Anda di halaman 1dari 17

Reformasi

TRAGEDI TRISAKTI

mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi yang menerpa Asia Timur.
Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan di mana-mana. Ketidakpuasan
terhadap pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi juga meningkat. April 1998 segera setelah
Suharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa dari berbagai Universitas di seluruh tanah air
menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif
pemerintah untuk mengatasi krisis. Ini adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa Indonesia meneriakkan
aspirasi rakyat dan dipukuli karena dianggap menimbulkan kekacaun.

Gerakan Mahasiswa di Indonesia

(12 mei 1998-17 desember 1998)

10 Mei 1998

Mahasiswa 2: Hei Hei .. (memasuki halaman Universitas dengan lari tergopoh-gopoh)

Ketua dan lain-lain sedang mendiskusikan tugas di halaman

Mahasiswa 1: Ada apa? Kenapa kau berlari seperti itu?

Mahasiswa 2: Hosh hoshhh. Aku baru saja melihat televisi di warung depan. Suharto terpilih lagi menjadi
presiden!

Mahasiswa 1: Benar begitu?!

Mahasiswa 2: Iya.

Mahasiswa 3: Gila! Ini benar-benar situasi rumit! Kawan, sudah lelah kita dipimpin oleh pemerintahan
kolot seperti dia!!! Hah! Aku benar-benar tak habis pikir!

Ketua: Suharto dipilih lagi oleh para perut besar itu?! Ya Allah! Ini benar-benar sudah menyalahi aturan.
Kita harus segera berontak!!

Mahasiswa 1: Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Ketua: Tidak ada cara lain lagi.


Mahasiswa 2: Sejujurnya , kita lelah dengan semua ini. Pemerintah yang tak pernah memperhatikan
nasib rakyat di berbagai wilayah menjadi bukti. Saya merasa kasihan melihat mereka. (tatapan muka
sedih)

Hery: Itu benar. Kita harus segera berontak!

Ketua: Siapkan poster dan perlengkapan lainnya kecuali senjata tajam. Tanggal 12 mei nanti kita semua
berkumpul di halaman Universitas ini untuk berdemo. Apa yang kita lakukan nanti yang pasti untuk
masa depan Indonesia.

Hafidhin: Kenapa tidak boleh membawa senjata tajam?

Ketua: Niat kita hanya untuk berdemo, bukan untuk membunuh. Kita hanya menyampaikan aspirasi
untuk meruntuhkan rezim kakek tua biadab itu.

Hafidhin: Oke. Nanti aku, Elang, Hery, dan Hendriawan Sie akan mempersiapkan poster.

Ketua: Baiklah. Dan untuk mahasiswa lain, hubungi anak-anak dari Universitas di seluruh Indonesia
untuk melakukan demonstrasi bersama.

Seluruh mahasiswa: Baik.

11 Mei 1998

Saat mentari belum sepenuhnya bangun dari peraduan, seluruh mahasiswa Trisakti sudah berkumpul di
halaman kampus. Poster-poster dan suara-suara mahasiswa yang dituangkan dalam tulisan tangan
rapuh menjadi saksi bisu kekecewaan mahasiswa kepada para wakil rakyat. Tujuan mereka hanya satu.
Mereka hanya ingin membangun Negara Indonesia menjadi Negara demokrasi.

Mahasiswa 3: Selamat pagi semuanya.

Mahasiswa: Pagi.

Mahasiswa 1: Sesuai dengan perjanjian kemarin, kita semua berkumpul di halaman Universitas ini untuk
berdemo menuntut agar Suharto turun dari kursi pemerintahan.

Mahasiswa 2: Ya, demo yang kita lakukan ini bukan untuk aksi sepele. Hari ini masa depan bangsa ada di
tangan kita semua.

Ketua: Apapun hasil yang telah kita capai, yang pasti kita hanya ingin keselamatan. Apakah kalian semua
siap untuk berdemo?! Apakah kalian semua siap untuk masa depan bangsa?! Apakah kalian siap untuk
mengorbankan nyawa kalian, jika terjadi sesuatu?!

Mahasiswa: Siap!!!
Hery: Bagaimana dengan perlengkapaan yang dibutuhkan?

Hafidhin: Seluruh bahan perlengkapan sudah siap.

Ketua: Bagus. Kita tinggal meminta izin kepada aparat untuk berdemo. Ayo!

Hendriawan: Ayo. Kita berdua saja.

……………………………

Hendriawan: Pak, maaf menggangu waktu bapak. Kedatangan kami kemari untuk meminta izin bapak
untuk berdemo di halaman gedung MPR.

Aparat 1: Apa? Bukankah Kepala Universitas Trisakti sudah mengatakan, bahwa kalian hanya boleh
berdemonstasi di halaman Universitas saja.

Ketua: Iya sudah. Kami sudah mendengar penjelasan dari bapak Kepala Universitas. Tapi ini masalah Hak
asasi manusia pak. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi kami. Kami hanya ingin berdemo di depan
gedung MPR agar para wakil rakyat bisa langsung mendengar kami! Kami tidak ingin dikekang!

Aparat 2: Sesuai anjuran atasan kami, kalian hanya boleh berdemo di halaman Universitas. Tidak boleh
melanggar lebih dari itu. Atau kalian akan tahu akibatnya nanti.

Hafidhin: Apapun yang akan bapak nyatakan, kami akan membantah jika hal itu memaksa kami untuk
melakukan sesuatu. Kita lihat saja besok.

12 Mei 1998

(Halaman gedung MPR)

Ketua: NIAT KAMI BAIK UNTUK MENYAMPAIKAN ASPIRASI!

Mahasiswa 2 (diikuti oleh mahasiswa lain): TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO
SEKARANG JUGA!

Aparat 1: Jika mahasiswa bertindak lebih dari ini, kita harus cepat melakukan sesuatu. (berbisik kepada
kawannya)

Aparat 2: Iya. Komandan juga menyatakan hal yang sama.

Ketua: KAMI INGIN BERDEMO DI DEPAN GEDUNG MPR!

Aparat 1: Apa yang akan menjadi tanggung jawab kami akan terus kami emban. Kalian tetap tidak boleh
berdemo di depan gedung MPR.
Hery: Maafkan kami, jika kami membantah bapak pelindung masyarakat!

Ketua: Siap-siap bergerak kawan! Insyaallah kita bisa mewujudkan reformasi! Apa yang kita lakukan hari
ini untuk masa depan Indonesia! Untuk anak cucu kita! Panjatkan doa dalam hati! Jangan takut! Ada
Tuhan di samping kita! MAJU!!!

DUAR DUARR DDUARRR DUARRRR (tembakan dari aparat menjadi pembuka demonstrasi mahasiswa)

13 Mei 1998

(Di dalam Istana Negara)

Suharto: Sebelumnya assalamualaikum wr. wb (dijawab salam). Terima kasih atas kedatangan anda
disini. Tujuan saya untuk mengumpulkan para menteri, tokoh masyarakat, dan para ulama adalah untuk
membantu saya dalam mempertahankan pemerintahan 5 tahun mendatang. Pastinya kita semua tahu
bahwa para mahasiswa telah berdemo di halaman gedung MPR untuk menurunkan saya dari jabatan
presiden. Apa yang mereka sebut dengan korupsi,kolusi,nepotisme dan lain-lain ini tidak sepenuhnya
benar. Buktinya banyak masyarakat mayoritas mengatakan bahwa dalam pemerintahan saya, mereka
sejahtera. Nah,yang saya inginkan adalah mendapat dukungan dari anda sekalian. Karena anda adalah
orang-orang terpercaya yang saya pilih untuk tetap mendampingi saya.

(hening sejenak)

Suharto: (tersenyum kecil) Sudah saya duga, pasti anda sekalian tetap mendukung saya untuk
pemerintahan mendatang.

Ulama: Maaf, kami tidak dapat mendukung bapak. Bukan saya membela mahasiswa, tapi ini masalah
hati nurani. Saya rela jika saya dibunuh setelah ini. (sambil menundukkan kepalanya)

Tokoh masyarakat: Kami juga. Banyak masyarakat dan mahasiswa mengadu kepada saya bahwasannya
mereka menginginkan pemerintahan bapak turun. (menundukkan kepala)

Suharto: Apa?! (Pak Suharto memijit kepalanya yang terasa pusing)

Menteri: Kami juga sudah membuat keputusan pak.

Suharto: Saya yakin kalian akan membantu saya untuk meyakinkan mahasiswa bahwa saya tidak seperti
apa yang mereka kira selama ini.

Menteri: Saya dan 13 kementerian lain akan mengundurkan diri. Terima kasih. (menteri meninggalkan
ruang utama)

(suasana penuh ketegangan)


Tokoh masyarakat dan ulama: Terima kasih pak. Kami permisi dahulu.

Suharto:Ajudan! (dengan wajah penuh amarah)

Ajudan: Siap!

Suharto: Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apakah saya benar-benar harus mengundurkan diri?!!

Ajudan: Ti..tidak ada jalan lain pak. (dengan wajah penuh kecemasan dan gugup)

Suharto: Saya bahkan baru menjabat presiden bulan lalu.

Ajudan: …..

Suharto: Namun, jika saya terus menjalankan roda pemerintahan siapa yang akan membantu saya?. 14
kementerian sudah mengundurkan diri. Apa saya harus mengangkat para menteri yang baru?. Bahkan,
saya tidak memecat mereka. Ini keputusan yang sangat sulit.

Ajudan: Bapak Presiden yang terhormat, jika saya boleh memberi saran, bapak ikuti saja kemauan
mahasiswa, selain untuk kebaikan bapak yang saya lihat akhir-akhir ini sering lelah , keputusan bapak
pasti dapat membuat mereka mematahkan persepsi bahwa bapak tidak seperti apa yang mereka
pikirkan. Lagipula, bukankah ada bapak B.J.Habibie yang nantinya akan menggantikan bapak?

Suharto: BRAKKK! (memukul menja) Jadi kau membela para mahasiswa tengik itu?!

Ajudan: B..Bukan begitu p..pak. Maaf.. maafkan saya. (membungkuk beberapa kali)

Suharto: Saya masih belum rela melepas jabatan saya sebagai kepala Negara dan pemerintahan. (nada
bicaranya melunak). Saya tidak ikhlas jika Negara Indonesia yang kaya raya ini jatuh ke tangan
B.J.Habibie. (memijit kepalanya). Para mahasiswa itu memang pantas dibunuh!!

14 Mei 1998

DUARRR DUARRRRR

Mahasiswa banyak berjatuhan. Mereka mati syahid dalam membela kebenaran. Pemimpin dari aksi
demonstrasi ini menghampiri salah seorang mahasiswa yang masih saja mengumandangkan suara-suara
anak bangsa.

Mahasiswa 1: SUARA-SUARA RAKYAT DIBUNGKAM PELURU! PARA DOSEN MERASA SEAKAN TEMBOK
BERISI WAJAH-WAJAH TNI! DAN, AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA DIJEGAL DENGAN TANK-TANK BESI!
BANGKITLAH KAWANKU! AYO KITA MAJU! MERDEKA!
Mahasiswa: Merdeka!!! (Satu Nusa Satu Bangsa’s Song)

Ketua: Berapa banyak korban terlukan dan tewas?

Mahasiswa 1: Ratusan.

Ketua: Dimana mereka dirawat?

Mahasiswa: Di Rumah Sakit Sumber Waras. Mereka sedang mendapat perawatan. Hery,
Hafidhin,Elang,dan Hendriawan juga salah satunya.

Ketua: Lanjutkan perjuangan kawan! Saya akan menengok keadaan mereka.

Seluruh Mahasiswa: TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN


SUHARTO SEKARANG JUGA!!

……………………………………………………………………

(Di dalam gedung MPR)

Suharto: Untuk memperhatikan ketentuan pasal 8 dengan itu saya memutuskan untuk menyatakan
berhenti. Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, posisi presiden akan digantikan oleh wakilnya.

Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!!! (mahasiswa bersorak-sorai setelah Suharto turun dari jabatannya)

B.J.Habibie: Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden RI dengan sebaik-baiknya.

Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!

Mahasiswa 1: Yang mau tolak Habibie tepuk tangan (prok prok prok) 3X

Mahasiswa 2: Habibie pun tak luput dari tindak KKN! BELIAU JUGA MELAKUKAN KKN! APA KITA INGIN,
BANGSA KITA DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN KKN?!

Ketua: Sumpah mahasiswa Indonesia! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Bertanah air satu! Tanah
air tanpa penindasan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbangsa satu! Bangsa penuh keadilan!
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbahasa satu! Bahasa tanpa kebohongan! Hidup rakyat!!
HIDUP RAKYAT!!!

(Kembali ke mahasiswa 1 dan mahasiswa 2)

Ketua: Negeri ini dikuasai oleh fasis, militer yang sewenang-wenang menginjak-injak hak rakyat,
menginjak-injak kita semua. ABRI! ABRI! Tugasnya dwifungsi! Harusnya melindungi rakyat kini tak
ubahnya seperti NAZI! Tidak ubahnya seperti fasis Itali!!. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Tidak
berguna. Bubarkan saja (song)
20 Mei 1998

Seminggu kemudian mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR tanpa perlawanan berarti dari
aparat keamanan.

DUARRR DUARRRRR

Ketua: Hari ini kita berhasil menduduki gedung MPR. Namun, selain membawa berita menggembirakan
ini, ada hal lain yang tak kalah menyedihkan. Ke empat sahabat baik kita Hery, Hafidhin,Elang,dan
Hendriawan meninggal di rumah sakit Sumber Waras karena tertembak peluru karet. Kemarin, setelah
saya sampai di rumah sakit, tubuh mereka sudah tertutupi selimut. Mari kawan kita doakan mereka di
hari Kebangkitan Nasional ini. Kawan, kita lanjutkan perjuangan yang telah mereka bayar dengan nyawa.
Kita harus bisa bangkit! Jangan takut untuk mati! Ingatlah, bawa Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di
sisi kalian! MERDEKA!!

(Indonesia Raya’s song)

28 Oktober 1998

Komandan: Sersan.

Aparat 2: Siap!

Pemimpin: Kerahkan seluruh serdadu untuk menghadapi demonstrasi mahasiswa.

Aparat 2: Siap!

Komandan : Siapkan juga ribuan peluru karet yang persediaannya semakin menipis.

Aparat 2: Siap!

Dalam pandangan pihak militer, anak-anak kelas menengah Indonesia ini adalah musuh Negara
yang tidak bisa diatur. Di dalam gedung MPR tengah dilaksanakan Sidang Istimewa, namun
beranggotakan era Suharto yang semakin membuat mahasiswa geram.

Mahasiswa: Pasti menang!! Pasti menang! Lawan, lawan,lawan dan menang! Kita semua pasti kan
menang!!!!!

(Di dalam gedung MPR)


Ketua MPR: Untuk membahas persiapan pemilu tahun 1999, Sidang Istimewa MPR dibuka!!

(seluruh peserta bertepuk tangan!!)

(Halaman MPR)

Ketua: Sia-sia pengorbanan kami, dibunuh, ditembaki semuanya jika pemerintah tetap tidak menaruh
perhatian seinci pun pada kami.

(Gugur Bunga’s song)

Ketua: Ucapan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah!!! Kami benci! Kami benci terhadap siapapun
yang tidak diajari untuk menghargai pendapat orang lain! Kami dibunuh! Kami ditembaki!!

(Satu Nusa Satu Bangsa’s song)

12 November 1998

Ketua: Siapkan bus-bus umum untuk mengangkut mahasiswa lain ke halaman gedung MPR. Besok hari
terakhir Sidang Paripurna.

Mahasiswa: Baik.

13 November 1998

Sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun ke jalan. Pada hari ini mahasiswa berusaha
menembus garis batas 2 km dari gedung MPR dan harus menghadapi pemukulan yang semakin kerap
dan brutal. Malam semakin larut, tembakan makin menderas dan korban semakin berjatuhan

Ketua+Mahasiswa: PEMBUNUH!! PEMBUNUH!!!

DUARRR DARRRRR DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRR

BRUKKK

BRKKKK

BRKKKK (mahasiswa banyak yang tewas)


Aparat: Kita menang!! Kita menang!

Ayah seorang mahasiswa: Karena anak laki-laki saya terbunuh! Saya ingin mengatakan kepada kalian.
Para pejuang muda, jangan berhenti sampai disini!!!!! Lanjutkan perjuangan kalian!!

(Gugur Bunga’s song)

(Kami menang… aparat meneriakkan kami menang terus menerus)

(Mahasiswa memberikan bungaa)

21 Mei 1998

Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 WIB, Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ
Habibie disumpah menjadi Presiden ketiga RI.

BJ Habibie menjabat sebagai presiden RI pada 21 Mei 1998 menggantikan Soeharto. Di masa
pemerintahannya yang terbilang singkat 1 tahun 5 bulan, Habibie berhasil menerapkan berbagai
terobosan untuk kepentingan negara.

Kendati demikian, ia juga pernah mengalami momen pahit saat sidang MPR tahun 1999, yang kala itu
dipimpin oleh Amien Rais.

Amien Rais yang menjabat sebagai Ketua MPR menolak laporan pertanggungjawaban BJ Habibie,
lantaran dianggap tak mampu menjalankan tugas sebagai presiden.

Gejala penolakan itu sudah terlihat saat Habibie melangkahkan kaki ke ruang sidang MPR pada 14
Oktober 1999 .

Tak seperti pemimpin negara lain yang disambut hormat, ia justru mendapat sorakan ejekan dari banyak
orang di dalam ruangan.

Mendapat perlakuan seperti itu, suami Ainun lapang dada. Ia melemparkan senyuman ke peserta sidang
sembari menuju tempat duduknya.

Pun saat menyampaikan pidato berisi pertanggungjawaban presiden termasuk keberhasilannya


mengangkat ekonomi Indonesia, ia justru dibanjiri hinaan serta cemoohan dari peserta lainnya.Meski
begitu, Habibie kembali memaklumi perlakuan buruk yang ia dapat. Setelah merenung, pada 20 Oktober
1998 malam ia tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang dirasakan.alhasil, ia pamit sebagai presiden
dan memilih menepi dari kekacauan politik Indonesia.
Pemilihan umum Presiden Indonesia 1999

Pemilihan Presiden Indonesia 1999 dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
untuk masa bakti 1999-2004. Pemilihan ini dilaksanakan dalam agenda Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat 1999 pasca Pemilu Legislatif 1999. Pemilihan ini dilaksanakan dalam dua
tahap, yaitu pada tanggal 20 Oktober 1999 untuk memilih Presiden Republik Indonesia dan tanggal 21
Oktober 1999 untuk memilih Wakil Presiden Republik Indonesia. Pemilihan ini menghasilkan pasangan
Presiden Abdurrahman Wahid yang dilantik pada tanggal 20 Oktober 1999 dan Wakil Presiden Megawati
Soekarnoputri yang dilantik pada tanggal 21 Oktober 1999.

Akhir jabatan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid terjadi ketika berlangsung Rapat Paripurna MPR pada
tanggal 21 Juli 2001. Rapat tersebut dianggap sebagai Sidang istimewa MPR. Keputusan yang diambil
sidang istimewa tersebut sebagai berikut :

Presiden K.H. Abdurrahman Wahid diberhentikan secara resmi sebagai presiden berdasarkan Ketetapan
MPR No. II Tahun 2001.

MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. III tahun 2001 untuk menetapkan dan melantik Wakil Presiden
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri sebagai presiden kelima Republik Indonesia.

Pada masa pemerintahan presiden Megawati terdapat beberapa peristiwa yang mengancam keamanan
dan ketertiban. Peristiwa apakah itu?

((Janji Megawati kepada Aceh dan Papua))

Siang hari itu, pada 29 Juli 1999, di atas panggung sederhana di belakang podium kecil, Megawati berdiri
membacakan naskah pidatonya.

Belasan kamera wartawan dan ratusan pasang mata penonton berjubel menyaksikan salah satu
peristiwa terpenting dalam sejarah Indonesia: Pidato ketua partai pemenang pemilihan umum pertama
pasca-Orde Baru.
Pada satu momen, suara putri Sukarno itu parau dan menangis haru. Saat air mata mengalir di pipinya,
ia berusaha melantangkan suara: “Kepada kalian, saya akan berikan cinta saya, saya akan berikan hasil
'Arun'-mu, agar rakyat dapat menikmati betapa indahnya Serambi Mekah bila dibangun dengan cinta
dan tanggung jawab sesama warga bangsa Indonesia.”

Arun merujuk kawasan ladang gas yang dieksplorasi sejak awal dekade 1970-an. Ucapan "saya akan
berikan hasil 'Arun'-mu" adalah pengakuan terbuka bahwa Aceh tidak mendapatkan hak secara layak
dan Megawati berjanji hak itu akan diberikan.

Beberapa saat kemudian, Megawati melanjutkan lagi kata-katanya: “Begitu pula yang akan saya lakukan
buat saudara-saudaraku di Irian Jaya dan Ambon tercinta. Datangnya hari kemenangan itu tidak akan
lama lagi, saudara-saudara.”

Namun, alih-alih memberikan Arun, salah satu cadangan gas alam terbesar di bagian barat laut Aceh,
Megawati malah mengirim tentara melalui serangkaian operasi militer. Ia juga berpaling dari Irian Jaya
(pada 2001 ganti nama Papua). Sederet aktivis HAM, pejuang demokrasi, dan warga sipil di Papua tewas
selama pemerintahan Megawati.

Mulai April 2003, militer Indonesia menambah jumlah personel di Aceh. Pada dini hari 18 Mei 2003,
Megawati, yang menjabat presiden pada 2001 menggantikan Gus Dur, memberlakukan Daerah Operasi
Militer untuk enam bulan ke depan.

Sebanyak 30.000 tentara dan 12.000 polisi dikirim untuk melawan sekitar 5.000 tentara GAM. Inilah
operasi militer terbesar oleh pemerintah Indonesia sesudah reformasi. Hingga kini, sepanjang era
reformasi, belum ada operasi militer yang lebih besar dari itu.

Pemerintahan Megawati menamakan operasi militer ini dengan sebutan "Operasi Terpadu". Kata
"terpadu" merujuk keterlibatan bukan hanya komponen militer, melainkan program kemanusiaan,
penegakan hukum, dan tata kelola pemerintahan daerah.

Kendati demikian, kekerasan tak terhindarkan. Amnesty International mencatat, selama masa operasi,
sekitar 200.000 orang Aceh terpaksa tinggal di kamp pengungsian, 2.879 anggota GAM tewas sejak Mei
2003, dan 147 warga sipil meregang nyawa selama Mei 2003 - Februari 2004.

Menurut Amnesty International, pihak militer Indonesia pun gagal membedakan antara kombatan dan
non-kombatan. Kaum muda laki-laki kerap dicurigai sebagai anggota GAM dan berisiko untuk dibunuh,
disiksa, dan ditahan secara sewenang-wenang. Anggota GAM dibunuh setelah dipenjara. Kekerasan
seksual dialami perempuan.

Dalam upaya memutuskan dukungan logistik dan moral untuk GAM, pasukan keamanan memindahkan
penduduk sipil dari rumah dan desa secara paksa, melakukan serangan bersenjata dan penyisiran dari
rumah ke rumah. Warga sipil dipaksa berpartisipasi dalam macam-macam kegiatan yang mendukung
operasi militer.

Mulai April 2003, militer Indonesia menambah jumlah personel di Aceh. Pada dini hari 18 Mei 2003,
Megawati, yang menjabat presiden pada 2001 menggantikan Gus Dur, memberlakukan Daerah Operasi
Militer untuk enam bulan ke depan.

Sebanyak 30.000 tentara dan 12.000 polisi dikirim untuk melawan sekitar 5.000 tentara GAM. Inilah
operasi militer terbesar oleh pemerintah Indonesia sesudah reformasi. Hingga kini, sepanjang era
reformasi, belum ada operasi militer yang lebih besar dari itu.

Pemerintahan Megawati menamakan operasi militer ini dengan sebutan "Operasi Terpadu". Kata
"terpadu" merujuk keterlibatan bukan hanya komponen militer, melainkan program kemanusiaan,
penegakan hukum, dan tata kelola pemerintahan daerah.

Kendati demikian, kekerasan tak terhindarkan. Amnesty International mencatat, selama masa operasi,
sekitar 200.000 orang Aceh terpaksa tinggal di kamp pengungsian, 2.879 anggota GAM tewas sejak Mei
2003, dan 147 warga sipil meregang nyawa selama Mei 2003 - Februari 2004.

Menurut Amnesty International, pihak militer Indonesia pun gagal membedakan antara kombatan dan
non-kombatan. Kaum muda laki-laki kerap dicurigai sebagai anggota GAM dan berisiko untuk dibunuh,
disiksa, dan ditahan secara sewenang-wenang. Anggota GAM dibunuh setelah dipenjara. Kekerasan
seksual dialami perempuan.

Dalam upaya memutuskan dukungan logistik dan moral untuk GAM, pasukan keamanan memindahkan
penduduk sipil dari rumah dan desa secara paksa, melakukan serangan bersenjata dan penyisiran dari
rumah ke rumah. Warga sipil dipaksa berpartisipasi dalam macam-macam kegiatan yang mendukung
operasi militer.

Mulai April 2003, militer Indonesia menambah jumlah personel di Aceh. Pada dini hari 18 Mei 2003,
Megawati, yang menjabat presiden pada 2001 menggantikan Gus Dur, memberlakukan Daerah Operasi
Militer untuk enam bulan ke depan.

Sebanyak 30.000 tentara dan 12.000 polisi dikirim untuk melawan sekitar 5.000 tentara GAM. Inilah
operasi militer terbesar oleh pemerintah Indonesia sesudah reformasi. Hingga kini, sepanjang era
reformasi, belum ada operasi militer yang lebih besar dari itu.

Pemerintahan Megawati menamakan operasi militer ini dengan sebutan "Operasi Terpadu". Kata
"terpadu" merujuk keterlibatan bukan hanya komponen militer, melainkan program kemanusiaan,
penegakan hukum, dan tata kelola pemerintahan daerah.
Kendati demikian, kekerasan tak terhindarkan. Amnesty International mencatat, selama masa operasi,
sekitar 200.000 orang Aceh terpaksa tinggal di kamp pengungsian, 2.879 anggota GAM tewas sejak Mei
2003, dan 147 warga sipil meregang nyawa selama Mei 2003 - Februari 2004.

Menurut Amnesty International, pihak militer Indonesia pun gagal membedakan antara kombatan dan
non-kombatan. Kaum muda laki-laki kerap dicurigai sebagai anggota GAM dan berisiko untuk dibunuh,
disiksa, dan ditahan secara sewenang-wenang. Anggota GAM dibunuh setelah dipenjara. Kekerasan
seksual dialami perempuan.

Dalam upaya memutuskan dukungan logistik dan moral untuk GAM, pasukan keamanan memindahkan
penduduk sipil dari rumah dan desa secara paksa, melakukan serangan bersenjata dan penyisiran dari
rumah ke rumah. Warga sipil dipaksa berpartisipasi dalam macam-macam kegiatan yang mendukung
operasi militer.

Susilo Bambang Yudhoyono

Menjabat sebagai presiden selama dua periode (2004-2014)

Jokowi dodo

demo serentak 23 september 2019

Rencana pemerintah merevisi UU KUHP dan UU KPK mendapat kecaman dari berbagai pihak, karena
beberapa pasal yang dianggap tidak layak.

Siang ini Presiden BEM UI dan kawan kawan mengadakan rapat.

Presiden BEM UI :" Kita harus turun kejalan, melihat Pemerintah semakin memojokan rakyat melalui
RKUHP, UU KPK, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, Kriminalisasi Aktivis di berbagai sektor, dan
ketidakseriusan pemerintah dalam menangani isu lingkungan dan RUU P-KS yang tak kunjung disahkan”
''

Mahasiswa. : "Benar,bisa kacau jika kita diam saja"

Presiden BEM UI : " Hubungi anak-anak dari Universitas di seluruh Indonesia untuk melakukan
demonstrasi bersama''
Mahasiswa : Baik

23 september 2019

Seluruh mahasiswa di indonesia melakukan demo serentak,menyampaikan aspirasinya di depan gedung


DPR.

Yel-yel 'revolusi' dan 'turunkan tirani' menggema tepat di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto,
Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019). Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergerak. Mereka
menolak aturan yang dianggap tidak pro-rakyat.

Aturan yang digugat adalah RUU Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP) dan UU KPK.
Demonstrasi digelar sehari sebelumnya, namun kemarin adalah puncaknya. Para mahasiswa mengepung
gedung parlemen, bahkan membludak hingga ke Tol Dalam Kota yang melintang di depan Gedung DPR
RI.

Akibatnya, arus kendaraan di jalan tol dalam kota dari arah Pancoran menuju Slipi hanya diberlakukan
satu lajur. Macet berat. Polisi mencoba membubarkan aksi dengan menyemprotkan air dari mobil water
cannon, juga melontarkan gas air mata.

Sejumlah orang dilaporkan luka-luka, dari pihak demonstran, aparat, juga wartawan yang sedang
melakukan tugas jurnalistik.

Tak hanya di ibu kota, aksi mahasiswa juga berlangsung di sejumlah wilayah di Tanah Air sejak Senin 23
September 2019. Termasuk di Bandung, Solo, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Malang, Medan, dan
lainnya.

Mayoritas mengenakan jas almamater, mahasiswa di sejumlah daerah berdemonstrasi di depan gedung
dewan. Dengan tuntutan serupa. Beberapa diwarnai rusuh tatkala para pendemo bentrok dengan
aparat yang berjaga.

Di Semarang, Jawa Tengah, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di meminta Gubernur Ganjar
Pranowo menandatangani kertas berisi tuntutan para pendemo.

Di Makassar, Sulawesi Selatan, demo mahasiswa gabungan dari sejumlah perguruan tinggi negeri dan
swasta awalnya berjalan kondusif. Para demonstran melakukan long march dari kampus masing-masing
menuju Flyover dan berakhir di Gedung DPRD Sulsel.
Aksi bakar ban di kubu demonstran dan semprotan water cannon dari pihak aparat kemudian berujung
bentrok.

Sementara itu di Palembang, ribuan mahasiswa gabungan se-Sumatera Selatan juga memblokade Jalan
POM IX di depan gerbang Gedung DPRD. Turunnya hujan tidak menyurutkan niat mereka untuk
berunjuk rasa.

Di Yogyakarta, demo mahasiswa tergabung dalam Aliansi Masyarakat Bergerak terpusat di pertigaan
Jalan Colombo mulai Senin 23 September 2019. Panggilan agar mahasiswa ikut demo muncul di media
sosial dengan tagar #GejayanMemanggil.

Tak hanya mahasiswa dari Jakarta yang menggelar aksi di depan gedung DPR RI. Massa juga datang dari
daerah lain. Termasuk dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah yang mengaku sempat
ditilang polisi sebelum masuk ibu kota.

"Keadilan sosial sudah tidak ada untuk masyarakat," kata salah satu mahasiswa Unnes, yang tak mau
disebut namanya, di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Selasa (24/9/2019).

Di tengah kepungan para demonstran, DPR pada Selasa 24 September 2019, menyetujui permintaan
Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menunda pengesahan empat rancangan undang-undang, yakni
RUU KUHP, RUU Pemasyarakatan, RUU Minerba, dan RUU Pertanahan.

Ketua DPR Bambang Soesatyo mengatakan, melalui Badan Musyawarah (Bamus) pada 23 September
2019, dan forum lobi, DPR sepakat untuk menunda pengesahan RUU KUHP dan RUU Pemasyarakatan.
DPR dan pemerintah memiliki waktu untuk mengkaji dan sosialisasi RUU tersebut agar diterima
masyarakat.

Sementara, RUU Minerba dan RUU Pertanahan masih dalam pembahasan tingkat pertama dan belum
sampai ke pengambilan keputusan
"Karena ditunda, maka DPR RI bersama pemerintah akan mengkaji kembali pasal per pasal yang
terdapat dalam RUU KUHP, khususnya yang menjadi sorotan publik. Sambil juga kita akan gencarkan
kembali sosialisasi tentang RUU KUHP. Sehingga, masyarakat bisa mendapatkan penjelasan yang utuh,
tak salah tafsir, apalagi salah paham, menuduh DPR RI dan pemerintah ingin mengebiri hak-hak rakyat,"
ujar Bamsoet

Pemeran :

1.Soeharto : Robi

2.Habibie : Rizki Okta

3.Ajudan : Yasmin

4.perwakilan menteri. : Vivi

5.perwakilan ulama :Rifaldy

6.Tokoh masyarakat : Yunita

7.Mahasiswa 1 : Riska

8.Mahasiswa 2: Nazlyna

9.Mahasiswa 3: Nurul

10.Mahasiswa 4: Aisyah

11.Hery :Reynaldy

12.Hafidin : Syarif

13.Elang : Iqbal

14.Hendriawan: Putra

15.Ketua : Rido

16.Aparat 1: Hafiz

17.Aparat 2: Rahil

18.Komandan : Khori

19Ketua MPR: Veren

20.Gusdur : Reza
21.Megawati : Shanya

22.SBY : Rizqi D

23.Jokowi: Sandi

24. BEM UI : Repin

Anda mungkin juga menyukai