Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT

GANGGUAN PENCERNAAN DENGAN DIVERTIKULITIS

DOSEN : MAGDA SIRINGORINGO, SST., M.KES


CONNIE MELVA SIANIPAR,S.KEP,NS,M.KEP
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELOMPOK IV :
1. Sr.FRISKA SIMBOLON (012019012)
2. PUTRI AGUSTINA HUTABARAT (012019013)
3. ELSI ERISA TARIGAN (012019014)

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Keperawatan Medical Bedah (KMB) tepat waktu.

Penulis makalah berjudul ”DIVERTIKULITIS” dapat diselesaikan karena bantuan


banyak pihak. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Pencernaan dan juga sebagai panduan belajar.Selain itu,kami juga
berharap agar pembaca mendapatakan sudut pandang baru setelah membaca makalah
ini serta menambah pengetahuan pembaca sekalian.

Kami menyadari makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan informasi yang baru
dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini terutama dosen Pengajar, dan teman-teman yang
telah mendukung.Demikian yang bisa penulis sampaikan,atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

Medan,12 Agustus 2020


Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................
BAB II Konsep dasar teori
A. Pengertian..................................................................................................
B. Etiologi......................................................................................................
C. Patofisiologi...............................................................................................
D. Manifestasi klinis.......................................................................................
E. WOC..........................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi................................................................................................

BAB III Konsep dasar Askep


A. Pengkajian teoritis.....................................................................................
B. Analisa Data..............................................................................................
C. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul..........................................
D. Rencana Asuhan Keperawatan (NCP).......................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit divertikular belum dikenal di Negara Barat sebelum abad ke-
20. Setelah terjadi perkembangan dan kemajuan industri yang diikuti dengan
perubahan pola makan dan konsumsi jenis makanan dari yang mengandung
banyak serat ke jenis makanan yang kurang mengandung banyak serat,
penyakit divertikular mulai muncul dan makin meningkat prevalensinya sesuai
dengan peningkatan umur penduduk.
Divertikulosis merupakan suatu keadaan pada kolon yang dicirikan
dengan adanya herniasi mukosa melalui tunika muskularis yang membentuk
kantong berbentuk seperti botol. Bila satu kantong atau lebih mengalami
peradangan, keadaan inilah yang disebut sebagai Divertikulitis.
Divertikulosis dapat dibawa dari lahir, tetapi umumnya ditemukan
setelah lahir. Insidensi diverticulosis secara keseluruhan tinggi; penyakit ini
menyerang sekitar 10% penduduk menurut sebagian besar pemeriksaan mayat.
Divertikulosis jarang terjadi pada usia di bawah 35 tahun, tetapi meningkat
seiring bertambahnya usia sehingga pada usia 85 tahun, dua pertiga penduduk
mengalami penyakit ini. Lokasi terjadinya divertikula yang paling sering
adalah kolon sigmoid, yaitu sekitar 90% kasus.
Maka dari uraian di atas, penulis mencoba mengangkat masalah tentang
Divertikulitis.

B. Tujuan
1. 1.Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien
denganDivertikulitis.
2. Mengetahui konsep dasar teoritis Divertikulitis.
3. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
Divertikulitis,yang meliputi pengkajian,diagnose keperawatan,dan intervensi.
BAB II
KONSEP DASAR TEORITIS

A. Definisi
Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan
keluar abnormal berbentuk katong yang terbentuk dari lapisan usus yang
meluas sepanjang defek di lapisan otot,merupakan penonjolan dari mukosa
serta submukosa. Divertikula biasanya merupakan manifestasi motalitas yang
abnormal.Divertikulum dapat terjadi di mana saja sepanjang saluran
gastrointestinal.
Divertikulum adalah lekukan luar seperti kantong yang terbentuk dari
lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan otot. Divertikula dapat
terjadi di mana saja sepanjang saluran gastrointestinal. Divertikulosis
merupakan divertikula multipel yang terjadi tanpa inflamasi atau gejala.
Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan di suatu divertikulim
yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan
akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan abses (Keperawatan
Medikal-Bedah Volume 2, 2001:hal.1100).
Divertikulosis merupakan divertikula multiple yang terjadi tanpa
inflamasi atau gejala. Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan
di suatu divertikulum yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat
membentuk drainase dan akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan
abses.
Divertikulitis paling umum terjadi pada kolon sigmoid(95%).Hal ini
telah diperkirakan bahwa kira-kira 20% pasien dengan divertikulosis
mengalami divertikulitis pada titik yang sama. Divertikulitis paling umum
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Insidensnya kira-kira 60% pada individu
dengan usia lebih dari 80 tahun.Predisposisi congenital dicurigai bila terdapat
gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun. Asupan diet rendah
serat diperkirakan sebagai penyebab utama penyakit. Divertikulitis dapat
terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap sebagai infeksi yang kontinu
dan lama.
B. Etiologi
a. Mikro dan makro perforasi
b. Perbedaan tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan
dalam dinding colon.
c. Diet rendah serat
d. Kuman-kuman seperti taenia coli

C. Patofisiologi
Diverticulitis dapat dibawa dari lahir (factor congenital) yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik) dimana seluruh lapisan usus merupakan
dinding divertikel. Tetapi hal ini jarang terjadi, umumnya ditemukan setelah
lahir dan kebanyakan pada usus besar khususnya pada kolon sigmoid dan
kolon desendens.
Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa colon
mengalami herniasi sepanjang dinding muskuler akibat tekanan intraluminal
yang tinggi, volume colon yang rendah(isi kurang mengandung serat),dan
penurunan kekuatan otot dalam dinding colon(hipertrofi muskuler akibat masa
fekal yang mengeras).Divertikulum menjadi sumbatan dan kemudian
terinflamasi bila obstruksi terus berlanjut. Inflamasi cenderung melebar ke
dinding usus sekitar, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan spastisitas
kolon. Abses dapat terjadi, menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi
pembuluh darah(arterial)dapat menimbulkan perdarahan.
D. Manifestasi Klinis
a. Konstipasi
b. Nyeri abdomen
c. Tanda-tanda divertikulosis akut adalah iregularitas usus dan interval diare,
nyeri dangkal dan ram pada kuadran kiri bawah dari abdomen dan demam
ringan.
d. Mual, muntah
e. Pada inflamasi local divertikula berulang, usus besar menyempit pada
striktur fibrotik, yang menimbulkan kram,feces berukuran kecil-kecil, dan
peningkatan konstipasi.
f. Perdarahan samar dapat terjadi, menimbulkan anemia defisiensi besi
g. Kelemahan dan keletihan
E. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan sinar-x seperti enema barium yang akan menunjukkan adanya
penyempitan kolon dan penebalan lapisan otot.
 Pemeriksaan sinar-x terhadap abdomen dapat menunjukkan adanya udara
bebas di bawah diafragma bila perforasi terjadi akibat diverticulitis.
 Pemindai tomografi computer (CT) dapat menunjukkan abses.
 Kolonoskopi dilakukan untuk mengobservasi divertikula dan
membedakannya dengan kemungkinan penyakit lain.
 Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah hitung
darah lengkap.

F. Penatalaksanaan
a. Usus di istirahatkan dengan menunda asupan oral,memberikan cairan
intravena,dan melakukan pengisapan nasogastrik bila ada muntah atau
distensi.
b. Antibiotika spektrum luas diberikan selama 7 sampai 10 hari Pemeridin
(Demerol) diberikan untuk menghilangkan nyeri.
c. Antispasmodik seperti propantelin bromide(Pro-Banthine) dan
oksifensiklimin(daricon)dapat diberikan
d. Menggunakan pelunak feces(colace)/supositoria.
e. Reseksi derajat-satu pada bagian sigmoid yang terkena untuk serangan
berulang
f. Prosedur derajat-multipel untuk komplikasi, seperti obstruksi, perforasi
dan fistula.

G. Komplikasi
Komplikasi diverticulitis mencakup:
 Penyumbatan usus
 Perdarahan.
 Fistula
 Pembentukan abses, perforasi dan peritonitis
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
(nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk RS, no register dan diagnosis medis).

2. Keluhan Utama
Pada pasien dengan divertikulum datang dengan keluhan nyeri
abdomen bersifat kram dan tersering terlokalisasi atau diare, gangguan
BAB, mual muntah atau gejala urinarius menetap, distensi abdomen
dan masa abdomen, sampai dengan komplikasi serius seperti perforasi
(asimtomatik) beberapa jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Selama mendapat riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan
durasi nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet
dikaji ulang untuk menentukan asupan serat. Pasien ditanya tentang
mengejan saat defekasi,adanya konstifasi dengan periode diare,
tenesmus (spasme sfingter anal dengan nyeri dan dorongan untuk
defekasi) terus-menerus, kembung abdomen, dan distensi.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pernah mempunyai riwayat inflamasi usus

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Perhatikan apakah pasien tampak pucat lesu, nyeri abdomen, mual
muntah, BAB pasien.
b. Palpasi
Palpasi pada daerah divertikulitis tampil pada nyeri tekan ringan pada
kuadran kiri bawah
c. Auskultasi pada daerah abdomen
d. Perkusi
e. Pemeriksaan Diagnostik
 Sinar-X abdomen dilakukan untuk mengesampingkan apendisitis.
 Enema barium memberikan informasi diagnostic dengan menandai
sisi dan luasnya penyakit.
 Pemindai temografi computer(CT) dapat menunjukan abses
 Kolonoskopi dilakukan untuk mengobservasi divertikula dan
membedakannya kemungkinan penyakit lain.
 Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah
hitungan darah lengkap (hitung sel darah putih akan meningkat)
dan laju sedimentasi (biasanya akan meningkat).

7. Data Dasar pengkajian


1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek
proses penyakit.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi, dan nyeri)
Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K)
TD: Hipotensi, termasuk postural.
Kulit/ membrane mukosa: turgor buruk, kering, lidah
pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3) Eliminasi
Gejala : tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau
atau berair
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering, tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali
defekasi/hari); perasaan dorongan/kram (tenesmus);
defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.
Perdarahan per rectal
Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda : menurunnya bising usus, tak ada peristaltic atau
adanya peristaltic yang dapat dapat dilihat.
Hemoroid, fisura anal (25%); fistula perianal
oliguria
4) Integritas ego
Gejala : ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis: perasaan tak
berdaya/ tak ada harapan.
Factor stress akut/kronis, mis: hubungan dengan
keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal.
Factor budaya-peningkatan prevalensi pada populasi
yahudi
Tanda : menolak, perhatian menyempit, depresi
5) Makanan/ cairan
Gejala : anoreksia, mual/muntah
Penurunan BB
Tidak toleran terhadap diet/sensitive mis:buah
segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
Tanda : penurunan lemak subkutan/massa otot
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk.
Membrane mukosa pucat; luka; inflamasi rongga mulut.
6) Higiene
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
Bau badan
7) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin
hilang dengan defekasi)
Titik nyeri berpindah
Nyeri mata, fotofobia (iritis)
Tanda : nyeri tekan abdomen/distensi.
8) Keamanan
Gejala : riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik,
vaskulitis.
Arthritis (memperburuk gejala dengan eksaserbasi
penyakit usus)
Peningkatan suhu 39,6-40o (eksaserbasi akut)
Penglihatan kabur
Alergi terhadap makanan/ produk susu (mengeluarkan
histamine ke dalam usus dan mempunyai efek
inflamasi)
Tanda : lesi kulit mungkin ada, mis: eritema nodusum
(meningkat, nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak)
pada tangan, muka; pioderma gangrenosa (lesi tekan
purulen/ lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki,
dan mata kaki.
Ankilosa spondilitis
9) Seksualitas
Gejala : frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
10) Interaksi social
Gejala : masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi.
Ketidakmampuan aktif dalam social.
B. Analisa Data
Nama klien :
Ruang rawat :
Diagnosa medik :

N Data Etiologi Masalah Keperawatan


o
1 DS: 1. Inflamasi dan infeksi 1. Nyeri
DO:
 Klien
tampak meringis
kesakitan akibat
nyeri
 Tidak
nafsu makan :
mual dan
muntah
 Demam
ringan
 TTV :
2 TD: 100/70 2. Penyempitan kolon, 2. Konstipasi
mmHg sekunder akibat penebalan
ND: 70/i segmen otot dan striktur.
RR: 16/i
S: 38 °C

DS:
DO:
 Klien
3 tampak susah 3. Proses infeksi 3. Perubahan perfusi
BAB jaringan
 Nafsu gastrointestinal
makan klien
berkurang,
hanya mampu
menghabiskan
½ porsi.

DO:
 Penurunan
haluaran urine
 Mual dan
muntah
 Kulit pucat
 Pasien tampak
gelisah
 TTV
TD: 100/70
mmHg
ND: 70/i
RR: 16/i
S: 38 °C

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi


2. Konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon
3. Perubahan perfusi jaringan gastrointestinal berhubungan dengan proses
infeksi.
D. Nursing Care Planning

Diagnosa Kriteria
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Nyeri Setelah  Nyeri MANDIRI : MANDIRI :
berhubungan dilakukan berkurang.  Dorong pasien  Mencoba untuk
dengan inflamasi intervensi  Meminta untuk melaporkan mentoleransi
dan infeksi, keperawatan analgetik nyeri nyeri
Ditandai dengan selama 3 x sesuai  Kaji laporan kram  Perubahan pada
skala nyeri 3 24 jam kebutuhan abdomen atau karakteristik
diharapkan  Mentaati nyeri, catat lokasi, nyeri dapat
nyeri diet rendah lamanya, menunjukkan
berkurang. serat selama intensitas (0-10). penyebaran
episode Selidiki dan penyakit/
akut. laporkan terjadinya
 TTV DBN: perubahan komplikasi.
- TD: karakteristik nyeri
110/70-  kaji ulang factor-  Dapat
120/80 faktor yang menunjukkan
mmHg meningkatkan dengan tepat
- ND: 60- atau pencetus atau
100 x/i menghilangkan factor pemberat
- RR: 16-24 nyeri atau
x/i mengidentifikas
- S: 36,5- i terjadinya
37,5 °C komplikasi.
 izinkan pasien  Menurunkan
untuk memulai tegangan
posisi nyaman abdomen dan
meningkatkan
rasa control.
 berikan tindakan  Meningkatkan
nyaman relaksasi,
memfokuskan
kembali
perhatian, dan
meningkatkan
kemampuan
koping.
KOLABORASI
 Berikan analgetik  Untuk
(mis: analgetik) meredakan nyeri
 Untuk
 Berikan preparat menurunkan
antispasmodic spasme usus
sesuai program
2 Konstipasi Setelah Mendapatkan MANDIRI : MANDIRI :
berhubungan dilakukan pola eliminasi  Berikan asupan  Membantu
dengan intervensi normal cairan 2 L/ hari melancarkan
penyempitan keperawatan  Melaporkan (dalam batas defekasi
kolon. selama 3 x kram dan cadangan jantung
24 jam nyeri pasien)
diharapkan abdomen  Berikan makanan  Untuk
klien berkurang yang lembut meningkatkan
mendapatkan  Melaporkan tetapi mempunyai bulk feses dan
dan pasase feses serat tinggi memudahkan
mempertahan lembut dan peristaltic,
kan pola berbentuk, sehingga
eliminasi tanpa nyeri meningkatkan
normal  Menambah- defekasi.
kan sekam  Berikan program  Untuk
yang tidak latihan individual memperbaiki
terproses tonus otot
dalam  Tinjau ulang  Untuk membuat
makanan rutinitas harian jadwal makan
 Minum pasien dan menyusun
sedikitnya waktu untuk
10 gelas defekasi.
cairan sehari  Masukkan laksatif  Membantu
(bila asupan bulk harian mendorong
cairan dapat seperti Metamucil feses melewati
ditoleransi kolon.
 Latihan  Berikan pelunak  Untuk
setiap hari feses sesuai resep menurunkan
mengejan saat
defekasi, yang
pada waktunya
menurunkan
tekanan usus
 Berikan enema  Untuk
retensi-minyak melunakkan
feses dan
menurunkan
inflamasi.

3 Perubahan perfusi Setelah Mencapai MANDIRI : MANDIRI :


jaringan dilakukan perfusi  Awasi tanda vital  Memberikan
gastrointestinal intervensi jaringan dan haluaran informasi
berhubungan keperawatan gastrointestinal urine tentang derajat/
dengan proses selama 3 x normal. ketidakadekuata
infeksi. 24 jam  Memenuhi n perfusi
diharapkan pembatasan jaringan dan
ada makanan membantu
perbaikan  Haluaran menentukan
perfusi urine adekuat kebutuhan
jaringan  TTV DBN: intervensi
gastrointestin - TD:  Berikan cairan IV  Untuk
al. 110/70- menggantikan
120/80 kehilangan
mmHg volume sesuai
- ND: 60- kebutuhan.
100 x/i
- RR: 16-24
x/i
- S: 36,5-
37,5 °C
BAB IV

PENUTUP

 Kesimpulan
Divertikulum adalah lekukan luar seperti kantong yang terbentuk
darilapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan
otot. divertikula dapatt e r j a d i   d i   m a n a   s a j a   s e p a n j a n g   s a l u r a n   g a
s t r o i n t e s t i n a l . D i v e r t i k u l o s i s merupakan divertikula multipel ya
ng terjadi tanpa inflamasi atau gejala.
Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan di  suatu
divertikulimyang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk
drainase dana k h i r n y a   m e n i m b u l k a n   p e r f o r a s i   a t a u   p e m b e n t u k a n   a b s e s
Di v e r t i k u l o s i s   m e r u p a k a n   d i v e r t i k u l a   m u l t i p l e   y a n g   t e r j a d i   t a n p a
inflamasi atau gejala. divertikulitis terjadi bila makanan
dan bakteri tertahandi suatu divertikulum yang menghasilkan in feksi dan
inflamasi yang dapat membentuk drainase dan akhirnya menimbulkan perforasi
atau pembentukan abses.
DAFTAR PUSTAKA

Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-

volume 2, EGC, Jakarta


Engram, Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2,
EGC, Jakarta.
Price, Silvia A. 2006. Patofisiologi, volume 2. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Setiyohadi, bambang dan Tambunan, A.Sanusi. 2006. Ilmu Penyakit Dalam
Edisi 4, Jilid 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai