikan. Dibutuhkan keahlian yang
memadai untuk menulis hal ini tanpa menimbulkan kesalahpahaman bagi pembaca.
Hanya hal-hal penting yang seharusnya dilaporkan, hindari rincian-rincian yang tidak
perlu. Misalnya saja auditor tidak menemukan adanya prosedur operasi tertulis
sebagai perbandingan kondisi yang terjadi, tetapi praktik operasi melanggar praktik
bisnis yang baik. Karyawan hanya menghabiskan setengah hari untuk pekerjaan
mereka. Pengawasan lemah dan penggunaan meteran tidak diperiksa. Auditor
membuat standar mereka sendiri berdasarkan prosedur administratif yang dapat
diterima dan informasi yang dikumpulkan dari organisasi lain pada bidang yang sama.
Audit yang mereka lakukan kemudian didedikasikan untuk menunjukkan akibat-
akibat prosedur yang tidak memadai dan merekomendasikan cara-cara untuk
memperbaikinya.
2. Kondisi
Klien bisa saja tidak menyetujui kesimpulan dan interpretasi audit, namun
jangan pernah ada perbedaan dengan fakta-fakta yang mendasari kesimpulan. Suatu
temuan bisa dianggap tidak layak apabila klien dengan valid menyatakan bahwa
auditor internal tidak mendapatkan fakta dengan benar. Hal ini menjadi tidak relevan.
Jadi, kondisi-kondisi tersebut harus dibahas di awal dengan orang-orang yang
mengetahui fakta-fakta tersebut. Setiap pertentangan tentang fakta-fakta harus
dipecahkan sebelum temuan-temuan dilaporkan. Auditor internal harus
mempertahankan reputasinya dalam hal akurasi dan berbuat sesuai pengamatannya
sehingga jika auditor berpendapat seperti ini atau itu, maka hal tersebut pasti benar.
Sebagai contoh penggambaran kondisi yang dilaporkan, auditor internal
menggunakan pengambilan sampel secara acak dalam memilih meteran untuk
pengujian. Meteran yang dipilih dilepas kemudian diperiksa di laboratorium.
Pengujian menunjukkan bahwa 17% dari meteran yang diuji tidak berfungsi sama
sekali dan tambahan 23% berjalan lebih lambat dibandingkan standar yang ditentukan
dalam ketentuan hukum.
3. Penyebab
a. Kumpulkan fakta-fakta.
b. Identifikasi masalah.
c. Jelaskan hal-hal utama dari masalah.
d. Uji penyebab-penyebab yang mungkin.
e. Tetapkan tujuan-tujuan potensi tindakan perbaikan.
f. Bandingkan tindakan-tindakan alternatif dengan tujuan dan secara tentatif pilih
yang terbaik.
g. Pikirkan keadaan-keadaan buruk yang dipicu oleh tindakan perbaikan yang telah
dipilih.
h. Pertimbangan “bagaimana seandainya”.
i. Apakah terdapat kondisi-kondisimitigasi.
j. Rekomendasikan kontrol untuk memastikan bahwa tindakan terbaik benar-benar
telah dilakukan.
4. Dampak
5. Kesimpulan
6. Rekomendasi
Kami yakin bahwa bentuk laporan ini lebih disukai untuk seperangkat
rekomendasi audit yang kelihatanya menekankan klien dan menempatkan auditor
sebagai atasan, makhluk maha tahu yang mengeluarkan pernyataan yang dipahat di
batu granit. Misalnya:
_____________________________________________
______________________________
Auditor Tanggal
_____________________________________________
______________________________
Penyelia Tanggal
Tampilan 8-2
Aktivitas Audit Internal
Catatan Temuan Audit
Tanggapan dan Tindakan
Tanggapan Manajemen
Auditor:_____________________________________________________Tanggal:__________
Tindak lanjut tindakan perbaikan:
Auditor:_____________________________________________________Tanggal:___________
Hasil-hasil tindakan perbaikan (dievaluasi pada audit selanjutnya)
Penyelia Audit:_______________________________________________Tanggal:___________
Tampilan 8-3
Abstraksi Temuan
Dampak: Pegawai dapat mengakumulasi uang muka dalam jumlah yang besar
padahal tidak dibutuhkan. Akumulasi ini dapat merugikan posisi kas
perusahaan. Lagi pula, penagihan menjadi sulit bila pegawai yang
memiliki uang muka dalam jumlah besar keluar dari perusahaan. Bagian
Akuntansi Fiskal saat ini sedang dalam proses untuk berupaya menagih
lebih dari $15.000 dari para pegawai yang tidak lagi bekerja di
perusahaan.
Tanggapan Manajemen: Bagian akuntansi akan membandingkan klaim perjalanan dengan muang
muka yang masih ada untuk menentukan pegawai yang menerima uang
muka melebihi kebutuhan. Para pegawai tersebut akan ditanya alasannya
atas kelebihan uang muka yang diberikan kepada mereka atau
mengurangi uang muka hingga ke jumlah yang sama dengan beban-beban
sesungguhnya. Penyelia akan diberikan instruksi khusus mengenai
jumlah uang muka yang berhak mereka setujui.
______________________________________________________
Manajer Audit
Beberapa organisasi mengeluarkan suatu memorandum untuk setiap temuan audit
yang signifikan untuk melaporkan kondisi, kriteria, sebab, dampak, dan tanggapan
manajemen. “Abstraksi Temuan,” yang direproduksi di Tampilan 8-3, misalnya,
diadaptasi dari laporan badan pemerintah atas audit kontraktor. Memorandum ini
didistribusikan secara luas di badan tersebut. Para pendukung laporan menyebutkan
bahwa laporan ini memberikan banyak manfaat:
1. Manajer senior diberikan sarana pembelajaran yang cepat terhadap masalah saat ini
dan tindakan yang diambil atau diperlukan untuk memecahkannya
2. Manajer lapangan tetap menerima informasi mengenai masalah-masalah yang
kemungkinan mempengaruhi mereka; jadi audit internal bisa mencapai beberapa
daerah dengan mengeluarkan sumber daya yang sama
3. Laporan abstraksi dianalisis secara periodik untuk menemukan trennya. Saat dibawa
ke manajemen senior, keseluruhan tindakan bisa diambil untuk memulihkan tren yang
merugikan. Masalah yang relatif kecil di satu bagian bisa menjadi serius bila
menyebar di banyak bagian
4. Kedisiplinan dalam menyiapkan laporan abstraksi sebelum ditulis membantu auditor
internal lebih memperhatikan setiap kekurangan dalam pengembangan temuan audit
mereka. Kehati-hatian dalam menyiapkan abstraksi memudahkan penyiapan laporan
audit final
5. Penelaahan terpusat untuk abstraksi membantu menjaga program jaminan mutu yang
dirancang untuk meningkatkan audit internal
Keahlian Komunikasi
Laporan ringkas sekali pun, seperti yang tampak pada RAF harus ditulis dengan
baik, dan masalah-masalah harus didefinisikan dengan jelas menggunakan istilah-istilah
yang singkat, padat, dan tepat. Jika dimungkinkan, bahasa RAF harus diekspresikan
dalam nada yang positif, dan istilah-istilah yang mendorong reaksi emosional atau
defensif harus dihindari. Tentu saja, sikap yang sama juga harus ditampilkan dalam
komunikasi verbal sehari-hari dsan presentasi interim hasil-hasil audit.
Pada saat yang sama, auditor terkadang harus terlibat dalam masalah yang
sensititf dan negatif. Masalah-masalah kontrol serius, kecurangan, atau tindakan-
tindakan ilegal harus selalu dipandang sebagai berita buruk, terlepas dari kemampuan
komunikasi auditor atau objektivitas RAF.
Penelaahan Pengawasan
Supervisi audit tetap merupakan kontrol kunci atas pengembangan profeisonal
temuan-temuan audit. Setiap temuan yang dapat dilaporkan harus melewati penelaahan
pengawasan yang ketat, baik secara manual maupun elektronik, dan penelaahan tersebut
harus dibuktikan dengan tanda tangan penyelia atau indikasi persetujuan elektronik.
Tidak ada yang begitu mengurangi kredibilitas aktivitas audit internal selain
temuan yang tidak dibuat dengan mendalam sehingga mudah diserang. Sebuah temuan
audit secara definisi merupakan sebuah kritik. Mekanisme bertahan alami atas kritik-
kritik tersebut sering kali dengan segera menghasilkan serangan terhadap kritik tersebut.
Oleh karena itu, temuan audit harus mengatasi kritik. Penyelia audit bisa melihat bahwa
hasil akhir dicapai dengan mendekati temuan audit melalui pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
1. Apakah ada bagian-bagian dari temuan yang hilang? Mengapa? Apa yang bisa
dilakukan untuk mencari bagian-bagian yang hilang tersebut? Apakah kekurangan-
kekurangan ini merupakan penyajian yang buruk atau pekerjaan audit yang tidak
lengkap?
2. Apakah bagian-bagian tersebut tercampur sehingga mengaburkan kejelasan? Apakah
pendapat menggantikan fakta-fakta? Apakh sebab tercampur dengan akibat? Apakah
rekomendasi memang menyajikan fakta-fakta?
3. Jika prosedur tidak diikuti, apakah rekomendasi hanya sekadar pernyataan bahwa
prosedur tersebut seharusnya diikuti? Atau apakah rekomendasi menunjukkan
mengapa prosedur tersebut tidak diikuti? Dengan kata lain, apakah akan lebih berguna
untuk merekomendasikan instruksi yang lebih jelas, supervisi yang lebih ketat,
pengawasan yang lebih konstan, atau sarana kontrol lain yang dengan segera akan
menunjukkan penyimpangan dari prosedur?
4. Apakah kriteria audit bisa diandalkan, jelas, meyakinkan, dan objektif? Apakah
kriteria tersebut dirancang untuk memenuhi suatu sasaran manajemen? Apakah masuk
akal?
5. Apakah informasi mengenai penyebab sudah lengkap atau hanya informasi yang tidak
mendalam? Apakah penyebab merupakan suatu keismpulan yang logis? Apakah tepat
menuju masalah? Akankah penyebab setiap kali memicu dampak yang sama yang
tidak diinginkan? Apakah penyebab tersebut merupakan penyebab di permukaan, atau
mmerupakan penyebab dasar?
6. Apakah dampak terlalu berlebihan? Apakah logis? Apakah dianggap terlalu kecil?
Apakah dikuantifikasi dengan memadai? Apakah aktiva tidak berwujud dengan
memadai diakui dan dijelaskan dengan memadai? Apakah manajemen perasi setuju
dengan dampak yang dilaporkan? Jika tidak, bagaimana posisinya?
7. Apakah ada keadaan-keadaan yang bisa menyebabkan temuan tersebut tidak diterima
dan dibatalkan? Bisakah kondisi-kondisi tersebut dinetralisasi?
8. Apakah rekomendasi bermanfaat dan spesifik, atau sekadar menyatakan
“meningkatkan kontrol”? Apakah rekomendasi tersebut terlalu kaku, memaksakan
tindakan-tindakan yang diusulkan auditor internal? Apakah rekomendasi berkenaan
dengan masa lalu tetapi mengabaikan masa datang? Apakah bersifat menghukum,
ketimbang konstruktif? Apakah tidak sejalan dengan penyebabnya? Apakah
mencakup sarana untuk mengawasi kondisi sehingga dampak-dampak merugikan
tidak terulang lagi?
9. Apakah metode penyajian sesuai dengan Standar?
RAF dan abstraksi telah digunakan lebih dari sekedar sebagai pencatatan temuan
atau pengkomunikasian ke klien. Nyatanya, beberapa organisasi audit telah membuat
ringkasan sebagai dasar utama bagi laporan audit internal. Laporan tersebut telah
diakumulasikan berurutan secara logis berdasarkan pengelompokkan menurut subjek,
lokasi, atau unit yang diaudit, kemudian diserahkan ke manajemen melalui ringkasan
eksekutif satu halaman. Ringkasan ini menjelaskan lingkup audit, menyajikan opini
secara keseluruhan, dan menyajikan penilaian auditor atas operasi yang diaudit.
Ringkasan eksekutif juga menyebutkan temuan-temuan yang dapat dilaporkan. Temuan-
temuan yang didokumentasikan tercermin dalam RAF atau abstraksi.
Kepala bagian audit harus menetapkan proses tindak lanjut untuk mengawasi dan
memastikan bahwa tindakan manajemen telah diimplementasikan secara efektif atau
bahwa manajemen senior telah menerima risiko untuk tidak mengambil tindakan.
Practice Advisory 2500.A1-1 dari Standar, “Proses Tindak Lanjut,” lebih jauh
menyatakan:
1. Tindak lanjut oleh auditor internal didefinisikan sebagai sebuah proses untuk
menentukan kecukupan, efektivitas, dan ketepatan waktu atas tindakan yang diambil
oleh manajemen atas pengamatan dan rekomendasi penugasan yang dilaporkan.
Pengamatan dan rekomendasi seperti ini juga mencakup yang dilakukan oleh auditor
eksternal dan yang lainnya. (sumber: Red Book 440.01.1)
2. Tanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut harus didefinisikan dalam piagram
tertulis aktivitas audit internal. Sifat, waktu, dan luas tindak lanjut harus ditentukan
oleh kepala bagian audit. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan prosedur tindak lanjut yang tepat adalah:
a. Signifikansi pengamatan atau observasi yang dilaporkan.
b. Tingkat upaya dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi yang
dilaporkan.
c. Risiko-risiko yan mungkin terjadi bila tindakan perbaikan gagal dilakukan.
d. Kompleksitas tindakan perbaikan.
e. Periode waktu yang terlibat.
Kelemahan yang dilaporkan, yang dianggap valid oleh manajemen, jelas telah
menggambarkan risiko bagi perusahaan. Kondisi ini tetap menjadi risiko hingga selesai
diperbaiki. Kegagalan untuk mengawasi risiko tersebut hingga dikoreksi, atau hingga
manajemen senior atau dewan telah menyatakan bahwa mereka akan menanggung risiko
tersebut, harus dianggap sebagai tanggung jawab audit yang tidak dilaksanakan.
Argumen lain yang menyatakan bahwa auditor tidak harus melakukan tindak
lanjut atas tindakan perbaikan adalah mereka adalah staf dan bukan lini. Pernyataan ini
sudah jelas, auditor internal memang seharusnya tidak melakukan fungsi lini. Namun
menindaklanjuti tindakan perbaikan bukanlah fungsi lini. Justru hal ini merupakan fungsi
staf yang dirancang untuk menilai tindakan lini. Auditor internal melaksanakan tanggung
jawab mereka dengan menilai kinerja fungsi lini dalam mengurangi risiko bagi
perusahaan.
Tindakan perbaikan tidak mamadai sama sekali dan ditolak auditor internal karna
alsan-alasan berikut ini:
1. Catatan kartu berisi nama-nama dan tanggal masa berlaku sertifikasi untuk setiap
karyawan dibuat dalam “dokumen pengigat” depan departemen personalia, yang
bertanggung jawab untuk pelatihan dan serifikasi. Kartu tersebut kemudian
ditempatkan dalam dokumen “tunggu” dan dihapuskan hanya setelah diterima bukti
adanya sertifikasi ulang.
2. Semua 100 karyawan dicek untuk mengetahui keabsahan danpembaruan kartu
sertifikasi.
3. Satu bulan sebelum masa berlakusertifikasi habis, manajer setiapkaryawan akan diberi
tahu bahwa sertifikasi ulang sudah harus dilakukan. Mereka juga akan diberi tahu jika
ada sertifikasi karywan yang diizinkan habis meskipun pemberitahuan tanggal
sertifikasi ulanmg telah diberikan.
4. Kepala bagian keamanan menginstruksikan para insinyur, yang berkelililng pabrik
mencari pelanggaran keamanan, untuik memverifikasi apakah setiaporang yang
terlihat menaggani bahan peledak memiliki kartu bukti serifikat terbaru.
BAB III
KESIMPULAN
Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan
diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang disajikan
secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Dan untuk memahami lebih lanjut mengenai temuan audit, maka auditor harus
mengetahui terlebih dahulu sifat temuan audit, temuan audit yang dapat dilaporkan,
pendekatan untuk mengkronstruksi temuan, tingkat signifikan dari temuan audit, elemen-
elemen temuan audit serta pencatatan dan pelaporan temuan audit.
Jadi, dalam mengolah hasil temuan diawali dengan memahami definisi dari temuan
audit dan sifat temuan audit, kemudian melakukan pendekatan untuk mengonstruksi temuan,
setelah itu menilai tingkat signifikansi temuan audit berdasarkan elemen-elemen audit.
Setelah itu hasil temuan dicatat dan dilaporkan setelah auditor memahami kriteria temuan
audit apa saja yang dapat dilaporkan. Temuan audit dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan agar dijadikan evaluasi terhadap pengendalian organisasi dalam
mengidentifikasi kelemahan organisasi yang kemudian dari hasil laporan audit tersebut
dijadikan acuan dari tindak lanjut yaitu tindakan perbaikan untuk memperbaiki kelemahan
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan
Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Sawyer. Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer, dkk. 2006. Internal Auditing Buku 1
Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
http://www.scribd.com/doc/139481325/Temuan-Audit-Audit-Findings
http://ffirmann.wordpress.com/2010/01/09/temuan-audit/