Anda di halaman 1dari 125

ANALISIS GEOGRAFI TERHADAP POTENSI WISATA DI

SITU CIPONDOH KOTA TANGERANG BANTEN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ARIF PUTRANTO
NIM : 1110015000104

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016/1438 H
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS GEOGRAFI TERHADAP POTENSI WISATA DI
SITU CIPONDOH KOTA TANGERANG BANTEN
Sk五 psi

Dttukan Kepada Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Kcguruan untuk Mclncnuhi Syar激
Memperoleh Gelar Sattana PCndidikan

Olch:

Arif Putranto

NIPI:1110015000104

Mengesahkan:

Pembimbing Skripsi

JURUSAN ILMU PENGETAⅡ UAN SOSIAL


FAKULTASILPIIU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF ⅡIDAYATULLAⅡ

JAKARTA
2016/1438Ⅱ


LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul "Analisis Geografi Terhadap Potensi Wisata Di Situ Cipondoh


Kota Tangerang Banten" disusun oleh Arif Putranto, NIM : 1110015000104,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah padatanggal
7 Desember 2016 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 7 Desember 2016

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal Tanda Tangan

Dr.Iwan Purwantoo M.Pd


NIP,197304242008011012

Sekretaris Sidang (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)

1033 ツご
PenguJI I
Dro Ho Nurochillln MM
NIP.195907151984031003

PenguJI II
Sodikin.VII.Si
NIP.

Tarbiyah dan
ABSTRAK

Arif Putranto, 1110015000104. “Analisis Geografi Terhadap Potensi


Wisata Di Situ Cipondoh Kota Tangerang Banten”. Skripsi Program Studi
Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Tujuan Penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi pengembangan


kawasan Situ Cipondoh dengan mengkaji beberapa faktor yaiu, karakter fisik,
sosial budaya, aksesbilitas, fasilitas, dan keadaan ekologi di kawasan Situ
Cipondoh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik aksidental,
lalu data yang telah dianalisis kemudian di sajikan dalam analisis deskriptif
menggunakan tabel frekuensi tunggal. Data yang tersaji kemudian
diinterpretasikan berdasarkan teori-teori yang ada dan diukur dengan presentase.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, wawancara,
observasi, dan dokumentasi.

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah potensi fisik Situ
Cipondoh memiliki skor 11 yang berarti kurang mendukung, selanjutnya skor
potensi sosial budaya adalah 40 yang berarti mendukung. Kemudian skor potensi
aksesbilitas adalah 13 yang berarti sangat mendukung, dan skor keberadaan
fasilitas adalah 10 yang berarti mendukung. Jumlah seluruh skor adalah 74 yang
berarti bahwa Situ Cipondoh mendukung dan layak untuk menjadi daerah wisata.

Kata kunci: Potensi, pengembangan, situ, objek wisata.

i
ABSTRACT

Ariif Putranto 1110015000104. “Geographical Analysis About Potential


Tourism at Situ Cipondoh, Tangerang City, Banten” Skripsi department of social
science, faculty of tarbiyah and teachers training of State Islamic University
Syarif Hidayatullah Jakarta.

The objective of this study is to know the identify the potential development
of Situ Cipondoh by examining several factors, physical, social and cultural
rights, accesbility, facilities and ecological conditions in Situ Cipondoh area. The
method was used in this research is descriptive qualitative analyisis method,the
sampling technique in this research is accidental technique, then this study has
analyzed data later presented in a descriptive analysis using a single frequency
table. The data prented is then interpreted based on existing theories and
measured by percentage. The data of this research is gathered from
questionnaire, interview, observation, and documentation.

Results of this research that The physical potential of the Situ Cipondoh
has the score 11. It means that this condition is less support. Furthermore, the
scoreof social and culture potential is 40 that means is support. And then, the
score of accessibility potential is 13 that means is very support, and the score of
facilities existence is 10 that means is support. The sum of the score of eligibility
category is 74 which means that the Situ Cipondoh is support and feasible to be a
tourism destination.

Keywords: potency, development, situ, tourism object.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Geografi Terhadap Potensi Wisata Di Situ Cipondoh Kota
Tangerang Banten”, ini dapat terselesaikan walaupun banyak
keterbatasan yang dialami penulis.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial .
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
akan terselesaikan. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran
penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Wuryono dan Ibu Sri Mulyani, yang
selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang, kesabaran dan
pengorbanan baik moril maupun materil yang tak terhingga kepada
penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dan
kesehatan.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Prof. Dr. H
Ahmad Thib Raya, MA. serta para pembantu dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku ketua Jurusan Pendidikan IPS
yang telah menjadi fasilitator dalam memperoleh ilmu selama kuliah di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh civitas akademika di lingkungan FITK, Bapak Drs.
Syaripulloh, M.Si. Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, beserta seluruh staff jurusan IPS dan seluruh dosen di
lingkungan FITK yang telah menyampaikan ilmunya selama penulis
menjalani kuliah. Semoga bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat
dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan terus
bermanfaat di kehidupan kedepannya.
5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si selaku dosen pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
7. Bapak Jack Sani selaku Kepala pengelola Situ Cipondoh yang
memberikan izin dan menerima dengan sangat baik.
8. Pihak Kecamatan Cipondoh yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data.
9. Terima kasih juga untuk, adik penulis Ratna Evania Fitriyani yang
selalu memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2010 ATK Fams
yaitu Arib Jaudi, Aldian Kurnia, Aidil Jufri, M. Rizki, Choerul Imam,
Ardi Muhammad, M. Faishal, Afin Rizal, Febrianto, M. Fariz, Ibnu
Mustaqim, Farid Iqbal, Dinar Risprabowo, Lukmanul Hakim, M. Riza,
Ipan Sunarya, Bani Rohman, Fazri Shobari, Tarmizih Ubadillah, Syarif
Hidayatullah, dan adik junior Achmad Fauzi yang selalu mengisi hari-
hari kuliah dengan canda tawa, pengalaman pertemanan yang luar
biasa. Semoga hubungan pertemanan ini akan terus berlanjut sampai
kapanpun.

iv
11. Teman-teman pengajian HAMASAH yaitu Ustadz Dwi, Mas Donny,
Mbak Tyas, Anthony, Fathoni, Hari, Anas, Aris, Daffa, Decky, Agung,
Septi, Cahyo, Fandy dan Irfan yang turut memberikan motivasi serta
pengalaman hidup.
12. Terima kasih yang spesial untuk Faiza Yonefri yang selalu
mendukung, memotivasi, dan mendoakan dalam penulisan skripsi ini.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala apresiasi dan kebaikan akan diberkahi oleh Allah SWT.

Jerih payah, perjuangan, pengorbanan, darah, keringat, air mata,


serta harapan, begitu panjang proses perjalanan untuk meraih semua
kebanggan.
Semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Amin.

Jakarta, 19 Oktober 2016

Arif Putranto

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

UJI REFERENSI

ABSTRAK................................................................................................. i

ABSTRACT.............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR.............................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL.................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................ xi

DAFTAR GRAFIK……………………………………………………... xii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................... 5
C. Pembatasan Masalah.............................................................. 5
D. Perumusan Masalah................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Analisis Geografis
1. Pengertian Analisis............................................................ 8
2. Geografi…………………………………………………. 8
3. Pendekatan Ekologi……………………………………… 11
4. Geografi Dalam Pariwisata………………………………. 12

vi
B. Potensi Wisata
1. Pengertian Potensi……………………………………….. 14
2. Pariwisata ………………………………………………... 15
C. Wisatawan…….,..................................................................... 20
D. Daya Tarik Wisata................................................................... 21
E. Fasilitas ……………………………………………………... 23
F. Situ
1. Pengertian Situ………..………………………………….. 25
2. Situ Cipondoh…………………………………………….. 28
G. Penelitian Relevan…………………………………………… 28
H. Kerangka Berpikir…………………………………………… 31
I. Hipotesis Penelitian………………………………………….. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….. 34
B. Metode Penelitian.................................................................... 35
C. Populasi .................................................................................. 36
D. Sampel Penelitian........................................... ........................ 36
E. Variabel Penelitian.................................................................. 36
F. Metode Pengumpulan Data..................................................... 37
G. Teknik Pengolahan Data......................................................... 39

BAB IV HASIL PEMBAHASAN


A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Aspek Fisik……………………………………………..... 55
2. Aspek Sosial dan Budaya ...... ........................................... 59
3. Aspek Aksesbilitas……………………………………….. 62
4. Aspek Fasilitas.................................................................... 62
B. Analisis Potensi Situ Cipondoh Sebagai Objek Wisata
1. Analisis Kondisi Fisik Kawasan Objek Wisata
Situ Cipondoh Sebagai Daerah Tujuan Wisata.................. 63
vii
2. Analisis Kondisi Sosial dan Budaya Kawasan
Objek Wisata Cipondoh Sebagai Daerah Tujuan Wisata..... 65
3. Analisis Kondisi Aksesbilitas Kawasan Objek
Wisata Situ Cipondoh Sebagai Daerah Tujuan Wisata…… 69
4. Analisis Kondisi Fasilitas Kawasan Objek Wisata
Situ Cipondoh Sebagai Daerah Tujuan Wisata…….………71
C. Analisis Ekologi Terhadap Potensi Wisata Situ Cipondoh.….. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................... 81
B. Saran......................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 82
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian........................................................................... 35

Tabel 3.2 Penjabaran Variabel Penelitian..................................................... 37

Tabel 3.3 Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Fisik...................................... 41

Tabel 3.4 Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Sosial dan Budaya................. 42

Tabel 3.5 Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Aksesbilitas........................... 46

Tabel 3.6 Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Fasilitas.................................. 46

Tabel 3.7 Nilai dan Bobot Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor Fisik.......... 47

Tabel 3.8 Nilai dan Bobot Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor Sosial dan
Budaya…………………………………………………............. 48

Tabel 3.9 Nilai dan Bobot Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor


Aksesbilitas................................................................................. 49

Tabel 3.10 Nilai dan Bobot Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor


Fasilitas..................................................................................... 49

Tabel 3.11 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Fisik........... 50

Tabel 3.12 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Sosial dan
Budaya....................................................................................... 51

Tabel 3.13 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor


Aksesbilitas…………..………………………………………... 52

Tabel 3.14 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Fasilitas...... 53

Tabel 3.15 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Kesesianan pada Objek


Wisata......................................................................................... 53

Tabel 4.1 Status Mutu Air Situ Cipondoh.................................................... 58

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Cipondoh...................................... 59

Tabel 4.3 Hasil Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Fisik………………….. 63

ix
Tabel 4.4 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Fisik............. 64

Tabel 4.5 Hasil Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Sosial dan Budaya......... 65

Tabel 4.6 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Sosial dan
Budaya………………………………………………………...... 69

Tabel 4.7 Hasil Harkat Kelas dan Kriiteria Aksesbilitas.............................. 70

Tabel 4.8 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Aksesbilitas..................... 71

Tabel 4.9 Hasil Harkat Kelas dan Kriteria Fasilitas..................................... 72

Tabel 4.10 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Keberadaan Fasilitas….. 73

Tabel 4.11 Jumlah Hasil Pengharkatan…………………………………….. 75

Tabel 4.12 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Kesesuaiann pada Objek


Wisata………………………………………………………….. 76

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir…………………......................................... 32

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Situ Cipondoh....................................... 34

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Situ Cipondoh....................................... 55

Gambar 4.2 Dampak lingkungan sebagai akibat dari tindakan manusia....... 74

xi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Jumlah penduduk laki-laki se-Kecamatan Cipondoh………….60

Grafik 4.2 Jumlah penduduk perempuan se-Kecamatan Cipondoh……….61

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Foto Dokumentasi Lapangan

Lampiran 2 :Hasil Kuesioner

Lampiran 3 :Pedoman Kuesioner Pengunjung

Lampiran 4 :Hasil Wawancara

Lampiran 5 :Pedoman Wawancara

Lampiran 6 :Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 :Surat Keterangan Penelitian/Survei dari Kecamatan

Lampiran 8 :Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 9 :Lembar Uji Referensi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Alam adalah sarana manusia untuk melakukan penggalian ilmu
pengetahuan. Seharusnya manusia sebagai khalifah di muka bumi ini mampu
menggunakan akalnya untuk menggali lebih dalam ilmu pengetahuan
tersebut agar dapat diambil manfaatnya demi kesejahteraan dunia dan
akhirat.Allah SWT menurunkan air (hujan) adalah untuk kehidupan makhkuk
hidup termasuk manusia.
Dengan air (hujan) tumbuhlah segala macam tumbuhan yang akan
membantu kehidupan manusia. Air (hujan) lalu meresap ke bawah tanah,
kelak menjadi danau. Ada yang mengalir menjadi sungai, untuk mengairi
sawah dan lading, dan alirannya bermuara di lautan. Dengan adanya hujan
atau turunnya air dapatlah segala-galanya hidup, baik tumbuhan, atau
binatang berbagai jenis, termasuk manusia sendiri. Dan berusahalah manusia
membuat irigasi, bendungan air, danau buatan, dan dam besar. Sesuai Fiman
Allah SWT menjelaskan:

    


         

                

            

    


     

1
2

“Sesungguhnya pada kejadian semua langit dan bumi dan perubahan


malam dan siang dan kapal yang berlayar di lautan membawa barang
yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit
dari ada air, maka dihidupkan-Nya dengan (air) itu bumi, sesudah
matinya , seraya disebarkan-Nya padanya dari tiap-tiap jenis binatang,
dan peredaran angin, dan awan yang diperintah di antara langit dan
bumi; adalah semuanya itu tanda-tanda bagi kaum yang berakal. Al-
Quran, 2 (Al-Baqarah): 164”

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di


Indonesia. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam
pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis,
17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni, serta garis pantai
terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga
merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia.
Pariwisata merupakan kegiatan yang telah menjadi sektor yang
cukup strategis di dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan karena
berkontribusi besar dalam meningkatkan devisa dan pendapatan negara. Nilai
manfaat yang dihasilkan dari kegiatan wisata mampu mendongkrak sistem
perekonomian di suatu wilayah karena kegiatan wisata dapat berkembang
menjadi kegiatan industri yang nantinya akan menggerakkan sektor
perekonomian di suatu wilayah tersebut. Nilai manfaat itu nantinya akan
teraplikasikan seperti penyerapan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja
dan berkembangnya sarana-sarana penunjang pariwisata seperti penginapan,
rumah makan, transportasi, jasa dan lain-lain.
Kegiatan wisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat
yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagian usaha mencari kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Dengan hal ini kegiatan wisata harus
3

didukung oleh sarana, layanan dan fasilitas yang memadai dari pemerintah,
pengusaha atau masyarakat.1
Pengembangan pariwisata adalah menjual daya tarik daerah berupa
keindahan alam dan budaya yang khas. Indonesia memiliki sumber daya alam
yang melimpah dengan demikian memiliki potensi pariwisata yang cukup
besar untuk dikembangkan sebagai obyek wisata lebih lanjut. Dewasa ini
banyak daerah di Indonesia yang tengah giat membangun potensi
pariwisatanya dengan cara pemanfaatan sumber daya alam.
Untuk menjadi destinasi pariwisata suatu daerah harus memiliki
setidaknya lima syarat yang harus terpenuhi, yaitu culture atau kebudayaan,
nature atau alam, kuliner atau makanan, people atau masyarakatnya, dan
syarat terakhir adalah transportasi atau akses jalan dan juga sarana prasarana
seperti hotel dan penginapan juga pusat perbelanjaan khas yang harus
memberikan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung.2
Situ digolongkan sebagai sumber air permukaan, yang merupakan istilah
dalam bahasa Sunda yang berarti danau alam atau buatan namun ukuran situ
relatif kecil dibandingkan danau. Situ adalah suatu wadah tampungan air di
atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang
airnya berasal dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang
merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.3
Kawasan situ merupakan daerah potensial sebagai daerah wisata
air yang nantinya dapat menarik wisatawan namun tidak melupakan fungsi
aslinya sebagai daerah resapan air dan sebagai irigasi. Selanjutnya dengan
berkembangnya situ sebagai daerah wisata nantinya dapat menopang
pembangunan keberlanjutan pembangunan dengan mempertimbangkan faktor
ekologis kawasan situ dan hidrologi pada setiap kegiatan pembangunan.

1
James J. Spillane, Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, (Yogyakarta, Kanisius:
1991), h. 21.
2
Hermawan, Lima Kriteria Menuju Kota Wisata, diakses pada 15 November 2014,
(http://humas.kutaikartanegarakab.go.id/read/news/2012/6136/lima-kriteria-menuju-kota-
wisata.html).
3
Perpres No 54 tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabek, Puncak dan
Cainjur.
4

Dengan adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang


Otonomi Daerah, pemerintah daerah diharuskan dapat mengembangkan
potensi yang ada didaerahnya dengan baik sehingga mampu untuk mandiri
dan mampu untuk melaksanakan pemerintahannya sendiri.
Kota Tangerang yang berada dalam wilayah administratif Provinsi
Banten dan secara regional mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan
Ibu Kota Jakarta, saat ini berkembang menjadi kota yang mengandalkan dari
sektor jasa, pariwisata, perdagangan dan permukiman. Pada saat ini kondisi
objek wisata di Kota Tangerang belum tertata secara maksimal.
Situ Cipondoh, adalah situ yang paling terawat di Tangerang dekat
dengan stasiun dan terminal Poris dan juga masih termasuk dekat dengan
Jakarta Barat. Luas Situ Cipondoh 50 hektare dan telah menjadi obyek
wisatawan lokal, anak-anak dan orang dewasa terutama di sore hari.
Letaknya mudah dijangkau dari beberapa arah:4
1. Keluar tol Kebon Nanas, Cikokol, RS Usada Insani, Situ Cipondoh
2. Keluar tol Puri Kembangan, Duri Kosambi, Gondrong, Situ Cipondoh
3. Keluar tol Green Lake City, Gondrong, Situ Cipondoh
4. Terminal Kali Deres, Ampera, Poris, Situ Cipondoh
5. Terminal Blok M, Ciledug, Situ Cipondoh
Selanjutnya, situ Cipondoh merupakan Situ atau danau buatan
yang terdapat di Wilayah Kota Tangerang, tepatnya berada di Jalan K.H
Hasyim Ashari, Tangerang, Banten dengan luas 126 kilometer persegi.
Letaknya yang strategis di sisi jalan utama seharusnya membuat Situ
Cipondoh menjadi objek wisata yang. Namun, kondisi yang kurang
diperhatikan oleh pemerintah tersebut membuat potensi situ sebagai objek
wisata tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga minat wisatawan
untuk berkunjung sedikit. Lalu, sarana dan prasarana yang menunjang
didalamnya seperti wahana perahu, sepeda air, toilet, air bersih, tata letak
parkir, promosi atau pemasaran dan pengelolaannya yang belum optimal
membuat Situ Cipondoh belum menjadi tujuan wisata. Upaya

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Cipondoh,_Tangerang diakses tanggal 12 September 2015.
5

mengembangkan situ Cipondoh menjadi objek wisata air harus dilakukan


dengan pengelolaan dan program yang sistematis agar kawasan situ
berkembang menjadi objek wisata andalan di Kota Tangerang. Salah satunya
dengan melakukan identifikasi terhadap kondisi situ saat ini dan menilai
potensi situ sebagai objek wisata. Sehingga diharapkan dapat memberikan
arahan untuk pengembangan situ yang mendukung aktivitas industri
pariwisata serta menjadi ciri khas pariwisata di Kota Tangerang.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
kondisi obyek wisata tersebut dari sudut geografi dengan mengambil judul
”Analisis Geografi Terhadap Potensi Wisata Di Situ Cipondoh Kota
Tangerang Banten”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Potensi wisata Situ Cipondoh yang belum optimal.
2. Rendahnya perhatian Pemerintah Kota Tangerang terhadap sarana dan
prasarana Situ Cipondoh.
3. Karakteristik fisik, fasilitas, aksesbilitas, sosial dan budaya Situ Cipondoh
yang belum dikelola dengan baik.
4. Pemasaran atau promosi yang belum optimal.

C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan penulis pada waktu, tenaga dan biaya. Serta
untuk memudahkan pembahasan dalam meneliti juga untuk menjaga agar
penelitian lebih fokus dan terarah, disamping itu agar tidak menimbulkan
keraguan dan salah penafsiran, maka diperlukan adanya pembatasan masalah.
Untuk itu penelitian ini dibatasi pada:
1. Karakteristik potensi wisata di Situ Cipondoh.
2. Analisis geografi terhadap potensi wisata Situ Cipondoh.
6

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah karakteristik potensi wisata di Situ Cipondoh?
2. Bagaimanakah analisis geografi terhadap potensi wisata di Situ
Cipondoh?

E. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada rumusan di atas, tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui karakteristik potensi wisata di Situ Cipondoh.
2. Mengetahui analisis geografi terhadap potensi wisata di situ Cipondoh.

F. Manfaat penelitian
Dari penelitian yang dilakukan di Situ Cipondoh diharapkan
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritik
a. Usulan tentang potensi wisata Situ Cipondoh diharapkan menjadi
salah satu masukkan yang berarti bagi masyarakat Kota Tangerang
dan Pemerintah Daerah pada khususnya.
b. Sebagai sumbangan perkembangan ilmu kepariwisataan.

2. Secara praktik
a. Bagi penelitian dapat dijadikan untuk penelitian selanjutnya agar
dapat membandingkan teori serta menambah wawasan.
b. Bagi Pemerintah Kota Tangerang diharapkan penelitian ini menjadi
masukan untuk mengembangkan Situ Cipondoh menjadi kawasan
wisata dan menarik untuk dikunjungi.
7

c. Bagi masyarakat sekitar kawasan Situ Cipondoh, dapat ikut serta


dalam mengembangkan Situ Cipondoh menjadi sektor pariwisata
dan turut serta dalam menjaga pelestarian Situ Cipondoh.
d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta jaringan di
dunia pendidikan.
e. Bagi penulis, dengan dilakukannya penelitian ini penulis dapat
mengidentifikasi potensi wisata dan memberi gambaran mengenai
solusi perencanaan pengembangan wisata Situ Cipondoh.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Analisis Geografi
1. Pengertian analisis
Analisis adalah penelitian suatu peristiwa atau kejadian(karangan,
perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab,
duduk perkaranya, dsb); penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh
pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan; pemecahan persoalan
yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.1
Jadi yang dimaksud dengan analisis adalah penelitian suatu peristiwa
atau kejadian yang diawali dengan dugaan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya dan memperoleh pemahaman arti keseluruhan.
2. Geografi
a) Pengertian Geografi
Masyarakat perlu memahami beberapa tinjauan disiplin ilmu
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Pemahaman yang
dimaksud tidak hanya untuk mengetahui suatu gejala atau peristiwa di
dalam lingkungan masyarakat, mampu menganalisis bagaimana suatu
gejala tersebut dapat terjadi sehingga dapat mengambil jalan keluar
terhadap permasalahan terhadap suatu gejala tersebut, salah satunya
adalah ilmu geografi.
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta
persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan

1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta:
Balai Pustaka. 2007). Cet. 4

8
9

manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa


Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("tulisan", atau "menjelaskan").2
Ada beberapa pengertian geografi menurut para ahli diantaranya:
Murphey mendefinisikan “geography come from a greek worf meaning
literally “description of the earth”. But modern geography is concerned
with man as well as with the earth and with relationships and analysis as
well as with description”.3 Dalam pengertiannya, Murphey menjelaskan
bahwa geografi tidak hanya menjelaskan mengenai bumi atau permukaan
bumi, melainkan meliputi juga analisis hubungan antara lingkungan alam
dengan manusia.
Menurut Bintarto, Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-
gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang
menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan
program, proses, dan keberhasilan pembangunan.4
Kemudian, satu definisi geografi yang cukup terkenal di Indonesia
adalah definisi hasil seminar dan Lokakarya geografi di Semarang tahun
1988 yang menyatakan bahwa geografi adalah,”ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer (litosfer, hidrosfer, atmosfer,
dan antroposfer) dengan sudut pandang atau pendekatan keruangan,
kelingkungan, dan kompleks wilayah.”5 Dapat disimpulkan, bahwa
geografi tidak hanya terbatas sebagai suatu deskripsi tentang permukaan
bumi saja, melainkan meliputi juga analisis hubungan antara faktor/aspek
lingkungan, wilayah serta hakekat umat manusia.

2
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Geografi diakses tanggal 15 Februari 2015.
3
Nursid Sumaatmadja, Geografi pembangunan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1988), h.6.
4
Bintarto, R., dan Hadi Sumarmo, S. Metode Analisa Geografi. (Jakarta : LP3ES.1987).
5
Iwan Hermawan,Geografi Sebuah Pengantar, (Bandung: Private Publishing, 2009), H. 58.
10

b) Pendekatan Geografi
Ada beberapa pendekatan yang umum dan menjadi ciri khas dari
studi geografi diantaranya pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan
pendekatan kompleks wilayah regional. Yang dimaksud dengan
pendekatan adalah cara menghampiri suatu fenomena, fakta atau masalah,
atau suatu cara mengembangkan kebijakan dalam memanfaatkan ruang
dan wilayah.

1). Pendekatan Spasial (Keruangan)


Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam
geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi
dengan menelaah masing-masing aspek-aspek keruangannya. Aspek-
aspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi alam, dan
kondisi sosial budaya masyarakatnya. Dalam mengkaji aspek-aspek
tersebut, seorang ahli geografi sangat memperhatikan faktor letak,
distribusi (persebaran), interelasi serta interaksinya. Salah satu contoh
pendekatan keruangan tersebut adalah sebidang tanah yang harganya
mahal karena tanahnya subur dan terletak di pinggir jalan. Pada contoh
tersebut, yang pertama adalah menilai tanah berdasarkan produktivitas
pertanian, sedangkan yang kedua menilai tanah berdasarkan nilai
ruangnya yaitu letak yang strategis.
2). Pendekatan Ekologi (Lingkungan)
Pendekatan lingkungan didasarkan pada salah satu prinsip
dalam disiplin ilmu biologi, yaitu interelasi yang menonjol antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Di dalam analisis lingkungan
geografi menelaah gejala interaksi dan interelasi antara komponen
fisikal (alamiah) dengan nonfisik (sosial). Pendekatan ekologi
melakukan analisis dengan melihat perubahan komponen biotik dan
abiotik dalam keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Misalnya, suatu
11

padang rumput yang ditinggalkan oleh kawanan hewan pemakan


rumput akan menyebabkan terjadinya perubahan lahan dan kompetisi
penghuninya.
3). Pendekatan Regional (Kompleks Wilayah)
Analisis kompleks wilayah membandingkan berbagai kawasan
di muka bumi dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan dan
lingkungan dari masing-masing wilayah secara komprehensif.
Contohnya, wilayah kutub tentu sangat berbeda karakteristik
wilayahnya dengan wilayah khatulistiwa.

3. Analisis Pendekatan Ekologi

Ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (oi-


kos=Rumah Tangga), maksudnya adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati
disekitarnya.6Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan
7
lingkungan disebut ekologi. Jadi, ekologi adalah pola interaksi hubungan
timbal balik antara organisme makhluk hidup dengan lingkungan alam sekitar.

Geografi dapat dikatakan juga sebagai ilmu ekologi manusia yang


menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebaran dan
aktivitas manusia. Pokok geografi berkenaan dengan studi tentang ekologi
manusia pada daerah yang khusus. Interelasi manusia dengan lingkungan
sekitar dikaji berdasarkan konsep dan prinsip ekologi.

Aktivitas manusia dalam kaitannya dengan interaksi dalm ruang terutama


terhadap lingkungannya mengalami tahan-tahapan sebagai berikut:8

6
Moh. Soerjani, Lingkungan: Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan, (Jakarta:
UI-Press, 2008), h.2.
7
Bintarto, R., dan Hadi Sumarmo, S. Metode Analisa Geografi. (Jakarta : LP3ES.1987), h. 18.
8
http://www.sridianti.com/pendekatan-geografi.html diakses tanggal 23 Juni 2015.
12

a. Tahapan yang sangat sederhana yaitu manusia tergantung terhadap alam


(fisis Determinisme). Manusia belum memiliki kebudayaan yang cukup
sehingga pemenuhan kebutuhan hidup manusia dipenuhi dari apa yang ada
di alam dan lingkungannya (hanya sebagai pengguna alam). Sehingga
pada saat alam tidak menyediakan kebutuhannya maka di akan pindah
atau mungkin punah (kehidupan jaman purba)
b. Manusia dan alam saling mempengaruhi. Manusia memanfaatkan alam
yang berlebihan dan tidak memperhatikan kemampuan alamnya, sehingga
lingkungan alam rusak dan berakibat juga pengaruhnya terhadap manusia.
Manusia sudah mampu mengurangi ketergantunggannya terhadap alam
tapi manusia juga masih membutuhkan alam. Contohnya. Para petani
zaman dulu dalam waktu setahun hanya mampu bercocok tanam hany
sekali, karena kebutuhan pengairan hanya mengandalkan dari musim
hujan (tadah hujan), sementara jumlah penduduk semakin bertambah,
kebutuhan terhadap pangan juga bertambah, maka manusia berupaya
bagaimana agar kebutuhan irigasi untuk pengairan pertanian bisa
sepanjang musim dan tahun, maka dibuatlah bendungan. Kemudian
dengan bioteknologi juga sudah ditemukan varietas pada yang bagus
dengan usia dan masa panen cukup pendek.
c. Manusia menguasai alam. Dengan berkembangnya ilmu, kemampuan, dan
budayanya, manusia dapat memanfaatkan alam sebesar-besarnya.
Contohnya dibuatnya mesin-mesin mengekploitasi alam yang sebesar-
besarnya. Jika alam sudah tidak mampu lagi maka mesin -mesin
digunakan untuk memproduksi bahan-bahan sintetis yang tidak bisa di
buat alam.
4. Geografi dalam Pariwisata
Setiap Setiap ilmu pengetahuan yang dikaji tidak dapat berdiri sendiri,
ilmu tersebut memerlukan ilmu pengetahuan lain sebagai ilmu bantu bagi
sempurnanya ilmu pengetahuan tersebut. Sama halnya dengan geografi dan
pariwisata, keduanya memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan.
Geografi membahas pariwisata sebagai salah satu fenomena yang dikaji, dan
pariwisata membutuhkan geografi untuk bisa menentukan kebijakankebijakan
dalam pariwisata. Terdapat 6 alasan yang melatarbelakangi geografi mengkaji
pariwisata:
13

1. Kegiatan pariwisata menggunakan aspek ruang didalamnya dan geografi


sangat memperhatikan ruang, khususnya persamaan dan perbedaan ruang
di permukaan bumi.
2. Di dalam aktivitas pariwisata terdapat penggunaan lahan dan geografi
dapat melihat bagaimana suatu lahan dapat didayagunakan dan disesuaikan
dengan bentuk penggunaan lahan dan daya dukung lahan.
3. Dalam kegiatan pariwisata terdapat aktiviitas manusia dan geografi selalu
memperhatikan aktivirtas manusia yang bersifat komersial dalam
memanfaatkan ruang yang dapat dilihat secara lokal, regional, nasional,
bahkan internasional.
4. Dalam kegiatan pariwisata mencerminkan interaksi dua tempat yang
berbeda, yaitu daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata.
5. Geografi selalu melihat gerakan, aliran barang dan orang sebagai wujud
dari adanya dan perbedaan potensi wilayah, baik alami maupun hasil dari
aktivitas manusia. Aktivitas pariwisata selalu berkaitan dengan wisatawan,
barang, dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan selama mengadakan
perjalanan.
6. Aktivitas pariwata dapat berdampak positif maupun negatif yang
ditimbulkan dari interaksi antar kehidupan manusia sebagai wisatawan
dengan lingkungan alam sekitar dan geografi selalu tertarik dengan dampak
suatu gejala terhadap gejala lain di dalam maupun di tempat yang berbeda.9

Merujuk pada 6 alasan di atas maka antara geografi dan pariwisata


tidak dapat dipisahkan dan saling membantu, untuk itu terdapat kajian lain
dalam geografi berupa geografi pariwisata.

Geografi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan


perbedaan potensi wisata di permukaan bumi, dengan selalu melihat

9
HO_GEOPAR_2 pdf. 2014. h.8.
(file.upi.edu/...GEOGRAFI/.../GEOGRAFI_PARIWISA).
14

keterkaitan antara alam, antar aspek manusia dan manusia dengan alam.
Persamaan dan perbedaan ini menimbulkan interaksi antar wilayah, dan
gerakan orang dari satu tempat ke tempat lain. Geografi pariwisata pun selalu
melihat dampaknya terhadap lingkungan alam, sosial ekonomi, dan budaya
penduduk. Konsep-konsep geografi seperti lokasi, jarak, keterjangkauan,
interaksi, keterkaitan, dan nilai guna selalu menjadi dasar dalam menjelaskan
fenomena pariwisata.10

Dari aspek geografi, pariwisata merupakan suatu usaha pemanfaatan


sumber daya (baik manusia, alam, teknologi, dan lain-lain), dimana
pemanfaatan sumber daya itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki
nilai apabila sesuai dikelola dengan baik.11

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa antara


geografi dan pariwisata tidak dapat dipisahkan, keduanya saling terkait dan
saling membantu karena memiliki aspek kajian yang sama yaitu lingkungan
dan manusia. Dengan adanya geografi di dalam kajian pariwisata maka
pengelolaan pariwisata akan sesuai dengan daya dukung lahan dan menjadi
efektif serta efisien.

B. Potensi Wisata
1. Pengertian Potensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia potensi adalah kemampuan


yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan;
daya.12 Lalu pengertian potensi wisata menurut Mariotti adalah segala sesuatu

10
Ibid,. h.4.
11
Ibid,. h.9
12
Kbbi.web.id.
15

yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-
orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.13

Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat
dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata.

2. Pariwisata
a. Teori Pariwisata

Arti pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata.
Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata
berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau
bepergian yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling.14

Pengertian wisata yang terdapat di Undang-Undang No 10 Tahun


2009 Tentang Kepariwisataan adalah: “Wisata adalah kegiatan perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi,atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara”15.

Menurut H. Kodhyat , “pariwisata adalah perjalanan dari suatu


tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan
maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian
dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,
alam, dan ilmu”.16

13
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1996), h. 171.
14
Muljadi, kepariwisataan dan perjalanan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 8.
15
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pasal 1 ayat 1.
16
James J. Spillane, Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, (Yogyakarta, Kanisius:
1991), h 21.
16

Selanjutnya pariwisata adalah hal-hal yang berhubungan dengan


perpindahan sementara manusia ke suatu tempat di luar tempat asalnya,
kegiatan yang dilakukannya selama berada di tempat tujuan dan fasilitas-
fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.17

Sedangkan menurut World Tourism Organization (WTO),


pariwisata atau Tourism adalah;

“The activities of persons travelling to and staying in places


outside their usual environment for leisure, business, and other
purposes”,18 atau kegiatan seseorang berpergian dan tinggal ke suatu
tempat diluar lingkungan yang biasa mereka tempati untuk bersenang-
senang, bisnis, dan tujuan lainnya.

Melihat beberapa pengertian tentang pariwisata tersebut bisa ditarik


kesimpulan bahwa pariwisata membicarakan suatu perjalanan oleh
seseorang atau sekelompok orang ke suatu tempat/objek wisata yang
dilakukan untuk sementara waktu untuk bertamasya dan menikmati segala
fasilitas dan pelayanan yang disediakan tempat tujuan tersebut. Apabila
dikaitkan dengan pariwisata air maka segala sesuatu yang dikaitkan dengan
bertamasya dengan kegiatan menikmati objek wisata kawasan perairan
dengan fasilitas dan pelayanan tersedia yang mendukung kegiatan wisata
air.

b. Jenis Pariwisata

Sebagai sebuah indutri, pariwisata harus mempunyai modal


kepariwisataan yang dapat menarik wisatawan tertarik berkunjung dan
kembali datang lagi ke tempat yang sama di lain waktu. Menurut Pendit,

17
Thamrin B. Bachri, Pariwisata Gagasan dan Pandangan, ( Jakarta, Koleksi Media
Tour:1995), h. 13.
18
Muljadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 12.
17

ada motif wisatawan mengunjungi suatu tempat yang diklasifikasikan


berdasarkan jenis-jenis pariwisata yang adalah sebagai berikut19:

1) Wisata Budaya yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan atas


keinginan memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan
mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain untuk
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat, cara hidup,
budaya dan seni mereka.
2) Wisata Tirta yaitu jenis wisata dengan kegiatan yang ditunjang oleh
sarana dan prasarana di suatu badan air seperti di danau, pantai, laut,
sungai. Kegiatan yang biasanya dilakukan adalah olahraga air berupa
berlayar, menyelam, berselancar, memancing, mendayung, ataupun
kegiatan menikmati keindahan alam di danau, pantai, maupun
kehidupan bawah laut.
3) Wisata Cagar Alam yaitu wisata dengan tujuan perjalanan ke tempat-
tempat yang telah dilindungi oleh undang-undang seperti daerah cagar
alam, taman margasatwa, hutan lindung. Wisata ini dilalukan dalam
kaitannya dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa
udara, keajaiban kehidupan liar hewan maupun tumbuhan.
4) Wisata Agrowisata yaitu wisata dengan tujuan perjalanan ke tempat
proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan
sebagainya, dimana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan
peninjauan untuk studi maupun melihat-lihat sekeliling sambil
menikmati segarnya tanaman beranekaragam warna dan suburnya
pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan palawija di lokasi yang
dikunjungi.
5) Wisata Buru yaitu jenis wisata yang dilakukan pada daerah daerah
yang telah disetujui oleh pemerintah sebagai tempat berburu hewan
liar. Biasanya dilakukan pada musim tertentu dan jangka waktu yang
terbatas sehingga tidak menggangu keseimbangan ekosistem maupun
lingungan.
6) Wisata Ziarah yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan agama,
sejarah dan adat istiadat. Biasanya dilakukan ke tempat-tempat suci,
makam orang besar atau pemimpin besar, wali, atau tempat-tempat
keramat lainnya.
7) Wisata lainnya berupa jenis wisata lainnya yang sesuai perkembangan
industri pariwisata seperti wisata kuliner, musium, konvensi ataupun
wisata belanja dan lain lain.

19
Pendit, Nyoman S, Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana, (Jakarta, Pradnya Paramita
: 1999).
18

Selanjutnya jenis-jenis pariwisata, menurut Spillane yang terdapat


di daerah tujuan wisata yang menarik customer untuk mengunjunginya
sehingga dapat pula diketahui jenis pariwisata yang mungkin layak untuk
dikembangkan dan mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan pariwisata tersebut.
1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk
mengendorkan ketegangan syaraf, untuk menikmati keindahan alam,
untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan
dan sebagainya.
2) Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki
pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali
kesegaran jasmani dan rohani, yang akan menyegarkan keletihan dan
kelelahan.
3) Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)
Jenis pariwisata ditandai adanya rangkaian motivasi seperti
keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk
mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain dan
sebagainya.
4) Pariwisata untuk olahraga (sport tourism)
Jenis pariwisata ini bertujuan untuk tujuan olahraga, baik untuk
hanya menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta
ditujukan bagi mereka yang mempraktekkannya sendiri.
5) Pariwisata untuk urusan dagang besar (business tourism)
Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah
kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan ini yang
menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai
19

wisatawan yang mengunjungi berbagai obyek wisata dan jenis


pariwisata lain.
6) Pariwisata untuk konvensi (convention tourism)
Wisatawan melakukan perjalanan wisata dengan macam-macam
motivasi. Variasi motivasi ini menimbulkan bentuk-bentuk pariwisata
sebagai berikut (Salah Wahab, 1989):
a) Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai
Motif pariwisata ini adalah untuk memulihkan kemampuan
fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan
kesempatan santai bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja
selama di tempat rekreasi.
b) Pariwisata budaya
Motif pariwisata ini adalah untuk memperkaya informasi
pengetahuan tentang suatu daerah atau negara lain dan untuk
memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula
kunjungan ke pameran-pameran dan festival, perayaan-perayaan
adat, tempat-tempat cagar budaya dan lain-lain.
c) Pariwisata pulih sehat
Motif pariwisata ini adalah untuk memuakan kebutuhan
perawatan medis di daerah/tempat lain dengan fasilitas
penyembuhan. Misalnya sumber air panas, tempat-tempat
kubangan lumpur yang berkasiat dan lain-lain. Pariwisata ini
memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti kebersihan,
ketenangan, dan taraf hidup yang pantas.
d) Pariwisata olah raga
Motif pariwisata ini adalah untuk memuaskan hobi orang-
orang seperti memancing, berburu, bermain ski dan mendaki
gunung.
20

e) Pariwisata temu wicara


Pariwisata ini disebut juga pariwisata konvensi yang
mencakup pertemuan-pertemuan ilmiah, pertemuan bisnis, dan
bahkan pertemuan politik. Pariwisata ini memerlukan fasilitas
pertemuan di negara tujuan dan factor-faktor lain yang penting
seperti letak strategis, tersedianya transportasi yang mudah, iklim
yang cerah dan sebagainya. Seorang yang berperan serta dalam
konferensi itu akan meminta fasilitas wisata yang lain misalnya
tour dalam dan luar kota, tempat-tempat membeli cindera mata,
dan obyek-obyek wisata yang lain.

C. Wisatawan
Pengertian mengenai wisatawan memiliki banyak penafsiran, menurut
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, “wisatawan adalah
orang yang melakukan kegiatan wisata”.20 United Conference on Travel and
Tourism di Roma (1963) memberikan batasan yang lebih umum, tetapi
menggunakan istilah visitors (pengunjung), yaitu setiap orang yang mengunjungi
negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya, untuk berbagai tujuan, tetapi
pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi.21
Berdasarkan asal atau tempat tinggal wisatawan, “wisatawan dapat
dikategorikan menjadi wisatawan domestic (domestic tourist) dan wisatawan
mancanegara (international tourist). Wisatawan domestik adalah wisatawan yang
berkunjung ke tempat tujuan wisata yang masih berada di dalam wilayah negara
asalnya, sedangkan wisatawan mancanegara adalah wisatawan yang berkunjung
ke tempat tujuan wisata yang berada di luar wilayah negara asalnya.22

20
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 2.
21
Muljadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 12.
22
Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata, sebuah Pengantar Perdana, (Jakarta: PT Pradnya
Paramita, 1990), h. 34.
21

Jadi melihat dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan


bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata yang
berkunjung ke suatu tempat wisata baik dari dalam maupun dari luar negara
dengan tujuan bersenang-senang, bisnis, maupun tujuan lainnya.

D. Daya Tarik Wisata


Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam berupa keanekaragaman kekayaan alam,budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Objek dan daya tarik wisata menurut Direktorat Jenderal Pemerintah di bagi
menjadi 3 macam, yaitu :

1. Objek Wisata Alam


Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta
memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah
ada usaha budi daya. Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat
kawasan, yaitu :
a. Flora dan fauna.
b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan
ekosistem hutan bakau.
c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun, dan danau.
d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan,
usaha perikanan.
22

2. Objek Wisata Sosial Budaya

Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan


sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah,
upacara adat, seni pertunjukkan, dan kerajinan.

3. Objek Wisata Minat Khusus

Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru


dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang
mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus
memiliki keahlian. Contohnya : berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan
pengobatan, agrowisata, dan lain-lain.

Perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, sosial
budaya, maupun objek wisata minat khusus harus berdasarkan pada kebijakan
rencana pembangunan nasional maupun regional.

Suatu objek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, syarat-syarat tersebut
adalah:

1. What to see
Pada tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang
berbeda dengan yang dipunyai di daerah lain. Dengan kata lain bahwa
daerah tersebut harusnya mempunyai daya tarik yang khusus dan atraksi
budaya yang bisa dijadikan sebagai entertainment bagi wisatawan. What
to see terdiri dari pemandangan alam, kegiatan, kesenian, dan atraksi
wisata.
23

2. What to do
Di tempat wisata, selain banyak yang bisa dilihat dan disaksikan,
tentunya juga harus disediakan fasilitas rekreasi yang bisa membuat para
wisatawan betah untuk tinggal lebih lama di tempat tujuan wisata itu.
3. What to buy
Tempat tujuan wisata harus ada beberapa fasilitas penunjang
untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat yang
bisa berfungsi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat asal
wisatawan tersebut.
4. What to arrived
pada what to arrived, ada yang termasuk aksesibilitas, yaitu
bagaimana kita mengunjungi daerah daya tarik tujuan wisata tersebut,
kendaraan apa yang digunakan dan berapa lama kita bisa tiba ke tempat
tujuan wisata tersebut.
5. What to stay
What to stay merupakan bagaimana wisatawan akan bisa tinggal
untuk sementara selama dia berlibur. maka untuk menunjang keperluan
tempat tinggal sementara bagi wisatawan yang berkunjung,maka sangat
perlu untuk mempersiapkan penginapan-penginapan, seperti hotel
berbintang atau hotel tidak berbintang dan sebagainya.23
E. Fasilitas

Fasilitas adalah sarana untuk memudahkan fungsi kemudahan. Sarana


pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada
wisatawan, baik secara langsung atu tidak langsung dan hidup serta kehidupannya
banyak tergantung pada kedatangan wisatawan, contohnya : Hotel, Restoran, Spa,
Gift shop dan Sport center

Sarana wisata dapat dibagi dalam 3 (tiga) unsur pokok, antara lain :

23
http://www.sandywarman.com/2014/10/daya-tarik-daerah-tujuan-wisata.html diakses tanggal 3
Agustus 2016
24

1. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure)


Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung kepada kedatangan orang yang melakukan
perjalan wisata, yang termasuk di dalamnya adalah :
a. Travel Agent
b. Tour Operator
c. Perusahaan Transportasi
d. Restoran, Bar, objek dan atraksi wisata

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure)

Adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang


fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang
terpenting adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lama tinggal.
Yang termasuk dikelompok ini adalah :

a. Sarana olahraga, misalnya: lapangan tenis, lapangan golf,


kolam renang, permainan bowling, dan lain sebagainya.
b. Ketangkasan, misalnya: permainan billiard, jackpot, dan lain
sebagainya

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure)

Adalah perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana


pelengkap yakni fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan khususnya
tourism business yang berfungsi untuk membuat para wisatawan lebih lama
tinggal di daerah yang dikunjungi agar lebih banyak mengeluarkan atau
membelanjakan uangnya di daerah
25

tersebut. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah: Night Club,


Casino dan Seambath.

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar


sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan
pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang
beraneka ragam. Contohnya: Bandara, jalan, SPBU, PAM dan Sumber Tenaga
Listrik

F. Situ
1. Pengertian Situ

Situ merupakan istilah dalam bahasa Sunda yang dapat diartikan


sebagai danau alam atau danau buatan. Situ didefinisikan sebagai suatu wadah
tampungan air di atas permukaan tanah, yang terbentuk secara alami maupun
buatan yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan sebagai suatu siklus
hidrologis, yang merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.24

Sementara itu menurut Bappeda Tangerang (1986), situ adalah suatu


wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk baik secara alami
maupun buatan yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan tanah,
sebagai siklus hidrologiyang potensial dan berfungsi antara lain sebagai
sumber air untuk keperluan irigasi, air baku, air minum, pengendalian banjir
dan kegiatan lain.

Situ terbagi menjadi dua yaitu situ alami yang terbentuk secara alami
dengan sumber air berasal dari dalam tanah maupun air permukaan, dan situ
buatan dengan sumber airnya bersumber dari air permukaan dan biasanya

24
Peraturan Presiden No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabek.
26

mempunyai fungsi sebagai pengendali banjir. Situ memiliki beberapa fungsi


yang penting diantaranya adalah :25

a. Menjadi bagian sistem ekologi dan sistem tata air bagi wilayah
sekitarnya
b. Kawasan Situ menjadi kawasan resapan air.
c. Menjadi daerah tampungan air, agar menjadi wadah sementara air
sebelum mengalir ke sungai.
d. Pada kondisi tertentu dapat menjadi pembangkit listrik, pengimbuh
(recharge) air pada cekungan air tanah serta penahan intrusi air asin.
e. Bermanfaat sebagai usaha perikanan darat, pariwisata maupun sumber
irigasi pertanian.
Situ mempunyai manfaat secara ekologis sebagai suatu sistem
penyerapan air dan tandon air serta keberlangsungan proses ekologis di
dalamnya. Manfaat sosio ekonomis antara lain sebagai cadangan sumber air
bersih, pengendali banjir, irigasi, sumber penyedia protein dari sektor
perikanan darat, sebagai sarana rekreasi dan sebagainya. Biasanya peruntukan
penggunaan situ-situ di Jabodetabek sangat bervariasi umumnya sebagai air
bersih (untuk mandi dan cuci), perikanan budidaya darat dan non
budidaya/tangkap, irigasi pertanian dan tempat wisata air.

Bila ditinjau dari morfologi dan hidrologinya, situ merupakan salah


satu bentuk bentang alam berupa cekungan yang berisi air. Bentukan seperti
ini merupakan bentuk morfologi terdepresi yang terisi air dengan material
kedap air atau karena dasar situ lebih rendah dari permukaan air tanah. Hal
tersebut terjadi karena jumlah air yang masuk lebih besar dari jumlah yang
keluar sehingga air yang masuk pada sebuah cekungan di permukaan bumi
akan tertampung sebagai situ dengan sumber air yang relatif stabil yang
membuat situ sebagai sumber daya air yang potensial.

25
Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2007.
27

Secara fisik komponen pembentukkan tipologi kawasan situ dibagi


dalam 3 (tiga) bagian, yaitu : (1) medium tampungan sumber daya air, (2)
daerah peralihan atau penyangga (buffer zone) dan (3) daerah tangkapan air
(catchment area) (PSDA, 2003). Luasan situ dan kedalaman situ banyak
ditentukan oleh bentuk morfologinya apakah berupa bentuk memanjang,
bundar atau berbentuk jari, juga ditentukan oleh fluktuasi air masuk dan
keluar, tingkat sedimentasi dan banyaknya beban nutrien yang masuk ke
perairan yang menyebabkan timbulnya gulma air.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional, fungsi kawasan situ dibagi menjadi kawasan
sekitar situ yang berfungsi sebagai kawasan perlindungan setempat dan
kawasan resapan air yang berfungsi sebagai kawasan memberikan
perlindungan kawasan bawahnya. Untuk kawasan sekitar situ ditetapkan
dengan kriteria suatu wilayah daratan dengan jarak 50 (lima puluh) sampai
dengan 100 (seratus) meter dari pasang tertinggi atau daratan di sepanjang
tepia n situ yang lebarnya poposional terhadap bentuk dan kondisi fisik situ.

Dari pengertian mengenai situ yang tertera diatas, terlihat bahwa situ
merupakan suatu sumber daya air permukaan yang berukuran kecil
dibandingkan danau serta memiliki potensi sebagai sumber air baku,
pengendali banjir, irigasi, perikanan maupun pariwisata. Untuk dapat
memanfaatkan fungsi dari kawasan situ diperlukan informasi dan latar
belakang yang cukup mengenai fungsi, potensi dan kendala untuk
pemanfaatan kawasan situ. Sehingga diperlukan penilaian yang baik mengenai
kriteria kualitas situ agar dapat dimanfaatkan dengan baik sesuai potensinya
berdasarkan indikator morfologi situ, kualitas air, bangunan air dan vegetasi
air.
28

2. Situ Cipondoh

Secara geografis, situ Cipondoh terletak di kawasan Kecamatan


Cipondoh dan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dengan luas awal lebih
kurang 170 Ha, yang terdiri dari perairan seluas 50Ha, dan 120 Ha berupa
daratan. Batas wilayah situ di sebelah utara dan timur adalah Jl. KH. Hasyim
Ashari, sebelah barat adalah Perumahan Cipondoh sejak dulu merupakan suatu
kawasan yang secara fisik memiliki luas dan karakteristik sebagai situ dan
berfungsi hidrologis sebagai tendon air di wilayah kecamatan Cipondoh,
Kecamatan Pinang, dan sekitarnya, sekaligus juga sebagai reservoir.

Berdasarkan RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) Situ


Cipondoh Tahun 1996, untuk penataan wilayah perairan situ direncanakan
sebagai kawasan konservasi, preservasi, kawasan rekreasi, sedangkan wilayah
daratan direncanakan sebagai kawasan jalur hijau dan kawasan pemukiman.
Sedangkan berdasarkan Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang
Tahun 2006-2016, fungsi kawasan Situ Cipondoh di Kota Tangerang adalah
sebagai kawasan pengendali banjir, irigasi, dan cadangan air baku. Selain itu,
kawasan Situ Cipondoh berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
rekreasi.26

G. Penelitian Relevan

Skripsi Septiyani Aziz, mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN)


pada tahun 2014, yang meneliti potensi wisata dengan judul “ Potensi
Pengembangan Pariwisata Pada Kawasan objek wisata Situ Gintung Di Ciputat-
Tangerang Selatan ”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidenfikasi potensi pengembangan


kawansan objek wisata situ gintung, dengan mengkaji beberapa faktor yaitu fisik,
sosial dan budaya, aksesbilitas dan fasilitas.

26
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Tangerang, Tahun 1996.
29

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode


analisis deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini data yang telah di analisis
kemudian disajikan dalam analisis deskriptif menggunakan tabel frekuensi
tunggal. Data yang tersaji kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori
yang ada dan diukur dengan presentase.

Upaya pengembangan pariwisata di Kota Tangerang Selatan sesuai


potensi dan kemampuan wilayah dengan salah satunya menempatkan kegiatan
alam sebagai basis pengembangan daya tarik berupa atraksi wisata alam di
kawasan-kawasan yang dilindungi misalnya situ. Keberadaan situ dapat
dijagakelestariannya dengan tetap mempertimbangkan faktor ekologi dan
hidrologi kawasan situ. Namun kondisi situ pada saat ini kurang mendukung
pengembangan situ sebagai objek wisata, karena sebagian besar situ dalam
kondisi kurang terjaga dengan terjadinya pendangkalan, penyusutan luas dan
dimanfaatkan tanpa izin oleh penduduk, sehingga menyebabkan wisatawan untuk
berkunjung sangat sedikit.

Situ Gintung memiliki potensi sebagai objek wisata, namun secara umum
unsur utama pariwisata berupa atraksi wisata biasa ditemui di kawasan wisata
lainnya berupa keindahan alam, memancing, wisata air, selain itu tidak memiliki
atraksi wisata yang unik yang merupakan ciri khas dari daerah tersebut.

Skripsi dari Jakiatin Nisa. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia


Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial 2007 yang meneliti tentang kelayakan wisata
dengan judul, “Studi Kelayakan Perkebunan Teh Gunung Mas Bogor Sebagai
Daerah Tujuan Wisata di Jawa Barat”. Dengan hasil penelitian: Perkebunan teh
mendukung dan layak untuk dijadikan daerah tujuan wistaa dan tentunya layak
pula untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Berdasarkan hasil penelitian
faktor sosial dan budaya masih perlu dikembangkan lagi dan perlu mendapat
penanganan yang lebih serius dari pihak terkait.
30

Tesis dari Arofa A. Rahman, mahasiswa dari Universitas Diponegoro


pada tahun 2010, yang meneliti potensi wisata dengan judul, “Potensi
Pengembangan Situ di Kota Bogor sebagai Objek Wisata”.

Pariwisata telah menjadi sektor yang strategis di dalam perekonomian


negara karena memberikan kontribusi yang nyata terhadap penyerapan sektor
tenaga kerja serta aktifitas pendukung pariwisata lainnya. Upaya pengembangan
pariwisata di Kota Bogor direncanakan sesuai potensi dan kemampuan wilayah
dengan salah satunya menempatkan kegiatan alam sebagai basis pengembangan
daya tarik berupa atraksi wisata alam di kawasan-kawasan yang dilindungi
misalnya kawasan situ. Potensi dan manfaat kawasan situ yang dapat dijadikan
sebagai lokasi kegiatan wisata air, sehingga keberadaan situ dapat dijaga
kelestariannya dengan tetap mepertimbangkan faktor ekologi dan dan hidrologi
kawasan situ. Namun kondisi situ di Kota Bogor pada saat ini kurang
mendukung pengembangan situ sebagai objek wisata, karena sebagian besar situ
dalam kondisi memprihatinkan dengan terjadinya pendangkalan, penyusutan
luas, dan dimanfaatkan tanpa izin oleh penduduk, sehingga menyebabkan minat
wisatawan untuk berkunjung sangat sedikit. Upaya konservasi dan
pendayagunaan kawasan situ secara tepat serta mengidentifikasi potensi situ agar
pengembangan situ menjadi objek wisata dapat berjalan optimal.

Dari ketiga penelitian tersebut, diketahui bahwa penelitian pertamadan


kedua menujukkan adanya kesamaan dalam hal pengembangan potensi wisata,
namun dalam penelitian ini lebih menekankan pada aspek geografi potensi
wisata dengan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Sedangkan, pada
penelitian ketiga masih terdapat kesamaan dalam hal pengembangan potensi
wisata, namun dalam penelitian ini cakupannya tidak menyeluruh objek
penelitian dan hasilnya pun berbeda sesuai dengan kapasitas penelitian skripsi.
31

H. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan diatas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa kawasan situ sebagai sebuah sumber daya air
permukaan memiliki potensi dan manfaatnya yang strategis dan bersifat serba
guna baik secara ekologis maupun ekonomis. Ada masalah yang dihadapi
didalam pemanfaatan kawasan situ diantaranya adalah kurangnya informasi
tentang fungsi, potensi dan kendala untuk pemanfaatannya, sehingga berakibat
terdapat perubahan fungsi kawasan dan penurunan kualitas fisik situ. Salah satu
fungsi sebuah kawasan situ adalah pemanfaatan situ sebagai suatu objek wisata.
Fenomea ini dapat dianalisis menggunakan tinjauan geografi sehingga dapat
menjelaskan potensi wisata situ Cipondoh.
Didalam upaya pengembangannya, sebuah objek wisata diharapkan
mampu menarik para wisatawan untuk datang dan menikmati objek wisata
tersebut yang ditandai dengan penyediaan atraksi, kelancaran akesebilitas,
penyediaan akomodasi dan penyedian fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan
serta promosi wisata agar lebih dikenal oleh wisatawan.
Untuk melihat potensi sebuah kawasan situ menjadi objek wisata
diperlukan identifikasi terhadap kondisi situ dan juga mempertimbangkan aspek
penawaran (supply) pariwisata. Aspek penawaran tersebut berupa daya
tarik/atraksi wisata yang ditawarkan sehingga mampu menarik wisatawan untuk
datang berkunjung dan di lain kesempatan datang kembali, penyediaan sarana
transportasi untuk kelancaran perjalanan wisatawan, penyediaan sarana
infrastuktur, penyediaan fasilitas akomodasi untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan, serta adanya promosi terhadap objek wisata tersebut. Aspek
infrastruktur, transportasi dan sarana prasarana penunjang pariwisata perlu dinilai
karena kondisi fisik objek serta kelengkapan sarana prasarana akan membuat
potensi objek wisata lebih berkembang didalam usaha pengembangan suatu objek
wisata.
32

Dari hasil identifikasi situ Cipondoh serta menganalisis potensi situ


Cipondoh sebagai objek wisata diharapkan dapat disusun arahan pengembangan
situ Cipondoh sebagai objek wisata.

Kondisi Wilayah
Situ Cipondoh

Identifikasi Potensi
Situ Cipondoh

Fisik Sosial Fasilitas Aksesbilitas

Analisis Pendekatan Ekologis Geografi

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


33

I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dibentuk berdasarkan kerangka berpikir yang telah
disusun oleh peneliti. Hipotesis penelitian adalah hasil kajian pustaka atau proses
rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoritik.
Kebenaran hipotesis masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Dengan
demikian hipotesis dapat disimpulkan merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang telah dirumuskan.27
Hipotesis deskriptif dalam penelitian ini adalah Situ Cipondoh dapat
dikembangkan menjadi kawasan wisata bagi masyarakat khususnya daerah Kota
Tangerang.

27
Tim Penyusun FITK, Pedoman Penelitian Skripsi, (Ciputat: FITK, 2013), h. 59.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Secara geografis, Situ Cipondoh terletak pada 6º11’745’’LS dan
106º40’607’’BT. Berdasarkan wilayah administratif, pemerintah kawasan ini
termasuk wilayah Kota Tangerang, Kecamatan Cipondoh, Provinsi Banten.
Lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada peta 3.1 dibawah ini:

Sumber: Peta Rupa Bumi Kota Tangerang

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Situ Cipondoh

34
35

2. Waktu Penelitian
Sedangkan waktu penelitian dilakukan akan pada bulan Agustus
sampai dengan bulan September 2016. Dengan perincian kegiatan penelitian
berdasarkan tabel berikut;

Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No Tanggal Kegiatan Tempat
28
1 Agustus Pra observasi
2016
30 Memberikan surat Izin Penelitian kepada
2 Agustus Kepala Pengelola Situ Cipondoh dan Kepala Situ
2016 Kantor Kecamatan Cipondoh Cipondoh,
3 Observasi Kota
3-4
4 Wawancara kepala Pengelola Situ Cipondoh Tangerang,
September
Menyebarkan kuesioner kepada pengelola dan Banten
5 2016
wisatawan Situ Cipondoh
5
6 September Meminta bukti telah melakukan penelitian
2016

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penelitian deskriptif


kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif berkaitan dengan pengumpulan
data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga
menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan suatu objek penelitian.1
Pelaksanaan metode deskriptif kualitatif tidak hanya terbatas pada
pengumpulan, penggambaran, dan penyusunan data tetapi juga meliputi analisis
dan interpretasi data.

1
Darmadi Hamid, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 7.
36

C. Populasi
Sebelum penelitian dilaksanakan, maka penulis terlebih dahulu
menentukan populasi yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini meliputi populasi manusia dan
wilayah. Pada populasi manusia adalah masyarakat, pengunjung, atau wisatawan
dan pengelola, sedangkan untuk populasi wilayah pada penelitian ini yaitu
daerah situ Cipondoh, Kecamatan Cipondoh.

D. Sampel Penelitan
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.3 Metode pengambilan sampel untuk wisatawan dilakukan
melalui teknik aksidental yang berjumlah 40 orang dimana teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti.4 Sampel masyarakat
(penduduk) sebanyak 10 orang penduduk sekitar yang diambil melalui sampel
acak klasifikasi. Lalu 27 orang wisatawan berdasarkan jarak tempat tinggal
terhadap penduduk terhadap Situ Cipondoh. Dan 3 orang responden dipilih
secara purposif yakni dengan sengaja menunjuk orang yang dianggap memahami
kondisi obyek penelitian, yaitu dari pihak pengelola.

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.5 Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi geografis kawasan

2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 80.
3
Ibid., h. 81.
4
Ibid., h. 85.
5
Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.
99.
37

objek Situ Cipondoh, Kota Tangerang. Ada beberapa variabel penelitian yang
dapat digunakan untuk menjawab research question seperti yang ditampilkan
tentang temuan variabel penelitian.

Tabel 3.2
Penjabaran Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Sub Indikator Variabel


Letak dan luas
Iklim
Keanekaragaman hayati
Aspek fisik Produktivitas tanah
Penggunaan lahan
Potensi Morfologi
pengembangan Keberadaan bentang air
wisata Situ Kebersihan lingkungan
Cipondoh, Kota Aspek sosial dan budaya Komposisi penduduk
Tangerang Acara kebudayaan
Kondisi jalan
Aspek aksesbilitas Jenis kendaraan
Frekuensi kendaraan
Jarak lokasi dengan
pusat pemerintahan
Sarana
Aspek fasilitas Prasarana
Akomodasi
Luasan tempat parkir
Sumber: Hasil Penelitian, 2016

F. Metode Pengumpulan Data


Beberapa teknik untuk mengumpulkan berbagai data dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis


terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode observasi yang
38

akan digunakan adalah observasi langsung dengan cara pengambilan data


dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
kepentingan tersebut.6 Pada proses observasi ini yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.
Variabel yang diamati pada observasi ini meliputi tiga komponen,
yaitu:

a. Tempat, dimana peneliti akan mengamati tempat dimana interaksi atau


kegiatan sedang berlangsung yakni di kawasan Situ Cipondoh
b. Pelaku, peneliti mengamati pengunjung yang berada di kawasan Situ
Cipondoh
c. Aktivitas, peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung
di kawasan Situ Cipondoh

2. Wawancara
Wawancara adalah pengadministrasian angket secara lisan dan
langsung terhadap masing-masing anggota sampel, atau metode pengumpulan
data dengan cara Tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian7 Kegiatan wawancara ini dilakukan
sebagai tindak lanjut atas informasi yang didapat dan untuk memperdalam
keabsahan data dalam studi dokumentasi sebelumnya.
Dalam melakukan wawancara terhadap responden digunakan pedoman
wawancara semi terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
sudah disiapkan sebagai instrument. Kemudian dari hasil wawancara itu
dikembangkan pertanyaan-pertanyaan lain untuk menggali informasi dengan
lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan.

6
Tim Penyusun FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FITK, 2013), h. 66.
7
Hamid Darmadi, Metode Penelitan Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 158
39

3. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan kepada responden untuk di jawab.8
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah wisatawan yang
datang berkunjung ke Situ Cipondoh. Penyebaran angket dilakukan dengan
cara peneliti memberikan angket kepada setiap pengunjung sampai memenuhi
target jumlah responden yang sudah ditentukan.
4. Dokumentasi
Langkah pertama, peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan
metode dokumentasi mengenai aktivitas peserta didik di sekolah, data-data
dari sekolah serta sumber-sumber lainnya. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, dokumentasi adalah “ Pengumpulan bukti-bukti dan keterangan;
pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan dalam hal ilmu pengetahuan.”
Dalam proses dokumentasi ini berupa gambar, kutipan, dan lainnya. Dokumen
dalam penelitian ini berupa profil Kecamatan Cipondoh dimana letak Situ
Cipondoh berada.

G. Teknik Pengolahan Data


1. Teknik pengolahan data
Data-data yang diperoleh akan diolah melalui tahapan berikut:
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Pemeriksaan dan meneliti kembali data yang telah terkumpul adalah
langkah pertama tahap pengolahan data. Proses pemeriksaan dan
meneliti kembali data tersebut disebut dengan tahap editing. Editing
pada umumnya dilakukan terhadap jawaban yang telah ada dalam

8
Sugiyono, op.cit., h. 142
40

kuesioner, terutama kuesioner terstruktur. Beberapa hal yang perlu


diperhatikan pada tahap editing adalah sebagai berikut:
1. Lengkapnya pengisian jawaban
2. Kejelasan tulisan
3. Kejelasan makna jawaban
4. Konsistensi/keajekan kesesuaian antar jawaban
5. Relevansi jawaban
6. Keseragaman kesatuan data
b. Pembuatan kode (coding)
Setelah tahap pemeriksaan data (editing) selesai dikerjakan dan
jawaban responden dalam kuesioner dipandang cukup memadai, maka
langkah berikutnya adalah pembuatan kode (coding). Coding
dilakukan sebagai usaha untuk menyederhanakan data, yaitu dengan
memberi simbol angka pada tiap-tiap jawaban, atau suatu cara
mengklasifikasi jawaban responden atas suatu pertanyaan menurut
macamnya dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan
kode tertentu. Manfaat dengan memberikan simbol angka terhadap
kategori adalah:
1. Mempermudah dan mempercepat analisis data
2. Mempermudah penyimpanan data, lebih-lebih dalam jumlah
besar. Ini dimungkinkan bila data yang ada akan dianalisis
berulang-ulang.9
c. Tabulasi
Yaitu proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Merupakan
tahap dalam rangkaian proses analisa data. Pada tahap ini, data dapat

9
Bagong Suryanto, Metode Penelitian Sosial, Berbagai alternative Pendekatan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2007), h.95.
41

dianggap telah selesai diproses, dan oleh karenanya harus segera


disusun ke dalam suatu pola formal yang telah terancang.10

2. Teknik Analisis Data


a. Metode analisis skoring (pengharkatan) untuk menilai potensi situ
sebagai objek wisata
Metode skoring ini merupakan cara menilai potensi tiap-tiap
situ sebagai objek wisata dengan jalan memberikan nilai pada setiap
variabel penilaian sehingga diperoleh kelas potensi situ sebagai objek
wisata berdasarkan perhitungan setiap variabel penelitian. Seperti pada
tabel dibawah ini:

Tabel 3.3
Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Fisik
No Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika
1. Produktivitas Tanah Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
a. Tanah Subur Ada
b. Tanah Tadah 4 3 2 1
Hujan
c. Tanah Irigasi
2. Penggunaan Lahan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Hutan
b. Ladang 4 3 2 1
c. Perkebunan
d. Daerah
Pemukiman
3. Morfologi Ada 3 Ada 2 Ada 1 -
a. Pegunungan 4 3 2 1
b. Perbukitan
c. Dataran
4. Keberadaan bentang Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

10
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), h. 280.
42

air 4 3 2 1
a. Sungai
b. Mata air
c. Situ
d. Sumur
5. Kebersihan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
lingkungan 4 3 2 1
a. Bebas dari polusi
udara
b. Bebas dari Polusi
air
c. Bebas dari polusi
bising
d. Bebas dari limbah
domestik
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Tabel 3.4
Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Sosial dan Budaya
No Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika
1. Pola mata Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
pencaharian Ada
penduduk : 4 3 2 1
a. Keragaman
mata
pencaharian
1. Petani
2. PNS
3. Pedagang
4. Swasta
b. Dominasi mata Pertanian / Pertanian / Pertanian /
pencaharian perkebunan perkebunan perkebunan
> 75% 50% - 75% < 50%
2. Artefak Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
43

a. Keberadaan 4 3 2 1
dan dominasi
bentuk rumah
1. Rumah
gudang
2. Rumah
gebyong
(seluruhnya
dari papan)
3. Rumah semi
permanen
4. Rumah
permanen
b. Keberadaan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
dan dominasi 4 3 2 1
perlengkapan
rumah tinggal
1. Bale
2. Teras rumah

3. Kolam dan
pancuran
4. Kandang
hewan
c. Keberadaan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
dan dominasi 4 3 2 1
pakaian
1. Ikat kepala
2. Peci/
kerudung
3. Baju koko
4. Kebaya
3. Adat Istiadat Ada 3 Ada 2 Ada 1 -
a. Upacara 4 3 2 1
keagamaan
b. Tata cara/adat
perkawinan
c. Tata cara/adat
kehamilan
d. Tata cara/adat
kelahiran
44

4. Keragaman objek Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


yang dapat di amati
a. Panorama
perairan 4 3 2 1
b. Panorama
tanaman hias
c. Makam yang
dikramatkan
d. Bangunan-
bangunan adat
5. Variasi kegiatan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
yang dilakukan 4 3 2 1
wisatawan
a. Olahraga
b. Sepeda air
c. memancing
d. Mengunjungi
pusat kerajinan

6 Event-Event Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


Budaya 4 3 2 1
a. Upacara
1) Upacara
Sunatan
2) Upacara
perkawinan
3) Upacara
kelahiran
4) Upacara
kematian
b. Cerita Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
Rakyat/Legenda
1) Legenda 4 3 2 1
nama
daerah
2) Legenda
upacara
adat
3) Legenda
sungai
cisadane
4) Legenda
45

Nyimas
Melati

c. Kesenian Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


1) Calung
2) Jaipongan 4 3 2 1
3) Pencaksilat
4) Rengkong
7 Cenderamata lokal Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Makanan olahan 4 3 2 1
khas
1) 1 jenis
2) 2-3 jenis
3) 4-5 jenis
4) > 5 jenis
b. Home Industry Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
1) 1 jenis
4 3 2 1
2) 2-3 jenis
3) 4-5 jenis
4) > 5 jenis
c. Produk pertanian Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
segar
4 3 2 1
1) 1 jenis
2) 2-3 jenis
3) 4-5 jenis
4) > 5 jenis
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam,1996,dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
46

Tabel 3.5
Harkat Kelas dan Kriteria Aksesbilitas
No Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika:
1. Kondisi jalan. Sangat Baik Kurang Buruk
baik
4 3 2 1
2. Jenis Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
kendaraan/alat
4 3 2 1
transportasi yang
digunakan menuju
lokasi.
a. Bus
b.Kendaraan
pribadi (sedan,
carry)
c. Angkutan umum
d. Sepeda motor
3. Frekuensi Sangat Mudah/24- Cukup/16- Sukar/<9
kendaraan umum mudah/>25 17 kali 10 kali kali
dari/menuju objek kali
(buah/hari)
4 3 2 1
4. Jarak lokasi Dekat Cukup Jauh Sangat
dengan pusat (>5 km) jauh (19-13 km) jauh
pemerintahan dan (12-6 km) (20 km)
fasilitas kota 4 3 2 1
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Tabel 3.6
Harkat Kelas dan Kriteria Keberadaan Fasilitas
No. Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika:
1. Sarana Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Rumah makan
b. Toko 4 3 2 1
souvenir/cendera
mata
c. Olahraga
d. Transportasi
47

2. Prasarana Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


a. Kantor pos 4 3 2 1
b. Telepon
umum/wartel
c. Puskesmas/Klinik
d. Air bersih

3. Akomodasi Sangat Mudah/24- Cukup/16- Sukar/<9


a. Home stay Mudah/>25 17 kali 10 kali kali
b. Pondok/wisma kali
peristirahatan 4 3 2 1
c. Bungalau
d. Buper
4. Luasan Tempat Ada, Ada, Ada, tidak Tidak
Parkir teralokasi teralokasi teralokasi, ada
baik, luas baik, luas luas tidak
memadai tidak memadai
memadai

4 3 2 1
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Tabel 3.7
Nilai dan Bobot Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor Fisik
No Parameter Skor Skor
terendah tertinggi
1 Produktivitas tanah 1 4
2 Penggunaan lahan 1 4
3 Morfologi 1 4
4 Keberadaan bentang 1 4
air
5 Kebersihan udara 1 4
Jumlah 1 20
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
48

Tabel 3.8
Nilai dan Bobot Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor Sosial dan Budaya
No Parameter Skor terendah Skor tertinggi
1 Jenis mata pencaharian 1 4
2 Dominasi mata 1 4
pencaharian untuk
pertanian
3 Keberadaan dan 1 4
dominasi bentuk rumah
4 Keberadaan dan 1 4
dominasi pelengkap
rumah tinggal
5 Pakaian 1 4
6 Adat istiadat 1 4
7 Keragaman objek yang 1 4
dapat dinikmati
8 Variasi kegiatan yang 1 4
dapat dilakukan
wisatawan
9 Upacara 1 4
10 Cerita rakyat/legenda 1 4
11 Kesenian 1 4
12 Cenderamata lokal 1 4
makanan olahan khas
13 Cenderamata lokal 1 4
home industry
14 Cenderamata lokal hasil 1 4
pertanian segar
Jumlah 14 56

Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
49

Tabel 3.9
Nilai dan Bobot Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor Aksesbilitas
No Parameter Skor terendah Skor tertinggi
1 Kondisi jalan 1 4
2 Jenis kendaraan 1 4
3 Frekuensi 1 4
kendaraan
4 Jarak lokasi 1 4
dengan pusat
pemerintahan
Jumlah 4 16
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Tabel 3.10
Nilai dan Bobot untuk Kesesuaian Pariwisata untuk Faktor Fasilitas
No Parameter Skor terendah Skor tertinggi
1 Sarana 1 4
2 Prasarana 1 4
3 Akomodasi 1 4
4 Luas lahan parkir 1 4
Jumlah 4 16
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Ketentuan sebagaimana digambarkan pada tabel berikut dengan ketentuan


kelas sebagai berikut:

Kelas I : Sangat mendukung


Kelas II : Mendukung
Kelas III : Kurang mendukung
Kelas IV : Tidak mendukung
50

Tabel 3.11
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Fisik

Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian


Harkat
I Sangat Mendukung 16,2 – 20 Suatu kawasan yang
sangat besar dukungan
fisik terhadap objek
wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
II Mendukung 12,4 – 16,1 Suatu kawasan besar
dukungan fisik terhadap
objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
III Kurang Mendukung 8,6 – 12,3 Suatu kawasan yang
kurang dukungan
fisiknya, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
IV Tidak Mendukung 3,8 – 8,5 Tidak terdapat dukungan
fisik terhadap objek
wisata dikawasan yang
diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
51

Tabel 3.12
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Sosial dan Budaya
Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian
Harkat
I Sangat Mendukung 45,5 – 56 Suatu kawasan yang
sangat besar dukungan
sosial dan budaya
terhadap objek wisata,
berdasarkan parameter-
parameter yang
ditetapkan

II Mendukung 35 – 45,4 Suatu kawasan besar


dukungan sosial dan
budaya terhadap objek
wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
III Kurang Mendukung 24,5 – 34,9 Suatu kawasan yang
kurang dukungan sosial
dan budayanya,
berdasarkan parameter-
parameter yang
ditetapkan
IV Tidak Mendukung 10,5 – 24,4 Tidak terdapat dukungan
sosial dan budaya
terhadap objek wisata
dikawasan yang
diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
52

Tabel 3.13
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Aksesbilitas
Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian
Harkat
I Sangat Mendukung 13 – 16 Suatu kawasan yang
sangat besar dukungan
aksesbilitas terhadap
objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
II Mendukung 10 – 12 Suatu kawasan yang
sangat besar dukungan
aksesbilitas terhadap
objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan

III Kurang Mendukung 7–9 Suatu kawasan yang


kurang dukungan
aksesbilitas, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
IV Tidak Mendukung 3–6 Tidak terdapat dukungan
aksesbilitas terhadap
objek wisata dikawasan
yang diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
53

Tabel 3.14
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Keberadaan Fasilitas

Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian


Harkat
I Sangat Mendukung 13 – 16 Suatu kawasan yang
sangat besar dukungan
fasilitas terhadap objek
wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan

II Mendukung 10 – 12 Suatu kawasan yang


sangat besar dukungan
fasilitas terhadap objek
wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
III Kurang Mendukung 7–9 Suatu kawasan yang
kurang dukungan fasilitas,
berdasarkan parameter-
parameter yang ditetapkan
IV Tidak Mendukung 3–6 Tidak terdapat dukungan
fasilitas terhadap objek
wisata dikawasan yang
diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Tabel 3.15
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Kesesuaian pada Objek Wisata

kelas Tingkat Jenjang Pemerian


Penilaian rata-rata
harkat
I Sangat 88-108 Suatu kawasan yang sangat besar dukungan
Mendukung fisik, sosial dan budaya, atraksi wisata, fasilitas
wisatawan terhadap keberadaan objek wisata,
berdasarkan parameter-parameter yang
ditetapkan serta didukung oleh aksessibilias yang
54

sangat memadai.
II Mendukung 68-87 Suatu kawasan besar dukungan fisik, sosial dan
budaya, atraksi wisata, fasilitas wisatawan
terhadap keberadaan objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang ditetapkan serta
didukung oleh aksessibilias yang memadai.
III Kurang 48-67 Suatu kawasan kurang didukung oleh fisik,
Mendukung sosial dan budaya, atraksi wisata, aksessibilias,
fasilitas wisatawan, berdasarkan parameter-
parameter yang ditetapkan namun kurang
didukung oleh sarana dan prasarana,
aksessibilias yang memadai.
IV Tidak 28-47 Tidak terdapat dukungan terhadap objek wisata
Mendukung ditempat penelitian.
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

b. Metode analisis kualititatif deskriptif


Dalam penelitian ini data yang telah di analisis kemudian di
sajikan dalam analisis deskriptif menggunakan tabel frekuensi tunggal.
Data yang tersaji kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori
yang ada dan diukur dengan persentase.
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian


1. Aspek Fisik
a. Letak Dan Luas
Dibawah ini adalah peta lokasi penelitian Situ Cipondoh, Kota
Tangerang, Provinsi Banten.

Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Situ Cipondoh

55
56

Secara Geografis, Situ Cipondoh terletak di kawasan Kecamatan


Cipondoh dan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dengan luas awal lebih kurang
170 Ha, yang terdiri dari perairan seluas 50 Ha, dan 120 Ha berupa daratan.
Batas wilayah situ di sebelah utara dan timur adalah Jl. KH. Hasyim Ashari,
sebelah barat adalah perumahan Cipondoh Indah serta sebelah selatan adalah
jalan tol Jakarta-Merak.
b. Iklim
Kondisi iklim pada Kawasan Situ Cipondoh mengacu pada kondisi
iklim Kota Tangerang, sehingga kawasan Situ Cipondoh memiliki
kesamaan iklim dengan Kota Tangerang yaitu beriklim D (sedang) menurut
iklim Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2.000
mm. Wilayah Kota Tangerang termasuk daerah tropis beriklim panas
dengan suhu rata-rata pertahun 27ºC dengan kelembapan antara 80%
sampai 90%.1
c. Hidrologi
Secara umum wilayah Kota Tangerang dialiri oleh 3 DAS (Daerah
Aliran Sungai) yaitu DAS Cisadane, DAS Ciarab dan DAS Angke. DAS
Cisadane mempunyai panjang 15km, lebar 100m, tinggi 5,35M dan debit
air sebesar 70m3/detik. Lalu DAS Ciarab mempunyai panjang 4m, lebar
11m tinggi 3,5m dan debit air sebesar 12m3/detik. Dan DAS Angke
mempunyai panjang 10km, lebar 12m, tinggi 5,5m dan debit air sebesar
18m3/detik.2
Selanjutnya, menurut wawancara Situ Cipondoh adalah Situ yang
awlanya terbentuk dari rawa yang tidak terurus dan dialihfungsikan sebagai
danau/situ untuk menjadi wadah air di sekitar kawasan Cipondoh.

1
BMG Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang, 2015
2
Kota Tangerang Dalam Angka, 2012
57

d. Topografi
Kondisi topografi kawasan Situ Cipondoh mengacu pada kondisi
Kecamatan Cipondoh. Ketinggian tanah berkisar di angka 14,0 mdpl,
sedangkan kemiringan lahannya adalah 0-3%3
e. Pengguunaan Lahan
Di sekitar Situ Cipondoh pada bagian yang mengalami
pendangkalan dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian lahan basah
sehingga perlu kontrol yang lebih ketat agar tidak beralih fungsi. Selama
ini Situ Cipondoh difungsikan sebagai pengendali banjir, irigasi,
cadangan air baku dan rekreasi.4
f. Keanekaragaman Hayati
Menurut pengamatan penulis, ekosistem situ pada dasarnya
menyerupai ekosistem danau, sehingga keanekaragaman hayati keduanya
hampir sama. Keanekaragaman hayati berupa:
1. Flora
Beberapa jenis tumbuhan air yang ditemukan di situ Cipondoh
adalah eceng gondok (eichornia crassipes), teratai (nymphaea sp.),
ganggang (hydrilla verticillata), dan kangkung (ipomea aquatica).
2. Fauna
Beberapa jenis fauna yang ditemukan di Situ Cipondoh antara
lain berbagai jenis zooplankton, ikan, dan burung. Beberapa jenis ikan
antara lain betok (anabas testudineus), sapu-sapu (hyposarcus
pardalis), tambakan (helostoma temminckii), mujair (oreochromis
mossambicus), gabus (ophiocephalus striatus), lele (clarias
batrachus), dan nila (oreochromis niloticus). Sedangkan beberapa
jenis burung yang dapat ditemukan di Situ Cipondoh antara lain,
pecuk ular (anhinga melanogaster), blekok sawah (ardeola speciosa),

3
LKPJ Walikota Tangerang, 2013
4
Ibid, 2013
58

kokoan (ixobrychus cinnamomeus), tikusan kaki kuning (porzana


pussila), dan mandar besar (porphoryo porphoryo).5
g. Kualitas Mutu Air Situ Cipondoh
Dibawah ini adalah tabel yang menyajikan tentang mutu air Situ Cipondoh.
Tabel 4.1
Status Mutu Air Situ Cipondoh
Nilai Indeks Pencemaran
Bagian Situ Cipondoh Okt- Status Mutu Nov- Status Mutu
2015 2015
Utara 8,71 Cemar Sedang 6,17 Cemar Sedang
Perum PDK/Barat Daya 3,74 Cemar Sedang 13,68 Cemar Berat
R.M Putri Sunda/Barat Daya 11,28 Cemar Berat 7,04 Cemar Sedang
Timur Laut 5,36 Cemar Sedang 3,34 Cemar Ringan
Selatan 6,46 Cemar Sedang 6,30 Cemar Sedang
Tenggara 6,46 Cemar Sedang 4,10 Cemar Ringan
Timur 6,83 Cemar Sedang 4,00 Cemar Ringan
Tengah 6,99 Cemar Sedang 3,33 Cemar Sedang
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2015

Keterangan: Nilai Indeks Pencemaran (IP):


0 Sampai 1,0 = Kondisi Baik 1,0 Sampai 5,0 = Cemar Ringan
5,0 Sampai 10 = Cemar Sedang <10 = Cemar Berat

Berdasarkan tabel diatas, keadaan mutu air di Situ Cipondoh sangat


memprihatinkan. Mayoritas kawasan ini sudah tercemar dengan status cemar ringan,
sedang, bahkan berat. Berdasarkan nilai indeks pencemaran, nilai terendah yaitu
sebesar 3,33 di bagian tengah, dan nilai terbesar untuk angka pencemaran di Situ
Cipondoh adalah 13,68 di bagian Perumahan PDK/Barat Daya diakibatkan oleh
pembuangan limbah perumahan yang mengalir ke Situ Cipondoh. Tanpa adanya

5
Yustisia Kristiana, Potensi Situ Cipondoh Sebagai Kawasan Wisata Dan Fungsi Konservasi
Di Kotamadya Tangerang, (Jakarta: Tidak Dipublikasikan), 2011, h. 123
59

usaha untuk memperbaiki kondisi di Situ Cipondoh, hal ini tentunya akan
mengganggu kelangsungan ekologi dan ekosistem situ.

2. Aspek Sosial dan Budaya


a. Komposisi Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah
geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau
mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan
menetap.6

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kecamatan Cipondoh
NAMA LUAS WILAYAH PENDUDUK JML JML
NO.
KELURAHAN (Km2) (Jiwa) RW. RT.
1 Cipondoh 12 65
2,26 24.285
2 Cipondoh Makmur 12 81
1,48 26.699
3 Cipondoh Indah 10 119
1,33 23.808
4 Poris Plawad 12 51
2,05 13.752
5 Poris Plawad Utara 8 45
2,04 20.060
6 Poris Plawad Indah 16 73
2,08 16.834
7 Kenanga 6 34
2,57 13.508
8 Gondrong 6 34
1,87 17.965
9 Petir 10 67
1,9 21.980
10 Ketapang 8 44
1,8 12.800
KEC. CIPONDOH 19,38 191.691 100 613
Sumber: Profil Kinerja Pelayanan Kecamatan Cipondoh, 2015

6
Profil Kinerja Pelayanan Kecamatan Cipondoh., 2015, h. IV-3
60

Jumlah penduduk Kecamatan Cipondoh pada tahun 2015 mencapai


sekitar 191.691 jiwa dengan jumlah rumah tangga mencapai sekitar 61.257
rumah tangga. Kepadatan penduduk Kecamatan Cipondoh pada tahun 2015
mencapai sekitar 9.891 jiwa/km2 menurun jika dibandingkan dengan
kepadatan penduduk pada tahun 2014 mencapai 9.938 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan Cipondoh
Makmur dengan jumlah penduduk 18.040 orang/km2, sedangkan
Kelurahan Kenanga memiliki kepadatan terendah dengan jumlah penduduk
5.256orang/km2.

Ketapang ,
6589
Cipondoh ,
Petir , 11073 12333
Cipondoh
Gondrong , Makmur ,
9216 13464

Kenanga , Cipondoh
6989 Indah ,
11892
Poris Plawad
Indah, 8350 Poris Plawad Poris Plawad
, 7544
Utara ,
10256

Sumber: Profil Kinerja Pelayanan Kecamatan Cipondoh, 2015

Grafik 4.1 Jumlah Penduduk laki-laki Se-Kecamatan Cipondoh


61

Ketapang ,
6211
Cipondoh ,
11952
Petir , 10907
Cipondoh
Makmur ,
Gondrong ,
13235
8749

Kenanga , Cipondoh
6519 Indah ,
Poris Plawad 11916
Indah, 8484
Poris Plawad Poris Plawad
Utara , 9804 , 6208

Sumber: Profil Kinerja Pelayanan Kecamatan Cipondoh, 2015

Grafik 4.2 Jumlah Penduduk Perempuan Se- Kecamatan Cipondoh

Dari dua grafik diatas, Pada tahun 2015, jumlah penduduk di


Kecamatan Cipondoh sebesar 191.691 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-
laki 97.706 jiwa dan perempuan 93.985 jiwa dengan sex ratio sebesar
103,96 dengan kata lain setiap 100 jumlah penduduk perempuan terdapat
103,96 penduduk laki-laki.

b. Acara Kebudayaan
Menurut hasil pengamatan penulis ditambah dengan hasil
wawancara disimpulkan bahwa, di kawasan situ Cipondoh acara
kebudayaan sangat minim, hanya ada satu acara kebudayaan, yaitu adanya
Pencak Silat dari organisasi Betawi kawasan Situ Cipondoh yang diadakan
setiap hari Sabtu dan Minggu pagi.
62

3. Aspek Aksesbilitas

Kawasan Situ Cipondoh adalah kawasan yang cukup strategis. Dimana


posisinya berada tepat di sebelah jalan KH Asyim Asyari, Kota Tangerang.
Dan jalan ini adalah akses utama dari arah Jakarta Selatan menuju Kota
Tangerang, begitu pula sebaliknya. Untuk menuju kawasan Situ Cipondoh
bisa diakses dari beberapa arah, yaitu :

1. Keluar tol Kebon Nanas, Cikokol, RS Usada Insani, Situ Cipondoh.


2. Keluar tol Puri Kembangan, Duri Kosambi, Gondrong, Situ Cipondoh.
3. Keluar tol Green Lake City, Gondrong, Situ Cipondoh.
4. Terminal Kali Deres, Ampera, Poris, Situ Cipondoh.
5. Terminal Blok M, Ciledug, Situ Cipondoh.
Untuk wisatawan yang menggunakan jasa angkutan umum bisa
menaiki angkutan perkotaan (angkot) B.02 Jurusan Cikokol – Cipondoh, dan
angkot R.10 jurusan Cipondoh. Untuk frekuensi jumlah angkot menuju
Cipondoh, penulis mengamati cukup banyak dan tersebar. Selanjutnya tidak
jauh dari kawasan Situ Cipondoh tepatnya di seberang pun terdapat kantor
pemerintahan, yaitu Kantor Kecamatan Cipondoh.

4. Aspek Fasilitas
Fasilitas yang terdapat pada Situ Cipondoh terdiri dari:
1. Taman rekreasi beserta saung
2. Gapura Situ Cipondoh
3. Tempat parkir yang memadai
4. Outbond
5. WC/kamar mandi
6. Tempat kuliner seperti restoran ataupun warung makanan
63

B. Analisis Potensi Situ Cipondoh Sebagai Objek Wisata


1. Analisis Kondisi Fisik Kawasan Objek Wisata Situ Cipondoh Sebagai
Daerah Tujuan Wisata
Pada aspek ini akan dilihat bagaimana kondisi fisik kawasan objek
wisata Situ Cipondoh menggunakan tabel analisis untuk penilaian kondisi
fisik, hasil dari skor dapat menggambarkan bagaimana potensi pengembangan
dilihat dari tingkat penilaian fisik Situ Cipondoh, seperti terlihat pada tabel
4.3:

Tabel 4.3
Hasil Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Fisik
No Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika Nilai
Skor
1. Produktivitas Tanah Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada
a. Tanah Subur 4 3 2 1
b. Tanah Tadah Hujan 3
c. Tanah Irigasi
2. Penggunaan Lahan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Hutan
b. Ladang 4 3 2 1
c. Perkebunan 3
d. Daerah Pemukiman
3. Morfologi Ada 3 Ada 2 Ada 1 -
a. Pegunungan 4 3 2 1
b. Perbukitan 1
c. Dataran
4. Keberadaan bentang Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
air 4 3 2 1
a. Sungai
b. Mata air 3
c. Situ
d. Sumur
5. Kebersihan lingkungan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Bebas dari polusi
udara
b. Bebas dari Polusi
air
64

c. Bebas dari polusi 4 3 2 1


bising
d. Bebas dari limbah
domestik 1

Total Skor 11
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Selanjutnya, penentuan kelas dukungan pada faktor fisik akan


dijelaskan pada tabel 4.4:

Tabel 4.4
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Fisik
Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian
Harkat
I Sangat Mendukung 16,2 – 20 Suatu kawasan yang sangat
besar dukungan fisik terhadap
objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
II Mendukung 12,4 – 16,1 Suatu kawasan besar
dukungan fisik terhadap
objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
III Kurang Mendukung 8,6 – 12,3 Suatu kawasan yang kurang
didukungan fisiknya, berdasar
kan parameter – parameter
yang ditetapkan
IV Tidak Mendukung 3,8 – 8,5 Tidak terdapat dukungan fisik
terhadap objek wisata
dikawasan yang diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Berdasarkan penentuan kelas dukungan pada faktor fisik jumlah skor sebesar
11 yang berarti bahwa kondisi situ Cipondoh memiliki potensi yang kurang
mendukung untuk dikembangkan.
65

2. Analisis Kondisi Sosial Budaya Kawasan Objek Wisata Situ Cipondoh


Sebagai Daerah Tujuan Wisata
Pada aspek ini akan dilihat bagaimana kondisi sosial dan budaya
kawasan objek wisata situ Cipondoh menggunakan tabel analisis untuk
penilaian kondisi sosial budaya, hasil dari skor dapat menggambarkan
bagaimana potensi pengembangan dilihat dari tingkat penilaian kondisi sosial
dan budaya di kawasan objek wisata situ Cipondoh, seperti yang terlihat pada
tabel 4.5:

Tabel 4.5
Hasil Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Sosial dan Budaya
No Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika Nilai
Skor
1. Pola mata Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
pencaharian Ada
penduduk : 4 3 2 1
a. Keragaman
mata
pencaharian 4
1. Petani
2. PNS
3. Pedagang
4. Swasta

b. Dominasi mata Pertanian / Pertanian / Pertanian /


pencaharian perkebunan perkebunan perkebunan 4
> 75% 50% - 75% < 50%
4 3 2 1
66

2. Artefak Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


a. Keberadaan
dan dominasi
bentuk rumah
1. Rumah 4
Gudang
2. Rumah
gebyong
(seluruhnya
dari papan)
3. Rumah semi
permanen
4. Rumah 4 3 2 1
permanen

b. Keberadaan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


dan dominasi 4 3 2 1
perlengkapan
rumah tinggal
1. Bale 3
2. Teras rumah
3. Kolam dan
pancuran
4. Kandang
hewan
c. Keberadaan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
dan dominasi 4 3 2 1
pakaian
1. Ikat kepala
2. Peci/ 3
kerudung
3. Baju koko
4. Kebaya
3. Adat Istiadat Ada 3 Ada 2 Ada 1 -
a. Upacara 4 3 2 1 4
keagamaan
b. Tata cara/adat
perkawinan
c. Tata cara/adat
kehamilan
67

d. Tata cara/adat
kelahiran

4. Keragaman objek Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


yang dapat di amati 4 3 2 1
a. Panorama
perairan
b. Panorama 2
tanaman hias
c. Makam yang
dikramatkan
d. Bangunan-
bangunan adat
5. Variasi kegiatan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
yang dilakukan 4 3 2 1
wisatawan
a. Olahraga
b. Sepeda air 2
c. memancing
d. Mengunjungi
pusat kerajinan
6 Event-Event Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
Budaya 4 3 2 1
a. Upacara
1) Upacara
Sunatan 4
2) Upacara
perkawinan
3) Upacara
kelahiran
4) Upacara
kematian

b. Cerita Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


Rakyat/Legenda 4 3 2 1 3
1) Legenda nama
daerah
2) Legenda
Upacara Adat
3) Legenda
sungai
Cisadane
68

4) Legenda
Nyimas Melati

c. Kesenian Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


1) kecapi 4 3 2 1
2) Jaipongan 3
3) Pencaksilat
4) Debus
7 Cenderamata lokal Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Makanan olahan 4 3 2 1
khas
1) 1 jenis 2
2) 2-3 jenis
3) 4-5 jenis
4) > 5 jenis
b. Home Industry Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
1) 1 jenis
4 3 2 1
2) 2-3 jenis
1
3) 4-5 jenis
4) > 5 jenis
c. Produk pertanian Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
segar
4 3 2 1
1) 1 jenis
2) 2-3 jenis
1
3) 4-5 jenis
4) > 5 jenis
Total Skor 40
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam,1996,dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
69

Selanjutnya, penentuan kelas dukungan pada faktor fisik akan dijelaskan pada
tabel 4.6:

Tabel 4.6
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Pada Faktor Sosial dan Budaya
Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian
Harkat
I Sangat Mendukung 45,5 – 56 Suatu kawasan yang sangat
besar dukungan sosial dan
budaya terhadap objek wisata,
berdasarkan parameter –
parameter yang ditetapkan
II Mendukung 35 – 45,4 Suatu kawasan besar
dukungan sosial dan budaya
terhadap objek wisata,
berdasarkan parameter -
parameter yang ditetapkan
III Kurang Mendukung 24,5 – 34,9 Suatu kawasan yang kurang
dukungan sosial dan
budayanya, berdasarkan para
meter-parameter yang
ditetapkan
IV Tidak Mendukung 10,5 – 24,4 Tidak terdapat dukungan
sosial dan budaya terhadap
objek wisata dikawasan yang
diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)

Berdasarkan penentuan kelas dukungan pada faktor sosial dan budaya, jumlah
skor sebesar 40 yang berarti bahwa kondisi Situ Cipondoh mendukung untuk
dijadikan tujuan wisata. Namun harus lebih dikembangkan kebudayaan asli daerah
sehingga tidak terkikis oleh modernisasi dan pengaruh dari budaya asing.

3. Analisis Kondisi Aksesbilitas Kawasan Objek Wisata Situ Cipondoh


sebagai daerah Tujuan Wisata
Pada aspek ini akan dilihat bagaimana aksesbilitas menuju kawasan
objek wisata situ Cipondoh menggunakan tabel analisis untuk penilaian
70

aksesbilitas, hasil dari skor dapat menggambarkan bagaimana potensi


pengembangan dilihat dari tingkat penilaian kondisi aksesbilitas menuju
kawasan objek wisata situ Cipondoh, seperti yang terlihat pada tabel 4.7:

Tabel 4.7
Hasil Harkat Kelas dan Kriteria Aksesbilitas
No Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika: Nilai
Skor
1. Kondisi jalan. Sangat Baik Kurang Buruk
baik
4 3 2 1 3
2. Jenis Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
kendaraan/alat
transportasi yang
digunakan 4 3 2 1 4
menuju lokasi.
a. Bus
b.Kendaraan
pribadi (sedan,
carry)
c. Angkutan umum
d. Sepeda motor
3. Frekuensi Sangat Mudah/ Cukup/ Sukar/ 3
kendaraan umum mudah/>25 24-17 16-10 <9 kali
dari/menuju objek kali kali kali
(buah/hari) 4 3 2 1
4. Jarak lokasi Dekat Cukup Jauh Sangat 3
dengan pusat (>5 km) jauh (19-13 jauh
pemerintahan dan (12-6 km) (20 km)
fasilitas kota km)
4 3 2 1
Total Skor 13
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
71

Selanjutnya, penentuan kelas dukungan pada faktor fisik akan dijelaskan pada
tabel 4.8:

Tabel 4.8
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Aksesbilitas
Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian
Harkat
I Sangat Mendukung 13 – 16 Suatu kawasan yang sangat
besar dukungan aksesbilitas
terhadap objek wisata,
berdasarkan parameter –
parameter yang ditetapkan
II Mendukung 10 – 12 Suatu kawasan yang sangat
besar dukungan aksesbilitas
terhadap objek wisata,
berdasarkan parameter-
parameter yang ditetapkan
III Kurang Mendukung 7–9 Suatu kawasan yang kurang
dukungan aksesbilitas, ber
dasarkan parameter –
parameter yang ditetapkan
IV Tidak Mendukung 3–6 Tidak terdapat dukungan
aksesbilitas terhadap objek
wisata dikawasan yang
diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
Berdasarkan penentuan kelas dukungan pada aspek aksesbilitas, jumlah skor
terbesar 13 yang berarti bahwa kondisi situ Cipondoh sangat mendukung untuk
dikembangkan karena sangat mudah dijangkau oleh pengunjung dan jenis kendaraan
yang dapat digunakan sangat bervariasi.

4. Analisis Kondisi Fasilitas Kawasan Objek Wisata Situ Cipondoh Sebagai


Daerah Tujuan Wisata
Pada aspek ini akan dilihat bagaimana keberadaan fasilitas di kawasan
objek wisata situ Cipondoh menggunakan tabel analisis untuk penilaian
fasilitas, hasil dari skor dapat menggambarkan bagaimana potensi
72

pengembangan dilihat dari tingkat penilaian kondisi fasilitas di kawasan objek


wisata situ Cipondoh, yang terlihat pada tabel 4.9:

Tabel 4.9
Hasil Harkat Kelas dan Kriteria Fasilitas
No Unsur/Subunsur Nilai Skor, Jika: Total
Skor
1. Sarana Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Rumah makan
b. Toko 4 3 2 1 3
souvenir/cenderamata
c. Olahraga
d. Transportasi
2. Prasarana Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Kantor pos
4 3 2 1 1
b. Telepon umum/wartel
c. Puskesmas/Klinik
d. Air bersih

3. Akomodasi Sangat Mudah/24 Cukup/16- Sukar/<9


a. Home stay Mudah/>2 -17 kali 10 kali kali
b. Pondok/wisma 5 kali
peristirahatan 4 3 2 1 2
c. Bungalau
d. Buper
4. Luasan Tempat Parkir Ada, Ada, Ada, tidak Tidak 4
teralokasi teralokasi teralokasi, ada
baik, luas baik, luas luas tidak
memadai tidak memadai
memadai
4 3 2 1

Total Skor 10
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
73

Selanjutnya, penentuan kelas dukungan pada faktor fisik akan dijelaskan pada
tabel 4.10:

Tabel 4.10
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Keberadaan Fasilitas
Kelas Tingkat Penilaian Jenjang Rata-rata Pemerian
Harkat
I Sangat Mendukung 13 – 16
Suatu kawasan yang sangat besar
dukungan fasilitas terhadap
objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
II Mendukung 10 – 12 Suatu kawasan yang sangat besar
dukungan fasilitas terhadap
objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
III Kurang Mendukung 7–9 Suatu kawasan yang kurang
dukungan fasilitas, berdasarkan
parameter-parameter yang
ditetapkan
IV Tidak Mendukung 3–6 Tidak terdapat dukungan
fasilitas terhadap objek wisata
dikawasan yang diobservasi
Sumber: Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa:
2007:36) dalam (Septiyani Aziz: 2014:46)

Berdasarkan penentuan kelas dukungan pada aspek fasilitas, jumlah skor


sebesar 10 yang berarti bahwa kondisi situ Cipondoh mendukung untuk
dikembangkan, fasilitas tersedia dengan baik, namun juga ada beberapa fasilitas yang
harus diperbaiki dan dilengkapi.
74

C. Analisis Ekologi Terhadap Potensi Wisata Situ Cipondoh


Ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (oi-kos=
rumah tangga), maksudnya adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati disekitarnya.
Dalam pengertian makhluk hidup ini termasuk manusia sebagai salah satu jenis
makhlik hidup.7

Pengaruh Dampak
Tindakan Menyebabkan
terhadap
Mengakibatkan
terhadap
manusia lingkungan lingkungan

Sumber: Moh. Soerjani,Lingkungan: Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam


Pembangunan.
Gambar 4.2 Dampak lingkungan sebagai akibat dari tindakan manusia

Gambar diatas menunjukkan bahwa dalam hal ini manusia meliputi


berbagai usulan, legislatif, kebijaksanaan, program, proyek dan prosedur
operasional. Pengaruh terhadap lingkungan didefinisikan sebagai suatu proses
yang berlangsung dan dipercepat oleh tindakan-tindakan manusia (misalnya erosi
tanah, penecemaran, dan sebagainya).8
Terkait dengan pembahasan potensi wisata situ Cipondoh, hubungan
timbal balik manusia (wisatawan) dengan alam (situ Cipondoh) penulis menilai
kurang adanya interaksi yang bagus. Itu ditandai dengan masihnya wisatawan
membuang sampah sembarangan. Memang keadaan di lapangan menunjukkan
bahwa fasilitas tempat sampah di situ Cipondoh kurang, namun itu bukan
menjadi alasan wisatawan untuk membuang sampah dengan seenaknya. Menjadi
keharusan untuk setiap wisatawan untuk mempunyai pola pikir untuk menjaga

7
Moh. Soerjani, Lingkungan: Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan,
(Jakarta: UI-Press, 2008), h. 2
8
Ibid., h.214.
75

dan melestarikan suatu obyek wisata. Akibatnya selain menimbulkan bau yang
tidak sedap, pemandangan sekitar pun menjadi tidak enak untuk dilihat.
Penulis juga mengamati selain masalah sampah, masalah pengelolaan situ
Cipondoh juga belum berjalan optimal. Kurangnya beberapa fasilitas, seperti
tempat sampah dan air bersih untuk WC. Padahal ini adalah satu bagian yang
vital dalam fasilitas di objek wisata.
Selain wisatawan dan pengelola, penduduk sekitar Situ Cipondoh harus
pula menjaga situ ini. Terlihat di tabel 4.1 betapa mirisnya ketika status mutu air
Situ Cipondoh dikategorikan tercemar. Bahkan pada November 2015, terlihat di
bagian Barat Daya/Perum PDK angka pencemaran air begitu besar yaitu 13,68%
yang artinya tercemar berat dan bisa merusak ekosistem yang ada di Situ
Cipondoh ini. Di bagian tersebut menjadi bagian yang sangat tercemar
disebabkan oleh limbah pembuangan di sekitar perumahan yang dibuang ke Situ
Cipondoh.
Masalah kualitas mutu air Situ Cipondoh ini harusnya lebih dicermati
oleh instansi terkait yaitu pemerintah dan pihak pengelola. Karena kalau ini
dibiarkan terus menerus akan menggangu ekosistem yang hidup di sekitar Situ
Cipondoh. Selain itu masalah lainnya adalah timbul penyakit seperti demam
berdarah, disentri radang mata (conjunctivitis) dsb. Perlunya revitalisasi dalam
segala aspek tidak hanya sarana prasarana melainkan aspek kelingkungan.
Tabel 4.11
Jumlah Hasil Pengharkatan
No Parameter Hasil Skoring Kategori
1 Kondisi fisik 11 Tidak Mendukung
2 Kondisi sosial dan budaya 40 Mendukung
3 Aksesbilitas 13 Sangat mendukung
4 Fasilitas 10 Mendukung
Jumlah 74 Mendukung
Sumber: Hasil Perhitungan 2016
76

Dari hasil skoring pengharkatan Situ Cipondoh sebagai daerah tujuan


wisata didapatkan skor 74 yang masuk dalam kategori yang dapat dilihat pada
tabel 4.12 sebagai berikut.

Tabel 4.12
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Kesesuaian pada Objek Wisata

kelas Tingkat Jenjang Pemerian


Penilaian rata-rata
harkat
I Sangat 88-108 Suatu kawasan yang sangat besar dukungan
Mendukung fisik, sosial dan budaya, atraksi wisata, fasilitas
wisatawan terhadap keberadaan objek wisata,
berdasarkan parameter-parameter yang
ditetapkan serta didukung oleh aksessibilias yang
sangat memadai.
II Mendukung 68-87 Suatu kawasan besar dukungan fisik, sosial dan
budaya, atraksi wisata, fasilitas wisatawan
terhadap keberadaan objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang ditetapkan serta
didukung oleh aksessibilias yang memadai.
III Kurang 48-67 Suatu kawasan kurang didukung oleh fisik,
Mendukung sosial dan budaya, atraksi wisata, aksessibilias,
fasilitas wisatawan, berdasarkan parameter-
parameter yang ditetapkan namun kurang
didukung oleh sarana dan prasarana,
aksessibilias yang memadai.
IV Tidak 28-47 Tidak terdapat dukungan terhadap objek wisata
Mendukung ditempat penelitian.

Sumber : Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam (Jakiatin Nisa: 2007:36)
77

Berdasarkan hasil skoring keseluruhan, diperoleh hasil 74 yang masuk


dalam kelas II yaitu mendukung. Suatu kawasan besar dukungan fisik, sosial dan
budaya, aksesibilitas, dan fasilitas terhadap keberadaan objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang ditetapkan.

Selanjutnya, berdasarkan tabel diatas, jika dianalisis dengan pendekatan


ekologi, dari keempat aspek yang di analisis, aspek fasilitas, sosial budaya dan
aksesbilitas mempunyai potensi yang mendukung dalam pengembangan
kawasan objek wisata. Namun, aspek fisik tidak mendukung, dengan skor 11.
Menurut tabel 4.3 aspek fisik, dari beberapa poin bebas pencemaran, yaitu bebas
dari polusi udara, bebas dari Polusi air, bebas dari polusi bising, dan bebas dari
limbah domestik. Karena letaknya yang strategis di pinggir jalan utama Kota
Tangerang, polusi udara dan kebisingan kendaraan menjadi hal yang tidak
terhindarkan. Menurut penulis, solusi yang penulis sampaikan adalah
menambahkan vegetasi seperti pepohonan rindang, lalu berbagai macam tumbuh-
tumbuhan. Penambahan berbagai macam vegetasi ini akan meminimalisir udara
kotor akibat polusi dari kendaraan dan menambah asri kawasan Situ Cipondoh
sehingga wisatawan menjadi nyaman berkujung. Lalu permasalahan polusi bising
penulis memberikan solusi adalah dengan membangun tembok besar untuk
meminimalisir suara kendaraan. Selanjutnya permasalahan polusi limbah
domestik dan polusi air memang menjadi permasalahan utama. Menurut Badan
Lingkungan Hidup Kota Tangerang pada tabel 4.1 angka pencemaran di Situ
Cipondoh termasuk kedalam kategori ringan sampai berat. Hal ini tentu
kedepannya akan menggangu keadaan ekologi dan ekositem di kawasan Situ
Cipondoh. Menurut penulis, solusi yang dapat penulis sampaikan adalah
melakukan revitalisasi dan memberikan penyuluhan kepada warga yang tinggal
di sekitar Situ Cipondoh tentang pentingnya kesadaran untuk tidak membuang
limbah ke Situ Cipondoh dan menata ulang struktur pembuangan limbah.
78

Lalu pada aspek sosial dan budaya menempati hasil skoring 40 yang
berarti mendukung untuk pengembangan potensi wisata. Menurut wawancara
dengan kepala pengelola Situ Cipondoh, setiap hari Sabtu dan Minggu pagi
diadakan latihan pencak silat dari komunitas Betawi Cipondoh. Berarti ada
keterkaitan ekologi dalam hal interaksi warga Cipondoh dengan Situ Cipondoh
untuk kegiatan kebudayaan. Namun penulis melihat ini belumlah cukup. Harus
ada penambahan kegiatan kebudayaan untuk menambah kekhasan Situ Cipondoh
sebagai objek wisata dan menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke Situ
Cipondoh.
Selanjutnya pada aspek aksesbilitas menempati hasil skoring 13 yang
berarti sangat mendukung. hal ini dikarenakan kawasan Situ Cipondoh berada
dalam posisi strategis yaitu berada di sisi Jalan K.H Hasyim Asyari yang
notabene adalah salah satu jalan utama di Kota Tangerang dan sebagai
penghubung antara Kota Tangerang dengan DKI Jakarta. Selain itu, akses
kendaraan umum begitu mudah. Ini tentunya menjadi suatu hal yang positif bagi
sektor kepariwisataan Situ Cipondoh. Namun dampak negatifnya adalah tata
letak Situ Cipondoh yang berada tepat disisi jalan membuat polusi udara dan
kebisingan tidak dapat dihindarkan. Membuat keadaan ekologi di sekitar Situ
Cipondoh menjadi terganggu.
Dan aspek terakhir yang akan dibahas adalah aspek fasilitas, dengan
menempati hasil skoring 10 yang artinya mendukung untuk pengembangan Situ
Cipondoh sebagai objek wisata. Berdasarkan hasil observasi, fasilitas yang ada di
dalam berupa taman, tempat parkir, outbond, WC/kamar mandi, tempat kuliner
seperti warung makan. Selanjutnya di luar kawasan Situ Cipondoh terdapat
kantor pos, dan Kantor Kecamatan Cipondoh. Penulis melihat fasilitas di Situ
Cipondoh cukup baik, namun ada beberapa hal yang harus ditingkatkan
kualitasnya seperti WC/kamar mandi, dan outbond. WC/kamar mandi di Situ
Cipondoh kurang terawat dan airnya kotor. Tentunya ini dapat menganggu
79

wisatawan untuk memakai fasilitas ini. Pada bagian outbond juga terlihat kurang
terawat. Hal ini tentunya akan berdampak pada berkurangnya minat wisatawan
untuk memakai fasilitas ini. Dan juga berdampak pada pemasukkan kas dari
bagian outbond ini. Selain itu, kurangnya cinderamata khas daerah, Agar
kawasan ini memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, hendaknya
pemerintah dan pengelola saling bekerjasama untuk memajukan wisata di situ
Cipondoh.
Di dalam upaya pengembangan situ Cipondoh menjadi obyek wisata,
hendaknya dengan memperhitungkan ekologi situ tersebut dan penataan sarana
prasarana wisata sebaiknya dibangun diluar sempadan situ sehingga tidak
mengorbankan vegetasi seperti pohon-pohon. Konsep ekowisata merupakan
suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang
masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan
budaya bagi masyarakat setempat (Fandeli, 1995). Konsep wisata dengan
pendekatan konservasi, dalam bentuk pengelolaan alam dan budaya masyarakat
yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan dengan upaya menjaga
kelangsungan pemanfaatan sumber daya alam . selain itu juga perlu partisipasi
masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan dan pengawasan untuk menjaga
keutuhan alam.
Namun dengan segala kekurangan keterbatasan yang telah disebutkan
diatas, dalam pengelolaan, penulis melihat ada nilai unggul yaitu mayoritas
pengelolaan di situ cipondoh dikelola oleh masyarakat sekitar Cipondoh yaitu
masyarakat RW 02 Kecamatan Cipondoh. Kepala pengelolanya yaitu bernama
Bapak Jack Sani. Kurangnya bantuan dari pemerintah tidak mengurungkan
semangat warga sekitar untuk membangun suatu kawasan wisata. Mereka tetap
berusaha untuk memajukan wisata situ Cipondoh. Disini terlihat nilai ekologis
pun terlihat nyata, yaitu adanya interaksi atau hubungan timbal balik antara
warga RW 02 Kecamatan Cipondoh dengan Situ Cipondoh.
80

Dengan berbagai deskripsi dan analisis ekologi terhadap potensi wisata di


Situ Cipondoh, terlihat masih banyak aspek yang belum berjalan dengan baik,
seperti kualitas mutu air di sekitar situ Cipondoh yang termasuk dalam kategori
tercemar, masalah sampah, sarana prasarana yang belum optimal, dan
keterbatasan kepengelolaan Situ Cipondoh tidak membuat Situ Cipondoh tidak
layak menjadi objek wisata. Letak yang strategis dan Situ Cipondoh merupakan
Situ terbaik di wilayah Kota Tangerang yang paling besar potensi wisatanya.
Maka dari segala kekurangan yang ada di Situ Cipondoh, pemerintah, pengelola
dan warga sekitar Situ Cipondoh harus saling bekerjasama dan ikut beperan aktif
dalam menjaga, merawat, melestarikan, dan mengoptimalkan supaya keadaan
ekologi Situ Cipondoh akan jauh lebih baik dan menjadi objek wisata favorit di
wilayah Kota Tangerang dan provinsi Banten pada umumnya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karakteristik potensi wisata Situ Cipondoh dibagi menjadi 4, yaitu


karakteristik fisik, sosial dan budaya, aksesbilitas dan fasilitas. Selanjutnya hasil
yang ditemukan dalam penelitian ini adalah potensi fisik Situ Cipondoh memiliki
skor 11 yang berarti kurang mendukung, selanjutnya skor potensi sosial budaya
adalah 40 yang berarti mendukung. Kemudian skor potensi aksesbilitas adalah 13
yang berarti sangat mendukung, dan skor keberadaan fasilitas adalah 10 yang
berarti mendukung. Jumlah seluruh skor adalah 74 yang berarti bahwa Situ
Cipondoh mendukung dan layak untuk menjadi daerah wisata

Dengan berbagai deskripsi dan analisis ekologi terhadap potensi wisata di


Situ Cipondoh, terlihat masih banyak aspek yang belum berjalan dengan baik,
seperti kualitas mutu air di sekitar situ Cipondoh yang termasuk dalam kategori
tercemar, masalah sampah, sarana prasarana yang belum optimal, dan
keterbatasan kepengelolaan Situ Cipondoh tidak membuat Situ Cipondoh tidak
layak menjadi objek wisata. Letak yang strategis dan Situ Cipondoh merupakan
Situ terbaik di wilayah Kota Tangerang yang paling besar potensi wisatanya.
Maka dari segala kekurangan yang ada di Situ Cipondoh, pemerintah, pengelola
dan warga sekitar Situ Cipondoh harus saling bekerjasama dan ikut beperan aktif
dalam menjaga, merawat, melestarikan, dan mengoptimalkan supaya keadaan
ekologi Situ Cipondoh akan jauh lebih baik dan menjadi objek wisata favorit di
wilayah Kota Tangerang dan provinsi Banten pada umumnya.

81
82

B. Saran
1. Bagi pengelola Situ Cipondoh yaitu organisasi masyarakat RW.02 dan LSM
diharapkan dapat meningkatkat kualitas kepengelolaan dan sarana prasarana
untuk lebih meningkatkan antusiasme masyarakat Cipondoh dan Kota
Tangerang untuk berkunjung ke Situ Cipondoh. Selain itu lebih mempererat
lagi kerjasama dengan instansi terkait untuk mendukung gerakan melestarikan
Situ Cipondoh.
2. Bagi Pemerintah Kota Tangerang diperlikan perhatian lebih untuk bisa
meningkatkan kelestarian Situ Cipondoh dengan membuat dinding pembatas
yang kokoh dan menambah sarana prasarana sebagai syarat majunya
pariwisata di suatu daerah. Selain itu agar kualitas Situ Cipondoh akan terjaga
dengan baik. Selain itu perlunya revitalisasi agar ekologi dan ekosistem di
kawasan Situ Cipondoh bisa terjaga dengan baik.
3. Bagi wisatawan diharapkan untuk mempunyai pola pikir yang baik selalu
menjaga kebersihan di sekitar kawasan Situ Cipondoh agar keindahan dan
kelestarian Situ Cipondoh akan selalu terjaga dengan baik.
4. Bagi rekan mahasiswa dan peneliti lain diharapkan untuk terus meneliti Situ
Cipondoh sehingga menambah khasanah ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Surah Al-Baqarah Ayat 164.

A Rahman, Arofa, “Potensi Pengembangan Situ di Kota Bogor Sebagai Objek


Wisata”, Tesis Pascasarjana Universitas Dipenogoro: 2010. Tidak
dipublikasikan

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:


Rineka Cipta, 1999.

Aziz, Septiyani, “Potensi Pengembangan Wisata Pada Kawasan Objek Wisata Situ
Gintung di Ciputat Tanggerang Selatan”, Skripsi pada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan: 2014. tidak dipublikasikan.

Bachri, Thamrin B. Pariwisata Gagasan dan Pandangan, Jakarta, Koleksi Media


Tour:1995.

Darmadi, Hamid. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011.

file.upi.edu/...GEOGRAFI/.../GEOGRAFI_PARIWISA. diakses tanggal 23 Juni 2015.

Hermawan, Iwan. Geografi Sebuah Pengantar, Bandung: Private Publishing, 2009.

Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2007.

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia,


1986.

Kota Tangerang Dalam Angka, 2012

LKPJ Walikota Tangerang, 2013

Muljadi, kepariwisataan dan perjalanan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Nisa, Jakiatin, “Studi Kelayakan Perkebunan Teh Gunung Mas Bogor Sebagai

Daerah Tujuan Wisata di Jawa Barat”, Skripsi, pada Universitas

Pendidikan Indonesia: 2007. tidak dipublikasikan.

83
84

Nyoman S, Pendit. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: Pradnya


Paramita, 1999.

Profil Kinerja Pelayanan Kecamatan Cipondoh., 2015.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, Cet. 4, 2007.

R, Bintarto dan Hadisumarmo, S. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES, 1987.

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Tangerang, Tahun 1996.

Soerjani, Moh. Lingkungan: Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam


Pembangunan, Jakarta: UI-Press, 2008.

Spillane, James. J. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta,


Kanisius, 1991.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D, Bandung: Alfabeta, 2011.

Sumaatmadja, Nursid. Geografi pembangunan, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan, 1988.

Suryanto Bagong. Metode Penelitian Sosial, Berbagai alternative Pendekatan,


Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007.

Tim Penyusun FITK, Pedoman Penelitian Skripsi, Ciputat: FITK, 2013.

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, pasal 1 ayat 1.

Undang-Undang Dasar No. 10 Tahun 2009, pasal 1 ayat 2.

Yoeti, Oka A. Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1996.

http://humas.kutaikartanegarakab.go.id/read/news /2012/6136/ lima-kriteria- menuju-


kota - wisata.html).

Perpres No 54 tahun 2008.

https://id.wikipedia.org/wiki/Cipondoh,_Tangerang diakses tanggal 12 September


2015
85

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Geografi diakses tanggal 15 Februari 2015.

http://www.sandywarman.com/2014/10/daya-tarik-daerah-tujuan-wisata.html diakses
tanggal 3 Agustus 2016

http://www.sridianti.com/pendekatan-geografi.html diakses tanggal 23 Juni 2015.


LAMPIRAN
FOTO DOKUMENTASI

Foto Panorama Sekitar Situ Cipondoh


Foto Fasilitas Situ Cipondoh
Foto Kegiatan Wawancara dan Pengisian Kuesioner
JAWABAN KUISIONER RESPONDEN PENGUNJUNG

VARIABEL KRITERIA FREKUENSI PERSENTASE

L 22 55%
Jenis Kelamin
P 18 45%

… - 20 14 35%
21 – 39 20 50%
Umur Responden
40- 49 5 12,5%
50 - … 1 2,5%

Pelajar/mahasiswa 25 62,5%
Pedagang 3 7,5%
Pekerjaan PNS/TNI 4 10%
Swasta 8 20%
Lainnya 0 0%

SD 1 2,5%
SMP 5 12,5%
SMU 21 52,5%
Pendidikan
D3 8 20%
S1 5 12,5%
Lainnya 0 0%

< 100.000 0 0%
100.000 – 500.000 8 20%
Pendapatan per
500.000 – 1.000.000 15 37,5%
bulan
1.000.000 – 2.000.000 11 27,5%
>2.000.000 6 15%

Dalam Kota 23 57,5%


Luar Kota Tangerang 11 27,5%
Daerah asal
Luar Banten 6 15%
Luar Negeri 0 0%
Sendiri 3 7,5%
Berdua 20 50%
Perjalanan
Keluarga 10 25%
Rombongan 7 17,5%

Berjalan Kaki 5 12,5%


Pribadi 28 70%
Cara Perjalanan
Umum 3 7,5%
Sewaan 4 10%

< 30 5 12,5%
30 – 60 Menit 10 25%
Lama Berkunjung
60 – 120 Menit 18 45%
> 120 Menit 7 17,5%

Teman/Keluarga 24 60%
Koran 3 7,5%
Brosur 0 0%
Informasi Obyek
TV 0 0%
Internet 13 32,5%
Lainnya 0 0%

Keindahan Alam 7 17,5%


Memancing 13 32,5%
Wisata Air 20 50%
Daya Tarik
Budaya dan Sejarah 0 0%
Lainnya 0 0%
Tidak Ada 0 0%

Banyak 2 5%
Keunikan Jarang 18 45%
Tidak Ada 20 50%
Rekreasi 20 50%
Konvensi 0 0%
Mengunjungi teman/Keluarga 0 0%
Motivasi
Kesehatan/Olahraga 16 40%
Penelitian 1 2,5%
Lainnya 0 0%

Pasif 26 65%
Kegiatan Wisata
Aktif 14 35%

Cocok 34 85%
Pengembangan
Tidak Cocok 6 15%

Penambahan Atraksi 7 17,5%


Transportasi 3 7,5%
Pengembangan Jalan, Listrik, Air 5 12,5%
Fasilitas Wisata Sarana Penunjang 15 37,5%
Informasi 10 25%
Lainnya 0 0%

Ya 30 75%
Kembali Berkunjung
Tidak 10 25%
No Fasilitas Rating (Dalam Orang dan Presentase) Total
yang SB (Sangat Baik) Ba (Baik) C (Cukup) Bu (Buruk) SBU (Sangat Buruk) Orang Presentase
tersedia Orang Presentase Orang Presentase Orang Presentase Orang Presentase Orang Presentase
1 Shelter 7 17,5% 15 37,5% 12 30% 3 7,5% 3 7,5% 40 100%
2 Restoran 7 17,5% 18 45% 8 20% 5 12,5% 2 5% 40 100%
3 Musholla 2 5% 7 17,5% 18 45% 3 7,5% 10 25% 40 100%
4 Kamar 0 0% 4 10% 10 25% 15 37,5% 11 27,5% 40 100%
Mandi / WC
5 Tempat 1 2,5% 5 12,5% 3 7,5% 21 52,5% 10 25% 40 100%
Sampah
6 Pusat 0 0% 0 0% 4 10% 13 32,5% 23 57,5% 40 100%
Souvenir
7 Warung 0 0% 10 25% 22 55% 5 12,5% 3 7,5% 40 100%
Makan
8 Pos 0 0% 3 7,5% 8 20% 17 42,5% 12 30% 40 100%
Informasi
9 Pos 0 0% 6 15% 18 45% 4 10% 12 30% 40 100%
Keamanan
10 Pos 4 10% 7 17,5% 17 42,5% 12 30% 0 0% 40 100%
Perpakiran
11 Pos 2 5% 21 52,5% 11 27,5% 6 15% 0 0% 40 100%
Retribusi
12 Air Bersih 0 O% 7 17,5% 3 7,5% 17 42,5% 7 17,5% 40 100%
13 Tempat 0 0% 6 15% 15 37,5% 7 17,5% 2 5% 40 100%
Bermain
anak
14 Outbond 6 15% 21 52,5% 8 20% 3 7,3% 2 5% 40 100%
Hasil Tanggapan wisatawan terhadap fasilitas di Situ Cipondoh
HASIL WAWANCARA ANALISIS GEOGRAFIS POTENSI WISATA DI
SITU CIPONDOH KOTA TANGERANG BANTEN

Nama: Jack Sani

Jabatan: Kepala Pengelola Situ Cipondoh

1. Bagaimanakah sejarah singkat Situ Cipondoh?


2. Bagaimanakah sistem kepengelolaan Situ Cipondoh?
3. Bagaimanakah keadaan sarana dan prasarana Situ Cipondoh?
4. Bagaimanakah kontribusi pemerintah setempat dalam kepengelolaan Situ
Cipondoh?
5. Apakah Situ Cipondoh memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata?
6. Apakah terjadi peningkatan pengunjung pada tiap minggunya?
7. Apakah ada acara kebudayaan di sekitar Situ Cipondoh?
8. Bagaimanakah harapan anda untuk Situ Cipondoh di tahun yang akan datang?

Jawaban:

1. Situ Cipondoh awalnya adalah rawa yang menggenang. Atas inisiatif


pemerintah pusat dan pemerintah kota maka dibangunlah Situ Cipondoh.
2. Situ Cipondoh adalah wewenang pemerintah pusat. Atas inisiatif warga
sekarang kepengelolaan Situ Cipondoh diurus dan di kelola oleh komunitas
warga RW 02 Cipondoh.
3. Yah yang kita liat sekarang, Alhamdulillah sarana dan prasarana yang kita
punya sudah cukup. Namun memang masih banyak kendala dalam pengadaan
sarana dan prasarana.
4. Sudah cukup bagus, kita sudah saling bekerjasama dengan pemerintah meski
hasilnya belum memuaskan.
5. Ya. Orang dari Cipondoh dan Kota Tangerang seperti dari Jakarta dan Bogor
sudah tahu akan Situ Cipondoh. Apalagi menurut saya, situ Cipondoh adalah
situ yang bagus yang ada di wilayah Kota Tangerang. Tinggal pemerintah saja
yang harus bisa meningkatkan kualitas Situ Cipondoh ini.
6. Yang saya ketahui, setiap minggunya pengunjung di Situ Cipondoh sudah
bertambah selain untuk melihat Situ, pengunjung juga mampir ke rumah
makan yang tersebar di luar Situ Cipondoh.
7. Ada. Setiap hari sabtu dan minggu pagi, di sini ada latihan pencak silat oleh
komunitas betawi cipondoh. Dan menjual berbagai baju adat betawi.
8. Sebagai warga sini saya mengaharapkan Situ Cipondoh kedepannya semakin
baik lagi, pemerintah juga mau ikut serta dalam pembangunan Situ Cipondoh
agar pengunjung juga makin ramai.

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS GEOGRAFIS POTENSI WISATA DI


SITU CIPONDOH KOTA TANGERANG BANTEN

Nama:

Jabatan:

1. Bagaimanakah sejarah singkat Situ Cipondoh?


2. Bagaimanakah sistem kepengelolaan Situ Cipondoh?
3. Bagaimanakah keadaan sarana dan prasarana Situ Cipondoh?
4. Bagaimanakah kontribusi pemerintah setempat dalam kepengelolaan Situ
Cipondoh?
5. Apakah Situ Cipondoh memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata?
6. Apakah terjadi peningkatan pengunjung pada tiap minggunya?
7. Apakah ada acara kebudayaan di sekitar Situ Cipondoh?
8. Bagaimanakah harapan anda untuk Situ Cipondoh di tahun yang akan datang?
Bagian I – Data Umum Responden
1. Nama Responden : ..........................................

2. Lokasi Situ : .......................................

3. Hari/Tanggal : …………………………..

Analisis Geografis Terhadap Potensi Wisata

Di Situ Cipondoh Kota Tangerang Banten

Pengantar

Tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk mengumpulkan data primer dalam rangka
penyusunan skripsi mengenai “Analisis Geografis Terhadap Potensi Wisata Di Situ Cipondoh Kota
Tangerang Banten” Program S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Lembar kuesioner ini disusun dalam rangka mengetahui respon masyarakat mengenai tingkat
kepentingan dan penilaian atas keberadaan dan kegiatan operasional/pengelolaan dari Situ Cipondoh
dan pemanfaatan Situ Cipondoh sebagai objek wisata.

Melalui kuesioner ini diharapkan dapat diketahui bagaimana pandangan dan apa saja yang menjadi
kebutuhan masyarakat di sekitar situ Cipondoh berkaitan dengan keberadaan dan pengelolaan situ
sehingga dapat diambil langkah strategis selanjutnya.

Sehingga diharapkan bantuan dari para responden untuk mengisinya dengan sungguh-sungguh, jujur
dan benar dengan memilih jawaban dari pertanyaan berikut dengan memberikan tanda check ( √ )
pada kotak jawaban yang tersedia. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i, kami ucapkan terima kasih.

Kota Tangerang, September 2016

Hormat Saya

Arif Putranto
Mahasiswa Program S1
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden : ........................................................
1. Jenis Kelamin :
Pria
Wanita
2. Usia :
< 20 tahun
20 – 29 tahun
30 – 39 tahun
40 – 49 tahun
> 50 tahun
3. Pekerjaan :
Pelajar/Mahasiswa
Pedagang
PNS/TNI
Pegawai Swasta
Lainnya ………
4. Tingkat Pendidikan :
SD atau yang sederajat
SMP atau yang sederajat
SMU atau yang sederajat
Akademi
Universitas
Lainnya ……..
5. Tingkat Pendapatan per bulan :
< Rp. 100.000,00
Rp. 100.000,00 – Rp. 500.000,00
Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00
Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00
> Rp. 2.000.000,00
6. Daerah asal/tempat tinggal sekarang :
Kota/Kabupaten Tangerang
Di luar Kota/Kabupaten Tangerang
Di luar Provinsi Banten
Luar Negeri
7. Perjalanan ke lokasi dilakukan secara :
Sendiri
Berdua
Keluarga
Rombongan
8. Kendaraan yang digunakan menuju lokasi :
Berjalan kaki
Kendar aan Pribadi
Kendaraan Umum
Kendaraan Sewaan
9. Lama berkunjung di lokasi :
< 30 menit
30 menit – 60 menit
60 menit – 120 menit
> 120 menit
10. Infomasi mengenai lokasi didapat dari :
Teman atau keluarga
Koran
Brosur
Televisi
Internet
11. Daya tarik apa yang membuat Anda ingin mengunjungi lokasi situ ini :
Menikmati keindahan alam
Lokasi memancing
Atraksi wisata air
Budaya dan Sejarah
Lainnya ………..
Tidak menarik
12. Apakah anda pernah menemukan atraksi wisata di lokasi ini pada obyek wisata lainnya ?
Atraksi wisata di tempat ini banyak ditemukan air di tempat lain
Atraksi wisata di tempat ini jarang ditemukan di tempat lain
Atraksi wisata di tempat ini tidak ditemukan di tempat lain
13. Motivasi apa yang membuat Anda mengunjungi lokasi ini :
Rekreasi
Konvensi
Mengunjungi teman/keluarga
Kesehatan/olahraga
Melakukan Penelitian
Lainnya
14. Kegiatan yang Anda lakukan selama di lokasi :
Pasif, hanya menikmati keindahan alam
Aktif, melakukan kegiatan pada atraksi wisata air atau kegiatan lainnya
15. Menurut Anda, apakah kawasan situ ini cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata air?
Cocok
Tidak Cocok
16. Menurut Anda, setujukah Anda apabila situ ini dikembangkan menjadi kawasan wisata air ?
Setuju
Tidak setuju
17. Menurut Anda, apa yang paling utama dan mendesak di dalam pengembangan kawasan situ ini ?
Penambahan atraksi
Ketersediaan transportasi ke lokasi
Insfrastuktur jalan, listrik, air bersih
Sarana penunjang seperti akomodasi, rumah makan, toilet, keamanan, dll
Informasi dan Promosi
18. Setelah anda berkunjung dan menikmati situ ini, apakah anda akan berkunjung ke situ ini
kembali ?
Ya
Tidak
19. Menurut Anda, atraksi wisata apa yang sudah ada di lokasi ini ? (bisa pilih lebih dari satu
jawaban)
Keindahan Alam Hutan Kota
Pemancingan ikan Outbound
Wisata sepeda air Penangkaran satwa liar
Perahu Museum
Taman bermain anak Lainnya……………………

Bagian II – Tanggapan wisatawan terhadap fasilitas yang ada di situ Cipondoh

No Fasilitas yang SB BA C BU SBU


tersedia (Sangat (Baik) (Cukup) (Buruk) (Sangat
Baik) Buruk)
1. Shelter
2. Restoran
3. Musholla
4. Kamar mandi/WC
5. Tempat sampah
6. Pusat souvenir
7. Warung makan
8. Pos informasi
9. Pos keamanan
10. Pos perparkiran
11. Pos retribusi (tiket)
12. Air bersih
13. Tempat bermain anak
14. Tempat outbond

Terima kasih
LEIⅣ IBAR IIJI REFERENSI

Nama Arif Futrallto

NIM ll1001541CIC1104

Jurusan mmlu Pengetahuan Sosial

Judul Analisis Geograrl Terhadap Potensiヽ Wisata Di Situ

ipondoh]Kota Tangerang Ballten


〔〕

Dosen PeIInbinlbillg :Andri Noor Ardiansyab,]旺 。


Si

NO Sumber Referensi Paraf

BAB I

/
Dl.Jal■ es J Spillanc.1:「 ′ ノ
7″ ノ'`7″ ′
│〔 ,「 7の ぃ 'ノ `∫

をS,1″ ノ
ノ〕ゴ″ノ
,"ご 7P/・ け,,ρ Fλ「■'α ,

`7了
(Yoじ yakarta,Kanisiusi 199 1),h21

た・
2θ J2 6′ β6・ ル7η ″― α―
ァ1/ご だノ

つニ

.E)iakscs tanggal 15]Novel■ bcr 2014

Perpres No 54 tahun 2008.


3

4
diakscs tangga1 1 2
%
/
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional" Kunus Besor Rahusa Intktne,std
(Jakarta. Balai Pustaka), Cet. 4,2AA7
つ乙

diakscs tallgga1 15 Fcbruari 2015.


η
Nursid Surnaatmadj a, (ieografi peruhangunun, lJakarta: Departemen Pendidikan
3
Dan Kebudavaan> 1988), h"6. √
Bintartoラ R,dan Hadi Sumarmo,Si々 ′
θJ`И ηα力̀

β︵
g′ (Jakarta:
4

マ ど

P3ES 1987)
1フ
`′ `/G`θ

lwan Hcttnawan,(た θyげ 艶 み2`覆 んノ


そηgα ガι
′r,(Bandungi P」 vatc Publisllingぅ ∠

〃二
5
2009),H.58
Moh. Soerj ani, Lingk.ungun: Surnbertlu)t(t ,4lcnn Dort Kependuclttkcm Dulunt
6
P e nan, lJ akarta. [Jl- Press. 2008 ), h. 2
m b cmgt t

Binta■ o,Rぅ dan IIadi Sulllarmo,S.■ 々/rp凌 ノ 4″ αルs″ θog″ 暉′ (J[よ aFta i ∠

(メ
7
LP3ES 1987)ぅ h 18,

8
diakses tanggal 23 Juni Z
201 5

Fた .ψ i`」 ″1..6ど θGMFL4.″ バ


(認 OGR4』 リ ユ4]リ カ:E″ .



10 fら ′
グ.h4_
η


Jわ た4.h.9

Ю
うん

Kbbi、 vcb.id
うD

Oka A Yoeti, I'utgunlur llmu l'Lu"iw,isuta, (Runtlung: Angkctsa, 199(t), h. 171.



<

Muljadr,kepuriwis,ult-ltmduttper,1uldnun,(Jakarta:PTRa.1aCrafindoPersada.<
14
2012),141 8.
η


Undang― L「 ndang No 10 Tahun 2009,pasa]l ayat] ∠

16 l)r.JanresJ,Spillane,I:|kanomiI,ariwisctlttSc.lercthtltltt[,rtlspekn,-a,<
(Yoeyakarta- Kanrsius 1991). h 2 I
Thanrrin B. Bachri. Puriwi.svttct ()agasun ( .lakarta, Koleksi
2

clu,n Pct.ndangan,
17
Media Tour:199-5), h. 13.

NIubadi,κ専,α ′ルrブ ″
/2(lα薄ノ
セ″ご
7ル ″
7α 燿 こ
18 `,ィ
rr`κ ,(Jakalal PT Rtta Gmindo Pclsada,
201Q)、 h.12

19 Nyoman S. Pendit, llmu Puriu,i,s'uta sebuuh l'enguntctr ]'erdanu, (Jakarta,


Pradnva Paramita : 1999)

20
i.lndang-lJnclang Dasar No. 10 'Iahun 2009, pasal 1 ayat 2 χ /′
MuUadi,κ α ,ご α
″″ ,Pcη α/α ηα′

つん

「 `れ ,,s″ /α z,(Jakaltal PT Rtta Grafindo Pcrsada,∠


2012),h 12`′
Nyomall S Pcndit,〃 ″ ・
ηνPα ′Ⅵノ
′ ム たυ
ρ

つ^


,scbuah Pcngantar Pcrdana,(Jakarta:PT

Pradnva Paralllita,1990)、 h_34.



23 幽
diakses tanggal 3 Agustus 2016.
Peraturan Presiden No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kai.vasan
24
.Iabodetabek. カ
25
Hidup tahu■ 2007 ∠

26
Rencana Det西 l Tata Ruang KotalRDTRK)Kota Tangcrang.Tallun 1996. タ
27 'f irii Penyusun FITL, ['ec{tsinaii f'enelitian Skrip.ti, (Ciputat. FITK, 2013), h. 59. の

Hanld I)annadi, N4etode Penelitian Pendidikan, (ISandung: Altabeta, 201 f ). h. 7.



Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan l(uantitati l - Kual itatitr,. dalr



R&D, (Bandung. Alfabeta, 2011), h. 80.


η

ノわた′,h 81

4 ゴみノ
己,h.85 ∠


Quharsirti Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta
5
Rineka Cipta, 1999). h. 99. β
6 Tim Pcn}「 usun IFITK,Pcd01nan Pcnulisan Skl・ ipsi,(Ciput誠 i FITK,2013),h66

Halllid DaH■ adi,JZピ ′


θ Pc″ ごル″″∫
セηノ′
〃′たαη,世夕
σ″Jz′ 7g∫ ИttIわ Crα ,2θ ゴヵ ,力
7 妙
.

`た
ノj8.

Sugiyono, cip.cit., h. 142


8

9
Bagong Suryanlo,ル を/θ ι たノそ濯Jノ ノ

′α77 SO,∫ ブ
αムβピ
rル αgα た7ル θ
″″α/ダ ノ
セη´
υ々α√
″″ ,

(Jakartal Kcncana Prclladaゝ cdia Grupぅ 2007),h.95.
7暢
Koentjaraningrat, fi.letocle-lv.letode I'enelitiun l(asyarokul- (Jakarta: PT'
10
Gramedia, I986), h. 280. ψ
κθ7f71,メ κθθど ノ々
77,α ∫ /ご 費ル ″αノ
イ′
α′
,2,ゴ フリ
6ι えJ″ 嗜 わαゎうえ
″α sα f 2θ θ

¥
7・ (フ Fη `マ 71sの
v/‐ rブ 0「

ノし′α ァフ,β ″/ケ α ″ノ ・


И 2θ ノイイ′
f′ f。 .・

Peta Rupa Rurni Indonesia



F ー

つ4


BⅣIG Stasilin(]colsika Kelas I Tangcrang tahun 2015
う勝



Badan I′ ingkllngan Hidup Kota TangcFang tahul1 2015

4 Profii Kinerja Pelayanan Kecarnatan Cipondoh 2015. h. IV-3 zろ


5 f.KPJ Walikota Tangerane tahun 2013

ノみノ
ど2θ ノ3
( わ
7 Kota Tangerarg Dalam Angka, 2012


4oh Soc」 aniぅ ん″
′g々 ″
ηgα ″ Sァ ィ
″わθ
r崚 ′ α
″,71)α ′qerc′ ′
々αηノ
〕′ィ『 7″
8 lノ
.・

″ご凛わ 12gzι η″ル


`7,4′
,p(Jakanal[」 1_Press,2008)ラ h 2 `JZ/識

`′

/
滅 ,h214
あ′
9

Dosen Pernbirnbing Skripsi

Andri Noor Ardiansvah,ル I.Si


NIP.198403122015031002

BIODATA PENULIS

Nama lengkap penulis adalah Arif Putranto biasa dipanggil


“Arif”, lahir di Jakarta 19 Juni 1992, putra dari pasangan Bpk. Wuryono dan Ibu Sri
Mulyani. Alamat email penulis arifgreendaze19@gmail.com.
Penulis mengenyam pendidikan diataranya di SD Negeri Ciputat 9 tahun
1998-2004, SMP Negeri 2 Ciputat pada tahun 2004-2007, SMA Negeri 4 Kota
Tangerang Selatan tahun 2007-2010, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-
2016) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, Program
Studi Geografi.
Skripsi yang penulis buat berjudul “Analisis Geografi Terhadap Potensi
Wisata Di Situ Cipondoh Kota Tangerang Banten”. Skripsi ini dibuat melalui
berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai