Anda di halaman 1dari 7

Idrus, Pola Asuh Orangtua dalam Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar 145

POLA ASUH ORANGTUA DALAM MEMOTIVASI


BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Ali Idrus

FKIP Universitas Jambi, Jl.Jambi Ma-Bulian KM15.


Alamat rumah: Jl. Jambi-Muaro Bulian KM 14 Mendalo Indah No. 50 RT 18/70 Mendalo Darat Jambi
Email: Aliidrus85@yahoo.co.id.HP: 08127414850

Abstract: Parents’ child rearing in motivating elementary school students’ learning.Purpose of this re-
search was to describe forms of parents’ child rearing’ parent in motivating elementary school students’
learning and dominant child rearing conducted by parent in improving elementary school students’ learn-
ing motivation of class IV, V, dan VI at Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Muaro Jambi. Research method;
survey with questionnaire instrument to 460 students respondent. Research results; quality of parents’
child rearing with democratic form classified very good, i.e. higher than means, quality of parents’ child
rearing with authoritarian form can be classified as low in motivating students in learning. Quality of
students’ learning motivation at Muaro Jambi Region can be classified very good and they had maximum
hope and mission toward learning motivation.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuibentuk pola asuh orangtua dalam memotivasi
siswa dan pola asuh dominan yang dilakukan oleh orangtua untuk meningkatkan kualitas motivasi belajar
siswa kelas IV, V, dan VI pada Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Muaro Jambi. Metode penelitian; survay
dengan instrumen angket terhadap 460 siswa responden. Hasil penelitian; kualitas pola asuh orangtua
berbentuk demokratis tergolong sangat baik yaitu diatas rata-rata, pola asuh orangtua berbentuk otoriter
kurang baik untuk memotivasi siswa dalam belajar. Kualitas motivasi belajar siswa di kabupaten Muaro
Jambi tergolong sangat baik dan memiliki harapan dan cita-cita untuk mencapai hasil belajar secara maksimal.

Kata Kunci: pola asuh, motivasi belajar, SD

Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendi- Jenis pola asuh yang diterapkan oleh orangtua
dikan, pembinaan yang diberikan oleh seseorang di dalam suatu keluarga bisa berbeda, apakah demo-
kepada orang lain. Dalam hal ini pola asuh yang kratis atau yang lainnya. Menurut Yaumil (2006),
diberikan orang tua atau pendidik terhadap anak ada tiga jenis bentuk pola asuh yang selama ini
adalah mengasuh dan mendidiknya dengan penuh digunakan orangtua dalam keluarga yaitu: la asuh
pengertian. Mendidik anak pada hakikatnya meru- otoriter, permisif dan dialogis. Pola asuh demokratis
pakan usaha nyata dari pihak orangtua untuk adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
mengembangkan totalitas potensi yang ada pada diri anak, mendorong anak untuk mandiri, tetapi orang-
anak. Setiap orangtua memiliki cara yang berbeda tua tetap menetapkan batas dan kontrol dalam pola
dalam menerapkan pola asuh atau pola didik dalam asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakan-
keluarga. Kadang kala orangtua mengalami hambat- nya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Pola asuh
an dan kesulitan dalam mengasuh anak, karena permisif adalah memberikan kesempatan pada anak
dalam satu keluarga tidak semua anak memiliki sifat melakukan sesuatu tanpa pengawasan. Anak bebas
yang sama, sehingga dalam menerapkan pola asuh, melakukan apa saja yang diinginkan tanpa adanya
orangtua harus menyesuaikan pola asuhnya dengan batasan dari orang tua. Pola asuh otoriter adalah
sifat dan karakter setiap anak. pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak

145
146 Sekolah Dasar, Tahun 21, Nomor 2, November 2012, hlm. 145–151

untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa ba- dapat mandiri. Pola asuh anak mengacu pada cara-
nyak alasan. cara yang diterapkan orang tua dalam kehidupan
Pola asuh orangtua adalah suatu cara orangtua sehari-hari dalam berhubungan timbal balik dengan
dalam mengasihi, membina, merawat, mendidik, anak untuk membentuk dan membina sikap dan
menanamkan disiplin, etika serta membekali penge- perilaku anak seperti yang diharapkan orang tua dan
tahuan bagi anak dengan menggunakan cara konsis- lingkungan masyarakat dengan tujuan agar anak
ten dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat kebu- menjadi dewasa pada waktunya. Pola asuh tidak
tuhan serta perkembangan usia anak. Pola asuh lepas dari konteks sosial suatu masyarakat dan bah-
dibagi dalam tiga bentuk yaitu pola asuh demokratis, kan tingkah laku anak hanya dapat dipahami dengan
permisif dan otoriter. Masing-masing pola pengasuh- konteks sosialnya, terlihat dari cara anak menye-
an akanmemberikan sumbangan yang berbeda suaikan diri dengan lingkungannya, mengasuh anak
dalam perkembagan motivasi anak. bukan hanya merawat atau mengawasi anak, me-
Pola asuh demokratis adalah orangtua mengko- lainkan lebih dari itu yakni meliputi: pendidikan, sopan
munikasikan kepada anak apa yang diharapkan santun, disiplin, tanggung jawab, pengetahuan dan
orangtua dari dirinya, sebaliknya anak mengharapkan pergaulanyang bersumber pada pengetahuan orang
adanya perhatian tentang hobi, minat dan cita-cita tua. Apa yang dialami dalam proses pengasuhan
sehingga tercipta kerjasama antara anak dan orang- akan menentukan sikap dari perilaku individu dalam
tua dalam merancang masa depan berdasarkan bermasyarakat. Menurut Gerungan (2003) lingkung-
motivasi dalam diri anak. Karakteristik anak yang an keluarga merupakan kelompok pertama dan
dididik dengan pola asuh demokratis akan meng- utama dalam kehidupan manusia, ia belajar menya-
hasilkan anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol takan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan
diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mam- interaksi dengan kelompok sosial.
pu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap Berdasarkan uraian di atas mengenai kedua
hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang lain. bentuk pola asuh tersebut, maka dapat disimpulkan
Pola asuh otoriter komunikasi lebih berpusat bahwa pola asuh demokratis merupakan pola asuh
pada orangtua. Komunikasi yang tercipta adalah di yang memprioritaskan kepentingan anak. Orang tua
mana orangtua selalu memberikan perintah atau dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu menda-
instruksi, kewajiban anak adalah untuk mendengar. sari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran,
Karakteristik anak yang di didik dengan pola asuh juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak,
otoriter akan menghasilkan pribadi yang penakut, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui ke-
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menen- mampuan anak. Orang tua tipe ini memberikan ke-
tang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, bebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan
cemas dan menarik diri. Hal ini menyebabkan anak suatu tindakan dan pendekatan kepada anak bersifat
merasa tidak dihargai dan menjadi tidak yakin akan hangat. Sedangkan pola asuh otoriter cenderung
kemampuannya untuk mencapai tujuan yang ingin menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
dicapai. Pendapat Scheafer (dalam Yaumil, 2006) biasanya dibarengi dengan ancaman-ancarnan.
menyatakan bahwa pola asuh otoriter adalah orang- Misalnya, kalau tidak mau mengerjakan PR maka
tua yang cenderung mengikuti atau melaksanakan tidak akan diberi uang jajan. Orang tua cenderung
suatu pendekatan yang keras, kaku sehingga anak- memaksa, menghukum dan memerintah, apabila
anak merasa tertekan, takut dan patuh.Umumnya anak tidak melakukan sesuai keinginan orang tua
orangtua menerapkan pola asuh ini memberikan maka anak akan mendapat hukuman. Orang tua
anak dengan tuntutan yang lebih tinggi, maka sebe- dalam pola ini tidak mengenai kompromi, biasanya
rapa kerasnya anak berusaha mereka tidak akan komunikasi bersifat satu arah.
pernah dianggap sukses. Hurlock (2003) yang me- Pola asuh orangtua dapat menguatkan self awe-
ngatakan bahwa semakin otoriter pendidikan anak, reness (kesadaran diri) dan self control (kontrol
semakin mendendam anak itu dan semakin besar diri) anak bila tepat menerapkannya. Self awereness
kemungkinan anak akan senang melawan dan tidak yang dimaksud dapat meningkatkan kebermaknaan
patuh secara sengaja. Jika anak merasa hubungan- diri anak di dalam keluarga. Ketika seorang anak
nya dengan orangtua terlalu tegang maka rasa hor- memiliki kesadaran diri menghadapi sebuah masalah,
mat mereka akan berkurang. iaakan memiliki keberanian untuk mengutarakan
Pola asuh adalah sistem yang diterapkan orang permasalahannya kepada orangtuanya, sehingga
tua dalam merawat dan mendidik anaknya sapaya terjalinlah suatu komunikasi antara orang tua dan
Idrus, Pola Asuh Orangtua dalam Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar 147

anak yang dapat membentuk kontrol diri pada diri terjalin antara orangtua dan dapat mengembangkan
si anak. Pada kenyataannya, orangtua belum. sepe- potensi yang dimiliki anak. Didukung oleh Sardiman
nuhnya memahami pentingnya self awereneess dan (2003) menyatakan ”orangtua yang menerapkan
self control dalam pola asuh mereka, sehingga pola asuh demokratis banyak memberikan kesem-
mereka tidak menggunakan kedua hal tersebut pada patan kepada anak untuk mempunyai kepuasan, dan
pola asuh yang mereka terapkan di dalam keluarga. sedikit menggunakan hukuman badan untuk me-
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ngembangkan disiplin. Dalam pola asuh ini orang
peneliti, sebagian besar siswa SDN di Muaro Jambi tua memiliki sikap yang toleran namun tetap dalam
kurang semangat dalam belajar, hal tersebut bisa pengawasan orangtua.
dilihat dari malasnya mereka dalam mengerjakan Sampai saat ini masih ada orangtua yang me-
latihan di sekolah maupun menyelesaikan pekerjaan nyalahkan guru atas kegagalan anaknya di sekolah.
rumah yang diberikan oleh guru, serta rendahnya Misalnya, ketika waktu pembagian raport tiba, nilai
hasil belajar yang mereka peroleh. yang didapat anaknya tidak sesuai harapan, maka
Latar belakang keluarga sebagian besar peker- orangtua akan membebankan semua kesalahan
jaan orangtua sebagai petani, buruh, pedagang, PNS/ kepada guru. Tidak semua orang tua menyadari bah-
TNI, Polri dan pekerja srabutan. Jenjang pendidikan wa peranan atau perhatian keluarga dalam kegiatan
orangtua, yang lulusan SD (30%), lulusan SLP belajar anak di rumah lebih dominan dibandingkan
(40%), lulusan SLA 20%, lulusan Perguruan Tinggi dengan perhatian yang diberikan guru di sekolah,
(7%), dan tidak lulus SD (3%). Rendahnya tingkat mengingat waktu yang ada lebih banyak di rumah
pendidikan orangtua diduga menyebabkan mereka dibanding di sekoiah. Adapun faktor yang mempe-
kurang memahami arti pentingnya pendidikan dalam ngeruhi orang tua dalam menerapkan pola asuh
keluarga atau pola asuh yang diterapkan hanya seba- antara lain: faktor sosial ekonomi, jumlah anak,
tas memenuhi kebutuhan fisik anak. Perhatian orang kepribadian, pendidikan, situasi dan kodisi keluarga.
tua terhadap hasil belajar anak kurang tampak, jarang Menurut Baumrind dalam (http://bruderfic.co.id),
dari mereka yang menanyakan kegiatan atau keada- ada empat aspek yang terkait dalam pola asuh, yaitu:
an anak di sekolah kepada guru. Kondisi pola asuh (1) kendali orang tua; (2) tuntutan terhadap tingkah
yang demikian kemungkinan berpengaruh pada laku; (3) komunikasi orangtua yang matang; (4) cara
motivasi belajar siswa. Sedangkan kesadaran orang- pengasuhan, pemeliharaan orangtua terhadap anak.
tua terhadap kemajuan belajar anak di sekolah dapat Dari uraian di atas terlihat banyaknya permasa-
meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah. lahan yang mempengaruhi motivasi belajar siswa,
Kehidupan ekonomi keluarga cukup memprihatin- maka peneliti membatasi penelitian hanya pada pola
kan, sebagian besar menghuni rumah petak yang asuh yang bersifat demokratis dan otoriter yang dite-
luas ruangannya sangat sempit dan dihuni banyak rapkan orang tua dalam memotivasi belajar siswa.
anggota keluarga, pencahayaan yang kurang baik, Hal ini disebabkan karena pola asuh demokratis dan
ventilasi udara yang tidak sehat serta fasilitas belajar otoriter lebih banyak muncul di dalam perilaku orang-
jarang dimiliki anak. tua dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan pola
Orangtua tentu berharap anaknya dapat menca- asuh permisif. Permasalahan bentuk pola asuh
pai kesuksesan, oleh karena itu mereka menyekolah- tersebut tentunya menarik untuk diteliti hubungannya
kan anaknya dengan harapan agar dapat meraih dengan motivasi belajar siswa. Adanya keterbatasan
cita-cita di masa depan. Akan tetapi, masih ada waktu dan kemampuan peneliti, maka motivasi bela-
orangtua yang kurang mengerti pentingnya peranan jar dibatasi pada motivasi belajar siswa kelas III,
orangtua terhadap keberhasilan anak dalam belajar. IV, dan V SDN di Kabupaten Muaro Jambi.
Mereka menyerahkan tanggung jawab keberhasilan Menurut Surya (2004:101) teori motivasi dapat
pendidikan anaknya kepada pihak sekolah. Padahal dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu teori
pendidikan pertama dan yang utama ada pada ke- dengan pendekatan: (1) isi/content; yang menekan-
luarga. Keluarga adalah center of education yang kan pada faktor apa yang membuat individu mela-
utama pertama dan mendasar, sekolah hanya mem- kukan suatu tindakan dengan cara tertentu berhu-
bantu orang tua dalam meningkatkan dan membina bungan dengan kebutuhan dasar manusia, (2) proses;
potensi para siswa agar memiliki kualitas pengeta- menekankan bagaimana individu bertindak dengan
huan, keterampilan dan perilaku yang diharapkan cara tertentu dan bagaimana individu ini termotivasi,
di masyarakat. Komunikasi dan kerjasama yang (3) penguatan; menekankan pada faktor-faktor yang
148 Sekolah Dasar, Tahun 21, Nomor 2, November 2012, hlm. 145–151

dapat meningkatkan suatu tindakan diiakukan atau Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk me-
yang dapat mengurangi suatu tindakan. Sedangkan ngetahui: (1) kualitas pola asuh orang tua dalam me-
Sardiman (2003) berpendapat bahwa motivasi ada- motivasi siswa belajar yang bersifat demokratis; (2)
lah sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam pola asuh orang tua yang bersifat otoriter, dan (3)
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang mendiskripsikan motivasi belajar siswa berdasarkan
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan pola asuh orang tua
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat METODE
tercapai. Jadi, motivasi merupakan suatu kegiatan
Metode penelitian yang digunakan adalah
individu yang bukan terjadi tanpa adanya tujuan
expost facto dengan jenis survay (Arikunto, 2006).
tertentu, melainkan ada faktor yang mendorongnya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan anali-
Menurut Ahmadi (2004), motivasi belajar siswa
sis deskriptif dan dengan teknik komporatif studi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
untuk menjelaskan pola asuh orang tua yang demo-
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk meme-
kratis dan otoriter dalam memotivasi belajar anak.
nuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pembelajaran
Tujuannya adalah untuk mendiskripsikan pola asuh
atau keadaan dan kesiapan dalam diri siswa yang
orangtua demokratis dan pola asuh orang tua otoriter
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu
dalam memotivasi belajar siswa.
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan
Populasi adalah keseluruhan pola asuh orang-
Sardiman, (2003) mengemukakan bahwa motivasi
tua siswa SDN di Kabupaten Muaro Jambi. Populasi
belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
penelitian ini adalah seluruh siswa SDN yang terpilih
non-intelektual. Bersifat non-intelektual dalam arti
yaitu siswa kelas IV, V, dan VI sebanyak 1229 sis-
seorang siswa yang memiliki motivasi kuat akan
wa. Adapun yang menjadi sampel sebanyak 460
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiat-
siswa SDN se Kabupaten Muaro Jambi.Alasan
an belajar, sebaliknya seorang siswa yang memiliki
dijadikan sebagai populasi penelitian karena berda-
motivasi rendah walaupun dengan inteligensi cukup sarkan observasi peneliti melalui data yang diperoleh
tinggi boleh jadi mengalami kegagalan karena keku- di sekolah bahwa siswa tersebut kurang motivasi
rangan motivasi. Siswa akan melakukan suatu belajar. Teknik pengumpulan data dengan menggu-
perbuatan betapapun beratnya bila ia mempunyai nakan instrumen angket sebanyak 40 aitem perta-
motivasi yang berasal dari dalam diri (internal) dan nyaan.
didukung oleh lingkungan (eksternal) maka besar
kemungkinan ia dapat mencapai hasil yang rnaksi-
HASIL DAN PEMBAHASAN
mal.
Dalarn motivasi juga terdapat komponen- Sesuai hasil penelitian dapat dikemukakan te-
komponen, Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati muan berdasarkan konsepsi teori dan kisi-kisi instru-
(1999) ada komponen utama yang dapat memotivasi men sebagai berikut. Mengenai kondisi orangtua
seseorang, yaitu: (a) kebutuhan, kecenderungan- dalam memberikan pola asuh dan memotivasi belajar
kecenderungan perrnanen dalam diri seseorang yang kepada anak (siswa), berkaitan dengan berkomuni-
menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan kasi, mendengarkan pendapat anak, dan bersikap
untuk mencapai tujuan. Kebutuhan terjadi bila indi- terus terang adalah sebagai berikut ini. Suka berbi-
vidu merasa ada ketidak seimbangan antara apa cara dan berkomunikasi dengan siswa diperoleh
yang dimiliki dan diharapkan. Contoh: siswa merasa jawaban responden yaitu 48,5% orang tua suka
bahwa hasil belajarnya rendah pada hal memiliki memberikan penjelasan sebelum menetapkan
buku pelajaran yang lengkap, cukup waktu, tetapi peraturan pada siswa, dan hanya 4,41% yang tidak
kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar berbicara dengan siswa sebelum menetapkan atur-
yang digunakannya tidak memadai untuk memper- an. Dan 45,6% orangtua mendengarkan pendapat
oleh hasil belajar yang baik.Siswa membutuhkan ha- siswanya, hanya 7,35% yang tidak mendengarkan
sil belajar yang baik oleh karena itu siswa mengubah pendapat siswanya. Terdapat 51,5% orang tua yang
cara-cara belajarnya. (b) Dorongan; merupakan ke- mengajarkan kepada siswanya untuk bersikap terus
kuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam terang jika melakukan kesalahan, dan hanya 8,82%
rangka memenuhi harapan yang berorientasi pada orangtua siswa yang tidak mengajak siswanya untuk
pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan yang berterus terang. Sesuai dengan Baumrind (http://
disebut motivasi.
Idrus, Pola Asuh Orangtua dalam Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar 149

bruderfic.co.id), ada empat aspek yang terkait dalam menentukan waktu bermain siswa, dan kebanyakan
pola asuh, yaitu: (1) kendali orang tua; (2) tuntutan orang tua tidak mengikuti ke mana siswa bermain
terhadap tingkah laku; (3) komunikasi antara orang yang ditunjukkan sekita 60,3% dan hanya 2,94%
tua yang matang; (4) cara pengasuhan/pemeliharaan yang mengikuti siswanya bermain.
orang tua terhadap anak. Pada aspek usaha sungguh-sungguh yang dila-
Senang memberikan penghargaan; orang tua kukan oleh orang tua ditunjukkan dengan mengan-
siswa senang berdiskusi dengan siswa jika ingin jurkan siswa untuk belajar lebih giat jika mendapat
membuat peraturan di rumah ditunjukkan jawaban nilai ulangan jelek sebanyak 55,9% untuk kategori
responden sebesar 64,7% dan hanya 2,94% yang selalu, dan 38% untuk kategori sering, dan tidak ada
tidak suka berdiskusi, sedangkan jika siswa melaku- orangtua yang tidak memberikan anjuran. Sebanyak
kan kesalahan hanya 22,1% yang memberikan 57,5% orangtua melarang siswa nonton TV sebelum
hukuman, sedangkan 63,2% orang tua yang kadang- belajar, dan hanya 4,41% yang tidak melarang. Seba-
kadang memberikan hukuman. Sebanyak 57,4% nyak 60,3% orang tua memberikan hukuman ke-
orang tua memberikan kesempatan kepada siswa- pada siswanya jika mendapat nilai jelek, dan hanya
nya untuk menjawab sekiranya melakukan kesala- 1,47% yang tidak memberikan hukuman. Orang tua
han, dan hanya 1,47% saja yang tidak memberikan juga melarang siswa keluar rumah tanpa atasan yang
hak untuk rnengeluarkan pendapat. Dapat ditegas- jelas yaitu 60,3%.
kan bahwa pola asuh yang bersifat demokratis cen- Tidak cepat puas dengan hasil belajar yg dica-
derung banyak dilakukan oleh orang tua, termasuk pai; hal ini ditunjukkan oleh orang tua yang mendo-
dalam memberikan penghargaan atau hukuman. rong siswanya untuk mengikuti les privat sebanyak
Kondisi ini tentunya juga tidak terlepas dari faktor 58,8% untuk kategori selalu, dan 35% untuk kategori
kepribadian orang tua. Faktor kepribadian orang tua sering, dan hanya 2,94% orang tua yang tidak
dapat mempengaruhi pola asuh yang diterapkannya. menganjurkan siswanya untuk mengikuti les privat.
Apakah dengan kepribadian tertutup dan konserfatif Karena itu siswa juga lebih giat belajar tanpa dipe-
cenderung akan memperlakukan anak-anaknya rintahkan oleh orangtua yang ditunjukkan sebanyak
dengan ketat dan otoriter. Kepribadian anak juga 54,4% siswa. Dari kesenderungan hasil penelitian
berpengaruh terhadap pola asuh yang terbuka, di tersebut dapat ditegaskan bahwa yang harus diper-
mana anak akan lebih cepat menerima ransang yang hatikan dalam menerapkan pola asuh dalam keluar-
diberikan orang tua dan hal iniakan mempengaruhi ga, yaitu: kehangatan dan keterlibatan. Kehangatan
pemilihan pola asuh yang diterapkan. berarti pencurahan cinta dan pengorbanan orangtua
Merespon perilaku siswa; orang tua mendukung bagi anak yang ditunjukkan dengan sentuhan fisik,
hobby siswa yang dinyatakan dengan 54,4% untuk memberi dukungan verbal terhadap tingkah laku dan
selalu, dan 43% untuk kategori sering. Sedangkan perasaan anak. Menunjukkan kebanggaan dan ke-
untuk kategori tidak pernah mendukung hobby siswa senangan pada keberhasilan anak, memberi perlin-
hanya 1,47%. Orang tua memberikan hadiah atau dungan dan menjamin kesejahteraan anak. Keter-
pujian jika siswa mendapat nilai bagus dinyatakan libatan berarti kemampuan orangtua mengenali
oleh sebagian besar siswa yaitu 58.8% dan hanya tingkah laku dan perasaan anak, merasa bangga dan
1,47% yang tidak memberikan pujian. senang atas keberhasilan anak, serta memberikan
Mengontrol perilaku siswa; hal ini ditunjukan perhatian terhadap kesejahteraan anak.
dengan orang tua dalam mengontrol periiaku siswa Memiliki harapan dan cita-cita; hal inj ditunjuk-
ditunjukan dengan cukup baik yaitu 52,9%, dan kan dengan pemahaman siswa terhadap perbedaan
hanya 7,35% yang tidak membatasi periiaku siswa. membaca komik dengan buku pelajaran, yaitu seba-
Untuk keperluan sekolah siswa sekitar 57,9% orang nyak 44,4% siswa lebih senang membaca buku
tua menyediakan seluruh keperluan sekolah siswa pelajaran dari pada komik,dan hanya 7,35% anak
dan hanya 4,41% yang tidak dapat memenuhi keper- yang suka baca buku komik daripada buku pelajaran.
luan sekolah siswa. Terhadap hukuman fisik tidak Sedangkan dalam mengerjakan PR, siswa lebih suka
semua orang tua melakukan hukuman fisik hal ini orang tua memberikan perhatian yaitu 42,6%, dan
ditunjukkan dengan angka 22,1%, dan yang kategori hanya 10,3% yang tidak suka. Penghargaan dalam
kadang-kadang 60,3% dan tidak pernah 1,47%. Se- belajar; dalam memotivasi siswa belajar orang tua
dangkan kebanyakan orangtua menentukan bermain suka memberikan pujian terhadap hasil karya siswa
siswa sebanyak 58,8% dan hanya 10,3% yang tidak yang ditunjukkan dengan 48,5%,dan hanya 4,41%
150 Sekolah Dasar, Tahun 21, Nomor 2, November 2012, hlm. 145–151

siswa yang tidak senang mendapat pujian oleh orang siswa yang dominan berbentuk pola asuh demokratis
tua. Dan siswa yang menanyakan PR yang kurang memiliki karakteristik; perhatian orang tua dalam
mengerti kepada orangtua sebanyak 42,6% dan berinteraksi dengan siswa, komunikasi dan pemberi-
hanya 10,3% yang tidak menanyakan PR. an penghargaan, merespon dan mengontrol perilaku,
Melibatkan diri dalam kegiatan belajar; dalam pemenuhan kebutuhan belajar, usaha sungguh-
belajar siswa lebih semangat jika belajar kelompok sungguh dan tidak puas dengan hasil yang sudah
yang ditunjukkan oleh 22,1% untuk kategaori selalu dicapai, memiliki harapan dan cita-cita, melibatkan
dan 63,2% untuk kategori kadang-kadang dan tidak diri dalam suasana belajar, dan memiliki suasana
ada (0%) yang tidak suka belajar kelompok. Dan belajar yang nyaman. Kedua, pola asuh demokratis
dalarn belajar kelompok siswa lebih senang diperha- dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi bela-
tikan oleh orang tua yaitu 61,8% dan hanya 2,94% jar yang tinggi pada siswa, yang pada gilirannya
yang tidak suka diperhatikan orangtua dalam belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
kelompok.
Suasana belajar yang nyaman; pada umumnya Saran
orangtua telah menyediakan tempat belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diberikan
di rumah. Hal ini ditunjukkan dengan 64,7% siswa
saran-saran sebagaiberikut:
telah memiliki tempat belajar, dan hanya 2,94% yang
Siswa dan orang hendaknya dapat menjalin
belum memiliki tempat belajar sendiri. Karena itu
hubungan yang harmonissehingga pola asuh yang
suasan belajar di rumah dinilai oleh siswa cukup
diberikan oleh orang tua dalam memotivasi siswa
nyaman yaitu 55,9%, dan dibantu oleh orangtua jika
belajardapat lebih ditingkatkan lagi.
siswa mengalami kesulitan dalam belajar yaitu
Siswa dan orang tua harus saling mengisi dalam
61,8%, dan hanya 2,94% yang tidak merasa nyaman
berbagai hal, sehingga pola asuh yang diberikan baik
belajar di rumah dan juga tidak mendapat bantuan
yang bersifat dominan maupun tidak, dapat mem-
orangtua.Berdasarkan kondisi suasana belajar siswa
bantu proses belajar siswa untuk meningkatkan
tersebut dapat ditegaskan bahwa lingkungan yang prestasi belajar siswa di sekolah.
dimaksud adalah segala hal yang mempengaruhi Bagi pihak sekolah, temuan penelitian ini dapat
atau mendukung terhadap perubahan pengetahuan, dijadikan bahan evaluasi dan pertimbangan dalam
keterampilan dan sikap siswa. Pendapat ini didu- membantu siswa terutama memotivasi belajarnya..
kung oleh James Whittaker (dalam Ahmadi, 2004) Bagi siswa yang menjadi responden peneiitian,
bahwa belajar merupakan proses di mana tingkah dapat dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau cara beiajar yang lebih efektif sehinggan tercapai
pengalaman. Oleh sebab itu, setiap individu memer- prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan
lukan motivasi belajar dalam dirinya. siswa.
SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR RUJUKAN
Simpulan Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik Cipta.
kesimpulan bahwa pola asuh orang tua dalam me- Akmal, S., dkk. 2005.Panduan Penulisan Skripsi Pro-
motivasi belajar siswa SDN di Kabupaten Muaro gram Ekstensi Bimbingan Konseling. Jambi:
FKIP Universitas Jambi.
Jambi sudah sangat baik. Secara umum kualitas pola
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
asuh orangtua cenderung berbentuk demokratis dan Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
tergolong sangat baik yaitu di atas rata-rata. Alasan- Charles, S. 2006.Cara Efektif Menididik Anak dan
nya pola asuh orangtua berbentuk otoriter kurang Mendisiplinkan Anak, Jakarta: Mitra Utama.
baik untuk memotivasi siswa dalam belajar. Kualitas Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
motivasi belajar siswa di kabupaten Muaro Jambi Cipta.
tergolong sangat baik dan memiliki harapan dan cita- Gerungan, W.A. 2003. Psikologi Sosial. Bandung: Eresc.
cita untuk mencapai hasil belajar secara maksimal. Hurlock, E. 2003. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Secara khusus pola asuh orang tua dalam Husein. 2002. Strategi Risert Perusahaan. Jakarta: PT
memotivasi belajar siswa sebagai berikut. Pertama, Gramedia.
Yaumil, A. 1996. Pedoman Pelaksanaan Pola Asuh Anak
bentuk pola asuh orangtua dalam memotivasi belajar
Dalam Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.
Idrus, Pola Asuh Orangtua dalam Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar 151

Sardiman, M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Surya, M. 2004. Psikologi Konseling. Jakarta.Faktor-
Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada. faktor yang Mempengaruhi Belajar,http://
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempe- www.parrnuiiwibowo.wordpress.com) Peran-
ngaruhinya. Jakarta: BinaAksara. gurudalam-membangkitkan-motivasi-belajar-
siswa.”(http://bruderfic.co.id)1297.html.

Anda mungkin juga menyukai