Anda di halaman 1dari 24

DEKONSTRUKSI ARSITEKTUR

DEKONSTRUKSI DALAM ARSITEKTUR

 Berkembang pada dekade 1980-an


 Derrida mengembangkan konsep dekonstruksi
kedalam berbagai eksperimen yang mengekspresikan
ciri kebebasan retorikal atas struktur komposisi
formal.
 Pandangan dekonstruksi lahir dari suatu atmosfir yang
berlandaskan pada konsep “filosofi-anti”.
 Pandangan yang membatasi perspektif keabsolutan
kebenaran, menolak berbagai hubungan kausatif
(sebab-akibat)
 Dekonstruksi mengembangkan filsafat historis-
hermeneutis
Filsafat historis-hermeneutis
 Jalan untuk mendekati kebenaran bukannya melalui
observasi, melainkan melalui pemahaman arti atau
makna.
 Kontrol terhadap salah benarnya pemahaman
tersebut tidak dilaksanakan melalui test yang
direncanakan melainkan melalui interpretasi.
Interpretasi yang benar akan meningkatkan
intersubyektivitas sedangkan yang salah akan
mendatangkan sangsi.
 Pemahaman hermeneutis selalu mendasarkan
pemahamannya pada pra-pengertian yang
dihasilkan dari situasi-situasi reflektif.
Ekspresi Arsitektur Dekonstruksi

 Secara substantif, metaphora dekonstruktif yang


dilandasi oleh konsep filosofi-anti ini mempunyai
ekspresi-ekspresi yang berada diantara pemahaman
rasional dan irasional.
 Oleh karena itu pemahaman secara ilmiah saja
tidaklah cukup, dituntut suatu kemampuan imajinasi.
 Kemampuan imajinasi memiliki kelemahan karena
ketidakterbatasannya dan akan menjadi sesuatu yang
esensial hanya apabila hasilnya bisa dikontrol dengan
pemahaman.
 Tanpa terjadinya pemahaman, dekonstruksi dalam
arsitektur adalah tidak mungkin ditelusuri.
 Berdasarkan empiris, dekonstruksi membawa bentuk-
bentuk geometri yang cenderung berbentuk “aneh”.
Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan
penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-
bentuk geometri yang selama ini dikenal.
Esensi Dekonstruksi

 Esensi bentuk bukan merupakan indikator utama


dalam Arsitektur Dekonstruksi.
 Indikator utamanya adalah esensi makna dan
simbol.
 Mendasarkan konsep makna/simbol sebagai suatu
esensi kehidupan, maka penelusurannya akan sampai
kepada simbol tertua yang lahir dari kehidupan
manusia yaitu bahasa.
 Dari pendekatan inilah struktur kemanusiaan dapat
digali karena struktur ini merupakan interkoneksi dari
berbagai simbol/makna yang ada dalam
masyarakat.
 Konsep tentang struktur makna/simbol itu sendiri
akan berbeda untuk kondisi masyarakat yang
berbeda.
Perkembangan

 Dekonstruktivisme dalam arsitektur mulai dikenal publik


sebagai hasil dari entri desain untuk kompetisi arsitektur Parc
de la Villette 1982, yang diajukan oleh Jacques Derrida,
Peter Eisenman dan Bernard Tschumi (yang menang).
Kemudian, pada tahun 1988 sebuah Museum Seni Modern
menggelar pertunjukan di New York yang berjudul
"Deconstructivist Architecture", yang dikuratori oleh Philip
Johnson dan Mark Wigley.
 Pameran ini menampilkan desain oleh Frank Gehry, Daniel
Libeskind, Peter Eisenman, Zaha Hadid, Rem Koolhaas,
Bernard Tschumi dan Coop Himmelb au. Tahun berikutnya
(1989) digelar pembukaan Pusat Seni Wexner di Columbus,
gedung publik besar pertama yang dirancang dengan gaya
dekonstruksi oleh Peter Eisenman.
 Telaah dan pemahaman dekonstruksi memerlukan suatu
kesiapan untuk belajar menerima beberapa
kemungkinan phenomena. Syarat dari semua ini berdiri
di atas keterbukaan dan kesabaran. Keterbukaan
membiarkan phenomena berbicara langsung tanpa
prekonsesi. Kesabaran memberikan ruang kepada
orang untuk mendengar lebih cermat dan seksama.

 Dekonstruksi bukanlah gerakan yang tunggal atau


koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan –
kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu
dengan yang lainnya. Dekonstruksi tidak memiliki
ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk
membongkar kemapaman dan kebakuan.
 Deconstruction sebagai upaya atau metoda kritis, tidak
hanya berupaya membongkar bangun – bangun teori
atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun
contextnya. Lebih dari itu, kekuatan – kekuatan yang
berperan pada konsep yang bersangkutan akan:
dilucuti atribut – atributnya, dikupas habis hingga
telanjang bulat, dilacak asal usul dan
perkembangannya, dicari kaitan – kaitannya dengan
konsep – konsep lain, digelar kemungkinan –
kemungkinan posisi maupun kontribusinya terhadap
apa saja. Semua proses pembongkaran tersebut
dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik
phenomenalnya.
 Dalam pembangunan kembali tersebut, ekspose dari
‘interplay’ kekuatan – kekuatan melalui : kontradiksi –
kontradiksi, kesenjangan – kesenjangan, decomposition,
disjunction, discontinuity, dan deformation, merupakan
cara untuk memperlihatkan kemungkinan – kemungkinan
“ada” dan “mengada”. Daya tarik deconstruction bagi
dunia rancang bangun terletak di dalam cara
melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat
kejadian yang selayaknya terbuka bagi yang mungkin
dan yang tidak mungkin.
Ciri dan Karakteristik Gaya Desain
Dekonstruksi
 Arsitektur dekonstruktivis dicirikan oleh manipulasi tampilan,
fragmentasi, dan bentuk-bentuk non-bujursangkar yang distorsi
dan melanggar norma arsitektur konvensional, terutama pada
struktur dan tampilan bangunan.
 Gaya ini dengan sengaja menyandingkan elemen-elemen yang
tampaknya saling bertentangan untuk menantang gagasan
tradisional tentang harmoni dan kontinuitas bahkan stabilitas
 Misalnya material atap yang digunakan di bawah, bentuk
lekukan yang seakan tidak seimbang dll.
 Dekonstruktivisme menantang hampir semua gaya desain
bangunan lama, namun merupakan serangkaian lonjakan
postmodernis dan tidak menjadi gaya desain yang konsisten
Tokoh dan Karya

 Adapun arsitek yang menganut aliran ini yaitu Peter Eisenman,


Frank O Gehry, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, Daniel Libeskind,
Bernard Tschumi dan termasuk Coop Himmelb. Berikut adalah
Karya-karya arsitektur Dekonstruksi :
The McCormick Tribune Campus Center di Chicago's IIT Campus,
Rem Koolhaas
Parc de la Villette Paris, Prancis,
Bernard Tschumi
Museum Guggenheim, Bilbao Spanyol,
Frank O Gehry

Anda mungkin juga menyukai