Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN SENI DI SEKOLAH DASAR

Sungkowo Soetopo
Dosen PGSD FKIP Universitas Sriwijaya
Email: sungkowo.soetopo@yahoo.com

Abstract: Learning the art in elementary school is not run like demands of the curriculum. At
some stage and PLPG force, of some teachers who were asked whether or not you teach the
arts in your school? Those who answered no and there is no one to answer yes. Reasoned that
they did not answer because can not, no talent, children are not interested, no experience, no
training, and no support from the school. Who answered yes to express how they teach art in
the school that is by using a handbook, based on experience, there is a special teacher, and
extracurricular activities. That is, learning the art in elementary school is not as expected
curriculum.

Keywords: learning, art

Abstrak: Pembelajaran seni di SD tidak berjalan seperti tuntutan kurikulum. Pada beberapa
tahap dan angkatan PLPG, dari beberapa guru yang ditanyai apakah Anda mengajarkan seni
di sekolah Anda? Mereka ada yang menjawab tidak dan ada yang menjawab ya. Yang
menjawab tidak mereka beralasan karena: tidak bisa, tidak berbakat, anak-anak tidak
tertarik, tidak ada pengalaman, tidak ada pelatihan, dan tidak ada dukungan dari sekolah.
Yang menjawab ya mengemukakan cara mereka mengajarkan seni di sekolah yaitu dengan
cara menggunakan buku pegangan, berdasarkan pengalaman, ada guru khusus, dan kegiatan
ekstrakurikuler. Artinya, pembelajaran seni di SD memang belum seperti yang diharapkan
kurikulum.

Kata kunci: pembelajaran, seni

PENDAHULUAN menggambarkan pelaksanaan pembelajaran di


Pembaca pasti akan terperangah jika sekolahnya. Paling sedikit penulis
tulisan ini diawali dengan pernyataan penulis memperoleh gambaran pembelajaran seni di
bahwa pembelajaran seni di sekolah dasar SD di beberapa daerah dalam wilayah
(SD) tidak berjalan sesuai dengan yang Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka
diamanatkan oleh kurikulum. Belitung.
Pernyataan ini muncul dari sebuah Jika pembaca hendak membuktikan
percakapan santai pada saat rehat dengan pernyataan ini, penulis ingin mengajak
beberapa guru SD peserta PLPG dari pembaca melakukan refleksi atau lebih tepat
berbagai kota dan kabupaten yang ada di menyorotbaliki pengalaman berkesenian
Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi selama kita menjadi peserta didik di SD. Mari
Bangka Belitung. Dalam suasana santai dan kita jawab pertanyaan berikut.
tanpa terasa mereka sedang diwawancarai,
beberapa peserta secara jujur mengakui dan

25
26 JURNAL INOVASI SEKOLAH DASAR, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

a) Pembelajaran seni apa saja yang pernah informasi yang diterima dari mereka prihal
disampaikan oleh guru selama kita di pembelajaran seni di sekolah mereka.
SD? Konsep Pendidikan Seni
b) Adakah pembelajaran seni tari, jika ada, Kosep dasar pendidikan seni ada dua
sudah membuat kita pandai menari? yaitu seni dalam pendidikan dan pendidikan
c) Adakah pembelajaran seni musik, jika melalui seni (Sukarya, 2010:3.1.1.). Konsep
ada, sudah membuat kita pandai yang pertama ini bertujuan mewariskan,
bernyanyi? Adakah pembelajaran seni mengembangkan, dan melestarikan berbagai
rupa, jika ada, sudah membuat kita jenis kesenian kepada peserta didik. konsep
pandai menggambar? ini menyiapkan peserta didik menjadi tenaga
d) Adakah pembelajaran seni teater, jika ahli dalam bidang seni. Untuk itu, diperlukan
ada, sudah membuat kita pandai guru yang benar-benar menguasai bidangnya.
berakting? Konsep kedua, pendidikan melalui seni
e) Andai kata kita tidak pernah menerima , seni dipandang sebagai sarana atau alat
pembelajaran seni selama di sekolah, untuk mencapai tujuan pendidikan bukan
pertanyaan yang mungkin muncul adalah untuk tujuan seni. Konsep ini tidak
mengapa kita tidak menerima menyiapkan peserta didik menjadi seniman.
pembelajaran seni. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan
f) Andai kata kita pernah menerima ini lebih menekankan pada proses bukan
pembelajaran seni selama di sekolah, hasil. Pendidikan melalui seni menggunakan
pertanyaan yang timbul adalah seni untuk mendorong perkembangan peserta
bagaimana cara guru mengajarkan seni didik secara optimal menciptakan
kepada kita. Pertanyaan ini bermakna keseimbangan rasional dan emosional,
pengalaman berkesenian apa yang keseimbangan kinerja otak kanan dan otak kiri
diterima selama di SD dan bagaimana (periksa juga Parmadhi: 2008).
cara guru memberikan pengalaman itu Materi Pembelajaran Seni di SD
kepada peserta didiknya. Pada Kurikulum 1974 istilah mata
pelajaran kesenian yang sebelumnya mata
Tampaknya pengalaman berkesenian pelajaran menggambar dan seni suara diubah
selama kita bersekolah tidak jauh berbeda menjadi bidang studi pendidikan kesenian.
dengan pengalaman berkesenian peserta didik Kurikulum 1984 menyebut pendidikan
saat ini. Hal ini terungkap dari pengakuan kesenian menjadi pendidikan seni.
beberapa guru SD peserta PLPG yang sempat Istilah pendidikan seni diubah menjadi
penulis tanyai dengan pertanyaan tentang Kerajinan Tangan dan Kesenian disingkat
pelaksanaan pembelajan seni di sekolahnya. KTK pada Kurikulum 1994, ada yang
Pertanyaan itu adalah sebagai berikut. menyebut Kertakes. Tahun 2004, kurikulum
“Apakah Anda mengajarkan seni di sekolah disempurnakan lagi. Kurikulum 1994
Anda?” disempurnakan dengan berganti nama
Apabila mereka menjawab tidak, pertanyaan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau
akan berlanjut dengan pertanyaan berikut Kurikulum 2004 dan lebih dikenal dengan
“Mengapa Anda tidak mengajarkannya?” nama KBK.
Sebaliknya apabila mereka menjawab ya, Belum cukup dua tahun uji coba KBK,
pertanyaan berikutnya adalah: pemerintah pada tahun 2006 mengeluarkan
“Bagaimana cara Anda mengajarkannya?” kurikulum baru yang disebut Kurikulum
Berangkat dari jawaban atas pertanyaan Satuan Pendidikan (KTSP). Istilah Pendidikan
itu, penulis mencoba mengungkap beberapa Seni berubah menjadi mata pelajaran Seni
Sungkowo Soetopo, Pembelajaran Seni 27

Budaya dan terakhir sering disebut Seni disesuaikan dengan materi yang akan
Budaya dan Keterampilah (SBK). SBK dikomunikasikan oleh guru. Dalam
diberikan di sekolah karena keunikan, pembelajaran seni, materi yang bersifat
kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap informatif yang hanya menuntut tercapainya
kebutuhan perkembangan peserta didik. tujuan kognitif cukup disajikan dengan
Kebermaknaan ini terletak pada pemberian menggunakan metode ceramah. Metode yang
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan paling banyak digunakan dalam pembelajaran
berekspresi, berkreasi, dan berapresiasi. seni seharusnya adalah metode yang
Sampai sekarang, dalam Kurikulun menggiring peserta didik untuk mencapai
2013, penamaan mata pelajaran kesenian tetap tujuan pada ranah psikomotorik dan afektif.
menggunakan nama SBK. Materi Tidak ada metode yang paling baik dan
pembelajaran masih berkisar sekitar ruang tidak ada pula metode yang tidak baik.
lingkup seperti yang dikemukakan oleh Metode yang adalah metode yang digunakan
Sukarya (2010:3.3.16) sebagai berikut. sesuai dengan situasi dan kondisi yang
a. Seni rupa, mencakup pengetahuan, kondusif. Sukarya (2010:11.2.2—11.2.25)
keterampilan, dan nilai dalam menawarkan metode yang dapat digunakan
menghaslkan karya seni berupa: lukisan, untuk pembelajaran seni di SD antara lain
patung, ukiran, cetak-mencetak, dan adalah: metode ceramah, demonstrasi,
sebagainya. multimedia, slide, pameran, belajar
b. Seni musik, mencakup kemampuan untuk partisipasi, diskusi, demons trasi,
menguasai olah vocal, memainkan alat tugas/resitasi, training, kerja kelompok, kerja
musik, apresiasi karya musik. kreatif, global, meniru/mencontoh,
c. Seni tari, mencakup keterampilan gerak karyawisata, diskoveri-inkuiri, mendengar
berdasarkan olah tubuh dengan dan musik, bernyanyi, bermusik dengan alat
tanpa rangsangan bunyi, apresiasi sederhana, eksplorasi, improvisasi, praktik,
terhadap gerak tari. dan kritik seni.
d. Seni teater, mencakup keterampilan olah
tubuh, olah pikir, dan olah suara yang Media Pembelajaran
pementasannya unsur seni musik, seni Kata media berasal dari kata medium
tari dan seni peran yang berarti antara. Media digunakan untuk
mengkonkretkan pesan yang abstrak dari
METODOLOGI penyampai pesan (guru) kepada penerima
Metode Pembelajaran Seni pesan (murid). Media pembelajaran seni pada
Metode merupakan kegiatan menata, prinsipnya sama dengan media pembelajaran
mengelola pelaksanaan pembelajaran yang yang digunakan pada pelajaran lain. Secara
efektif yang melibatkan segala bentuk umum, media yang digunakan adalah media
interaksi antara peserta didik, guru, dan audio, visual, dan audio visual.
sumber belajar lainnya (Sukarya, Secara khusus, Gaitskell (1985) dikutip
2010:11.1.12; Dimyati dan Mudjiono, 2009, Sukarya (2010:12.2.1—12.2.6) menyebutkan
Sagala, 2007, dan Sutikno, 2009). teknik tes dalam bidang seni, di antaranya (a)
Metode pembelajaran seni tidak tes seni standar, (b) tes formal yang dibuat
berbeda dengan metode yang digunakan pada guru, (c) tes informal.
pembelajaran mata pelajaran yang lain. Selain itu, teknik penilaian seni
Metode yang selalu digunakan dalam setiap dilakukan dalam penilaian (a) proses, antara
proses belajar mengajar adalah metode lain dengan mengobservasi kemajuan dan
ceramah. Sementara itu metode lain perkembangan semua kegiatan dan proyek
28 JURNAL INOVASI SEKOLAH DASAR, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

dan (b) produk antara lain presentasi proyek- a. Karena tidak bisa
proyek seni baik yang dikerjakan secara Ketika ditanyai mengapa mereka tidak
kolektif maupun individu. mengajarkan seni di sekolahnya dari
Kriteria yang digunakan dalam beberapa guru yang penulis tanyai
penilaian seni adalah (a) unsur seni, (b) sebagian besar mereka menjawab tidak
prinsip seni, dan (c) tujuan. Dalam hal bisa. Penulis menanyai lebih lanjut
penentuan kriteria harus diperhatikan bahwa mengapa tidak bisa. Jawaban mereka
(a) penilaian seni pada dasarnya subyektif, beraneka ragam. Mereka ada yang
tidak ada kata “salah”, atau “ini keliru” atau menjawab sebagai berikut.
“betul, (c) penilaian memberi dampak terhada - tidak pernah belajar dengan sungguh-
minat dan perkembangan kejiwaan, (d) hasil sungguh pada saat bersekolah,
penilaian karya sepenuhnya tanggung jawab - tidak pernah belajar seni waktu
penilai. bersekolah
- tidak tertarik dengan seni
Catatan Lapangan - tidak tahu mengapa tidak bisa.
Catatan lapangan merupakan catatan b. Karena tidak berbakat
tertulis mengenai yang didengar, dilihat, Tidak dapat disangkal, bahwa yang
dialami, dan dipikirkan dalam rangka berkenaan dengan seni ini memerlukan
mengumpulkan data dan refleksi terhadap bakat. Alasan guru tidak mengajarkan
data dalam penelitian kualitatif . seni karena tidak berbakat, sepenuhhya
Pada bagian ini akan dikemukakan tidak benar. Akan tetapi, tidak dapat
catatan lapangan yang berkenaan dengan disalahkan pula apabila yang tidak
pelaksanaan pembelajaran seni di SD dengan mengajarkan seni karena tidak berbakat.
menjawab pertanyaan: Sulit bagi seseorang yang tidak berbakat
“Apakah Anda mengajarkan seni di sekolah dalam satu bidang untuk mempelajari
Anda? “ bidang itu, termasuk bidang seni.
Dari pertanyaan itu diperoleh jawaban c. Karena tidak ada pengalaman
ya dan tidak . Bagi yang menjawab ya mereka Guru yang menjawab tidak
ditanyai bagaimana cara Anda berpengalaman tampaknya erat
mengajarkannya. Sebaliknya yang menjawab hubungannya dengan pengalaman
tidak, ditanyai mengapa Anda tidak mereka selama bersekolah. Selama
mengajarkannya. bersekolah diperkirakan guru tidak
Pada awal tulisan ini telah pernah mengajarkan seni kepada mereka.
dikemukakan bahwa informasi yang penulis
peroleh untuk tulisan ini adalah catatan lepas d. Karena anak-anak tidak tertarik
yang didapat melalui percakapan tidak resmi Alasan peserta didik tidak tertarik dengan
bersama beberapa peserta PLPG guru-guru pembelajaran seni masih dapat diterima.
SD pada beberapa tahap dan beberapa Pengamatan dan pengalaman
angkatan. Percakapan dilaksanakan pada saat menunjukkan bahwa memang ada peserta
rehat. didik yang tidak suka dengan kegiatan
seni. Anak laki-laki, misalnya, tidak
PEMBAHASAN suka dengan kegiatan seni tari.
Alasan Guru Tidak Mengajarkan Seni e. Karena tidak ada dukungan dari sekolah.
Ada beberapa alasan guru tidak Beberapa guru memberikan alasan bahwa
mengajarkan seni di sekolah. Alasan itu mereka kurang mendapat dukungan
adalah sebagai berikut. ketika guru akan melaksanakan kegiatan
Sungkowo Soetopo, Pembelajaran Seni 29

kesenian. Kepala sekolah menyarankan ekstrakurikuler kesenian tidak banyak.


agar anak-anak melakukan kegiatan seni Kegiatan ekstrakurikuler kesenian
yang biasa-biasa saja. biasanya satu kali per minggu.
f. Karena tidak ada pelatihan Diskusi
Beberapa guru mengatakan selama ini Kata tidak bisa mengajarkan seni yang
tidak ada pelatihan kesenian bagi guru dinyatakan oleh guru SD sebagai guru kelas
agar mereka dapat mengajarkan kesenian. ini menjadi persoalan yang tidak dapat
dipandang remeh.
Cara Guru Mengajarkan Seni Sebagai guru kelas, guru SD harus
Guru yang mengaku mengajarkan dapat mengajarkan semua mata pelajaran yang
pembelajaran seni di sekolah mengemukan ada di SD, sesuai dengan kurikulum, kecuali
cara mereka mengajarkan seni dengan cara pendidikan agama dan pendidikan jasmani
sebagai berikut. olah raga dan kesehatan (PJOK). Bahkan jika
a. Menggunakan buku pegangan terpaksa, mata pelajaran pendidikan agama
Guru mengajar dengan menggunakan dan PJOK pun harus mampu diatasi oleh guru
buku pegangan mengajarkan kesenian. kelas ketika kedua bidang ini tidak ada
Buku yang mereka gunakan adalah gurunya.
buku-buku terbitan seperti: penerbit Menjadi sangat ironis dan
Erlangga, Grassindo, dan Ganesha. Guru memprihatinkan tatkala guru yang mengajar
mengajarkan materi yang dianggapnya di SD ada yang tidak menguasai semua mata
bisa dan tidak memerlukan kemampuan pelajaran di luar pendidikan agama dan PJOK.
seni. Seperti materi teori bukan praktik. Tidak salah jika beberapa mahasiswa
b. Berdasarkan pengalaman PGSD dan PAUD ketika diminta
Guru mengajarkan seni di sekolah menceritakan pengalaman berkeseniannya
berdasarkan pengalaman yang mengungkapkan bahwa mereka kurang kaya
dialaminya selama menjadi peserta didik. akan pengalaman berkesenian selama di SD.
Dapat dipastikan mereka memiliki Yang menjadi pertanyaan bagaimana
pengalaman berkesenian ketika menjadi rekrutmen guru SD. Mengapa sampai
peserta didik di sekolah. Jumlah guru “separah itu” kondisi guru SD. Mereka yang
yang mengajarkan seni di sekolah dalam SK pengangkatannya dinyatakan
berdasarkan pengalaman tidak banyak. sebagai guru kelas ternyata mereka tidak
c. Ada guru khusus menguasai semua mata pelajaran di SD.
Di sekolah yang guru-guru yang sempat Kurikulum SD, mengamanatkan semua
penulis ajak berbincang-bincang, mata mata pelajaran yang ada di SD harus diajarkan
pelajaran SBK diasuh oleh guru yang kepada peserta didik. Ini berarti bahwa guru
khusus. Sekolah mengangkat guru honor SD sebagai guru kelas wajib mengajarkan
untuk mengajarkan kesenian. Guru semua mata pelajaran ke peserta didik kecuali
kesenian bertindak sebagai guru mata pendidikan agama dan PJOK.
pelajaran, bukan guru kelas. Mereka Di antara mereka yang tidak bisa
masuk ke kelas sesuai dengan jadwal mengajarkan seni kepada peserta didik ada
pelajaran yang berlaku. yang karena tidak pernah belajar dengan
d. Kegiatan ekstrakurikuler sungguh-sungguh pada saat bersekolah. Jika
Kegiatan berkesenian di sekolah yang hal ini terjadi, ini menunjukkan bahwa guru
gurunya sempat penulis tanyai kurang memahami salah satu keterampilan
dilaksanakan pada kegiatan dasar mengajar yaitu mengelola kelas. Ini
ekstrakurikuler. Guru kegiatan terbukti ketika ada peserta didik yang kurang
30 JURNAL INOVASI SEKOLAH DASAR, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

bersungguh-sungguh dalam belajar artinya bersekolah. Akan tetapi hubungan ini tidak
guru kurang memperhatikan peserta didiknya terlalu signifikan. Artinya, meskipun guru
(baca Soetopo, 2014). kurang berpengalaman seni selama menjadi
Guru yang karena tidak pernah belajar peserta didik tetapi mau belajar dan
seni waktu bersekolah tidak seharusnya mengembangkan kemampuannya dan
mengatakan tidak bisa mengajarkan seni di memiliki kompetensi mengembangkan
SD apabila ia tahu bahwa guru SD adalah kepribadiannya ia akan menjadi guru yang
guru kelas yang harus serba bisa mengajarkan sukses.
semua mata pelajaran kecuali pendidikan Alasan peserta didik tidak tertarik
agama dan PJOK. dengan pembelajaran seni masih dapat
Seseorang yang ingin menjadi guru SD diterima. Pengamatan dan pengalaman
ia harus siap menjadi guru yang pandai dan menunjukkan bahwa memang ada peserta
tertarik mengajarkan semua mata pelajaran. didik yang tidak suka dengan kegiatan seni.
Jika ketika ia diangkat menjadi guru lalu Anak laki-laki, misalnya, tidak suka dengan
tidak tertarik dengan seni, ia harus segera kegiatan seni tari. Mereka takut dikata-katai
memusatkan ketertarikannya kepada tugasnya ‘banci’.
sebagai guru SD yaitu guru yang pandai dan Beberapa guru memberikan alasan
tertarik pada semua mata pelajaran termasuk bahwa mereka kurang mendapat dukungan
seni. ketika guru akan melaksanakan kegiatan
Benarkah guru SD yang harus kesenian. Permintaan guru agar sekolah
mengajarkan seni harus memiliki bakat? melengkapi perlengkapan untuk kegiatan
Pertanyaan ini akan menghasilkan jawaban berkesenian tidak dengan mudah dipenuhi.
benar dan tidak benar. Tidak dapat disangkal, Kepala sekolah menyarankan a.gar guru
bahwa yang berkenaan dengan seni ini mengajak anak-anak melakukan kegiatan seni
memerlukan bakat. Sulit bagi seseorang yang yang biasa-biasa saja.
tidak berbakat dalam satu bidang untuk Pelatihan seni bagi guru SD memang
mempelajari bidang itu, termasuk bidang seni. diperlukan. Pelatihan khusus kesenian bagi
Akan tetapi untuk menjadi guru seni tidak guru SD hampir tidak pernah ada. Pada saat
cukup hanya berbakat dalam bidang seni. Ia mereka diterima menjadi guru SD, mereka
harus mampu mengembangkan bakatnya itu diasumsikan sudah memiliki kemampuan
kepada orang lain. Dengan kata lain, ia harus mengajarkan semua bidang studi di SD
mampu mengajarkan keahliannya kepada kecuali pendidikan agama dan PJOK. Oleh
orang lain, inilah yang disebut guru. Tidak karena itulah mereka tidak perlu lagi dilatih
sedikit peserta didik yang mampu tampil untuk bidang ini. Kenyataan di lapangan
dalam berkesenian hanya di tangan guru yang ternyata tidak demikian. Melalui pelatihan
tidak terlalu berbakat dalam bidang seni, kesenian mereka berharap mendapat bekal
tetapi ia mampu memotivasi potensi seni yang keterampilan seni agar mereka dapat
ada pada diri peserta didiknya (periksa, mengajarkan seni kepada peserta didik.
DePorter dan Mike, 2002). Demikian diskusi tentang alasan guru-
Pengalaman berkesenian tidaklah cukup guru yang tidak mengajarkan kesenian di
menjadikan seorang guru mampu sekolah. Selanjutnya akan didiskusikan cara
mengajarkan seni di depan peserta didik. Guru guru mengajarkan kesenian di sekolah.
yang merasa kurang mampu mengajarkan Buku pegangan mengajarkan kesenian
materi seni kepada peserta didik karena menjadi andalan guru di SD. Buku pegangan
kurang berpengalaman ini erat hubungannya ini diterbitkan oleh penerbit yang dengan
dengan pengalaman mereka selama gigih mendatangi sekolah dan menawarkan
Sungkowo Soetopo, Pembelajaran Seni 31

buku yang diterbitkannya. Dengan pembelajaran seni di kelas. Kegiatan ini


kemampuan marketing yang baik para berlangsung di luar jam belajar di kelas.
penerbit mampu meyakinkan bahwa buku Jumlah guru ekstrakurikuler seni tidak
mereka cocok untuk menjadi pegangan sebanding dengan jumlah peserta didik.
mengajar untuk pegagan peserta didik. Guru Peserta didik yang ikut kegiatan
hanya mengajarkan materi yang dianggapnya ekstrakurikuler seni pun tidak banyak. Materi
bisa dan tidak memerlukan kemampuan seni. yang diberikan pada kegiatan ekstrakurikuler
Materi yang teoretis seperti wawasan seni, pun bukan materi yang ada di kurikulum.
sejarah seni, dan unsur-unsur seni dapat Ekstrakurikuler seni tari, misalnya, peserta
dengan mudah dibaca dan dipelajari oleh didik diberi tari jadi atau tari kreasi.
guru. Berdasarkan catatan di atas, materi,
Guru yang mengajarkan seni di sekolah metode, media, dan cara menilai hasil
berdasarkan pengalaman yang dialaminya pembelajaran seni yang berlangsung di
selama menjadi peserta didik dapat dipastikan sekolah pastilah tidak berdasarkan kurikulum.
mereka memiliki pengalaman berkesenian Guru mengajarkan seni kepada peserta didik
ketika menjadi peserta didik di sekolah. berdasarkan yang mereka tahu bukan yang
Mereka mengajarkan kesenian seperti cara harus diketahui peserta didik. Dengan kata
guru mereka mengajarkan kesenian di lain, yang penting kegiatan pembelajaran
sekolahnya tempo hari. Kegiatan belajar berjalan.
mengajar yang sekarang seakan-akan
merupakan pengulangan kegiatan belajar PENUTUP
mengajar yang dahulu. Jika dahulu guru Mengkahiri tulisan ini, penulis ingin
mereka mengajarkan menggambar bebas pada menegaskan kembali bahwa tulisan ini baru
pelajaran seni rupa, tidak mengherankan jika berupa catatan lapangan. Namun demikian,
sekarang peserta didik mereka pun diajak uraian yang dikemukakan berdasarkan teori.
menggambar bebas. Bahkan, materi, metode, Catatan ini diharapkan menginspirasi
media, dan cara mereka mengevaluasi hasil pembaca untuk melakukan penelitian lebih
karya peserta didik pun seperti yang pernah lanjut. Lebih lanjut, tulisan ini diharapkan
mereka peroleh ketika mereka menjadi peserta dapat menginspirasi penentu kebijakan dalam
didik. merekrut tenaga pengajar SBK di SD.
Beberapa sekolah mengangkat guru
honor untuk mengajarkan kesenian. Kebijakan DAFTAR PUSTAKA
yang diambil sekolah untuk mengatasi DePorter, Bodi dan Mike Hernacki. 2002.
ketiadaan kegiatan kesenian di sekolah adalah Quantum Learning: Membiasakan
tindakan yang cukup bijak. Sekolah tidak Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
ingin peserta didik tidak memiliki pengalaman Bandung: Kaifa.
berkesenian hanya karena guru kelas di
sekolah mereka tidak ada yang mampu Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
mengajarkan kesenian. Guru honor yang Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
diangkat khusus untuk mengajarkan kesenian
bertindak sebagai guru mata pelajaran, bukan Pamadhi, Hajar. 2008. Pendidikan Seni di SD.
guru kelas. Mereka masuk ke kelas sesuai Jakarta: Universitas Terbuka.
dengan jadwal pelajaran yang berlaku.
Pembelajaran seni melalui kegiatan Sagala, Syaiful.2007. Konsep dan Makna
ekstrakurikuler dijadikan alternatif beberapa Pembelajaran: untuk Membantu
sekolah untuk mengatasi kekosongan
32 JURNAL INOVASI SEKOLAH DASAR, VOLUME 2, NOMOR 1, MEI 2015.

Memecahkan Problematika Belajar dan


Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sukarya, Zakarias. 2010. Pendidikan Seni.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Soetopo, Sungkowo dan Yulie Sudartati. Tinggi Kementrian Pendidikan
2014. Bekal Menjadi Guru Profesional. Nasional.
Palembang: Simetri.
Sutikno, Sobry. 2009. Belajar dan
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pembelajaran: Upaya Kreatif dalam
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Mewujudkan Pembelajaran yang
Bandung: Alfabeta. Berhasl. Bandung: Prospect.

Anda mungkin juga menyukai