Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PERKEMBANGAN ANAK

1. Pengertian Perkembangan Anak


1.1 Pengertian Secara Etimologis

Perkembangan berasal dari kata kembang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kembang berarti maju, menjadi lebih baik.

1.2 Pengertian Secara Termitologis

Perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial
dan psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup

2. Fungsi-Fungsi Kepribadian Manusia


Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek
kejiwaan.
2.1 Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah diantaranya adalah:
1. Fungsi motorik pada bagian-bagian tumbuh.
2. Fungsi sensorik pada alat-alat indera.
3. Fungsi neurotik pada sistem syaraf.
4. Fungsi seksual pada bagian-bagian tumbuh yang erotis.
5. Fungsi pernafasan pada organ pernafasan.
6. Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi.
7. Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan.
2.2 fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya:
1. Fungsi perhatian.
2. Fungsi pengamatan.
3. Fungsi tanggapan.
4. Fungsi ingatan.
5. Fungsi fantasi.
6. Fungsi pikiran.
7. Fungsi perasaan.
8. Fungsi kemauan.
Setiap fungsi yang disebutkan di atas, baik yang jasmaniah maupun yang kejiwaan,
dapat mengalami perubahan. Perubahan pada fungsi-fungsi tersebut tidak secara kuantitatif,
melainkan lebih bersifat kualitatif. Perubahan yang kualitatif tidak dapat dikatakan sebagai
pertumbuhan, melainkan sebagai perkembangan. Oleh karena perkembangan menyangkut
berbagai fungsi, baik jasmaniah maupun rohaniah, maka akan salah apabila kita beranggapan
bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.
3. Hukum-hukum Perkembangan
Perkembangan tidak dapat dipisahkan daari pertumbuhan. Pertumbuhan sesuatu
materi jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada materi
jasmanish itu. Perubahan fungsi jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsi itu.
Kematangan fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempenaruhi perubahan pada fungsi-fungsi
kejiwaan. Itulah sebabnya mengapa perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan
pertumbuhan. Seperti halnya pertumbuhan yang terjadi dengan hukum-hukum tertentu,
demikian pula perkembangan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan dengan hukum-
hukum tertentu pula. Hukum perkembangan diantaranya adalah:
1. Perkembangan adalah kualitatif
Perkembangan tidak mengenai materi, melainkan mengenai fungsi. Perubahan fungsi
tidak terjadi secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif. Dengan demikian perkembangan
itu adalah kualitatif.
2. Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil belajar
Berbagai bukti menunjukkan bahwa ciri perkembangan fisik dan mental sebagian
berasal dari proses kematangan intrinsik dan sebagian 16Wasty Soemanto, Op. cit., hlm. 55.
berasal dari latihan dan usaha individu. 17Belajar merupakan kegiatan yang dinamis, oleh
karena itu wajar bahwa pengatahuan, keterampilan dan sikap seseorang menjadi berkembang
setelah belajar. Perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan
menentukan tingkat kedewasaan. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang merupakan indikator
penting bagi perkembangan orang, baik secara jasmaniah maupun kejiwaan.
3. Usia mempengaruhi perkembangan
Beberapa anak berkembang dengan lancar bertahap dan langkah demi langkah,
sedangkan yang lain bergerak dengan melonjak. Beberapa diantaranya menunjukkan sedikit
penyimpangan. Oleh karena itu semua anak tidak mencapai titik perkembangan yang sama
pada usia yang sama.18 Dengan bertambahnya usia, maka perkembangan dan pertumbuhan
seseorang berlangsung terus menuju kepada tingkat kematangan-kematangan tertentu pada
fungsi-fungsi jasmaniah. Kematangan fungsi jasmaniah dapat mempercepat proses
perkembangan, baik pada fungsi jasmaniah itu sendiri maupun pada fungsi kejiwaan.
4. Masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang berbedabeda
Dalam keadaan normal, perkembangan seseorang berlangsung dalam tempo tertentu
yang tidak mesti sama jika dibandingkan dengan tempo perkembangan orang lain.
Tergantung tingkat faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik secara internal maupun
eksternal.
5. Dalam keseluruhan periode perkembangan, setiap perkembangan individu
mengikuti pola umum yang sama. Setiap individu berkembang dengan mengikuti pola
umum yang sama. Ini dikarenakan masing-masing individu memiliki material serta fungsi-
fungsi yang sama untuk bertumbuh. Perubahan sifat-sifat terjadi secara berkesinambungan
dan teratur meskipun terdapat pengaruh lingkungan yang menyebabkan perbedaan
perkembangan, namun pola umum perkembangan tetap sama.
6. Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan
Setiap fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama
dan pengaruh timbal balik antara potensi hereditas dengan faktor lingkungan.21 Faktor
hereditas dan lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu. Hereditas
menumbuhkan fungsifungsi dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan pengaruh lingkungan
lainnya mengembangkan fungsi-fungsi dan kapasitas. Baik rangsangan hereditas dan
rangsangan lingkungan berinteraksi saling mempengaruhi untuk menimbulkan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengharuskan pendidik untuk melakukan usaha-
usaha:
a. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
b. Memotivasi kegiatan anak untuk belajar, dan
c. Membimbing perkembangan anak kearah perkembangan optimal
7. Perkembangan yang lambat dapat dipercepat
Lambatnya perkembangan pribadi anak yang diakibatkan oleh penyakit, tekanan batin
keputusasaan dan kurangnya perhatian dari lingkungan dapat dipercepat, melalui sikap pro
aktif dari orang tua yang dedaktis, penciptaan lingkungan yang kondusif, serta memotivasi
belajar anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak.
8. Perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi
Meskipun tingkah laku individu pada mulanya bersifat umum, namun dengan
majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan masingmasing fungsi yang tidak bersamaan.
Dalam pola umum pertumbuhan fisiknya, muncullah fungsi menggunakan sebelah tangannya
tanpa dibarengi dengan penggunaan tangan yang sebelahnya lagi. Gerakan tangan yang masih
global itu kemudian disusul dengan gerakan otot balik pada tangan dan jari untuk dapat
memegang sesuatu benda. Dan akhirnya berkembanglah kecakapan sensoris-motorik seperti
menulis dan memetik senar gitar. Ini merupakan proses individuasi dengan jalan
mendefinisikan gerakan-gerakan khusus secara berangsur-angsur dari pola gerak global
atau umum.
Perkembangan juga merupakan proses integrasi. Perkembagan pribadi terjadi dari
kondisi sederhana menuju kondisi yang semakin kompleks. Kecakapan-kecakapan yang
bersifat kompleks berkembang melalui koordinasi dan integrasi dari fungsi-fungsi yang lebih
sederhana dan kecil-kecil. Kenyataan ini menghendaki agar pendidikan mamp membimbing
anak sehingga anak dapat mengungkap potensi-potensi yang dimiliki secara totalitas.23
4. Aspek-Aspek Perkembangan
Perkembangan berhubungan dengan keseluruhan kepribadian individu, karena
kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Kesatupaduan kepribadian
ini sebenarnya sukar dipisah-pisahkan, tetapi untuk sekedar membantu mempermudah dalam
memepelajari dan memahaminya, pembahasan aspek demi aspek bisa dilakukan Secara
sederhana kita dapat membedakan beberapa aspek utama kepribadian, yaitu aspek fisik dan
motorik, aspek intelektual, aspek sosial, aspek bahasa, aspek emosi, dan aspek moral dan
keagamaan. Aspek-aspek ini adalah aspek-aspek besar yang terbagi lagi atas sub aspek dan
sub-sub aspek yang lebih kecil. Perkembangan dari setiap aspek kepribadian tidak selalu
bersamasama atau sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin
juga mengikuti aspek lainnya, tergantung dari faktor lingkungan tumbuh anak.
Demikian uraian singkat dari aspek-aspek perkembangan:
4.1 Aspek Fisik dan Motorik
Aspek ini mengalami perkembangan yang sangat menonjol adalah pada awal
kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahuntahun pertama kehidupannya.
Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi tumbuh dan berkembangan dari
seperduaratus mili meter menjadi 50 cm panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang
tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang bisa duduk, merangkak,
berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai
benda atau alat pada akhir tahun kedua.
4.2 Aspek Intelektual
Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan
kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana, kemudian
berkembang ke arah pemahaman dan memecahkan masalah yang lebih rumit. Aspek ini
berkembang pesat pada masa mulai masuk sekolah dasar (6-7 tahun). Berkembang konstan
selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas (usia 16-17
tahun). Walaupun individu semakin pandai setelah belajar di perguruan tinggi, namun para
ahli berpendapat bahwa setelah usia 17 tahun atau 18 tahun peningkatan kemampuan terjadi
sangat lamban, yang ada hanyalah pengayaan, pendalaman dan perluasan wawasan.
4.3 Aspek Sosial
Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan anak dengan orangorang di sekitarnya.
Lama, sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi yang baru dilahirkan akan
merespon bunyi atau suara dan menuju ke asal suara sebagaimana layaknya orang dewasa.
Bayi harus diberikan perawatan dengan penuh kelembutan, kasih sayang dan perhatian yang
konsisten, sebab pada masa itu bayi sedang belajar tentang kasih sayang dan mempercayai
orang lain. Anak yang merasa diberikan kasih sayang dan keamanan pada masa awal
perkembangannya, maka ia kelak mudah mengembangkan persahabatan dan kedekatan
dengan orang lain. Ketrampilan sosial cukup kompleks, dan anak perlu waktu untuk
memahaminya. Anak perlu belajar tentang bagaimana merasakannya, bagaimana mendengar,
berbagi, bekerjasama, mengambil atau memberi, dan mengatasi konflik. Umumnya bayi dan
anak kecil dikenalkan oleh keinginan-keinginan dan perasaannya sendiri. Mereka belum
dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ia akan berbuat sesuatu sesuai
dengan apa yang ia rasakan dan inginkan.
4.4 Aspek Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan menirukan bunyi dan perabaan.
Perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual
dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berfikir. Berfikir merupakan suatu proses
memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik
tanpa alat bantu, yaitu bahasa. Perkembangan kedua aspek ini saling menunjang. Bahasa juga
merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung
dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga
berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial.
4.5 Aspek Emosi
Perkembangan aspek afektif atau perasaan (emosi) berjalan
konstan, kecuali pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja tengah (usia 15-16
tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya,
diselingi dengan rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.
Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka. Gejolak
ini berakhir pada masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Kalau pada masa remaja tengah anak
terombang-ambing dalam sikap mendua, ambivalensi, maka pada masa remaja akhir anak
telah memiliki pendirian sikap yang relatif mempunyai kepercayaan diri.
4.6 Aspek Moral dan Keagamaan
Aspek moral dan keagamaan juga berkembang sejak kecil. Peranan lingkungan
terutama keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak
melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, kemudian menjadi perbuatan
atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiri inipun, pada mulanya dilakukan karena ada
kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontrol dari dalam dirinya
sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan
bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan suatu imbalan atau
pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa
remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu sangat berpengaruh terhadap
pencapaian nya.
Sebagai realisasi tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak dalam hal
keagamaan, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatiakan orang tua, yaitu
pendidikan ibadah, pendidikan pokokpokok ajaran agama, pendidikan akhlakul karimah dan
pendidikan aqidah.
Secara umum terdapat pola-pola perkembangan, baik untuk setiap aspek maupun
keseluruhan aspek perkembangan, tiap individu seringkali ditemukan kekhususan-
kekhususan. Terbentuknya pola khusus ini berkaitan erat dengan perpaduan antara foktor-
faktor yang ada dalam diri individu dengan faktor luar.
5. Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase
perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu
yang berbeda dengan fase sebelumnya. Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam
masa-masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya.
Menurut Toy Buzan, secara garis besar seorang anak mengalami tiga tahap
perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan
mental. Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat
tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan oleh
tangan dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan fisik mengacu pada perkembangan alat-atal
indra.
Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan, kesadaran
umum, dan perkembagan kecerdasan. Para ahli psikologi perkembangan pada umunya
membagi periodisasi perkembangan didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada
tiga hal antara lain periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan psikologis dan
periodisasi berdasarka dedaktis.
5.1 Periodisasi berdasarkan perubahan biologis
Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan Aristoteles yang
menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa dalam tiga
periode, sebagai berikut:
a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain)
b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah rendah)
c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan)
Yang dijadikan dasar Aristoteles dalam pembagian perkembangan adalah dengan
memperhatikan gejala pertumbuhan jasmani: antara fase pertama dan fase kedua dibatasi
dengan pergantian gigi, antara fase kedua dan ketiga ditandai dengan bekerjanya kelenjar
kelengkapan kelamin.
5.2 Periodisasi berdasarkan psikologis
Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch. Gejala psikologis yang
dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa kegoncangan. Menurut Kroch,
kegoncangan yang ia istilahkan dengan trotz, dialami manusia selama dua kali, yakni;
a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan tehun kelima, dan
b) pada permulaan masa pubertas.
5.3 Periodisasi berdasarkan dedaktis
Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan ini adalah
berhubungan dengan masalah materi apa yang harus diberikan dan bagaimana mengajarkan
materi itu kepada anak. Tokoh pencetus pembagian periode ini adalah John Amos Comenius
yang terkenal konsepsinya mengenai bermacam-macam sekolah yang
disesuaikan dengan perkembangan anak. Secara singkat periodesasi yang
dibuat Comenius antara lain sebagai berikut:
a. Masa sekolah ibu, (untuk anak usia 0 sampai 6 tahun)
b. Masa sekolah bahasa ibu (untuk anak usia 6 sampai 12 tahun)
c. Masa sekolah bahasa latin, (untuk anak usia 12 sampai 18 tahun)
d. Masa sekolah tinggi, (untuk anak usia 18 sampai 24 tahun)
1. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerakgerak, menangis. Usia
setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu kata, 300 kata dalam usia 2 tahun,
sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5
tahun baru tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk
belajar. Dalam membentuk diri anak pada usia ini menurut Rasulullah adalah dengan cara
belajar sambil bermain karena dinilai sejalan dengan tingakt perkembangan usia ini.
2. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan intelektual,
perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah menyatakan bahwa
bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan moral (Addibhu). Sebagai langkah
awal yang dinilai efektif dalam pembentukan disiplin pada usia ini adalah shalat, puasa
dibulan Ramadhan, mengaji, dan lain sebagainya.
3. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa dari usia
14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada pada masa transisi sehingga
menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan harian
sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka
dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-
kanak ke masa pubertas. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak batin seperti
itu akan menimbulkan
Perkembangan pribadi manusia menurut Wasty Soemanto dibagi ke dalam beberapa
aspek perkembangan, antara lain perkembangan aspek fisiologis, perkembangan aspek
psikologis, perkembangan aspek sosial, dan perkembangan aspek didaktis/pedagogis. Tahap-
tahap perkembangan untuk tiap aspek tersebut tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-
tahap perkembangan pada tiap-tiap aspek secara umum:
1. Tahap-tahap perkembangan fisiologis
Perkembangan fisiologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan
fungsi-fungsi fisiologis. Dengan adanya berbagai penelitian tentang pertumbuhan dan
perkembangan biologis manusia, akhirnya orang pun dapat menemukan pengetahuan tentang
tahap-tahap perkembangan fisiologis manusia secara agak mendetail. Berikut ini tahap-tahap
perkembangan fisiologis yang cukup terperinci sesuai dengan hasil penelitian dari Gesell dan
Amatruda.
Menurut mereka tahap-tahap perkembangan fisiologis manusia dari awal
prenatal sampai usia 5 tahun:
a. Tahap konsepsi (seminggu setelah pembuahan); dalam tahap ini sperma memasuki ovum
dan dalam proses pertumbuhannya terjadi pula pengorganisasian sel-sel “germinal”.
b. Tahap embrionik (1 minggu sesudah konsepsi sampai umur 8 minggu kandungan); dalam
tahap ini setelah ovum dimasuki oleh unsur syaraf dari ibu, terjadilah pertumbuhan sistem
syaraf. Dalam proses pertumbuhan sistem syara ini terjadi pula pembentukan fungsi
preneural.
c. Tahap fetal (umur 2 sampai 2,5 bulan kandungan); tahap ini terjadi pembentukan fungsi
informasi dan komunikasi dengan sensitifitas oral.
d. Tahap perluasan fetal (umur 2,5 sampai 3,5 bulan kandungan): dalam tahap ini terjadi
perluasan pembentukan fungsi vetal dengan berkembangnya sistem syaraf dan jaringan otak
di kepala.
e. Tahap perkembangan reflek (umur 3,5 sampai 4 bulan kandungan); fungsi reflek mulai
berkembang.
f. Tahap perkembangan alat pernafasan (umur 4 sampai 4,5 bulan kandungan); dalam tahap
ini terjadi perkembangan fungsi pernafasan pada bayi prenatal.
g. Perkembangan fungsi tangan (umur 4,5 sampai 5 bulan kandungan); tahap ini tangan dan
jari-jarinya mulai dapat bergerak-gerak.
h. Tahap perkembangan fungsi leher (umur 5 sampai 6 bulan kandungan); tahap ini terjadi
percepatan gerakan dan reflek pada leher.
i. Tahap perkembangan fungsi otonomik (umur 6 bulan sampai lahir); dengan semakin
lengkapnya pertumbuhan material tubuh bayi, maka dalam tahap ini berkembanglah fungsi
sistem otonomik dengan pengendalian fisiko-kimiawi.
j. Tahap kelahiran (sekitar 9 sampai dengan 10 bulan kandungan); dalam tahap ini terjadi
perkembangan pesat pada fungsi vegetatif.
k. Tahap perkembangan fungsi penglihatan (usia 1 bulan); bayi mulai dapat melihat benda-
benda di alam sekitarnya, ini berlangsung sampai usia 4 bulan.
l. Tahap keseimbangan kepala (usia 4 sampai 7 bulan); dalam tahap ini gerakan kepala
semakin seimbang.
m. Tahap perkembangan fungsi tangan (usia 7 sampai 10 bulan) tahap ini gerakan-gerakan
tangan anak semakin terarah dan semakin kuat, sehingga anak cakap memegang dan
menangkap sesuatu dengan tangan.
n. Tahap perkembangan fungsi otot dan anggota badan (usia 10 bulan sampai 1 tahun); anak
mengalami perkembangan berangsur-angsur dalam hal duduk, merayap, merangkak dan
merambat.
o. Tahap perkembangan fungsi kaki (usia 1 sampai 1,4 tahun); anak mulai dapat berdiri dan
belajar berjalan.
p. Tahap perkembangan fungsi verbal (usia 1,5 sampai 2 tahun); anak mulai dapat menirukan
dan mengucapkan kata-kata, dan kemudian pernyataan-pernyataan singkat.
q. Tahap perkembangan toilet (umur 2 sampai 3 tahun); anak mulai dapat belajar kencing dan
buang air besar tanpa bantuan orang lain.
r. Tahap perkembangan fungsi bicara (usia 3 sampai 4 tahun); anak mulai bicara secara jelas
dan berarti. Kalimat yang diucapkan anak mulai semakin baik.
s. Tahap belajar matematik (usia 4 sampai 5 tahun); anak mulai dapat belajar matematik
sederhana misalnya, menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan dan penguasaan
jumlah kecil dari pada benda-benda.
t. Tahap sosialisasi (usia 5 sampai 7 tahun); dalam tahap ini anak mulai dapat belajar bergaul
dengan teman-teman sebayanya. Dalam umur ini anak siap mengikuti pendidikan kanak-
kanak.

2. Tahap-tahap perkembangan psikologis


Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa
dewasa. Seperti halnya pada perkembangan fisiologis, maka perkembangan psikologis
melalui pentahapan tertentu yang berbeda dengan pentahapan perkembangan fisiologis.
Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan
manusia berlangsung dalam 5 tahap, sebagai berikut:
a. Perkembangan masa bayi (sejak lahir – 2 tahun) Dalam tahap ini perkembangan pribadi
didominasi oleh perasaan. Perasaan-perasaan senang atau tidak senang menguasai diri
anak bayi, sehingga setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku bayi sangat
dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan ini sendiri tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan
berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimuli lingkungannya.
b. Perkembangan masa kanak-kanak (2 – 12 tahun) Dalam tahap ini, perkembangan pribadi
anak dimulai dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indera anak untuk mengadakan
pengamatan. Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi pengamatan pada
anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa
ini sangat didominasi oleh pengamatannya.
c. Perkembangan masa pre adolesen (12 – 15 tahun) Dalam tahap ini perkembangan fungsi
penalaran intelektual pada anak sangat dominan dengan adanya pertumbuhan sistem syaraf
serta fungsi pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi suatu ide atau pengetahuan dari
orang lain. Kekuatan intelektual kuat, energi fisik kuat, sedangkan kemauan kurang keras.
Dengan pikirannya yang berkembang anak mulai belajar menemukan tujuan-tujuan serta
keinginan-keinginan yang dianggap sesuai baginya untuk memperoleh kebahagiaan.
d. Perkembangan masa adolesen (15 – 20 tahun) Dalam tahap perkembangan ini kualitas
kehidupan manusia diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini membuat anak
mulai tertarik kepada lawan jenis. Disamping itu, anak mulai mengembangkan pengartian
tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernilai moral. Ia
juga mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta kepentingan pribadinya.
Berhubungan dengan berkembangnya keinginan dan emosi yang dominan dalam pribadi anak
dalam masa ini Maka anak dalam masa ini sering mengalami kegoncangan serta ketegangan
dalam jiwanya.
e. Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun) Dalam tahap ini perkembangan fungsi
kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan
hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok dan
pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini akan direalisir oleh individu dengan belajar
mengandalkan daya kehendaknya. Dengan kemauannya, orang melatih diri untuk memilih
keinginan-keinginan yang akan direalisir dalam tindakan-tindakannya. Realisasi setiap
keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehingga orang dalam masa perkembangan ini
mulai mampu melakukan "self direction dan self control". Dengan kemampuan self direction
dan self control itu maka manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab.

3. Tahap perkembangan sosiologis


Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan
hubungan sosial di masa depan, dan pola perilaku terhadap orang-orang lain. Dan karena
kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah, maka di rumahlah di letakkan dasar perilaku dan
sikap sosialnya kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau
anti sosial merupakan sikap bawaan. Penelitian tentang penyesuaian sosial anak
menunjukkan pentingnya peletakan dasar-dasar sosial pada masa bayi. Hal ini berdasarkan
dua alasan. Pertama, jenis perilaku yang diperlihatkan bayibayi dalam situasi sosial
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Alasan kedua mengapa dasar-dasar sosial
yang dini itu penting adalah, bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap
sampai anak dewasa.
Tentu saja ini tidak berarti bahwa kondisi tidak dapat diubah dengan bertambah
majunya bayi atau selama masa kanak-kanak. Hal ini jelas bahwa dasar-dasar yang buruk
merupakan penyebab dari penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang buruk. Tetapi,
mengadakan perubahan setelah pola perilaku menjadi kebiasaan tidaklah mudah, juga tidak
ada jaminan bahwa perubahan-perubahan ini akan sempurna. Itulah sebabnya mengapa dasar-
dasar sosial yang baik sangat penting selama tahun-tahun masa bayi.

4. Tahap-tahap perkembangan dedaktis/pedagogis


Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat dikemukakan di
sini menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan
pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan. Mengenai
pentahapan perkembangan pribadi manusia dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan
pendidikan dapat diambilkan dari John Amos Comenius, mengenai perkembangan pribadi
manusia yang terdiri atas lima tahap:
a. Tahap 6 tahun pertama, Tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memungkinkan
anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.
b. Tahap 6 tahun kedua, Tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang
memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal
dan menganalisa lingkungannya.
c. Tahap 6 tahun ketiga, Tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan
anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan antar
variabel di dalam lingkungannya.
d. Tahap 6 tahun keempat, Tahap perkembangan fungsi kemampuan "berdikari" self
direction dan self control.
e. Tahap pematangan pribadi, Tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek
kepribadian menuju kematangan pribadi dimana manusia berkemampuan mengasihi Allah
dan sesama manusia.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak


Adapun beberapa faktor yang disebut faktor internal antara lain mencakup:
1. Intelegensi, Intelegensi termasuk faktor penting, dimana intelegensi sangat
menentukan tingkat kecepatan perkembangan kepribadian.
2. Seks/jenis kelamin, Perbedaan perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak
jelas, yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniahnya. Pada waktu
lahir, anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat
perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-
laki. Anak perempuan umumnya lebih cepat mencapai kematangan seks kirakira satu atau
dua tahun lebih awal dan fisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki.
Dalam perkembangan mental juga tampak ada perbedaan, anak perempuan lebih cepat
mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki, terutama dalam kondisi kecerdasan.
3. Kelenjar-Kelenjar, Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa indoktrinologi
(kelenjar buntu) berpengaruh pada pertumbuhan jasmani seseorang setelah ia dilahirkan.
4. Kebangsaan (ras), Hal ini bisa dijelaskan dengan mengambil contoh: bahwa anakanak
dari ras Mediteran (laut tengah) tumbuh lebih cepat daripada anakanak dari Eropa sebelah
utara. Anak-anak Negro dan Indian pertumbuhannya tidak begitu cepat dibandingkan dengan
anak-anak kulit putih dan kuning.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan antara
lain mencakup:
1. Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi
perkembangan. Anak kedua, ketiga dan seterusnya pada umumnya perkembangan itu lebih
cepat dari pada anak pertama. Anak bungsu biasanya perkembangannya lebih lambat karena
cenderung dimanja.
2. Makanan
Pada usia kanak-kanak makanan merupakan faktor yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya berhubungan dengan kuantitas makanan,
tetapi juga berkenaan dengan kualitas gizi yang terkandung di dalamnya. Keduanya sangat
mempengaruhi perkembangan fisiologis dan mental anak-anak secara langsung atau tidak
langsung.
3. Budaya
Faktor budaya sangat besar pengaruhnya, sehingga dapat mempengaruhi sifat
kepribadian dan kedewasaan seseorang. Hal yang termasuk dalam faktor budaya di sini selain
budaya masyarakat termasuk juga pendidikan, agama dan sebagainya.
7. Tanda-Tanda Perkembangan Belajar Anak
Dalam kerangka penciptaan lingakungan keluarga yang memberikan nilai edukatif
pada anak, orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak. Dengan
memahami karakteristiknya, seorang ibu atau orang tua dapat menangkap segala isyarat yang
ditampilkan anak melalui perilakunya. Hal tersebut bermanfaat untuk merespon perilaku anak
sehingga tanggapan yang muncul adalah yang mengandung unsur belajar anak. Bagian
berikut akan menguraikan perkembangan anak mulai dari bayi hingga usia menjelang
sekolah.
7.1 Usia Pengelompokan
Usia Pengelompokan
0 sampai 6 bulan Bayi fase 1
6 sampai 12 bulan Bayi fase 2
1 sampai 2 tahun Anak kecil fase 1 (batita 1)
2 sampai 3 tahun Anak kecil fase 2 (batita 2)
3 sampai 4 tahun Usia awal sekolah (pra TK)
4 sampai 5 tahu Usia pra sekolah (usia TK)
Tabel : Pengelompokan Anak Berdasarkan Usia47
Aspek-aspek perkembangan yang akan di elaborasi secara rinci berkaitan dengan
aspek fisik, sosial berfikir, dan komunikasi. Karakteristikkarateristik dari sudut pandang
tersebut sangat mendasar karena merupakan fundamen bagi kehidupan dan perkembangan
anak usia dini, baik menyangkut dirinya, keluarganya maupun komunitasnya yang lebih lua

1. 0 sampai 6 bulan
Berbagai hasil penelitian menunjukakan, bayi di usia awal bukanlah
individu yang selalu harus dibantu, sosok yang merepotkan, atau individu yang
tidak punya potensi apapun. Sebetuynya ia adalah seorang pelajar yang aktif. Hal tersebut
dapat diketahui dari sejumlah perilaku yang ditampilakannya. Berikut ini ciri-ciri
perkembangan bayi pada fase 1 yang tampak jika dikaitkan dengan potensi belajarnya.
a. Segi fisik
1) Sejak lahir bayi sudah dapat bergerak dan menggerakkan kepalanya ke arah sumber suara
2) Secara bertahap, ia mampu memegang suatu secara tepat.
3) Ia merasa senang saat didudukan sambil berpegangan tangan orang dewasa atau orang
tuanya.
4) Senang memegang makanan dan merasa senang saat makanan itu dibolakbalikkan atau
dimain-mainan di hadapannya.
b. Segi sosial
1) Mampu melihat dan memandang orang dewasa saat memberi makanan kepadanya.
2) Tersenyum dengan muka yang cerah sambil bersuara riang, saat ada yang mendekat atau
menghampirinya.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Menangis saat ada yang hal tidak menyenangkan atau jika ia merasa lapar. Sebaliknya,
dapat dihentikan tangisannya ketika dibujuk.
2) Dapat mengeluarkan (membuat) suara, baik berupa ocehan maupun celotehan tertentu
yang khas, seperti layaknya bercakap-csakap. Kadang hal ini dilakukan ketika ia
memejamkan mata.
3) Tertawa saat diajak bercanda atau saat diajak bermain-main.
4) Dapat melihat dan mengenal obyek yang didekatkan dan ditunjukkan kepadanya.
5) Dapat memegang dan meggoyang-goyang obyek yang dipegangnya.
6) Dapat meletakkan dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.50

2. 6 sampai 12 bulan
Bayi usia 6 sampai 12 bulan sering disebut sebagai usia infant. Memasuki usia ini,
tubuh anak atau posturnya menjadi lebih kokoh dan kuat dibandingkan usia sebelumnya.
Pada periode ini, arah perilaku anak mulai berubah. Dari yang berpusat pada diri sendiri,
menuju ke eksplorasi atau menjelajah dunia yang berada di sekitarnya. Dengan cara seperti
itu anak memperoleh pengalaman dan kemampuan untuk membedakan keberadaan orang
lain. Misalnya, apakah orang yang berada di sekitarnya menyukainya atau tidak.
a. Segi fisik
1) Dengan dibiarkan atau dibimbing, anak dapat bergerak dari pangkuan ke arah duduk
sendiri.
2) Belajar minum dari gelas serta mengambil atau menyantap makanan dengan sendok
maupun tanpa sendok.
3) Mulai merangkak, maju pelan-pelan atau menyeret kakinya untuk bergerak ke depan.
4) Menarik, memegang atau mendorong tangan orang dewasa, seperti ingin dituntun untuk
melangkah atau berjalan.
5) Dapat meraih benda yang ada didekatnya.
b. Segi sosial
1) Menolak aau mengganggu orang lain yang tidak dikenalnya dengan baik.
2) Menunjukkan sikap baik kepada orang-orang yang familier dan akrab dengannya (dikenal
dekat atau sering kontak dengannya).
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Menoleh atau memandang ketika mendengar namanya disebut.
2) Dapat mendengar dengan jelas dan sudah dapat membedakan suara-suara yang
didengarnya.
3) Dapat meniru sejumlah kata-kata, seperti papa, mama, baba, dada dan lain-lain.
4) Dapat mendorong atau menyendok benda dengan alat tertentu, mengetukngetuknya,
membuai atau menciuminya pada saat bermain.
5) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
6) Menggigit dan mengunyah benda yang dimainkannya.
7) Senang menjatuhkan benda-benda dan melihat bagaimana jika benda tersebut dijatuhkan.
8) Mencari benda-benda yang sedang disembunyikan atau dijauhkan darinya oleh orang lain.
9) Membunyikan benda-benda yang ada disekitarnya.

3. 1 sampai 2 tahun
Usia ini sering disebut the early toddler. Di Indonesia terkenal dengan
istilah anak usia dibawah tiga tahun. Meskipun perkembangan fisik (terutama kaki) pada usia
ini bukan yang utama, anak pada usia batita tahap 1 suka berjalan, mendaki aau meniki
sesuatu. Jatuh, menabrak-nabrak, benjol dan memar-memar seringkali terjadi. Pada tahap
ini, penting sekali bagi orang tua untuk menjadi penganman utama. Pereean orang tua adalah
menarahkan gerak anak serta mendukungnya ketika diperlukan. Di samping perkembangan
tersebut, kemampua berbicara anak juga mulai tumbuh dan berkembang menuju yang lebih
baik.
a. Segi fisik
1) Mulai dapat makan sendiri.
2) Sudah mulai dapat berjalan sendiri
3) Dapat mendorong atau menarik mainan samil berjalan, misalnya menarik mobil-mobilan
yang diikatkan pada tali.
4) Dapat menggelindingkan atau melempar bola yang dipegangnya.
5) Dapat memegang pensil, meskipun masih dengan mengepal.
6) Senang dengan benda-benda kecil yang terbuka atau tidak terbungkus.
7) Senang memaki sepatu atau kaus kaki.
b. Segi sosial
1) Rasa takut pada orang yang tidak dikenal agak berkurang.
2) Bermain atau memainkan sendiri obyek tertentu yang dekat dengannya.
3) Melindungi atau mempertahankan benda-benda yang dimilikinya karena anak belum
mengerti berbagi.
4) Memukul atau mendorong anak lain jika merasa terancam atau diganggu.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Mengerti bahwa lambaian tangan adalah ungkapan selamat jalan, bahkan ia sudah dapat
melakukannya.
2) Dapat menyampaikan maksud aau keinginannya, walaupun seringkali dengan cara
berteriak dan ribut untuk mengungkapkannya.
3) Senang dengan buku-buku atau informasi bergambar.
4) Dapat menggelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju atau tidak mau terhadap sesuatu.
5) Menggunakan beberapa kata yang telah dikenalnya untuk berkomunikasi dan mencoba
berbicara dengan kata-kata baru yang diperolehnya atau dengan menirukannya.
6) Menggunakan dua kata seaai frase, misalnya “saya makan”, “bu minum” dengan ungkapan
nyata.
7) Dapat mengingat dimana benda-benda berada dan diletakkannya.
8) Dapat memukul-mukul, menepuk-nepuk atau medengung-dengungkan benda ertentu
sehingga menjadi irama musik atau menimbulkan suara
tertentu.

4. 2 sampai 3 tahun
Pada usia ini desebut the odler toddler atau batita tahap 2. di usia dua tahun, rasa ingin
tahu dan keinginannya untuk mengeksploraasi atau menjelajah segala sesuatu yang berada di
sekitarnya semakin besar. Mereka senang berada di antara anak lainnya. Jika orang tua dapat
menempatkan anak usia ini di kelmpoknya, situasi tersebut sangat baik karena dapat
memperbesar keinginannya untuk belajar dan beraktivitas di antara mereka sendiri. Marah
atau ungkapan ekspresi yang menunjukkan ketidakpuasan dan protes dalam rangka
menyampaikan maksud dan keinginannya adalah hal biasa dan umum pada usia ini. Yang
menggembirakan, perkembangan bicaranya menjadi lebih jelas dan lancar.
a. Segi fisik
1) Pertumbuhannya sedikit lebih cepat, tapi kadang mncul kedulitan ata penolakan terhadap
makanan.
2) Mulai menunjkka cara yang tepat dalam memegang atau merespon dengan tangan kanan
ataupun kiri.
3) Sudah dapat memegang alat tulis dan dapat menggunakannya, meskipun hasilnya msih
dalam bentuk cakar ayam.
4) Dapat menuangkan atau mengisikan sesuatu dari satu wadah kewadah lain.
5) Sudah dapat menggunakan kamar kecil untuk buang air kecil atau buang air besar dengan
bantuan orang lain.
b. Segi sosial
1) Dapat mengetahui nama-nama orang dekat dan akrab dengannya.
2) Bisa jadi, ia memiliki orang favorit karena dianggap paling dekat dengannya.
3) Jika ditanyakan padanya, ia dapat meyebutkan atau megatakan nama seseorang atas
namanya sendiri.
4) Namun ia masih kesulitan dalam bertukar dan mengembil alih peran sosialnya saat diminta
untuk melakukan suatu tindakan.
5) Mungkin akan marah atau melampiaska kemarahannya jika merasa letih, kesal atau
frustasidengan keadaan yang dihadapinya.
6) Dapat berinteraksi secara akrab atau dapat saling menyukai dan saling membutuhkan
dengan orang lain.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Anak mulai tekun atau giat melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri.
2) Anak mulai dapat berbicara dengan menggunakan kalimat, meskipun masih dengann
kalimat yang pendek dan terbaas.
3) Adak sudah lebih mudah mengerti dan memahami sesuatu atau apa yang dimaksudkan
orang lain.
4) Sudah dapat menggunakan dan menyebutkan nama-nama obyek, bendabenda atau keadaan
tertentu.
5) Tumbuh perilaku saling meniru satu sama lain jika sedang main bersama atas sesuatu yang
diamatinya.
6) Senang dan sering kali memukul-mukul atau meepuk-nepuk benda yang dapat
mengeluarkan bunyi, seolah sedang membentuk irama musik.
7) Sudah dapat mengikuti da mengerti instruksi atau petunjuk sederhana, misalnya “bawalah
sepatumu kesini”.
8) Senang mendengarkan cerita dan dongeng yang didengarkan kepadanya.
Memasuki usia awal pra sekolah atau sering disebut the young preschooler,
perkembangan sosialisasi anak semakin baik. Anak mulai dapat berpasangan dengan tema
main dan dapat mempercayai nya secara apik. Hal tersebut nampak saat ia bersama dengan
kelompok bermain nya . Pada tahap ini, proses belajar terpenting untuk anak adalah
bagaimana ia dapat menjadikan temannya sebagai bagian penting dalam memfasilitasi
perkembangannya. Di usia ini anak sudah dapat belajar menggunakan toilet atau WC
secara benar dan lebih baik dibanding sebelumnya. Meskipun demikian, mungkin masih
terdapat kesalahan-kesalahan. Ciri umum lainnya, memasuki usia awal para sekolah anak
gemar sekali menyampaikan banyak pertanyaan.
a. Segi fisik
1) Anak sudah dapat berjalan dan berlari dengan sempurna.
2) Anak sudah dapat melompat dengan kaki secara bersamaan.
3) Anak sudah dapat menaiki sepeda roda tiga.
4) Anak sudah dapan menggunakan WC atau toilet sendiri.
b. Segi sosial
1) Anak mulai dapat bermain kooperatif dengan anak lainnya.
2) Anak dapat berbagi dan saling mengambil alih peran dengan teman bermainnya pada saat
mereka berinteraksi atau bergabung.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Anak dapat mengetahui da mengidentifiasi suara yang telah atau pernah diketahuinya,
misalnya suara anjing, kucing, ayam dan lain-lain.
2) Anak sudah dapat bernyanyi atau melantnkan lagu-lagu dan iramanya.
3) Anak dapat menghitung angka atau jumlah.
4) Anak seringkali mengajukan pertanyaan.
5) Anak seringkali meminta arti atau meksud dari kata-kata yang baru dikenalnya.
6) Sudah dapat berkomunikasi lisan atau berbicara, meskiun pendek-pendek, tetapi kaimatnya
cukup jelas. Dapat meggambar suatu obyek yang dikenal.

6. 4 sampai 5 tahun
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4 tahun cukup berbeda dengan usia 2
tahun. Gerakan anak menjadi lebih mudah dan ia senang beraktivitas fisik. Kemampuan
konsentrasinya meningkat dan seringkali mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
disangka-sangka. Cara berpikirnya dituangkan dalam ucapan-ucapannya, gambar-gambarnya,
atau secara bertahap dan berangsur-angsur meninggalkan cara berfikir yang berorientasi pada
dirinya semakin sanggup melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain.
a. Segi fisik
1) Mulai dapat belajar meniki sepeda roda dua.
2) Dapat berdiri dan berjalan dengan kesembangan satu kaki.
3) Mampu melompat atua meloncat dengan baik.
4) Dapat memegang pensil dengan jempol dan jari-jarinya dengan cukup tepat, walaupun
masih harus diberi arahan.
5) Sudah dapat berpakaian dan mengikat tali sepatu sendiri.
b. Segi sosial
1) Kemampua bersahabatnya lebih berkembang, khususnya dengan sesama jenis.
2) Keinginan berbagi dan bertukar sesuatu atau pendapat dengan anak atau orang lain lebih
berkembang.
3) Menunjukkan kemampuan memahami perasaan orang lain.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas.
2) Dapat bercerita mengenal hal yang terjadi pada situasi nyata atau melalui bantuan gambar.
3) Dapat memeri informasi atau berbicara tentang pengalaman yang telah dilaluinya, walaupn
masih sulit dalam mencari atau menggunakan katakata untuk mengungkapkannya.
4) Dapat mendongeng (membawakan sebuah cerita), bercanda, dan menjawab tebak-
tebakkan, meskipun menurut orang dewasa mungkin tidak mengandung rasa humor.
5) Mampu menerima pesan-pesanyang diberikan.
6) Dapat menulis atau menarik garis (menggambar garis) sehingga memungkinkan dapat
memperbaiki kemampuannya menulis yang tadinya cakar ayam atau corat-coret, ke arah yang
lebih teratur dan formal.
7) Senang membuat atau mementuk sesuatu dengan tangannya, misalnya dari tanah liat dan
lilin.
8) Dapat menggunakan kata “dan” serta “tetapi”.
9) Mungkin mampu menulis nama sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

31Tony Buzan, Brain Child: Cara Pintar Membuat Anak Jadi Pintar, Terj. Marselita
Harapan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 159.
32Ibid.
33Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju Mizan Publika,
2004), hlm. 173.
13Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1990), hlm. 54.
14Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 11.
15Ibid.
https://www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=630&q=perkembangan+anak+pdf&sa=X&ved=0ahUKEwiJtpToztzQAhXB
K48KHVVlCgsQ1QIIgQEoBw
https://www.unicef.org/indonesia/id/A3_-_B_Ringkasan_Kajian_Pendidikan.pdf
http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=6835

Anda mungkin juga menyukai