Anda di halaman 1dari 16

SOSIO ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

“ SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN “

Dosen Pengampu :

Ishaq Matondang, S.Psi, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok II

Agita Br Sinurat (1192151002)

Ade Irma Ritonga (1191151004)

Diah Lola Pitaloka (1193351010)

Muna Cahya Indah Lestari (1193351003)

Yesy Vidia Sari Br. Nainggolan (1193351012)

BK REGULER A 2019

PROGRAM STUSI S1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan YME,
karena atas berkat dan rahmad-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Terima kasih kepada dosen pengampu, bapak Ishaq Matondang, S.Psi, M.Si yang
telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini secara maksimal.
Terima kasih juga kepada orang tua dan teman teman yang telah mendukung penulis
mengerjakan makalah ini.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pembaca untuk menambah wawasan
tentang apa itu sosialisasi dan kepribadian . Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran daripada pembaca agar
tercipta makalah yang lebih baik dikemudian hari, akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, 10 Februari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan ...................................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................5

2.1 Pengertian Sosialisasi..............................................................................................5

2.2 Macam-Macam dan Fungsi Sosialisasi ..................................................................6

2.3 Tipe Sosialisasi.......................................................................................................7

2.4 Pola dan Proses Sosialisasi ....................................................................................8

2.5 Agen-Agen Sosialisasi............................................................................................8

2.6 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian...........................................................10

2.7 Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak......12

2.8 Kendala-Kendala Sosialisasi.................................................................................12

BAB III. PENUTUP......................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................14

3.2 Saran.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah saru faktor yang
mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dalam
keluarga, teman sebaya, sekolah maupun media massa. Unsur-unsur paham sosialisasi
adalah sosialiasi merupakan cara belajar atau suatu proses akomodasi dan yang terkenali
adalah nilai-nilai, norma-norma, ide-ide atau gagasana, pola-pola tingkah laku dan adat
istiadat serta keseluruhannya diwujudkan dalam kepribadiannya. Keseluruhannya itu
merupakan segala aspek dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan
sosialisasi yang percaya diri atau kegagalan sosialisasi.
Setiap manusia di dunia pasti memerlukan orang lain, hal itu menyebabkan terjadinya
proses sosialisaasi antar sesama mansuia, yang mana berfungsi sebagai sarana kedekatan
dan interaksi antar sesama manusia. Berbicara tentang kepribadian, merupakan suatu
cermin dan gambaran bagi setiap mansuia, jika kepribadiannya bagus, maka akan bagus
pula tingkah laku yang dimiliki oleh orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika
kepribadian orang tersebut buruk aka otomatis akan ikut oleh perilaku nya yang buruk
tersebut.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang ada dalam masyarakat. Dalam keluarga
proses sosialisasi pertama kali dilakukan. Apa yang dianggap baik dan benar dalam
sebuah masyarakat akan diajarkan oleh orang tua kepada anaknya sehingga akan
mempengaruhi kepribadiannya di masa mendatangan. Proses pembentukan kerpibadian
seseorang akan berbeda satu sama lain tergantung dari pola sosialisasi yang dianut oleh
masyarakatnya. Walaupun demikian, setiap masyarakat mempunyai pola-pola perilaku
umu yang membatasi perilaku individu berdasarkan kepribadianya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sosialisasi?
2. Bagaimana jenis-jenis dan fungsi dari sosialisasi?
3. Apa saja tipe-tipe sosialisasi?
4. Bagaimana pola dan proses sosialisasi?
5. Apa saja agen-agen sosialisasi?
6. Bagaimana hubungan sosialisasi dengan pembentukan kepribadian?

3
7. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak?
8. Apa saja kenala-kendala sosialisasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sosialisasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan fungsi sosialisasi
3. Untuk mengetahui tipe sosialisasi
4. Untuk mengetahui pola dan proses sosialisasi
5. Untuk mengetahui agaen-agen sosialisasi
6. Untuk mengetahui hubungan sosialisasi dan pembentukan kepribadian
7. Untuk mengatahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan kepribadian
anak
8. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam sosialisasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosialisasi


Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang
berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup serta norma dan nilai
sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang
dapat diterima oleh kelompoknya. Manfaat sosialisasi, masyarakat dapat memahami
perilaku mana yang harusnya diperbolehkan, dan yang tidak diperbolehkan.
Sosialisasi selalu dimulai dari lingkungan keluarga sebagai kesatuan unit terkecil,
misalnya seseorang yang lahir pada awalnya tidak mengetahui siapa dirinya, walaupun
didalam dirinya terdapat potensi untuk berkembang. Potensi ini adalah kemampuan
(capability), bakat (talent) yang terpendam dalam dirinya yang belum dikembangkan atau
diwujudkan. Seseoarng lahir sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah pergaulan
manusia dengan tata kelakuan yang menjadi pedoman kelakuan yang baik dan yang tidak
baik.
  Berikut ini adalah batasan sosialisasi yang diberikan oleh para pakar :
Charlotte Buehler, mendefinisikan sosialisasi sebagi proses yang membantu individu-
individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cara hidup dan berfikir kelompoknya
agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Peter Berger, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Bruce J. Cohen, mendefinisikan
sosialisasi sebagai proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam
masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas agar berfungsi
dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota satu kelompok.
Karel J. Veeger, mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses belajar mengajar,
melalui individu belajar menjadi anggota masyarakat, diman prosesnya tidak semata-mata
mengerjakan pola-pola perilaku sosial kepada individu tetapi juga individu tersebut
mengembangkan dirinya atau melakukan proses pendewasaan dirinya .
Robert M. Z. Lawang, sosialisasi merupakan proses mempelajari norma, nilai, peran,
dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang
efektif dalam kehidupan sosial.

5
2.2 Macam-macam dan Fungsi Sosialisasi
Dibawah ini merupakan beberapa macam-macam sosialisasi, diantaranya sebagai
berikut yaitu :
1. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer ini merupakan sosialisasi pertama yang dijalani oleh seseorang
pada saat masih anak-anak, dan juga untuk sosialisasi ini menjadi pintu bagi
seseorang untuk bisa memasuki keanggotaan di dalam suatu masyarakat. Tempat
sosialisasi primer itu adalah keluarga. Sosialisasi jenis ini akan mempengaruhi
individu untuk dapat atau bisa membedakan mana dirinya sendiri dengan mana orang-
orang yang ada di sekitarnya.
Dalam tahapan tersebut peranan orang-orang terdekatnya itu sangat diperlukan,
disebabkan karena anak-anak masih melakukan pola interaksi yang terbatas di dalam
dirinya. Sosialisasi primer tersebut dapat menjadi tempat untuk bisa menanamkan
nilai budaya yang dianut oleh keluarganya contohnya seperti agama, aturan keluarga
dan lain sebagainya.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan sosialisasi yang selanjutnya dilakukan oleh tiap-
tiap individu. Sosialisasi sekunder ini akan memperkenalkan individu mengenai
cakupan yang lebih besar yakni lingkungan masyarakat. Sosialisasi jenis ini akan
mengajarkan nilai-nilai yang baru yang berada di luar lingkungan keluarga contohnya
seperti lingkungan bermain, sekolah dan lain sebagainya.
Dalam proses sosialisasi sekunder ini seseorang akan diajarkan guna menerima
nilai-nilai serta jua norma-norma yang baru. namun kadang kali proses sosialisasi
sekunder ini menjadi yang mendominasi terhadap pembentukan sebuah sikap dari
individu, disebabkan karena dalam sosialisasi ini seseorang akan banyak sekali
melakukan adapatasi dengan berbagai macam lingkungan masyarakat.

Dibawah ini merupakan fungsi sosialisasi dikategorikan dalam 2 macam jenis,


diantaranya:

1. Dari Segi Kepentingan Individu


Sosialisasi ini bertujuan supaya seorang individu itu dapat mengenal,
mengakui serta juga menyesuaikan dirinya dengan nilai, norma dan juga struktur
sosial yang terdapat dalam masyarakat.

6
2. Dari Segi Kepentingan Masyarakat
Sosialisasi ini juga bertujuan sebagai alat dalam pelestarian, penyebarluasan
serta jugan mewariskan nilai, norma maupun kepercayaan yang terdapat di dalam
masyarakat. Sehingga nilai-nilai, norma-norma serta kepercayaan itu bisa terpelihara
dan terlestarikan oleh semua anggota masyarakat.
Fungsi diartikan di sini sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk suatu lembaga
atau kelas individu-individu (Nye dan Berardo,1973:7). Dalam mempertimbangkan
fungsi-fungsi keluarga akan dikemukakan secara sederhana apa yang dilakukan keluarga
untuk masyarakat, ia merupakan bagian daripadanya.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Leslie (1976), bahwa fungsi keluarga adalah:
1. Memelihara fungsi biologis para anggota kelompok
2. Memelihara dan menerima para anggota baru
3. Mensosialisasi para anggota baru
4. Menghasilkan dan membagi-bagikan barang-barang dan jasa
5. Memelihara ketertiban dan melindungi para anggota
6. Memelihara makna dan motivasi untuk kegiatan kelompok.

2.3 Tipe Sosialisasi


Dibawah ini merupakan tipe sosialisasi yang terbagai menjadi 2 bagian yaitu :
1. Sosialisasi Formal: Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang
berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di
sekolah dan pendidikan militer.
2. Sosialisasi Non Formal: Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam
pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama
anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

Kedua sosialisasi sosialisasi formal dan informal masih mengarah ke pertumbuhan


pribadi anak agar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya.
Dalam lingkungan formal seperti sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman-teman
sekolah dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolah. Dalam interaksi tersebut, ia
mengalami proses sosialisasi. dengan proses soialisasi, siswa akan dibuat sadar akan peran
apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk
menilai dirinya sendiri. Sebagai contoh, jika saya termasuk anak yang baik dan teman-teman
atau tidak? Apakah perliaku Aku sudah tidak pantas atau tidak? Meskipun proses sosialisasi

7
dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit dipisahkan karena
individu biasanya menerima sosialisasi formal dan informal pada waktu yang sama.

2.4 Pola dan Proses Sosialisasi

Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola sosialisasi sosialisasi represif dan
partisipatoris :

1. Sosialisasi represif (sosialisasi represif) menekankan penggunaan hukuman


terhadap kesalahan.
2. Fitur lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi
dalam hukuman dan ganjaran. Penekanan pada kepatuhan dari anak-anak dan
orang tua.

Penekanan pada komunikasi satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan
terletak pada sosialisasi orang tua dan keinginan orang tua dan peran keluarga sebagai
significant other. Sosialisasi partisipatif (sosialisasi partisipatif) adalah pola di mana anak
berperilaku baik dihargai pada saat itu. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik.
Dalam proses sosialisasi anak diberikan kebebasan. Penekanan ditempatkan pada interaksi
verbal dan sosialisasi komunikasi pusat anak-anak dan kebutuhan anak-anak. Keluarga
menjadi lebih umum.

2.5 Agen Sosialisasi


Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi.
Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu (1) keluarga (pendidikan in-formal), (2)
kelompok pergaulan, teman bermain (pendidikan non-formal), (3) lingkungan sekolah
(pendidikan formal), dan (4) media massa. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi
berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin
saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain.
Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan
menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya
dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila
pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau
selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani
oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang
berlainan.
1. Keluarga (Pendidikan In-formal)

8
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama
dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan
diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu
rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman,
dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah
padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar
anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang
merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter).
menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada
tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya
terutama orang tuanya sendiri.
2. Kelompok Pergaulan, Teman Bermain (Pendidikan Non Formal)
Kelompok pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan
manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula
memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh
teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan
dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi
dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman,
dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara
mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh
sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur
peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai
keadilan.
3. Lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca,
menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan
mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan
kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari
orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian
besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
4. Media Massa.

9
Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh Yang
termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media
sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.Contoh:

 Penayangan acara Smack Down! di televisi diyakini telah menyebabkan


penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.

 Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan


gaya hidup masyarakat pada umumnya.

 Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv,
didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari
media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah
mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya
perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.

2.6 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian


Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”yang berasal dari
bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare”(menembus). Person biasanya dipakai oleh
para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan
karakter pribadi tertentu, sedang personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan
melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran
manusia tertentu. Jadi persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi
dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
Adapun beberapa definisi istilah itu sebagai berikut :
1. Menurut ahli sosiologi yang bernama Theodore R Newcombe kepribadian ialah
organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap
prilaku.
2. Menurut Roucek dan Warren kepribadian adalah organisasi faktor-faktor sosiologis,
psikologis, dan biologis yang didasari oleh prilaku individu.
3. Kepribadian menurut Koentjaraningrat (1996) adalah susunan unsur-unsur akal dan
jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu (yang berada pada
setiap individu). Dalam bahasa populer kepribadian berarti seorang individu yang
memiliki suatu identitas yang khas.

10
Kepribadian merupakan organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis, yang
unsur-unsurnya adalah
a. Pengetahuan. Pengetahuan merupakan unsur yang mengisi akal-pikiran seseorang yang
sadar, merupakan hasil dari pengalaman inderanya atau reseptor organismanya. Dengan
pengetahuan dan kemampuan akalnya manusia menjadi mampu membentuk konsep-
konsep, persepsi, idea atau gagasan-gagasan.
b. Perasaan. Kecuali pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai
macam perasaan, yaitu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilainya sebagai positif atau negatif. Perasaan bersifat subjektif dalam
diri manusia dan mampu menimbulkan kehendak-kehendak.
c. Dorongan naluri (drive). Naluri merupakan perasaan dalam diri individu yang bukan
ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuannya, melainkan sudah terkandung dalam
organisma atau gennya.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian, antara lain:
1. Warisan biologis (misalnya bentuk tubuh, apakah endomorph/gemuk bulat,
ectomorph/kurus tinggi, dan mesomorph/atletis. Dari beberapa penelitian diketahui
bahwa mesomorph lebih berpeluang melakukan tindakan-tindakan, termasuk
berperilaku menyimpang dan melakukan kejahatan)

2. Lingkungan fisik/alam (tempat kediaman seseorang, apakah seseorang berdiam di


pegunungan, dataran rendah, pesisir/pantai, dst. akan mempengaruhi kepribadiannya)

3. Faktor lingkungan kultural (Kebudayaan masyarakat), dapat berupa:

a. Kebudayaan khusus kedaerahan atau etnis (Jawa, Sunda, Batak, Minang, dst.)

b. Cara hidup yang berbeda antara desa (daerah agararis-tradisional) dengan kota
(daerah industri-modern)

c. Kebudayaan khusus kelas sosial (ingat: kelas sosial bukan sekedar kumpulan
dari orang-orang yang tingkat ekonomi, pendidikan atau derajat sosial yang
sama, tetapi lebih merupakan gaya hidup)

d. Kebudayaan khusus karena perbedaan agama (Islam, Kristen, Katholik,


Hindu, Budha, dan lain-lain)

e. Pekerjaan atau keahlian (guru, dosen, birokrat, politisi, tentara,


pedagang,wartawan)

11
4. Pengalaman kelompok (lingkungan sosial): dengan siapakah seseorang bergaul dan
berinteraksi akan mempengaruhi kepribadiannya
5. Pengalaman unik (misalnya sensasi-sensasi ketika seseorang dalam situasi jatuh cinta)

2.7 Pengaruh Lingkungan keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak


Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tetang nilai-
nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor
yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang
sehat. F.J. Brown dalam Syamsu (2000: 36) mengemukakan bahwa ditinjau dari sudut
pandang sosiologi, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu a) dalam arti luas,
keluarga meliputi semua pihak yang berhubungan darah atau keturunan yang dapat
dibandingkan dengan ―clan‖ atau marga; b) dalam arti sempit, keluarga meliputi orang
tua dan anak.
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan
insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan
pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya
memenuhi kebutuhan individu, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang
tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun
sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan
harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri
(self actualization). Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh
apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah
memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan
yang baik di antara anggota keluarga.

2.8 Kendala-Kendala Sosialisasi


Dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan hal ini karena 1)
terjadinya kesulitan komunikasi 2) adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau
bertentangan. Setiap individu harus berusaha menyesuaikan diri semaksimal mungkin
dengan tuntutan lingkungannya, sebab kegagalan dalam proses sosialisasi menyebabkan
gangguan kejiwaan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu dalam masyarakat dapat

12
timbul sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, teknologi maju, dan lain sebagainya.
Maka pandai-pandailah untuk menanggapi hal-hal tersebut dengan penuh kebijaksanaan,
sehingga kehidupan sosial kita dapat seirama dengan kondisi dan tuntunan masyarakat.
Secara sederhana, sosialisasi yang sukses adalah bila disertai dengan toleransi yang tulus
(hidup berdampingan secara damai) melalui jiwa bertepa diri (tepa slira), disiplin dan
patuh terhadap norma-norma masyarakat, saling hormat-menghormati, dan harga
menghargai.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosialiasi merupakan cara belajar atau suatu proses akomodasi dan yang terkenali
adalah nilai-nilai, norma-norma, ide-ide atau gagasana, pola-pola tingkah laku dan adat
istiadat serta keseluruhannya diwujudkan dalam kepribadiannya. Keseluruhannya itu
merupakan segala aspek dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan
sosialisasi yang percaya diri atau kegagalan sosialisasi. Sosialisasi primer merupakan
sosialisasi pertama yang dijalani oleh seseorang pada saat masih anak-anak, dan juga
untuk sosialisasi ini menjadi pintu bagi seseorang untuk bisa memasuki keanggotaan di
dalam suatu masyarakat Sosialisasi sekunder merupakan sosialisasi yang selanjutnya
dilakukan oleh tiap-tiap individu. Sosialisasi sekunder ini akan memperkenalkan individu
mengenai cakupan yang lebih besar yakni lingkungan masyarakat.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
pribadi anak. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi
kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya
dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya
memenuhi kebutuhan individu, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau
hambatan hal ini karena 1) terjadinya kesulitan komunikasi 2) adanya pola kelakuan
yang berbeda-beda atau bertentangan.

3.2 Saran
Penulis sangat menyarankan kepada para pembaca untuk dapat bersosialisasi dengan
baik sesuai dengan lingkungannya. Dengan sosialisasi yang baik terbentukla kepribadian
yang baik pula.

14
DAFTAR PUSTAKA

Subadi Tjipto. 2008. Sosiologi. Surakarta: BP-Fkip UMS


https://pendidikan.co.id/pengertian-sosialisasi-tujuan-macam-fungsi-media-dan-contohnya/
https://www.academia.edu/36214240/MAKALAH_SOSIOLOGI_PEMBENTUKAN_KEPRI
BADIAN_docx
https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-sosialisasi-dan-kepribadian.html?m=1
https://tikwidwir.wordpress.com/2015/12/15/sosialisasi-untuk-membentuk-kepribadian/

15

Anda mungkin juga menyukai