Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kadek Raditya Dewanta

NIM : 2007511219
Kelas : C7 EP
Matkul : Pendidikan Pancasila
Absen : 26

UAS PENDIDIKAN PENCASILA

1. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik
secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna
penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.
1) persamaan bagi seluruh rakyat indonesia, namun pada kenyataannya masih banyak
rakyat yang merasa dikesampingkan dan tidak mendapat perlakuan yang sama dihadapan
golongan masyarakat lain yang dinilai lebih mempunyai otoritas atau kekuasaan.
2) keseimbangan antara hak dan kewajiban, seperti kita tau, yang kini terjadi justru tidak
adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, seringkali antara hak dan kewajiban
tidak ada hubungan yang saling timbal balik dan justru lebih cenderung adanya
ketimpangan, ketimpangan tersebut baik dari segi hak maupun kewajiban antara negara
dan warga negaranya.
3) pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain. Hal tersebut sudah jelas bahwa kita dapat berbuat
sesuai dengan kebebasan yang kita miliki. Namun, kita harus bisa
mempertanggungjawabkan perbuatan kita secara moral dihadapan Tuhan, diri sendiri dan
orang lain. Namun sekarang sudah banyak orang yang melakukan perbuatan dengan
sewenang-wenang tanpa adanya pertanggungjawaban yang berkelanjutan.
4) mewujudkan rasa keadilan sosial. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan negara
Indonesia, tetapi rasanya hingga saat ini negara Indonesia belum bisa dikatakan
mempunyai rasa keadilan sosial, karena pada kenyataannya masih terlalu banyak rakyat
yang diperlakukan tidak adil oleh seorang yang dianggap mempunyai kekuasaan lebih.
5) pengambilan keputusan dengan musyawarah. Sistem musyawarah mufakat adalah
salah satu ciri-ciri kepribadian masyarakat Indonesia sejak dahulu, jadi diharapkan
musyawarah mufakat ini dapat terus menjadi pedoman dalam mengambil keputusan
sehingga dapat membantu mewujudkan demokrasi pancasila yang diidam-idamkan
bangsa Indonesia sejak dahulu.
6) mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan. Masyarakat Indonesia dikenal
dengan bangsa yang terdiri dari banyak keanekaragaman baik budaya, tradisi dan
keanekaragaman yang lain. Dari banyaknya keanekaragaman tersebut, Indonesia
seharusnya mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan agar dapat mewujudkan
demokrasi pancasila.
7) menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional. Tujuan dan cita-cita nasional bangsa
Indonesia sudah sangat baik dan diharapkan hal-hal tersebut dapat terwujud dan selalu
dijunjung tinggi agar apa yang menjadi keinginan bangsa Indonesia sejak dahulu dapat
secepatnya terwujud, terutama dalam mewujudkan demokrasi pancasila

2. KETUHANAN YANG MAHA ESA


Sila pertama merupakan sumber nilai nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan. Berasarkan sila pertama negara Indonesia bukanlah negara teokrasi yang
mendasarkan kekuasaan negara pada legitimasi religius. Ekuasaan kepala negara tidak
bersifat mutlak berasarkan legitimasi religius melainkan berdasarkan legitimasi hukum
dan demokrasi.

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Sila kedua juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan negara. Bangsa
Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia hidup secara bersama dalam suatu
wilayah tertentu,dengan suatu cita-cita serta prinsip hidup demi kesejahteraan bersama.
Manusia merupakan dasar kehidupan dan penyelenggaraan. Oleh karena itu asas-asas
kemanusiaan bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum.

PERSATUAN INDONESIA
Persatuan berarti utuh dan tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung pengertian
bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Sila
ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologis,politik,ekonomi,sosial budaya,dan
hukum. Oleh karenanya diperlukan semangat persatuan sehingga tidak muncul jurang
pemisah antara satu golongan dengan golongan lain.

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal muasal kekuasaan negara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaran negara segala kebijaksanaan , kekuasaan dan
kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok negara.

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip
"Legalitas" .Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu keadilan dalam
hidup bersama atau keadilan sosial merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Dalam
penyelenggaran negara, segala kebijakan,kekuasaan,kewenangan,serta pembagian serta
senantiasa harus berdasarkan hukum yang berlaku.

3. Membangun ketatanegaraan RI yang berlandaskan UUD 1945 yaitu UD 1945


menetapkan bahwa bentuk susunan negara Indonesia adalah kesatuan bukan serikat atau
federal. Implementasi nilai pancasila dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dan peran
lembaga Negara dalam mengaktualisasikan nilai pancasila berdasarkan sistem
ketatanegaraan Indonesia. Konsep nilai Pancasila dalam sistem ketatanegaraan Indonesia,
yaitu (1) terjalinnya hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara; (2) penyelesaian sengketa secara musyawarah, sedangkan peradilan merupakan
sarana terakhir; dan (3) hak-hak asasi manusia yang tidak hanya menekankan hak atau
kewajiban, tetapi terjalinnya suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban. Sedangkan
peran lembaga Negara dalam mengaktualisasikan nilai pancasila berdasarkan system
ketatanegaraan Indonesia untuk menegakkan UUD 1945 dengan melakukan judicial
review atas UU yang bertentangan terhadap UUD 1945 maupun dalam melakukan
kewenangan lainnya sebagai pengawal politik hukum nasional, pengawal konstitusi dan
sebagai penafsir tunggal pasal-pasal UUD 1945 demi tegaknya hukum dan keadilan.
Amandemen UUD terjadi sebanyak 4 kli yang pertama pada sidang Sidang Umum
Majelis Permusyawaratan Rakyat pada 14-21 Oktober 199. Ketua MPR kala itu adalah
Amien Rais. Ada 9 dari 37 pasal di dalam UUD yang berubah. Salah satu yang paling
krusial adalah perubahan pada Pasal 7 UUD 1945.
Dalam beleid lama, Presiden dan Wakil Presiden memegang masa jabatan lima tahun dan
dapat dipilih kembali. Aturan ini berubah menjadi Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Amandemen ini membatasi masa
kekuasaan presiden menjadi hanya 10 tahun.
Perubahan kedua terjadi pada sidang umum MPR 7-18 Agustus 2000 yang juga masih
diketuai Amien Rais. Di masa sidang ini perubahan yang paling kentara adalah soal
desentralisasi pemerintahan. Pasal 18 UUD 1945 dalam amandemen kedua ini lebih
mengakomodir bagaimana provinsi, kota, dan kabupaten bisa mengatur pemerintahan
mereka sendiri. Mereka memiliki otonomi yang luas.
Selain itu, dalam Pasal 18 amandemen kedua juga menyebutkan Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Beleid ini juga mengatur tentang
pemilihan Gubernur, Wali Kota, dan Bupati secara demokratis. Kemudian, Pasal 19
dalam perubahan UUD 1945 kedua juga mengatur soal pemilihan umum untuk DPR.
Amandemen ketiga dalam sidang umum MPR pada 1-9 November 2001. Amien Rais
juga masih menjadi Ketua MPR di periode ini. Banyak perubahan penting dalam
amandemen ketiga. Seperti, menghilangkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Kemudian,
perubahan ketiga ini mulai membuka pintu bagi Pemilihan Presiden atau Pilpres secara
demokratis. Selama ini, Presiden dipilih oleh MPR. Dalam perubahan ketiga ini,
konstitusi mulai mengakui Pemilihan Umum yang terbuka.
Dalam amandemen ini bahkan dijelaskan garis besar bagaimana pemilihan presiden.
Misalnya, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat. Kemudian, Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan
pemilihan umum. perubahan ini lah yang mengamanatkan dibuatnya Undang-undang
tentang Pemilu. Terakhir, amandemen UUD 1945 keempat yang terjadi pada masa sidang
1-11 Agustus 2002. Perubahan terakhir ini hanya menyempurnakan beberapa pasal saja.
Misalnya, anggota MPR terdiri dari DPR dan DPD.

4. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa Pancasila harus menjadi landasan


penyelenggaraan pembangunan nasional. Ini didasarkan pada realitas obyektif Pancasila
adalah fondasi negara, dan menjadi landasan bagi segala tindakan terhadap masyarakat,
bangsa, dan negara. Oleh karena itu, untuk pembangunan nasional dan internasional, nilai
harus didasarkan pada prinsip Pancasila. Pembangunan nasional harus mencakup aspek
fisik dan mental. Aspek-aspek tersebut dijelaskan melalui perkembangan di berbagai
bidang seperti politik, ekonomi, hukum, pendidikan, kemasyarakatan, budaya, iptek, dan
agama. Pancasila sebagai paradigma pembangunan, Pancasila sebagai paradigma
pembangunan IPTEK, Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik, Pancasila
sebagai paradigma pembangunan ekonomi, Pancasila sebagai paradigma pengembangan
sosial budaya, Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum, Pancasila sebagai
paradigma pembangunan kehidupan umat beragama.

5. Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan
Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar
kemakmuran/kesejahteraan rakyat – yang harus mampu mewujudkan perekonomian
nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti
selama Orde Baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik
Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan
ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar
utama pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan
ini ialah koperasi.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program kongkrit
pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu
mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi
Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga
lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan,
Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan
peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.
6. Cara Pancasila mengantisipasi tantangan globalisasi adalah dengan mempertahankan
otoritas negara dan penegakan hukum dalam globalisasi menjadi pelindung hak-hak dasar
warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan
kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak
masyarakat untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan
mental dan ideologi bangsa. Adapun cara - cara eksekusi lainnya untuk globalisasi adalah
dengan menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang dapat melindungi Bangsa Indonesia
terhadap ancaman globalisasi, dengan menjadi ideologi yang fleksibelitas dan dengan
menanamkan sikap ideologis pada setiap masyarakat. Adapun cara - cara eksekusi
lainnya untuk globalisasi adalah sebagai berikut:

- Memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.
- Membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran
berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah.dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.
- Membuat kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN). diperkuat melalui mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan
praktik.

Anda mungkin juga menyukai