Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PENYEBAB BANJIR KOTA BEKASI AKIBAT SUNGAI

CILEUNGSI & SUNGAI CIKEAS

Arya Gilang Saputra


Program Studi Teknik Sipil, Pradita University
Jl. Boulevard Gading Serpong Blok 0/1, Summarecon Serpong, Tangerang,
*Korespondesi penulis: arya.gilang@student.pradita.ac.id

1. PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Banjir merupakan masalah yang sering terjadi di kota bekasi. Sejumlah titik wilayah di kota bekasi
sering terendam banjir, contohnya di perumahan Villa Nusa Indah, Perumahan Harapan Indah, Jalan R.A.
Kartini, dan masih banyak lagi. Sebagai daerah yang berada di hilir daerah aliran sungai (DAS) dan dilintasi
oleh 2 sungai besar yang menjadikan sebagian daerah Bekasi rawan banjir. Penumpukan sedimentasi pada
sungai dan sampah mengakibatkan pendangkalan sungai yang menjadikan salah satu faktor terjadinya
banjir.

Pendangkalan sungai terjadi akibat proses pengendapan material padat di bagian dasar sungai. Hal ini
diakibatkan karena penumpukan material (sedimentasi) seperti tanah, pasir atau lumpur, namun juga bisa
disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pembuangan sampah ke sungai, sampah ukurannya besar dan sulit
terurai oleh mikroorganisme. Pada aliran sungai yang kecil, sampah akan mengapung dibadan atau
dipermukaan sungai karena aliran air yang tidak cukup kuat untuk membawa ke hilir.

Menurut [ CITATION Seb08 \l 1033 ] Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air karena
tingginya curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju
yang cepat, terhambatnya aliran sungai di tempat lain.

Tingginya curah hujan mengakibatkan peningkatan debit air sungai, karena limpasan air permukaan ke
sungai semakin besar. Kapasitas tampungan sungai yang kecil akan mempercepat debit puncak. Ketika
kapasitas tampung sungai menurun di suatu kawasan akibat penyempitan tampang sungai, maka air akan
meluap keluar badan sungai. Akbiat luapan ini dapat menggenangi pemukiman dan sawah. Dampak yang
lebih parah adalah kerugian materi dan non materi.

Rumusan Masalah

1.4 Permasalahan yang terjadi adalah :


1. Faktor apa saja yang menyebabkan Banjir di Kota Bekasi
2. Upaya atau solusi apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin disampaikan adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab banjir di beberapa titik kota Bekasi
2. Untuk mengetahui solusi dan upaya yang dilakukan dari permasalahan banjir di Kota Bekasi

1.4 Lokasi Penelitian

Sungai Cileungsi dan Cikeas melintasi kota bogor di bagian hulu dan kota bekasi di bagian hilir yang
berakhir di bendungan Bekasi. Daerah Bekasi terdapat pertemuan 2 sungai besar yaitu sungai
Cileungsi dan Sungai Cikeas. Daerah aliran sungai Cileungsi memiliki luas 26.525,9 ha sedangkan
luas daerah aliran sungai cikeas memiliki luas 11.352,9 ha. Data ini menunjukan betapa
berpengaruhnya daerah aliran sungai Cileungsi akan lebih dominan dalam mempengaruhi banjir Kota
Bekasi dibandingkan dengan daerah aliran sungai Cikeas karena luasnya hampi mencapai 2,3 kali
(sumber : Bakourtanal, 2008). Adapun peta Daerah Aliran Sungai (DAS) terlihat pada gambar.

Gambar 1 : Daerah Aliran Sungai.

2. PEMBAHASAN
2.1 Analisa Penyebab Terjadinya Banjir
Faktor yang paling signifikan pemicu banjir yaitu intensitas atau curah hujan yang
tinggi. Letak geografis Kota Bekasi yang menjadi titik temu 2 sungai besar yang
mengakibatkan Kota Bekasi menjadi rawan terhadap banjir. Secara umum penyebab
banjir terbagi menjadi 2 yaitu akibat alami dan akibat aktivitas manusia.
Penyebab Banjir Secara Alami
a. Curah Hujan
Indonesia memiliki dua musim sepanjang tahun, yaitu musim oktober yang umumnya
terjadi pada bulan Oktober-Maret dan musim kemarau yang umumnya terjadi pada
bulan April – September. Pada musim hujan, curah hujan yang tinggi mengakibatkan
banjir di sungai dan bila air melebihi kapasitas tampung sungai bisa mengakibatkan
banjir di pemukiman warga.
b. Pengaruh Fisiografi
Pengaruh Fisiografi atau bentuk fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometric hidrolik (Bentuk
penampang seperti kedalaman, lebar, potongan dan material dasar sungai), lokasi
sungai dan lain-lain merupakan penyebab terjadinya banjir.
c. Erosi dan Sedimentasi
Secara umum erosi dan sedimentasi pada sungai adalah proses terlepasnya butiran
material seperti tanah atau pasir yang disebabkan oleh adanya aliran air kemudian
butiran material tersebut mengalami pengendapan. Erosi dan sedimentasi
mengakibatkan pengurangan kapasitas penampang sungai. Menurut [ CITATION
Rah00 \l 1033 ] erosi tanah longsor (landslide) dan erosi pinggir sungai (stream bank
erosion) memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-
sungai, bendungan dan berakhir dilaut.
d. Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas atau daya tampung sungai dapat disebabkan oleh erosi dan
sedimentasi juga pengendapan sampah yang dibuang ke sungai. Pengendapan dan
proses sedimentasi ini menyebabkan berkurangnya daya tampung sungai. Efek
langsung dari kejadian ini adalah menyebabkan meluapnya air dari alur sungai keluar
dan menyebabkan banjir.
e. Kapasitas drainasi yang tidak memadai
Kapasitas drainasi yang memadai sangat diperlukan untuk mengendalikan banjir.
Oleh karena itu penyediaan drainasi dan sistem drainasi sangat diperlukan. Namun
sebagian besar kota-kota di Indonesia memiliki kapasitas dan sistem drainasi yang
buruk sehingga sering terjadi banjir.
f. Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran air ke laut. Pada waktu banjir yang bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi naik
permukaanya akibat aliran balik dari air laut (backwater).

Penyebab Banjir Akibat Aktivitas Manusia

a. Perubahan Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)


Perubahan kondisi DAS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang
tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya yang dapat memperburuk
masalah banjir karena meningkatnya aliran bannjir.
b. Kawasan Kumuh dan Sampah
Masalah kawasan kumuh ini menjadi faktor penting terjadinya masalah di daerah
perkotaan, karena dapat menghambat aliran air. Selain itu kesadaran masyarakat
sekitar akan bahaya banjir akibat membuang sampah di sungai masih rendah. Sampah
yang dibuang dapat menyumbat aliran air yang mengakibatkan elevasi muka air
menjadi tinggi.
c. Drainasi Lahan
Drainasi perkotaan dan perluasan lahan pertanian pada daerah bantaran banjir dapat
mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
d. Penggundulan Hutan
Penebangan hutan secara liar (Illegal logging), permainan reboisasi hutan untuk bisnis
dan sebagainya menjadi salah satu penyebab terganggunya siklus hidrologi dan
terjadinya banjir.
e. Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat.
Beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi timbulnya bencana
banjir kecil atau sedang, tetapi jika perencanaan yang kurang maksimal dapat
menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar.
f. Kerusakan pada bangunan pengendali air
Kerusakan ini terjadi akibat kurangnya pemeliharaan secara berkala pada bangunan
pengendali banjir. Bangunan yang rusak dapat meningkatkan kuantitas banjir.

2.2 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Pengendalian Banjir

Untuk mencegah dan minimasi bencana banjir dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Perbaikan Saluran dan Perlindungan Vegetasi


Dasar sungai yang dangkal akibat erosi dan pengendapan sedimen harus dikeruk,
diperdalam sementara untuk batas tebing/tanggul sungai di bagian kanan-kirinya
harus pula diperlebar. Metode ini dilakukan guna memperlebar luasan dan daya
tampung air pada sungai serta menurunkan peluang meluapnya air ke sekitar sungai.
Untuk daerah pemukiman / perkotaan, harus memiliki sistem yang baik dan
sepatutnya dipelihara, dijaga kebersihannya. Proses sedimentasi dan penumpukan
sampah merupakan faktor penyebab terjadinya banjir di perkotaan. Hilangnya
vegetasi seperti pepohonan dan kawasan hijau harus segera disikapi dengan kegiatan
penghijauan.
2. Konstruksi Bendungan/Tanggulan yang Aman
Bendungan adalah suatu konstruksi untuk membuat waduk (Storage) yang mampu
menyimpan cadangan air limpasan sekaligus melepasnya dengan tingkat yang masih
dikelola [ CITATION Seb08 \l 1033 ]. Pembangunan harus mempertimbangkan
naiknya elevasi permukaan air tertinggi akibat banjir sehingga pembangunan
eleveasi puncak bendungan atau tanggul berada diatas angka keamanan. Bila banjir
ternyata lebih tinggi dari bendungannya dan aliran air lebih kuat ketimbang
bendungan maka dapat mengakibatkan jebolnya bendungan. Bahaya jebolnya
bendungan lebih bahaya ketiimbang tidak adanya bendungan. Oleh karena itu
perencanaan pada bendungan tidak hanya dilihat dari aspek elevasinya saja,
perencanaan juga harus memperhitungkan kekuatan bendungan.
3. Partisipasi Aktif Masyarakat
Peran masyarakat juga penting dalam mengendalikan banjir. Oleh karena itu
dilakukan beberapa pendekatan, antara lain : 1). Edukasi mengenai kebersihan pada
sungai serta baha banjir ke tiap desa atau kelurahan. 2). Melakukan gotong royong
memperbaiki dasar dan tebing sungai, membersihkan sampah atau kotoran yang
menyumbat saluran air, membangun tanggul dengan karung pasir atau bebatuan,
menanami tanaman (penghijauan) di bantaran sungai. 3). Penyediaan air dan pangan
bersih jika keadaan bencana memaksa untuk mengungsi

3. KESIMPULAN
Terdapat 2 faktor penyebab terjadinya banjir yaitu faktor alami dan faktor akibat aktivitas
manusia. Fakto paling signifikan yang menyebabkan Kota Bekasi sering terjadi banjir yaitu
tingginya curah hujan pada musim hujan yang mengakibatkan sungai Cileungsi dan sungai Cikeas
mengalami peningkatan air dan daya tampung air yang berkurang akibat proses sedimen dan
sampah . Untuk upaya pengendalian banjir yang terjadi dikota bekasi dapat dilakukan dengan
Perbaikan sungai dan saluran, dan partisipasi masyarakat untuk turut ambil bagian dalam
memelihara sungai.
4. DAFTAR PUSTAKA

Jannah, W., & Itratip. (2017). Analisa Penyebab Banjir dan Normalisasi Sungai Unus
Kota Mataram .

Ligal, S. (2008). Jurnal Teknik Sipil Volume 8, Nomor 2 Universitas Sriwidjaja Palembang.
Pendekatan Pencegahan dan Penanggulangan Banjir .

Rahim, S. E. (2000). Pengendalian Erosi Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup , 148.

Robert, K., & Sugiyanto. (2002). Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya
Dalam Perspektif Lingkungan.

Sebastian, L. (2008). Pendekatan Pencegahan dan Penanggulan Banjir , 167-169.

Anda mungkin juga menyukai