Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

AUDIT INTERNAL
“Temuan Audit”

Dosen Pengampu : Lili Safrida, SE, M.Si, Ak.

DISUSUN OLEH :

Christin Agape Tampubolon (1810313620027)


Rani Septi Christin (1810313620004)

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmatNya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Audit Internal yang membahas tentang
“Temuan Audit”.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan
pemahaman yang baik bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki
masih kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i

Daftar isi ............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. TujuanPenulisan ............................................................................................. 2

D. Metode Penulisan ........................................................................................... 2

E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

A. Definisi Temuan Audit ................................................................................... 4

B. Sifat-sifat Temuan Audit ................................................................................ 4

C. Ciri-ciri Temuan Audit yang Baik .................................................................. 5

D. Pendekatan Untuk Mengontruksi Temuan ..................................................... 6

E. Signifikansi Temuan Audit ............................................................................. 7

F. Elemen-elemen Temuan Audit ....................................................................... 9

G. Pencatatan dan Pelaporan Temuan Audit ....................................................... 16

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................... 30

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 31


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Auditor internal adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan


keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta
meningkatkan kegiatan operasi organisasi. melalui auditor internal yang salah satu
fungsinya sebagai pelindung asset perusahaan sangatlah strategis sehingga ia harus dapat
menempatkan posisi dan memegang peranan penting dalam setiap tahap langkah
perubahan dan perkembangan yang berlangsung.

Auditor internal dalam menjalankan operasinya seringkali menemukan temuan-


temuan audit. Temuan audit adalah hal-hal yang berkaitan dengan pernyataan tentang
fakta yang terjadi dalam proses pengauditan. Dalam peranannya tersebut, maka seorang
auditor internal harus dapat menganalisa dengan benar setiap temuan dalam proses audit
agar tidak terjadi penyalahgunaan fungsi yang sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Kemampuan auditor dalam mengidentifikasikan temuan audit, mengkomunikasikan
temuan tersebut, dan menentukan kesimpulan audit merupakan merupakan keterampilan
yang sangat dibutuhkan dalam diri auditor.

Temuan audit dihasilkan dari proses perbandingan antara ”apa yang seharusnya
terdapat” dan ”apa yang ternyata terdapat dalam proses pengauditan”. Dari hasil
perbandingan tersebut, internal auditor memiliki dasar untuk membuat laporan. Temuan-
temuan audit dapat diatasi dengan pengendalian internal yang berjalan dengan baik, salah
satunya dengan diadakan pemeriksaan internal oleh auditor. Auditor internal
bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektivitas dari tindakan
yang diambil oleh manajemen. Oleh karena itu, auditor internal harus mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang temuan audit dan dapat mengidentifikasi indikator
kemungkinan adanya temuan audit. Berdasarkan penjelasan di atas makalah ini
membahas peran sikap profesionalisme auditor internal terhadap temuan audit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa
rumusan masalah, diantaranya:

1. Apa definisi temuan audit dan sifat-sifat temuan audit?


2. Bagaimana temuan yang dikatakan baik?
3. Bagaimana pendekatan untuk menghasilkan temuan audit?
4. Bagaimana pencatatan dan pelaporan dari hasil temuan audit?
5. Apa yang dimaksud dengan tingkat signifikansi temuan audit?
6. Elemen-elemen apa saja dalam temuan audit?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi temuan audit dan sifat-sifat temuan audit.


2. mengetahui ciri-ciri temuan audit yang baik.
3. Mengetahui pendekatan untuk menghasilkan temuan audit.
4. Mengetahui pencatatan dan pelaporan dari hasil temuan audit.
5. Mengetahui tingkat signifikansi temuan audit.
6. Mengetahui elemen-elemen apa saja dalam temuan audit.

D. Metode Penulisan

Penyusunan makalah ini menggunakan referensi-referensi dari beberapa media


atau literatur serta beberapa buku yang diedit dan diunduh secara langsung.

E. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memahami dan mengerti lebih cepat dan lebih jelas tentang maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini, maka penulis menguraikannya secara sistematis,
sehingga tergambar dengan jelas isi masing-masing bab.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Temuan Audit

Temuan audit (audit findings) menurut Sawyer adalah penyimpangan dari norma-
norma atau kriteria yang dapat diterima.

Temuan audit menurut I Gusti Agung Ra dalam buku Audit kinerja pada sektor
publik: konsep, praktik, studi kasus ialah masalah-masalah penting (material) yang
ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan
dan dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena mempunyai dampak terhadap
perbaikan dan peningkatan kinerja; ekonomi, efisiensi dan efektivitas yang diaudit.

Jadi temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah
dan  diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang  disajikan
secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi  pihak-pihak
yang berkepentingan.

B. Sifat-sifat Temuan Audit

Temuan audit bisa memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Misalnya,
temuan-temuan tersebut dapat menggambarkan:

1. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti


pengiriman yang dilakukan tetapi tidak ditagih.
2. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari
perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya
sendiri.
3. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif
yang telah diganti dengan tarif yang lebih rendah pada kontrak yang lebih
menguntungkan.
4. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam untuk
klaim asuransi yang belum diterima padahal kalim tersebut bervariasi dalam jumlah
dan signifikansinya.
5. Eksposur-eksposur risiko yang harus dipertimbangkan.

Meskipun temuan-temuan audit seringkali disebut sebagai “kekurangan”


(deficiency), banyak organisasi audit internal merasa bahwa istilah tersebut terlalu
negatif dan standar awal kelihatannya setuju dengan hal ini. Dalam kenyataannya,
bahkan istilah temuan dianggap terlalu negatif di beberapa tempat. Kata-kata seperti
“kondisi” dianggap lebih nyaman dan tidak memberikan ancaman, serta tidak
menimbulkan tanggapan defensif di pihak klien.

Walaupun sebutannya bisa bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain,


konsep dasarnya bersifat universal. Apapun nama yang diberikan, suatu temuan audit
menjelaskan sesuatu yang saat ini atau pada masa lalu mengandung kesalahan, atau
sesuatu yang kemungkinan akan terjadi kesalahan.

C. Ciri-ciri Temuan Audit yang Baik

Terdapat tiga ciri temuan audit yang dikatakan baik, yaitu temuan audit harus
didukung oleh bukti yang memadai, temuan audit harus penting (material), serta temuan
audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab akibat).

1. Temuan audit harus didukung oleh bukti yang memadai


Ciri pertama adalah temuan audit seharusnya didukung oleh bukti yang mencukupi
agar pihak yang diaudit oleh pembaca temuan audit menjadi yakin tentang kebenaran
isi temuan audit. Semua unsur temuan harus didukung oleh bukti yang cukup.
Pengembangan temuan audit dengan dukungan bukti yang kuat akan mempermudah
penyusunan laporan sekaligus mempermudah menyiapkan rekomendasi untuk
mengatasi permasalah entitas yang diaudit.
2. Temuan audit harus penting (material)
Ciri kedua adalah temuan audit harus penting atau material. Penting dan tidaknya
suatu temuan diindikasikan apabila pengguna laporan pengambil tindakan atau
kebijakannya berdasarkan informasi yang ada dalam laporan atau temuan tersebut.
Auditor judgment yang merupakan pertimbangan profesional auditor, juga
merupakan faktor yang dominan dalam meningkatkan tingkat materialitas atau
tingkat pentingnya suatu permasalahan.
3. Temuan audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab-akibat)
Ciri ketiga adalah temuan audit harus menguraikan secara jelas kondisi, kriteria, dan
sebab akibat. Pengalaman dilapangan menunjukan bahwa kesulitan dalam pembuatan
laporan audit yang cepat dan mudah dipahami sering kali berkaitan dengan
pengembangan dan pengorganisasian pengembangan tersebut dalam laporan.
Sering kali sulit membedakan secara jelas penyebab yang paling dominan terhadap
suatu kondisi, mengingat demikian banyak variabel penyebab. Akibat yang
ditimbulkan oleh penyebab tersebut dapat bervariasi. Untuk itu auditor dituntut untuk
cermat dalam menentukan hubungan sebab-akibat dalam suatu temuan audit serta
menentukan penyebab yang paling dominan. Mengenai unsur temuan akan dijelaskan
lebih lanjut pada bagian kriteria temuan audit.

D. Pendekatan untuk Mengontruksi Temuan

Mengembangkan fakta-fakta dan rincian menjadi temuan audit yang signifikan


dan dapat dilaporkan untuk membutuhkan keahlian. Hal ini membutuhkan perbedaan
berdasarkan pengalaman. Apa yang dianggap kelemahan serius bagi orang awam bisa
jadi merupakan hal sepele bagi seorang auditor internal yang profesional.

Menemukan penyimpangan-penyimpangan kecil pada proses yang sedang


berjalan relatif mudah. Kesempurnaan jarang diupayakan dan harga yang yang harus
dibayar untuk itu juga terlalu mahal. Upaya yang dibutuhkan untuk mencapai lima
persen terakhir kemurnian bisa melebih biaya yang diperlukan untuk mencapai 95 persen
yang pertama. Auditor internal harus realistis dan adil dalam pertimbangan dan
kesimpulan mereka. Mereka harus memiliki naluri bisnis yang baik untuk
mengembangkan temuan-temuan mereka. Karena mereka membuat dan melaporkan
temuan-temuan audit, auditor internal harus mempertimbangkan faktor-faktor ini:

1. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis. Auditor internal
harus mempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada pada saat kelemahan terjadi.
Keputusan manajemen didasarkan pada fakta-fakta yang tersedia saat ini. Auditor
internal seharusnya tidak mengkritik suatu kebijakan hanya karena mereka tidak
setuju atau karena mereka memiliki informasi baru yang tidak tersedia bagi
pengambil keputusan. Auditor internal seharusnya tidak mengganti pertimbangan
audit dengan pertimbangan manajemen.
2. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika sebuah
temuan audit belum ditemukan secara mendalam untuk memuaskan seseorang yang
objektif dan wajar, maka temuan ini tidak bisa dilaporkan.
3. Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut tidak
mutlak harus dikritik hanya karena kurang dari 100 persen.
4. Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit. Mereka harus memeriksa
dengan teliti untuk menemukan alasan-alasan yang mengandung kesalahan. Auditor
internal, seperti halnya pendukung pernyataan lainnya, akan tergoda untuk
merasionalkan interpretasi untuk mendukung temuan mereka. Setelah menghabiskan
banyak waktu dan tenaga, auditor cenderung melindungi dan mempertahankan
temuan mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan sempurna yang logis. Akan
tetapi, temuan-temuan tersebut mungkin tidak dapat dipertahankan dengan
berjalannya waktu atau bila dihadapkam pada pertanyaan-pertanyaan yang lengkap.

Menambah Nilai

Dalam setiap aspek usaha, konsep menambah nilai (adding value) memiliki
makna baru dan lebih jelas. Definisi terbaru mengenai audit internal secara khusus
menyebutkan penambahan nilai. Fungsi-fungsi yang dianggap tidak menambah nilai
berisiko untuk dirampingkan, atau bahkan dihilangkan. Salah satu cara auditor internal
menambah nilai adalah dengan meyakinkan bahwa temuan dan rekomendasi yang
mereka berikan jelas berdampak positif bagi organisasi. Auditor internal tidak hanya
harus yakin bahwa pekerjaan mereka memberikan kontribusi yang berarti bagi tujuan
dan kesuksesan organisasi, mereka juga harus yakin bahwa kontribusi tersebut dipahami
dan dinilai oleh yang lain.

Temuan-temuan yang dihasilkan dari penelaahan “awal-akhir” cenderung sangat


bermanfaat. Jika auditor internal mampu mendeteksi masalah-masalah kontrol potensial
dalam sistem penelusuran persediaan terkomputerisasi yang baru diterapkan sebelum –
bukan sesudah – dirancang dan diimplementasikan, organisasi bisa mendapatkan
keuntungan besar. Temuan-temuan yang menghasilkan nilai terbesar seringkali
mengalahkan kekuatan teknologi, memberikan perubahan yang positif, dan berorientasi
ke depan. Temuan-temuan ini membantu organisasi bergerak maju dan mencapai
sasaran-sasaran mereka.

Temuan audit yang wajar dapat menghasilkan perbaikan dalam jumlah dolar atau
rupiah yang besar, atau meningkatkan jasa, atau memperbaiki struktur dan proses
organisasi. Auditor internal akan meningkatkan citra mereka sebagai penambah nilai,
bukan sebagai pemakan sumber daya. Di sepanjang tahapan temuan-temuan audit,
penting bagi auditor internal untuk tetap fokus menyediakan aktivitas-aktivitas dan jasa-
jasa bernilai tinggi.

E. Signifikansi Temuan Audit


Auditor internal harus mempertimbangkan tingkat kerusakan yang bisa atau telah
disebabkan oleh suatu kondisi kelemahan sebelum mengkomunikasikannya dengan
manajemen. Untuk kebanyakan tujuan, temuan-temuan audit bisa diklasifikasikan
menjadi tidak signifikan, kecil, atau besar.
1. Temuan-temuan Tidak Signifikan
Temuan yang tidak signifikan (insignificant findings) adalah semacam
kesalahan klerikal yang dialami semua organisasi yang tidak memerlukan tindakan
formal. Dalam kenyataannya, memasukkan temuan seperti ini kedalam laporan audit
formal akan menjadi tidak produktif karena akan mengaburkan temuan signifikan
yang sebenarnya pada laporan, yang mengimplikasikan bahwa auditor internal tidak
dapat melihat perbedaan antara setitik noda dengan noda yang menyebar. Hal ini juga
akan semakin mengukuhkan citra auditor internal sebagai seorang yang hanya
memerhatikan hal-hal kecil.
Masalah-masalah yang tidak signifikan seharusnya tidak disembunyikan atau
dilewatkan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan orang yang bertanggung jawab
b. Melihat apakah situasi tersebut telah diperbaiki
c. Mencatat hal tersebut dalam kertas kerja
d. Tidak memasukan penyimpangan kecil tersebut kedalam laporan internal audit
resmi.

Misalnya, tidak diambilnya beberapa diskon pembelian acak oleh pegawai utang
usaha dapat dianggap kesalahan yang tidak signifikan.

Tetapi tidak berarti kesalahan yang klerikal yang bersifat acak tidak pernah
dilaporkan. Jika kesalahan-kesalahan tersebut merupakan gejala-gejala dari masalah
yang lebih besar, mungkin harus ada pelaporan. Kesalahan tersebut mungkin
mengidentifikasikan pelatihan karyawan yang kurang, pengawasan yang lemah, atau
instruksi tertulis yang tidak jelas. Pada kasus-kasus ini kelemahan kontrol lah yang
menjadi temuan audit. Kesalahan acak adalah murni membuktikan adanya kelemahan
dan membutuhkan perhatian manajemen.

2. Temuan-temuan Kecil
Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan semata-
mata kesalahan manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka akan
berlanjut sehingga merugikan dan walaupun tidak menggangu tujuan operasi
organisasi, namun cukup signifikan untuk diperhatikan oleh manajemen. Beberapa
temuan kecil lebih baik dilaporkan dalam surat kepada manajemen (Management
Letter).
Misalnya, seorang pegawai yang telah mencampuradukkan kas kecil pribadi
dengan milik organisasi melanggar aturan organisasi dan pratik bisnis yang baik.
Tentu hal ini harus dilaporkan dan diperbaiki, jika tidak maka akan terus berlanjut
atau menyebar.
3. Temuan-temuan Besar
Temuan-temuan besar (major findings) adalah temuan yang akan
mengahalangi tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi.
Misalnya, salah satu tujuan utama departemen utang usaha adalah hanya membayar
utang usaha yang benar-benar sah. Sistem kontrol yang lemah yang bisa atau akan
mengakibatkan kesalahan pembayaran yang akan mencerminkan kelemahan yang
bisa menghalangi departemen mencapai tujuan utamanya. Oleh karena itu, hal ini
merupakan temuan audit yang besar dan harus dilaporkan.
Memisahkan temuan audit yang besar dan kecil tidaklah mudah. Dibutuhkan
pertimbangan audit yang baik untuk mebedakan keduanya. Namun jika tolak ukur
yang baru saja dijabarkan bisa diterapkan secara wajar, maka auditor internal harus
mampu mengklasifikasi temuan-temuannya. Dan karena melibatkan pertimbangan
audit, keputusan akhir mengenai apakah sebuah temuan harus diklasifikasikan
sebagai temuan besar atau kecil merupakan tanggung jawab auditor internal, bukan
manajemen.

F. Elemen-elemen Temuan Audit

Auditor internal bukanlah orang yang maha tahu dan mereka tidak bisa
diharapkan untuk mengetahui semua hal tentang operasi yang sedang diaudit.
Pengetahuan tentang temuan audit yang dapat dilaporkan merupakan masalah lain,
karena auditor internal mempertentangkan kelayakan status quo. Mereka mencari sistem
atau transaksi yang tidak memenuhi standar operasi yang berlaku. Tetapi auditor internal
bisa mengharapkan adanya tantangan dan mereka harus mengetahui lebih banyak tentang
temuan-temuan audit mereka. Fakta-fakta yang ditemukan auditor internal haruslah
meyakinkan, kriterianya harus dapat diterima, dan logika yang digunakan juga harus
meyakinkan.
Kelayakan tindakan yang mereka lakukan paling baik diukur dengan
membandingkannya dengan beberapa kriteria. Sama halnya dengan pengembangan
temuan audit. Jika temuan yang dikembangkan memenuhi semua standar audit dapat
diterima, maka temuan tersebut akan menjadi logis, wajar, dan meyakinkan. Temuan
tersebut akan memberi stimulus untuk memotivasi tindakan perbaikan. Jika ada yang
hilang dari temuan yang dilaporkan, maka temuan tersebut bisa dipertentangkan dan
berakibat pada tindakan yang tidak menyenangkan atau bahkan tidak ada tindakan sama
sekali.

Kebanyakan temuan audit harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk di


dalamnya latar belakang, kriteria, kondisi, penyebab, dampak, kesimpulan, dan
rekomendasi. Setiap temuan audit yang mencakup elemen-elemen ini, baik eksplisit
maupun implisit, akan menjadi argumen yang kuat untuk dilakukannya tindakan
perbaikan. Temuan tersebut akan menunjukkan bahwa tidak ada rintangan yang
dibiarkan dalam menyajikan masalah dan solusinya. Pada beberapa kasus yang unik,
elemen penyebab mungkin tidak tepat. Suatu masalah mungkin diakibatkan oleh kondisi
tertentu.

Pembaca laporan harus diberikan informasi umum yang memadai agar dapat
memahami sepenuhnya alasan-alasan mengapa auditor yakin bahwa temuan-temuan
tersebut harus dilaporkan. Latar belakang juga dapat mengidentifikasi orang-orang yang
berperan, hubungan organisasi, bahkan tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian. Hal
tersebut harus bisa menjelaskan secara umum lingkungan yang melingkupi operasi dan
situasi yang menyebabkan auditor melaporkan temuan tersebut.

Elemen-elemen temuan adalah sebagai berikut.

1. Kriteria

Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting dalam


konsep kriteria:

a. Tujuan dan sasaran, dapat mencakup standar-standar operasi yang mencerminkan


apa yang diinginkan manajemen untuk dicapai oleh operasi yang diaudit.
b. Kualitas pencapaian.
Tidak memahami saran atau tujuan operasi bagaikan menilai patung dengan
matu tertutup. Mungkin saja dilakukan penilaian atas bagian yang dipegang, namun
konteksnya tidak tepat. Dalam mengembangkan temuan audit, auditor internal harus
dengan jelas melihat dan memahami gambaran keseluruhan, serta bagian lainnya.

Dalam setiap audit atas aktivitas, sasaran-sasaran kelayakan, efisiensi,


ekonomis, dan efektivitas harus tercakup. Semua sumber daya harus digunakan tanpa
terbuang percuma. Untuk menentukan seberapa layak efisien, ekonomis, dan
efektifnya suatu operasi, auditor internal harus memiliki tolok ukur. Mereka harus
mengidentifikasi standar atau kriteria kinerja yang valid. Sebelum mereka mengkritik
apa yang terjadi, mereka harus tahu apa yang seharusnya.

Standar-standar operasi mungkin sudah ada di beberapa bidang organisasi.


Misalnya manajemen bisa menyatakan bahwa tingkat penolakan produk-produk
tertentu tidak boleh melebihi 2%. Tetapi sebelum menerima standar ini, auditor
internal harus menilai validitasnya. Dasar penentuan standar mungkin harus diteliti
ulang dan auditor mungkin ingin membandingkan standar dengan organisasi-
organisasi serupa dan memeriksa kewajarannya dalam memenuhi sasaran-sasaran
perusahaan.

Di sisi lain, manajemen mungkin belum memiliki standar yang telah


ditetapkan. Dalam kasus ini, auditor internal dapat berpegang pada standar
sebelumnya yang menyarankan:

“Kecermatan profesional mencakup pengevaluasian standar operasi yang ditetapkan


dan menentukan apakah standar-standar tersebut dapat diterima dan telah tercapai.
Jika standar-standar tersebut tidak jelas, interpretasi yang berwenang harus
didapatkan. Jika auditor internal diminta mengintrepretasikan atau memilih standar-
standar operasi, mereka harus mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar
yang diperlukan untuk mengukur kinerja operasi.”

Standar terkait erat dengan prosedur dan praktik. Prosedur merupakan intruksi
manajemen yang umumnya tertulis, sementara praktik merupakan cara segala
sesuatunya dilakukan, baik benar maupun salah. Prosedur yang lemah dapat
mengakibatkan kondisi yang tidak memuaskan atau praktik-praktik yang lemah dapat
melanggar prosedur yang memadai. Dalam membuat temuan-temuan audit, auditor
internal harus berupaya ntuk menentukan praktik dan prosedur apa saja yang
diterapkan atau yang seharusnya.

Adanya prosedur yang salah atau tidak adanya prosedur yang layak bisa
menjadi alasan mengapa dibutuhkan tindak perbaikan. Dibutuhkan keahlian yang
memadai untuk menulis hal ini tanpa menimbulkan kesalahpahaman bagi pembaca.
Hanya hal-hal penting yang seharusnya dilaporkan, hindari rincian-rincian yang tidak
perlu. Misalnya saja auditor tidak menemukan adanya prosedur operasi tertulis
sebagai perbandingan kondisi yang terjadi, tetapi praktik operasi melanggar praktik
bisnis yang baik. Karyawan hanya menghabiskan setengah hari untuk pekerjaan
mereka. Pengawasan lemah dan penggunaan meteran tidak diperiksa. Auditor
membuat standar mereka sendiri berdasarkan prosedur administratif yang dapat
diterima dan informasi yang dikumpulkan dari organisasi lain pada bidang yang sama.
Audit yang mereka lakukan kemudian didedikasikan untuk menunjukkan akibat-
akibat prosedur yang tidak memadai dan merekomendasikan cara-cara untuk
memperbaikinya.

2. Kondisi

Istilah kondisi mengacu pada fakta-fakta yang dikumpulkan melalui observasi,


pengajuan pertanyaan, analisis, verifikasi, dan investigasi yang dilakukan auditor
internal. Kondisi harus mampu menghadapi serangan apapun. Kondisi juga harus
mencerminkan total populasi atau sistem yang ditelaah, atau dalam kasus terpisah,
harus merupakan kelemahan yang signifikan. Klien harus menyepakati fakta-fakta
yang disajikan meskipun mereka bisa saja memperselisihkan signifikansi yang
dilekatkan auditor pada temuan-temuan tersebut.

Klien bisa saja tidak menyetujui kesimpulan dan interpretasi audit, namun
jangan pernah ada perbedaan dengan fakta-fakta yang mendasari kesimpulan. Suatu
temuan bisa dianggap tidak layak apabila klien dengan valid menyatakan bahwa
auditor internal tidak mendapatkan fakta dengan benar. Hal ini menjadi tidak relevan.
Jadi, kondisi-kondisi tersebut harus dibahas di awal dengan orang-orang yang
mengetahui fakta-fakta tersebut. Setiap pertentangan tentang fakta-fakta harus
dipecahkan sebelum temuan-temuan dilaporkan. Auditor internal harus
mempertahankan reputasinya dalam hal akurasi dan berbuat sesuai pengamatannya
sehingga jika auditor berpendapat seperti ini atau itu, maka hal tersebut pasti benar.
Sebagai contoh penggambaran kondisi yang dilaporkan, auditor internal
menggunakan pengambilan sampel secara acak dalam memilih meteran untuk
pengujian. Meteran yang dipilih dilepas kemudian diperiksa di laboratorium.
Pengujian menunjukkan bahwa 17% dari meteran yang diuji tidak berfungsi sama
sekali dan tambahan 23% berjalan lebih lambat dibandingkan standar yang ditentukan
dalam ketentuan hukum.

3. Penyebab

Penyebab menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada,


mengapa sasaran tercapai, dan mengapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi penyebab
merupakan hal penting untuk memperbaikinya. Setiap temuan audit dapat ditelusuri
penyimpangannya dari apa yang diharapkan. Masalah dapat diatasi hanya jika
penyimpangan ini diidentifikasi dan penyebabnya diketahui.

Menentukan penyebab merupakan latihan pemecahan masalah dan prosesnya


mengikuti langkah-langkah klasik berikut:

a. Kumpulkan fakta-fakta.
b. Identifikasi masalah.
c. Jelaskan hal-hal utama dari masalah.
d. Uji penyebab-penyebab yang mungkin.
e. Tetapkan tujuan-tujuan potensi tindakan perbaikan.
f. Bandingkan tindakan-tindakan alternatif dengan tujuan dan secara tentatif pilih
yang terbaik.
g. Pikirkan keadaan-keadaan buruk yang dipicu oleh tindakan perbaikan yang telah
dipilih.
h. Pertimbangan “bagaimana seandainya”.
i. Apakah terdapat kondisi-kondisimitigasi.
j. Rekomendasikan kontrol untuk memastikan bahwa tindakan terbaik benar-benar
telah dilakukan.

Contoh berikut menggambarkan penyebab kondisi yang tidak layak:

Dengan menggunakan analisis regresi berganda, auditor menetapkan korelasi


tertentu antara kondisi-kondisi operasi meteran dan usianya. Bila meteran tersebut
telah beroperasi selama beberapa tahun, maka ada kecenderungan untuk melambat
dan perlahan-lahan tidak berfungsi. Setelah berbicara dengan manajer dari organisasi
utilitas lainnya, auditor menyatakan bahwa praktik-praktik yang diterapkan di
organisasi mereka tidak berfokus pada meteran yang telah tua, tidak memberdayakan
sepenuhnya pengawas meteran, tidak membuat pengawas menyadari adanya meteran
yang tidak berfungsi, atau tidak memberikan pengawasan yang dibutuhkan.

4. Dampak

Dampak menjawab pertanyaan “lalu kenapa”. Anggaplah semua fakta telah


disajikan, lalu kenapa/ siapa atau apa yang dirugikan, seberapa buruk? Apa
konsekuensinya? Akibat-akibat yang merugikan haruslah signifikan, bukan hanya
penyimpangan dari prosedur. Dampak merupakan elemen yang dibutuhkan untuk
meyakinkan klien dan manajemen pada tingkat lebih tinggi bahwa kondisi yang tidak
diinginkan jika dibiarkan terus terjadi akan berakibat buruk dan memamakan biaya
yang lebih besar daripada tindakan yang dibutuhkan untuk memeprbaiki masalah
tersebut.

Untuk temuan-temuan keekonomisan dan efisiensi, dampak biasanya diukur


dalam dolar atau rupiah. Dalam temuan-temuan efektivitas, dampak biasanya
meupakan ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir yang diinginkan atau
diwajibkan. Dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat diperlukan untuk
suatu temuan audit. Jika tidak disajikan ke manajemen dengan memadai maka kecil
kemungkinannya akan diambil indak perbaikan.

Sebagai contoh dampak yang signifikan, auditor internal dapat menunjukkan


melalui sampel mereka bahwa telah terjadi kehilangan pendapatan sebesar $2 juta per
tahun. Mereka juga menunjukkan bahwa tarif air sangat tinggi secara tidak beralasan
sehingga terjadi kelebihan pendapatan setidaknya $1.5 juta setiap tahun.

5. Kesimpulan

Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta; namun harus


merupakan pertimbangan professional, bukan berisi rincian yang tidak perlu. Dalam
membuat kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk memberikan
kontribusi kepada organisasi. Jika auditor internal secara konsisten menyajikan
kesimpulan yang bisa menghasilkan kinerja yang baru dan tingkatan kinerja yang
lebih tinggi, mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas produksi, menghilangkan
pekerjaan yang tidak dibutuhkan, mendayagunakan kekuatan teknologi,
meningkatkan kepuasan pelanggan, merningkatkan jasa, dan meningkatkan posisi
kompetitif organisasi, maka audit internal jelas bernilai. Kesimpulan dapat
menekankan pemahaman auditor atas usaha organisasi dan hubungan fungsi yang
diaudit terhadap perusahaan secara keseluruhan.

Kesimpulan dapat dan seharusnya menyajikan tindakan potensial dan


menunjukan bahwa manfaat memperbaiki kesalahaaan akan melebihi biayanya.
Besarnya kerugian yang ditunjukan pada bagian dampak merupakan dasar
dibutuhkannya tindakan perbaikan. Misalnya temuan menuntun auditor untuk
menyimpulkan bahwa prosedur-prosedur harus diperbaiki. Meteran di atas usia
tertentu harus diawasi, dan yang tidak memenuhi standar harus diganti. Instruksi dan
pengawasan harus diberikan kepada pengawas sehingga kinerja mereka bisa
ditingkatkan.

6. Rekomendasi

Rekomendasi (recommendation) menggambarkan tindakan yang mungkin


dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah dan
untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Rekomendasi harus positif dan
bersifat spesifik. Rekomendasi juga harus mengidentifikasi siapa yang akan terbaik.

Akan tetapi rekomendasi audit membawa bibit-bibit bahaya. Jika manajemen


diberi tahu mengenai tindakan yang direkomendasikan auditor, maka tindakan
tersebut bisa berbalik merugikan auditor. Mengidentifikasi kondisi yang tidak
memuaskan adalah tanggung jawab audit. Memperbaikinya merupakan tanggung
jawab manajemen.

Lebih disukai bila auditor internal mengusulkan metode tindakan perbaikan


untuk pertimbangan manajemen. Rekomendasi audit seharusnya tidak dilakukan
secara membabi buta, tetapi dipertimbangkan bersama-sama dengan tindakan-
tindakan lain yang mungkin dilakukan. Auditor internal tidak mendikte manajemen:
dan pada akhirnya, manajemenlah, bukan auditor internal yang harus melakukan
tindakan perbaikan.

Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit adalah


membahasnya dengan manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis
diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai fakta-fakta dan
beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan. Kemudian, laporan
formal bisa berisi pernyataan ini: “kami membahas temuan-temuan kami dengan
manajemen; dan sebgai hasilnya, tindakan telah diambil yang kami yakin telah
diperhitungkan untuk memperbaiki kondisi yang telah dijelaskan).” Pendekatan ini
mengambil apa pun dari auditor, dan membangun hubungan dalam pemecahan
masalah antara auditor dan klien.

Kami yakin bahwa bentuk laporan ini lebih disukai untuk seperangkat
rekomendasi audit yang kelihatanya menekankan klien dan menempatkan auditor
sebagai atasan, makhluk maha tahu yang mengeluarkan pernyataan yang dipahat di
batu granit. Misalnya:

Kami telah mebahas temuan dan kesimpulan kami dengan manajemen.


Sebagai hasilnya. Manajemen mengambil tindakan untuk mengganti 25.000 meteran
lama atau yang tidak beroprasi dengan biaya $1 juta. Manajemen puas dengan
tindakan ini karena akan menghasilkan tambahan pendapatan $2 juta setahun dan
pada saat yang sama, mengurangi pendapatan tarif air sebesar $1,5 juta setiap tahun.

Juga, manajemen mengambil langkah untuk mengutus sebuah tim ke beberapa


organisasi utilitas, untuk memepelajari metode yang diterapkan dalam memeriksa
meteran, mengawasi pemeriksaan meteran, dan mengawasi meteran untuk medeteksi
meteran yang mulai rusak.

G. Pencatatan dan Pelaporan Temuan Audit

Tidak setiap kelemahan yang ditemukan auditor internal harus dilaporkan.


Beberapa kelemahan bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua
temuan audit yang bisa dilaporkan haruslah:

1. Cukup signifikan agar dapat dilaporkan ke manajemen.


2. Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang memadai,
kompeten, dan relevan.
3. Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka.
4. Relevan dengan masalah-masalah yang ada.
5. Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk memperbaiki
kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
Karakteristik ini akan diinterpretasikan secara subjektif. Apa yang dianggap
sebagai kelemahan signifikan bagi satu individu bisa jadi tidak dianggap signifikan bagi
yang lain. Kata-kata seperti objektif, meyakinkan, wajar, dan logis memiliki konotasi
yang berbeda bagi orang yang berbeda.

Pengujiannya adalah untuk memproyeksikan bagaimana kelemahan-kelemahan


tersebut akan diperhatikan oleh orang yang memiliki sifat wajar dan berhati-hati pada
kondisi-kondisi yang serupa.

Saat auditor menyusun temuan audit dan merenungkan rekomendasi, mereka


harus mewaspadai kekeliruan mereka sendiri. Mereka mungkin salah menginterpretasi,
atau mereka mungkin tidak membaca prosedur dengan layak. Untuk mengecek
pemahaman atas hal-hal yang mereka temukan, maka auditor internal harus berbicara
dengan orang yang paling mengetahui fakta tersebut. Mereka harus mengetahui
interpretasi klien dan mencatatnya dalam kertas kerja mereka.

Pendapat manajer dan karyawan berpengalaman mengenai hasil-hasil tindakan


yang direkomendasikan sangat disambut baik. Auditor internal yang berpengalaman akan
mencari orang-orang yang memiliki pengetahuan dalam organisasi—orang-orang yang
memiliki pengetahuan luas mengenai operasi yang sedang diperiksa—dan mengatakan:
“Ini masalahnya. Kondisi tersebut membutuhkan koreksi atau perbaikan. Apa yang akan
terjadi jika kami merekomendasikan tindakan ini?” Banyak mantan auditor yang bisa
menceritakan bagaimana pertanyaan seperti ini menyelamatkan mereka dari masa lalu.

Pencatatan Temuan Audit


Auditor internal yang ingin memastikan bahwa mereka telah sepenuhnya
mempertimbangkan elemen-elemen temuan audit bisa mengandalkan pada suatu bentuk
laporan atau sarana lainnya agar mereka tetap bisa menelusurinya. Laporan tersebut juga
bisa menjadi sarana bagi penyelia audit guna menentukan apakah semua langkah yang
diperlukan untuk menghasilkan temuan audit yang dikembangkan dengan baik telah
diambil.
Aktivitas Pencatatan Temuan Audit Internal (Internal Audit Record of Audit
Findings) yang ditunjukkan pada Tampilan 8-1 merupakan satu contoh laporan tersebut.
Laporan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah dijelaskan dan memberi ruang untuk:
1. Mengidentifikasi organisasi yang bertanggungjawab
2. Memberi nomor identifikasi utnuk temuan tertentu dan suatu rujukan untuk kertas
kerja pendukung
3. Memberi pernyataan singkat mengenai kondisi
4. Mengidentifikasi kriteria standar yang diterapkan untuk menilai kondisi
5. Menunjukkan apakah temuan tersebut merupakan pengulangan dari sesuatu
ditemukan pada audit sebelumnya
6. Menyatakan arah, prosedur, atau instruksi kerja yang berkaitan dengan temuan
tersebut
7. Meringkas pengujian audit dan jumlah kelemahan yang ditemukan
8. Menunjukkan penyebab--mengapa terjadi penyimpangan
9. Menjelaskan dampak, aktual maupun potensial, dari kondisi tersebut
10. Menyatakan tindakan perbaikan yang diusulkan dan/atau yang diambil
11. Mencatat pembahasan dengan karyawan klien dan mencatat tanggapan-tanggapan
mereka (setuju, tidak setuju), dan sifat tindakan, jika ada, yang mereka usulkan untuk
diambil

Laporan Pencatatan Temuan Audit (Record of Audit Findings--RAF)


memberikan fleksibilitas karena RAF bisa diurutkan atau diurut ulang untuk
memfasilitasi pelaporan formal. Laporan tersebut juga memberikan acuan untuk
pembahasan, karena mencakup kebanyakan informasi yang dibutuhkan dalam satu
lembar untuk menjelaskan masalah. Laporan tersebut juga berfungsi sebagai pedoman
untuk mengingatkan auditor semua yang diperlukan untuk memperoleh informasi untuk
temuan yang dibuat secara mendalam. RAF juga harus diselesaikan di lapangan sehingga
setiap elemen yang hilang atau tidak lengkap bisa diperbaiki tanpa membutuhkan
kunjungan ulang ke tempat yang diaudit.
Beberapa organisasi telah memperluas penggunaan RAF melampaui dokumen
kertas kerja. Mereka menggunakannya untuk mengomunikasikan temuan dengan segera
ke klien dan mendapatkan tanggapan tertulis. Dengan cara ini, ketidaksepakatan dapat
dipecahkan dengan segera, dan janji tindakan perbaikan bisa dibuat dalam catatan.
Tanggapan klien dan catatan tindakan yang diambil atau dijanjikan tercantum dalam
lampiran RAF (Tampilan 8-2).
Tampilan 8-1
Catatan Aktivitas Audit Internal tentang Temuan Audit
Contoh 1

Organisasi ________________________________________________No. RAF ____________


Referensi W/P ________
Kondisi ________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Standar ________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Sama dengan temuan pemeriksaan terakhir: Ya ______________Tidak ____________________
Prosedur atau ___________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Metode pemilihan sampel_________________________________________________________
Ukuran populasi ______ Ukuran sampel ______ Jumlah kelemahan ______ % dari sampel_____
Penyebab ______________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Dampak________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Rekomendasi____________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Tindakan perbaikan ______________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Pembahasan:
Nama Jabatan Departemen Tanggal Auditor
(1) ____________________________________________________________________________
Komentar _____________________________________________________________________
(2) ____________________________________________________________________________
Komentar ______________________________________________________________________
(3) ____________________________________________________________________________
Komentar ______________________________________________________________________
(4) ____________________________________________________________________________
Komentar ______________________________________________________________________
______________________________________________________________________________

_____________________________________________
______________________________
Auditor Tanggal
_____________________________________________
______________________________
Penyelia Tanggal
Tampilan 8-2
Aktivitas Audit Internal
Catatan Temuan Audit
Tanggapan dan Tindakan

Tanggapan Manajemen

(Gunakan halaman belakang untuk tambahan tanggapan)


Nama: Jabatan: Tanggal:__________
Tindakan perbaikan:

Tanggal efektif tindakan perbaikan _________________________________

Nama: Jabatan: Tanggal:__________


Penilaian auditor:
Tindakan yan g diusulkan memuaskan ____________ Tidak Memuaskan __________________

Auditor:_____________________________________________________Tanggal:__________
Tindak lanjut tindakan perbaikan:

Auditor:_____________________________________________________Tanggal:___________
Hasil-hasil tindakan perbaikan (dievaluasi pada audit selanjutnya)

Penyelia Audit:_______________________________________________Tanggal:___________
Tampilan 8-3
Abstraksi Temuan

Kantor: Northeast District


Subjek: Beban-beban Perjalanan
Judul Laporan: Akuntansi Fiskal

Kondisi Uang muka perjalanan melebihi jumlah maksimum yang ditetapkan.


Kami menenmukan bahwa 133 dari 175 akun melebihi uang muka
maksimum yang diperbolehkan sebesar $2.500. saldo yang berlebihan ini
berkisar dari $2.640 hingga $4.750. total kelebihan sebesar $300.000.

Kriteria Kebijakan perusahaan adalah memberikan dana uang muka perjalanan ke


pegawai yang diotorisasi untuk melakukan perjalanan dinas. Uang muka
tidak boleh melebihi beban yang diantisipasi untuk periode 45 hari. Tarif
normal per diem adalah $50. Jadi, maksimum untuk 45 hari adalah
$2.250. jumlah tambahan hingga $250 bisa diberikan untuk kelebihan
jarak dalam mil yang diestimasikan bila pegawai menggunakan mobilnya
sendiri.

Penyebab Prosedur perusahaan tidak membutuhkan pembenaran khusus untuk uang


muka perjalanan dalam jumlah besar. Bagian Akuntansi Fiskal terutama
mengandalkan pada penyelia pegawai untuk memastikan bahwa uang
muka tidak melebihi kebutuhan. Ketidakkonsistenan dapat terjadi karena
peermohonan uang muka disetujui oleh penyelia yang berebeda, dan
tidak satu pun dari mereka mengikuti aturan yang sama.

Dampak: Pegawai dapat mengakumulasi uang muka dalam jumlah yang besar
padahal tidak dibutuhkan. Akumulasi ini dapat merugikan posisi kas
perusahaan. Lagi pula, penagihan menjadi sulit bila pegawai yang
memiliki uang muka dalam jumlah besar keluar dari perusahaan. Bagian
Akuntansi Fiskal saat ini sedang dalam proses untuk berupaya menagih
lebih dari $15.000 dari para pegawai yang tidak lagi bekerja di
perusahaan.

Tanggapan Manajemen: Bagian akuntansi akan membandingkan klaim perjalanan dengan muang
muka yang masih ada untuk menentukan pegawai yang menerima uang
muka melebihi kebutuhan. Para pegawai tersebut akan ditanya alasannya
atas kelebihan uang muka yang diberikan kepada mereka atau
mengurangi uang muka hingga ke jumlah yang sama dengan beban-beban
sesungguhnya. Penyelia akan diberikan instruksi khusus mengenai
jumlah uang muka yang berhak mereka setujui.

______________________________________________________
Manajer Audit
Beberapa organisasi mengeluarkan suatu memorandum untuk setiap temuan audit
yang signifikan untuk melaporkan kondisi, kriteria, sebab, dampak, dan tanggapan
manajemen. “Abstraksi Temuan,” yang direproduksi di Tampilan 8-3, misalnya,
diadaptasi dari laporan badan pemerintah atas audit kontraktor. Memorandum ini
didistribusikan secara luas di badan tersebut. Para pendukung laporan menyebutkan
bahwa laporan ini memberikan banyak manfaat:
1. Manajer senior diberikan sarana pembelajaran yang cepat terhadap masalah saat ini
dan tindakan yang diambil atau diperlukan untuk memecahkannya
2. Manajer lapangan tetap menerima informasi mengenai masalah-masalah yang
kemungkinan mempengaruhi mereka; jadi audit internal bisa mencapai beberapa
daerah dengan mengeluarkan sumber daya yang sama
3. Laporan abstraksi dianalisis secara periodik untuk menemukan trennya. Saat dibawa
ke manajemen senior, keseluruhan tindakan bisa diambil untuk memulihkan tren yang
merugikan. Masalah yang relatif kecil di satu bagian bisa menjadi serius bila
menyebar di banyak bagian
4. Kedisiplinan dalam menyiapkan laporan abstraksi sebelum ditulis membantu auditor
internal lebih memperhatikan setiap kekurangan dalam pengembangan temuan audit
mereka. Kehati-hatian dalam menyiapkan abstraksi memudahkan penyiapan laporan
audit final
5. Penelaahan terpusat untuk abstraksi membantu menjaga program jaminan mutu yang
dirancang untuk meningkatkan audit internal

Keahlian Komunikasi
Laporan ringkas sekali pun, seperti yang tampak pada RAF harus ditulis dengan
baik, dan masalah-masalah harus didefinisikan dengan jelas menggunakan istilah-istilah
yang singkat, padat, dan tepat. Jika dimungkinkan, bahasa RAF harus diekspresikan
dalam nada yang positif, dan istilah-istilah yang mendorong reaksi emosional atau
defensif harus dihindari. Tentu saja, sikap yang sama juga harus ditampilkan dalam
komunikasi verbal sehari-hari dsan presentasi interim hasil-hasil audit.
Pada saat yang sama, auditor terkadang harus terlibat dalam masalah yang
sensititf dan negatif. Masalah-masalah kontrol serius, kecurangan, atau tindakan-
tindakan ilegal harus selalu dipandang sebagai berita buruk, terlepas dari kemampuan
komunikasi auditor atau objektivitas RAF.
Penelaahan Pengawasan
Supervisi audit tetap merupakan kontrol kunci atas pengembangan profeisonal
temuan-temuan audit. Setiap temuan yang dapat dilaporkan harus melewati penelaahan
pengawasan yang ketat, baik secara manual maupun elektronik, dan penelaahan tersebut
harus dibuktikan dengan tanda tangan penyelia atau indikasi persetujuan elektronik.
Tidak ada yang begitu mengurangi kredibilitas aktivitas audit internal selain
temuan yang tidak dibuat dengan mendalam sehingga mudah diserang. Sebuah temuan
audit secara definisi merupakan sebuah kritik. Mekanisme bertahan alami atas kritik-
kritik tersebut sering kali dengan segera menghasilkan serangan terhadap kritik tersebut.
Oleh karena itu, temuan audit harus mengatasi kritik. Penyelia audit bisa melihat bahwa
hasil akhir dicapai dengan mendekati temuan audit melalui pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
1. Apakah ada bagian-bagian dari temuan yang hilang? Mengapa? Apa yang bisa
dilakukan untuk mencari bagian-bagian yang hilang tersebut? Apakah kekurangan-
kekurangan ini merupakan penyajian yang buruk atau pekerjaan audit yang tidak
lengkap?
2. Apakah bagian-bagian tersebut tercampur sehingga mengaburkan kejelasan? Apakah
pendapat menggantikan fakta-fakta? Apakh sebab tercampur dengan akibat? Apakah
rekomendasi memang menyajikan fakta-fakta?
3. Jika prosedur tidak diikuti, apakah rekomendasi hanya sekadar pernyataan bahwa
prosedur tersebut seharusnya diikuti? Atau apakah rekomendasi menunjukkan
mengapa prosedur tersebut tidak diikuti? Dengan kata lain, apakah akan lebih berguna
untuk merekomendasikan instruksi yang lebih jelas, supervisi yang lebih ketat,
pengawasan yang lebih konstan, atau sarana kontrol lain yang dengan segera akan
menunjukkan penyimpangan dari prosedur?
4. Apakah kriteria audit bisa diandalkan, jelas, meyakinkan, dan objektif? Apakah
kriteria tersebut dirancang untuk memenuhi suatu sasaran manajemen? Apakah masuk
akal?
5. Apakah informasi mengenai penyebab sudah lengkap atau hanya informasi yang tidak
mendalam? Apakah penyebab merupakan suatu keismpulan yang logis? Apakah tepat
menuju masalah? Akankah penyebab setiap kali memicu dampak yang sama yang
tidak diinginkan? Apakah penyebab tersebut merupakan penyebab di permukaan, atau
mmerupakan penyebab dasar?
6. Apakah dampak terlalu berlebihan? Apakah logis? Apakah dianggap terlalu kecil?
Apakah dikuantifikasi dengan memadai? Apakah aktiva tidak berwujud dengan
memadai diakui dan dijelaskan dengan memadai? Apakah manajemen perasi setuju
dengan dampak yang dilaporkan? Jika tidak, bagaimana posisinya?
7. Apakah ada keadaan-keadaan yang bisa menyebabkan temuan tersebut tidak diterima
dan dibatalkan? Bisakah kondisi-kondisi tersebut dinetralisasi?
8. Apakah rekomendasi bermanfaat dan spesifik, atau sekadar menyatakan
“meningkatkan kontrol”? Apakah rekomendasi tersebut terlalu kaku, memaksakan
tindakan-tindakan yang diusulkan auditor internal? Apakah rekomendasi berkenaan
dengan masa lalu tetapi mengabaikan masa datang? Apakah bersifat menghukum,
ketimbang konstruktif? Apakah tidak sejalan dengan penyebabnya? Apakah
mencakup sarana untuk mengawasi kondisi sehingga dampak-dampak merugikan
tidak terulang lagi?
9. Apakah metode penyajian sesuai dengan Standar?

Melaporkan Temuan Audit

RAF dan abstraksi telah digunakan lebih dari sekedar sebagai pencatatan temuan
atau pengkomunikasian ke klien. Nyatanya, beberapa organisasi audit telah membuat
ringkasan sebagai dasar utama bagi laporan audit internal. Laporan tersebut telah
diakumulasikan berurutan secara logis berdasarkan pengelompokkan menurut subjek,
lokasi, atau unit yang diaudit, kemudian diserahkan ke manajemen melalui ringkasan
eksekutif satu halaman. Ringkasan ini menjelaskan lingkup audit, menyajikan opini
secara keseluruhan, dan menyajikan penilaian auditor atas operasi yang diaudit.
Ringkasan eksekutif juga menyebutkan temuan-temuan yang dapat dilaporkan. Temuan-
temuan yang didokumentasikan tercermin dalam RAF atau abstraksi.

Format pelaporan ini menekankan pada kelemahan-kelemahan. Pelaporan ini


menawarkan manfaat dari pelaporan segera setelah pekerjaan lapangan diselesaikan,
tetapi apa yang diperoleh dari pelaporan yang cepat bisa jadi sia-sia bila hubungan
auditor-klien tidak menguntungkan. Auditor bisa berada pada posisi memberikan kritik
atau celaan, bukan sebagai pengamat objektif yang memerhatikan sisi baik maupun sisi
buruk. Dampak yang tidak menguntungkan ini dapat diseimbangkan oleh keseluruhan
tanggapan yang objektif pada ringkasan eksekutif. Hal tersebut juga dapat dinetralkan
dengan pembahasan interim mengenai RAF dengan klien.
Tindak Lanjut

Belum ada kesepakatan mengenai tanggung jawab auditor sehubungan dengan


tindak lanjut. Beberapa penulis dan praktisi berpendapat bahwa auditor internal
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dan terserah pada manajemen untuk mengambil
tindakan perbaikan, menentukan kecukupannya, dan mengawasi efektivitasnya. Namun,
pandangan ini tidak konsisten dengan deskripsi yang lebih luas mengenai tanggung
jawab audit internal sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan Standar.

Audit internal merupakan aktivitas pemberian keyakinan yang independen,


objektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan
meningkatkan operasi organisasi.

Terkandung secara implisit dalam pernyataan tersebut tanggung jawab untuk


mengidentifikasi dan melaporkan baik risiko aktual maupun potensial terhadap
perusahaan. Auditor internal yang menyadari kelemahan dan risiko diminta
melaporkannya ke tingkat manajemen yang tepat.

Standar terbaru 2500.A1 menyatakan bahwa:

Kepala bagian audit harus menetapkan proses tindak lanjut untuk mengawasi dan
memastikan bahwa tindakan manajemen telah diimplementasikan secara efektif atau
bahwa manajemen senior telah menerima risiko untuk tidak mengambil tindakan.

Practice Advisory 2500.A1-1 dari Standar, “Proses Tindak Lanjut,” lebih jauh
menyatakan:

1. Tindak lanjut oleh auditor internal didefinisikan sebagai sebuah proses untuk
menentukan kecukupan, efektivitas, dan ketepatan waktu atas tindakan yang diambil
oleh manajemen atas pengamatan dan rekomendasi penugasan yang dilaporkan.
Pengamatan dan rekomendasi seperti ini juga mencakup yang dilakukan oleh auditor
eksternal dan yang lainnya. (sumber: Red Book 440.01.1)
2. Tanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut harus didefinisikan dalam piagram
tertulis aktivitas audit internal. Sifat, waktu, dan luas tindak lanjut harus ditentukan
oleh kepala bagian audit. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan prosedur tindak lanjut yang tepat adalah:
a. Signifikansi pengamatan atau observasi yang dilaporkan.
b. Tingkat upaya dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi yang
dilaporkan.
c. Risiko-risiko yan mungkin terjadi bila tindakan perbaikan gagal dilakukan.
d. Kompleksitas tindakan perbaikan.
e. Periode waktu yang terlibat.

Kelemahan yang dilaporkan, yang dianggap valid oleh manajemen, jelas telah
menggambarkan risiko bagi perusahaan. Kondisi ini tetap menjadi risiko hingga selesai
diperbaiki. Kegagalan untuk mengawasi risiko tersebut hingga dikoreksi, atau hingga
manajemen senior atau dewan telah menyatakan bahwa mereka akan menanggung risiko
tersebut, harus dianggap sebagai tanggung jawab audit yang tidak dilaksanakan.

Argumen lain yang menyatakan bahwa auditor tidak harus melakukan tindak
lanjut atas tindakan perbaikan adalah mereka adalah staf dan bukan lini. Pernyataan ini
sudah jelas, auditor internal memang seharusnya tidak melakukan fungsi lini. Namun
menindaklanjuti tindakan perbaikan bukanlah fungsi lini. Justru hal ini merupakan fungsi
staf yang dirancang untuk menilai tindakan lini. Auditor internal melaksanakan tanggung
jawab mereka dengan menilai kinerja fungsi lini dalam mengurangi risiko bagi
perusahaan.

Kecukupan Tindakan Perbaikan

Temuan-temuan audit dan tindakan yang diperlukan untuk


mengimplementasikannya memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran sehingga tidak ada
aturan kaku bagi kelayakan tindakan perbaikan yang bisa diterapkan di segala situasi.
Secara umum, tindakan perbaikan seharusnya:

1. Responsif terhadap kelemahan yang dilaporkan


2. Lengkap dalam memperbaiki semua aspek material dari kelemahan yang ada
3. Berkelanjtan efektivitasnya
4. Diawasi untuk mencegah terulang lagi

Berikut ini tindakan perbaikan tidak memenuhi empat kriteria:

Sebuah organisasi menggunakan berbagai macam bahan peledak dalam


operasinya. Penanganan bahan peledak tersebut, seperti yang kita perkirakan
membutuhkan kehati-hatian dan pengalaman yang cukup. Hal ini semakin disadari saat
seorang pekerja yang lalai dan kurang terlatih secara tak sengajah meledakan tanganya
dan menyebabkan seorang pekerja lainya menjadi buta.
Setelah kejadian itu dibuat kebijakan organisasi yaitu untuk semua karyawan
yang menangani bahan peledak harus menyelesaikan pelatihan, memiliki sertifikasi
dalam penanganan bahan peledak, dan membawa kartu yang membuktikan sertifikasi
mereka. Karyawan tersebut harus memperoleh sertifikat ulang setiap tahun setelah diuji
pengetahuan dan kemampuan mereka dalam menangani bahan peledak.

Auditor internal memeriksa prosedur sertifikasi dan status sertifikasi sejumlah


karyawan. Meraka menemukan bahwa tidak ada sistem yang menginformasikan
karyawan atau penyelia mereka bahwa mereka harus mengikuti ujian tahunan. Mereka
juga menanyakan 30 dari 100 karyawan dan menemukan bahwa 2 orang tidak memiliki
sertifikasi sama sekali dan sertifikasi untuk tiga karyawan telah habis masa berlakunya.
Kelima karyawan tersebut terlibat dalam penanganan bahan peledak sehari-hari.

Auditor internal dengan segera melaporkan temuan mereka. Sebagai


tanggapanya, manejer produksi meminta kelima orang tersebut diuji dan diberikan
sertifikasi. Iya kemudian melaporkan informasi tersebut ke auditor internal, dengan
menyatakan bahwa iya telah memperbaiki kondisi kelemahan yang ada.

Tindakan perbaikan tidak mamadai sama sekali dan ditolak auditor internal karna
alsan-alasan berikut ini:

1. Tindakan tersebut tidak responsif. Tindakan perbaikan tidak berhubungan dengan


kontrol atas sertifikasi.
2. Tindakan tersebut tidak lengkap. Hanya karywan yang diperiksa auditor yang diambil
tindakan.
3. Tindakan tersebut tidak berkelanjutan. Tidak ada sistem yang diterapkan untuk
memastikan bahwa para karyawan dan peyelia mereka diinformasikan mengenai
pengguhan masa berlaku sertifikat mereka.
4. Tindakan tersebut tidak diawasi. Tidak adaketentuan, kecuali oleh audit internal
priodik, untuk memastikan bahwa orang yang menanggani bahan peledak telah dilatih
dan diberi sertifikasi.

Auditor menjelaskan kelemahan dalam tindakan perbaikan tersebut ke manajemen


oprasional. Hasilnya, langkah-langkah tambahan berikut ini diambil:

1. Catatan kartu berisi nama-nama dan tanggal masa berlaku sertifikasi untuk setiap
karyawan dibuat dalam “dokumen pengigat” depan departemen personalia, yang
bertanggung jawab untuk pelatihan dan serifikasi. Kartu tersebut kemudian
ditempatkan dalam dokumen “tunggu” dan dihapuskan hanya setelah diterima bukti
adanya sertifikasi ulang.
2. Semua 100 karyawan dicek untuk mengetahui keabsahan danpembaruan kartu
sertifikasi.
3. Satu bulan sebelum masa berlakusertifikasi habis, manajer setiapkaryawan akan diberi
tahu bahwa sertifikasi ulang sudah harus dilakukan. Mereka juga akan diberi tahu jika
ada sertifikasi karywan yang diizinkan habis meskipun pemberitahuan tanggal
sertifikasi ulanmg telah diberikan.
4. Kepala bagian keamanan menginstruksikan para insinyur, yang berkelililng pabrik
mencari pelanggaran keamanan, untuik memverifikasi apakah setiaporang yang
terlihat menaggani bahan peledak memiliki kartu bukti serifikat terbaru.
BAB III

KESIMPULAN

Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan 
diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang  disajikan
secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi  pihak-pihak yang
berkepentingan.

Dan untuk memahami lebih lanjut mengenai temuan audit, maka auditor harus
mengetahui terlebih dahulu sifat temuan audit, temuan audit yang dapat dilaporkan,
pendekatan untuk mengkronstruksi temuan, tingkat signifikan dari temuan audit, elemen-
elemen temuan audit serta pencatatan dan pelaporan temuan audit.

Jadi, dalam mengolah hasil temuan diawali dengan memahami definisi dari temuan
audit dan sifat temuan audit, kemudian melakukan pendekatan untuk mengonstruksi temuan,
setelah itu menilai tingkat signifikansi temuan audit berdasarkan elemen-elemen audit.
Setelah itu hasil temuan dicatat dan dilaporkan setelah auditor memahami kriteria temuan
audit apa saja yang dapat dilaporkan. Temuan audit dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan agar dijadikan evaluasi terhadap pengendalian organisasi dalam
mengidentifikasi kelemahan organisasi yang kemudian dari hasil laporan audit tersebut
dijadikan acuan dari tindak lanjut yaitu tindakan perbaikan untuk memperbaiki kelemahan
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan
Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Sawyer. Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer, dkk. 2006. Internal Auditing Buku 1
Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
http://www.scribd.com/doc/139481325/Temuan-Audit-Audit-Findings
http://ffirmann.wordpress.com/2010/01/09/temuan-audit/

Anda mungkin juga menyukai