Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD)

YULI WINARTI
(20149011126 )

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing: Ns, Sutrisari Sabrina Nainggolan
S.Kep M.KesM Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN DBD

A. Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti
betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006). Demam
berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypti.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak,
disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian
(Amin & Hardi, 2013).
B. Penyebab
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses) artinya virus yang
ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti (betina). Infeksi yang
pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri
otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3
serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap
serotype yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama hidupnya.Keempat serotype virus dengue
dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sujono, 2010).
C. Manifestasi klinik
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
4. Trombositopenia <100.000/ul
5. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
6. Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
7. Sakit kepala
8. Pembengkakan sekitar mata
9. Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
10. Tanda – tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah
menurun,gelisah, capillary refill lebih dari dua detik.
D. Klasifikasi
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopenia, dan hemokosentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang
disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
E. Patofiologi
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan
dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan
Rita Yuliani, 2006).
F. Pathway
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia
(100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
3. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
Ø Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah
atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai
berikut :
a. 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b. 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c. 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d. 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
Ø Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
Ø Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
Ø Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
Ø Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila
ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil
lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk.
Ø Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam
dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam
pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan
nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
Ø Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah
80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10
ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas.
3. Derajat IV
Ø Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila
keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
Ø Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan
tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander
atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam.
Ø Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam.
Ø Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam
diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
Ø Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler
pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).
I. Fokus Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut
Nursalam 2005 adalah :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri
uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,
dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pola kebiasaan
Ø Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu
makan menurun.
Ø Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
Ø Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau
banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria.
Ø Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
Ø Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
Ø Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue,
keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
Ø Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
Ø Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
Ø Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
Ø Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

10. Sistem integumen


Ø Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
Ø Kuku sianosis/tidak
Ø Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade
II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi
dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade
II, III, IV).
Ø Dada: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+),
Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
Ø Abdomen: Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
Ø Ekstremitas: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
J. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,
perdarahan, muntah, dan demam.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, tidak ada nafsu makan.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
6. Resiko syok ( hipovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
7. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas
Pengkajian pada identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosa medis.
PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
Kronologi peristiwa pada saat terjadi keluhan : pasien biasanya mengeluh demam, nyeri pada
kepala, lemas , mual muntah
2. NUTRION

Pada klien dengan DBD sering terjadi penurunan berat badan dan kehilangan nafsu
makan
3. ELIMINATION

Tidak ada masalah


4. ACTIVITY/REST
Biasanya merasa lemah, lelah tidak ber tenaga , perubahan aktifitas, perubahan ketahanan
tubuh.

5. PERCEPTION/COGNITION
tidak ada masalah

6. SELF PERCEPTION

Pasien dengan DBD biasanya merasa cemas


7. ROLE RELATION

Tidak ditemukan masalah


8. SEXUALITY

Tidak dilakukan pemeriksaan.


9. COPING/STRESS TOLERANCE

Tidak ada masalah

10. LIFE PRINCIPLE


Tidak ada masalah
11. SAFETY/PROTECTION
Tidak di temukan masalah
12. COMFORT
Pada pasien DBD biasanya biasanya terjadi nyeri pada kepala,rasaaanya seperti ditusuk-
tusuk yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan kesulitan dalam aktivitas
13. GROWTH/DEVELOPMENT
Tidak dilaakukaan pemeriksaan
v Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Noc Nic


o
1 Hipertermia berhubungan 1. Termolegulasi; 1. Kaji ketepatan jenis pakaian
dengan proses infeksi virus keseimbangan antara 2. Pantau warna kulit dan suhu
produksi panas, 3. Pantau hidrasi (turgot kulit,
peningkatan panas dan kelembaban membran mukosa)
kehilangan panas 4. Monitor TTV
2. TTV dalam batas normal 5. Hentikan aktivitas fisik
6. Pindahkan pasien ke
lingkukangan lebih dingin
7. Basahi permukaan tubuh dan
kipasi pasien
8. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
9. Anjarkan klien dan keluarga
cara mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermi
10. Berikan antipiretik
11. Berikan cairan intravena
12. Lepaskan pakaian yang
berlebihan
13. Gunakan waslap dingin pada
aksila
14. Anjurkan asupan cairan
sedikitnya 2 liter
2 Defisit volume cairan 1. Mempertahankan urine 1. catatan intake dan output yang
output sesuai dengan usia akurat
berhubungan dengan dan BB,BJ urine 2. Monitor status hidrasi
peningkatan permeabilitas normal,HT normal ( kelembaban membrane
2. Tekanan darah,nadi dan mukosa, nadi adekuat, tekanan
kapiler , perdarahan, suhu tubuh dalam batas
darah ortostatik ) ; jika
normal
muntah, dan demam 3. Tidak ada tanda diperlukan
dehidrasi,Elastisitas turgor 3. Monitor hasil lab yang sesuai
kulit baik, membrane dengan retensi cairan ( BUN,
mukosa lembab,tidak ada Hmt, osmolalitas urine )
rasa haus berlebihan. 4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan makanan atau
cairan dan hitung intake kalori
harian.
6. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
7. Kolaborasi pemberian cairan IV
Nyeri Akut b/d Agen injuri 1. Tingkat kenyamanan : 1. Lakukan pengkajian nyeri
3 fisik (DHF), viremia, nyeri tingkat persepsi positif secara komprehensif meliputi
otot dan sendi terhadap kemudahan lokasi, karakteristik, awitam
fisik psikologis durasi frekuensi, kualitas,
2. Pengendalian nyeri : intensitas ,atau keparahan
tindakan individu untuk nyeri dan factor
mengendalikan nyeri presipitasinya
3. Tingkat nyeri : keparahan 2. Monitor TTV
nyeri yang dapat diamati 3. Observasi isyarat nonverbal
atau dilaporkan ketidaknyamanan
4. Minta pasien untuk menilai
nyeri dengan skala
(1-10)
5. Pengaturan posisi yang
nyaman
6. Informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat
menungkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping
yang ditawarkan
7. Berikan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab nyeri,
8. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (relaksasi,
distraksi, terapi)
9. Kolaborasi dalam pemberian
obat
DAFTAR PUSTAKA

Amin, N.F. dan Hardhi. ( 2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC
Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Media Action publishing.
Doenges, Marilyn. E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta: EGC
North American Nursing Diagnosis Assosiation. 2001. Nursing Diagnosis: Deffinition and
Clasification, the assosiation. Philadelphia
www. nicnoc@ Harcourt.com.2000. Nursing Intervention Classification and Nursing Outcomes
Clasification.
Silvya . 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi. EGC, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Johnson, M.,et all (2002) Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
NANDA, (2012) Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Nuzulul. (2009). Askep Appendicitis. Diakses http://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-
35840-Kep%20Pencernaan Askep%20Apendisitis.html tanggal 09 Oktober 2017.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai