Derrida mengembangkan konsep dekonstruksi kedalam berbagai eksperimen yang mengekspresikan ciri kebebasan retorikal atas struktur komposisi formal. Pandangan dekonstruksi lahir dari suatu atmosfir yang berlandaskan pada konsep “filosofi-anti”. Pandangan yang membatasi perspektif keabsolutan kebenaran, menolak berbagai hubungan kausatif (sebab-akibat) Dekonstruksi mengembangkan filsafat historis- hermeneutis Filsafat historis-hermeneutis Jalan untuk mendekati kebenaran bukannya melalui observasi, melainkan melalui pemahaman arti atau makna. Kontrol terhadap salah benarnya pemahaman tersebut tidak dilaksanakan melalui test yang direncanakan melainkan melalui interpretasi. Interpretasi yang benar akan meningkatkan intersubyektivitas sedangkan yang salah akan mendatangkan sangsi. Pemahaman hermeneutis selalu mendasarkan pemahamannya pada pra-pengertian yang dihasilkan dari situasi-situasi reflektif. Ekspresi Arsitektur Dekonstruksi
Secara substantif, metaphora dekonstruktif yang
dilandasi oleh konsep filosofi-anti ini mempunyai ekspresi-ekspresi yang berada diantara pemahaman rasional dan irasional. Oleh karena itu pemahaman secara ilmiah saja tidaklah cukup, dituntut suatu kemampuan imajinasi. Kemampuan imajinasi memiliki kelemahan karena ketidakterbatasannya dan akan menjadi sesuatu yang esensial hanya apabila hasilnya bisa dikontrol dengan pemahaman. Tanpa terjadinya pemahaman, dekonstruksi dalam arsitektur adalah tidak mungkin ditelusuri. Berdasarkan empiris, dekonstruksi membawa bentuk- bentuk geometri yang cenderung berbentuk “aneh”. Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk- bentuk geometri yang selama ini dikenal. Esensi Dekonstruksi
Esensi bentuk bukan merupakan indikator utama
dalam Arsitektur Dekonstruksi. Indikator utamanya adalah esensi makna dan simbol. Mendasarkan konsep makna/simbol sebagai suatu esensi kehidupan, maka penelusurannya akan sampai kepada simbol tertua yang lahir dari kehidupan manusia yaitu bahasa. Dari pendekatan inilah struktur kemanusiaan dapat digali karena struktur ini merupakan interkoneksi dari berbagai simbol/makna yang ada dalam masyarakat. Konsep tentang struktur makna/simbol itu sendiri akan berbeda untuk kondisi masyarakat yang berbeda. Perkembangan
Dekonstruktivisme dalam arsitektur mulai dikenal publik
sebagai hasil dari entri desain untuk kompetisi arsitektur Parc de la Villette 1982, yang diajukan oleh Jacques Derrida, Peter Eisenman dan Bernard Tschumi (yang menang). Kemudian, pada tahun 1988 sebuah Museum Seni Modern menggelar pertunjukan di New York yang berjudul "Deconstructivist Architecture", yang dikuratori oleh Philip Johnson dan Mark Wigley. Pameran ini menampilkan desain oleh Frank Gehry, Daniel Libeskind, Peter Eisenman, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, Bernard Tschumi dan Coop Himmelb au. Tahun berikutnya (1989) digelar pembukaan Pusat Seni Wexner di Columbus, gedung publik besar pertama yang dirancang dengan gaya dekonstruksi oleh Peter Eisenman. Telaah dan pemahaman dekonstruksi memerlukan suatu kesiapan untuk belajar menerima beberapa kemungkinan phenomena. Syarat dari semua ini berdiri di atas keterbukaan dan kesabaran. Keterbukaan membiarkan phenomena berbicara langsung tanpa prekonsesi. Kesabaran memberikan ruang kepada orang untuk mendengar lebih cermat dan seksama.
Dekonstruksi bukanlah gerakan yang tunggal atau
koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan – kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang lainnya. Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan. Deconstruction sebagai upaya atau metoda kritis, tidak hanya berupaya membongkar bangun – bangun teori atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun contextnya. Lebih dari itu, kekuatan – kekuatan yang berperan pada konsep yang bersangkutan akan: dilucuti atribut – atributnya, dikupas habis hingga telanjang bulat, dilacak asal usul dan perkembangannya, dicari kaitan – kaitannya dengan konsep – konsep lain, digelar kemungkinan – kemungkinan posisi maupun kontribusinya terhadap apa saja. Semua proses pembongkaran tersebut dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik phenomenalnya. Dalam pembangunan kembali tersebut, ekspose dari ‘interplay’ kekuatan – kekuatan melalui : kontradiksi – kontradiksi, kesenjangan – kesenjangan, decomposition, disjunction, discontinuity, dan deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan kemungkinan – kemungkinan “ada” dan “mengada”. Daya tarik deconstruction bagi dunia rancang bangun terletak di dalam cara melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat kejadian yang selayaknya terbuka bagi yang mungkin dan yang tidak mungkin. Ciri dan Karakteristik Gaya Desain Dekonstruksi Arsitektur dekonstruktivis dicirikan oleh manipulasi tampilan, fragmentasi, dan bentuk-bentuk non-bujursangkar yang distorsi dan melanggar norma arsitektur konvensional, terutama pada struktur dan tampilan bangunan. Gaya ini dengan sengaja menyandingkan elemen-elemen yang tampaknya saling bertentangan untuk menantang gagasan tradisional tentang harmoni dan kontinuitas bahkan stabilitas Misalnya material atap yang digunakan di bawah, bentuk lekukan yang seakan tidak seimbang dll. Dekonstruktivisme menantang hampir semua gaya desain bangunan lama, namun merupakan serangkaian lonjakan postmodernis dan tidak menjadi gaya desain yang konsisten Tokoh dan Karya
Adapun arsitek yang menganut aliran ini yaitu Peter Eisenman,
Frank O Gehry, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, Daniel Libeskind, Bernard Tschumi dan termasuk Coop Himmelb. Berikut adalah Karya-karya arsitektur Dekonstruksi : The McCormick Tribune Campus Center di Chicago's IIT Campus, Rem Koolhaas Parc de la Villette Paris, Prancis, Bernard Tschumi Museum Guggenheim, Bilbao Spanyol, Frank O Gehry