PENDAHULUAN
diri melalui proses belajar. Hal ini menyebabkan proses belajar akan terjadi
sepanjang hidup manusia, dalam dunia pendidikan dikenal dengan Long Life
Education (LPID, 2006) karena secara eksistensial manusia secara terus menerus
berbuat atas dasar ilmu pengetahuan. Adanya ilmu pengetahuan akan dapat
Maka dari itu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah perlu kesiapan
Dunia yang merupakan salah satu badan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang
ini pun memaksa kehidupan sosial harus berubah, termasuk metode pembelajaran.
2
pembelajaran dari luring menjadi metode pembelajaran secara daring. Jika dilihat
tatap muka. Menurut KBBI Kemendikbud, luring adalah akronim dari luar
rumah, dari perbedaan belajar itu basisnya tetap pembelajaran secara daring. Ada
yang menggunakan konsep ceramah online, ada yang tetap mengajar di kelas
seperti biasa tetapi divideokan kemudian dikirim ke aplikasi whatsapp siswa, ada
2020). Begitu pula menurut Putra Wijaya dalam (Suryawan, 2020) belajar
dirumah tidak menjadi masalah karena pembelajaran bisa dilakukan kapan dan
dimana saja, apalagi sudah ada didukung dengan sistem daring. Jadi proses
karena itu semua dapat berjalan dengan baik, dengan dukungan fasilitas seperti
internet.
belum berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan
3
guru mata pelajaran, sebagian besar siswa belum mencapai skor ketuntasan
minimal (KKM) yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dari presentase siswa yang
dibawah KKM 80%. Hasil wawancara lebih lanjut rendahnya hasil belajar siswa
kemampuan membeli paket data terlihat pada keaktifan siswa dalam mengikuti
Selama ini proses pembelajaran guru masih cenderung monotun dan hanya
Hal lain yang berpengaruh yaitu: (1) Proses belajar dan mengajarnya
cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan. (2) Berubahnya peran guru dari
guru maupun siswa dalam menguasai teknologi informasi. (4) Siswa yang tidak
Terbatasnya ketersediaan dana untuk membeli kouta. (7) Tidak semua siswa
4
berjalan efektif.
(blended learning) bisa menjadi salah satu alternatif guna meningkatkan kualitas
dan siswa memiliki keterbatasan waktu dan diatur dengan sosial distancing
dalam situasi covid 19 ini, guru dapat melakukan pembelajaran di luar kelas
diskusi.
5
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan atau menguji
blended learning.
6
berarti bagi semua pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian ini adalah:
A. Manfaat Praktis
a) Bagi Siswa
b) Bagi Guru
c) Bagi Lembaga
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
hasil penelitian yang terkait dengan penelitian yang sedang dilaksanakan dapat
dikemukakan dari beberapa orang peneliti yang telah meneliti tentang hal yang
sama. Dari identifikasi terhadap beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan
Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Di Kelas X Tgb Smk Negeri 7 Surabaya”. Hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Hasil belajar siswa setelah penerapan
tindakan adalah 30,30%, setelah tindakan siklus 1 adalah 72,73%, dan setelah
tindakan siklus 2 adalah 87,88%. (2) Hasil kegiatan mengajar guru mengalami
peningkatan dari siklus 1 dengan jumlah nilai rata-rata 55 dalam kategori cukup
dan siklus 2 dengan jumlah nilai rata-rata 68,33 dalam kategori baik. (3) Hasil
kegiatan belajar siswa siklus 1 dengan jumlah nilai rata-rata 26,33 dalam kategori
kurang, dan siklus 2 dengan jumlah nilai rata-rata 35 dalam kategori baik. (4)
Hasil respon siswa siklus 1 terhadap 33 siswa mendapatkan jumlah nilai 1210,
dengan rata-rata 36,67 dalam kategori baik, dan siklus 2 terhadap 31 siswa
8
mendapatkan jumlah nilai 1242, dengan jumlah rata-rata 40,06 dan termasuk
perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara siswa yang diajarkan
angket. Data yang diperoleh dianalisis serta diuji dengan statistik parametrik uji F
dan uji t. Hasilnya sebagai berikut. 1) Terdapat perbedaan motivasi belajar antara
siswa yang diajar pembelajaran blended learning dibandingkan siswa yang diajar
pembelajaran konvensional dengan nilai sig. 0,012 dengan rata-rata 4,74 dan
terdapat perbedaan hasil belajar dengan nilai sig. 0,000 dengan rata-rata 13,39. 2)
learning dengan nilai sig. 0,000 rata-rata peningkatan 13,55 dan ada peningkatan
hasil belajar siswa dengan nilai sig. 0,000 rata-rata peningkatan 38,23.
dalam kelas dan di luar kelas. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jaringan
melalui komputer dan telepon genggam, sangat mengguntungkan bagi guru dan
siswa di sekolah dasar. Tujuan yang dicapai dalam gagasan ilmiah ini yakni
pembelajaran meskipun tidak di dalam kelas. Hal ini sebagai bentuk pengawasan
terlaksanakan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil data tiga artikel
apabila adanya kerjasama antara guru, siswa dan orang tua dalam belajar di
rumah.
menunjukkan bahwa dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak
perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari
10
seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target
waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh
Pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun. Hasil
berminat dan 78% setuju bahwa dalam penerapannya dinilai lebih efektif daripada
pembelajaran konvensional.
2.2 Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan
istilah atau rangkaian kata (lambang bahasa). Soedjadi (2000:14). Adapun konsep
beragam, salah satu dari model pembelajaran yang digunakan dalam bidang
learning merupakan pembelajaran yang mengacu pada dua aspek yaitu secara
tatap muka (face to face) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan
11
bagi pelajar agar dapat belajar dengan mandiri, berkelanjutan, dan berkembang
aspek pembelajaran online, aktivitas tatap muka terstruktur, dan praktek dunia
pendidik dan siswa bertemu secara langsung di dalam kelas dan melalui
media online yang dapat diakses kapan dan dimana saja, 24 jam sehari, 7
hari dalam seminggu. Dari beberapa pendapat menurut para ahli dapat
baru yang menggabungkan dua aspek pembelajaran secara langsung atau tatap
antara guru dan siswa serta antara siswa menjadi semakin dekat, serta dengan
online.
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Belajar merupakan
keyterm (istilah kunci) yang paling penting dalam pendidikan, tanpa belajar
perkembangan kearah yang lebih sempurna (Santyasa, 2011: 2). Setiap individu
belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hahal lain yang dijadikan sebagai bahan
belajar. Sementara itu tujuan belajar dapat diartikan sebagai kondisi yang
belajar. Kondisi yang dimaksud adalah setelah belajar terdapat perubahan dalam
13
diri siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami,
dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan, dan dari tidak
peningkatan bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya
yaitu aspek afektif dan psikomotor. Ketiga ranah atau aspek tersebut merupakan
sasaran dari belajar dan perolehan atau perbuahan menuju peningkatan ranah-
maupun aktual, 2) munculnya kemampuan baru yang bersifat retensi (tahan lama),
dan (3) adanya hasil yang dicapai oleh seseorang dari aktivitas atau proses
belajarnya yang dalam hal ini dinamakan hasil belajar. Hasil yang dicapai
seseorang dari aktivitas atau proses belajar disebut hasil belajar atau hasil tertinggi
yang yang dapat dicapai siswa dalam kegiatan pada saat tertentu. Hasil belajar
Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas pada kita bahwa belajar
tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh
diri individu baik itu yang bersifat kognitif atau pengetahuan, sikap dan nilai
individu sebagai akibat dari proses pengalaman baik yang dialami ataupun yang
individu dengan lingkungan, serta cenderung bersifat relatif menetap. Dari belajar
ini akan didapatkan segala perolehan yang diharapkan dari seluruh kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa yaitu hasil belajar siswa. Apabila di dalam diri
seseorang belum ada perubahan maka kita tidak dapat mengatakan bahwa orang
itu telah belajar. “We can conclude that learning takes place whenever any
respon is modified, and conversely that in the absence of any modification there is
siswa, bahan pelajaran dan aspek lain yang berkenaan dengan situasi
situasi dan kondisi pembelajaran. Dalam pembelajaran, tingkah laku sebagai hasil
dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor dalam diri peserta
didik, dan faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri peserta didik.
kematangan fisik maupun psikis. Pada faktor jasmaniah terdapat faktor yang
bersifat bawaan dan yang diperoleh. Beberapa bentuk yang menjadi bagian faktor
sebagainya yang relevan dengan hal tersebut. Faktor psikologis terdiri atas faktor
intelektif, dan faktor nonintelektif. Pada faktor intelektif meliputi faktor potensial
yakni kecerdasan dan bakat, faktor kecakapan nyata yakni hasil belajar yang telah
seperti halnya sikap, kebiasaan belajar, minat belajar, kebutuhan belajar, motivasi
kelompok yaitu: (1) faktor dalam diri siswa yang terdiri atas faktor fisiologis
(kondisi fisik, panca indra) dan faktor psikologis (minat, bakat, kecerdasan,
motivasi dan kemampuan kognitif), (2) faktor dari luar diri yang terdiri dari faktor
Agung, 2005:76) yang menyatakan bahwa “faktor luar dan faktor dalam diri
siswa”.
2.3 Teori
hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu (Erwan &
Dyah, 2007). Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
16
Menurut para ahli, proses belajar akan berjalan secara baik jika materi
pelajaran yang diberi dengan berkaitan serta menyesuaikan dengan pas dengan
susunan kognitif yang sudah dipunyai siswa awalnya. Dalam teori ini, ilmu dan
pengetahuan itu akan dibuat dalam diri satu orang lewat proses hubungan yang
terkait serta berkaitan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan sepotong-
sepotong tetapi bersambung serta lengkap. Guru bukan sumber evaluasi penting
serta bukan kepatuhan siswa yang akan dituntut dalam teori ini, tetapi refleksi
tentang apa yang dikerjakan siswa tentang yang diperintah serta dikerjakan oleh
guru.
Pelajari dalam teori belajar ini bukan bertopang di hasil tetapi pada
teori belajar kognitif yakni Ausubel, Bruner serta Gagne. Masing-masing periset
pengendalian atau organizer yang disebut dampak penting pada belajar. Bruner
fokus pada pengelompokan atau penyediaan bentuk ide jadi satu jawaban
sebagai subjek yang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini lebih dari sekedar
dibangun dalam pikiran seorang melalui proses asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya (dalam Dahar, 1989). Pada proses asimilasi
seseorang menggunakan struktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk
beradaptasi dengan masalah atau informasi baru yang datang dari lingkungannya.
memodifikasi struktur yang ada supaya struktur kognitif tersebut dapat menyerap
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusialah harus
2007).
pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri (1) menyediakan peluang kepada
siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan mengembangkan ide-ide secara
lebih luas; (2) mendukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi, membuat
sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah tempat
yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan kebenaran sering
2005).
memamerkan hasil karyanya untuk umum (exhibit) (Brook & Brook, dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ( PTK ) adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
Wardhani, 2007). Dengan demikian pada prinsipnya penelitian tindakan kelas itu
mendapat penanganan dari guru untuk melakukan tindakan yang tepat dalam
permasalahan yang dialami oleh guru dalam hubungannya dengan situasi kelas,
tempatnya sangat strategis berada di pinggir jalan raya dan sangat nyaman untuk
Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Untuk objek penelitian tindakan kelas yaitu hasil belajar setelah diberikan
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus. Dalam setiap
siklus dibagi menjadi 4 tahap kegiatan yaitu, (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
REFLEKSI AWAL
PERENCANAAN
TINDAKAN 1
PERENCANAAN PELAKSANAAN
TINDAKAN II TINDAKAN 1
RREFLEKSI II
PERENCANAAN
TINDAKAN III
PELAKSANAAN
TINDAKAN III
OBSERVASI/ EVALUASI
REFLEKSI III
1) Perencanaan
suatu Penelitian Tindakan Kelas. Dalam perencanaan ini disusun rencana tindakan
pembelajaran daring
2) Pelaksanaan/Tindakan
4) Observasi
Untuk mengetahui hasil belajar siswa guru memberikan tes hasil belajar yang
24
harus diselesaikan siswa secara individual. Tes hasil belajar disusun berdasarkan
5) Refleksi
Pada tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang diperoleh
pada saat melakukan observasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan
merefleksi hasilnya. Hasil refleksi siklus I ini akan digunakan sebagai pedoman
mencapai hasil yang lebih baik. Tahapan ini akan berlanjut sesuai dengan siklus
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar.
Untuk tes hasil belajar berupa 10 butir tes pilihan ganda. Metode pengumpulan
data yaitu pelaksanaan tes tiap akhir siklus di mana siswa mengerjakan tes dari
menentukan nilai hasil belajar siswa yang diperoleh melalui LKS, kuis, dan tes.
X
X (Arikunto, 2002)
N
3.3.
BAB IV
PEMBAHASAN
26
4.1 HASIL
4.1.1 Siklus I
Siklus I ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan terakhir untuk
pelaksanaan tes hasil belajar. Banyaknya subjek dalam penelitian ini adalah 18
orang.
penelitian awal. Semua kendala yang dihadapi pada awalnya sudah dipaparkan
panjang lebar pada latar belakang masalah. Salah satu yang penting dari semua
kesempatan bagi peserta didik untuk mendalami materi baik dengan membaca,
1. Pertemuan I
dasar yang akan dicapai yaitu pada tema 3 peduli terhadap mahluk hidup.
terdiri dari 6 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
seperti kenapa jika makan, makananya harus kita habiskan? Kenapa tidak boleh
didik dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk
menjawab. Jawaban salah satu peserta didik yang ditunjuk oleh guru merupakan
wakil jawaban dari kelompok. Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat
Guru memberikan tes/kuis kepada peserta didik secara indvidual berupa 5 soal
yang harus dijawab peserta didik. Guru selanjutnya memberi penghargaan pada
hasil belajar.
2. Pertemuan II
28
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu pada tema 3 peduli terhadap
mahluk hidup. Kemudian guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 3 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
kelompok ada yang bisa menyebutkan bagian- bagian tumbuhan. Selanjutnya guru
mengecek pemahaman peserta didik dengan menyebut salah satu nomor (nama)
anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta didik yang
ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. Guru memfasilitasi
didik secara indvidual berupa 3 soal yang harus dijawab peserta didik. Guru
Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi peserta didik pada siklus I
ini, maka dapat diperoleh hasil mengenai rata- rata hasil belajar peserta didik pada
siklus I sebesar 68,64 nilai maksimunnya sebesar 80 dan nilai minimunya sebesar
60. Tahap selanjutnya adalah menentukan ketuntasan klasikal kelas yaitu dengan
cara
= 7 x 100
18
= 38,9%
1235
= x 100% = 68,61%
1800
aktivitas belajar peserta didik masih dalam kategori cukup, ketuntasan klasikal
Demikian juga dengan daya serap belum dapat dikatakan memenuhi standar
perbaikan guna meningkatkan daya serap dan ketuntasan klasikal. Tindakan yang
pada pelaksanaan siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II difokuskan
pada pelaksanaan tindakan untuk mencapai hasil belajar sesuai kriteria ketuntasan
minimal (KKM).
berikut. (1) penggunaan model pembelajaran masih belum terbiasa bagi peserta
30
didik, (2) peserta didik masih banyak yang bermain-main, sehingga menimbulkan
4.1.2 Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan terakhir untuk
pelaksanaan tes hasil belajar. Banyaknya subjek dalam penelitian ini adalah 18
orang.
Peneliti membuat perencanaan yang lebih matang dengan membuat RPP baru
1. Pertemuan I
31
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu pada tema 3 peduli terhadap
mahluk hidup. Kemudian guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 6 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
pemahaman peserta didik dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta didik yang ditunjuk oleh
guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. Guru memfasilitasi peserta didik
indvidual berupa 5 soal yang harus dijawab peserta didik. Guru selanjutnya
2. Pertemuan II
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu pada tema 3 peduli terhadap
mahluk hidup. Kemudian guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 3 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
kelompok coba sebutkan fungsi dari akar, daun dan bunga pada tumbuhan?.
32
Selanjutnya guru mengecek pemahaman peserta didik dengan menyebut salah satu
nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta
didik yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. Guru
kepada peserta didik secara indvidual berupa 3 soal yang harus dijawab peserta
Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi peserta didik pada siklus II
ini, maka dapat diperoleh hasil mengenai data aktivtas peserta didik yaitu sebagai
berikut. Rata- rata hasil belajar peserta didik pada siklus II sebesar 74,17 nilai
= 11 x 100
18
= 61,1%
1335
= x 100%
1800
33
= 74,17%
Berdasarkan analisis hasil belajar peserta didik pada siklus II, tercatat hasil
yang ditemukan pada siklus pertama adalah sebagai berikut. peserta didik masih
masih kurang serius dalam pembelajaran serta masih belum terbiasa dengan
model yang digunakan, guru juga belum terampil mengelola jalanya proses
pembelajaran.
Siklus III ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan terakhir untuk
pelaksanaan tes hasil belajar. Banyaknya subjek dalam penelitian ini adalah 18
orang.
Perencanaan pada siklus III ini tidak jauh berbeda dengan perencanaan
pada siklus- siklus sebelumnya yaitu membuat RPP baru yang didasarkan atas
1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama di siklus III ini guru memulai pelajaran dengan
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu pada tema 3 peduli terhadap
mahluk hidup. Kemudian guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 6 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
Selanjutnya guru mengecek pemahaman peserta didik dengan menyebut salah satu
nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta
didik yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. Guru
kepada peserta didik secara indvidual berupa 5 soal yang harus dijawab peserta
2. Pertemuan II
Pada pertemuan kedua di siklus III ini guru memulai pelajaran dengan
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu pada tema 3 peduli terhadap
mahluk hidup. Kemudian guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 3 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
Selanjutnya guru mengecek pemahaman peserta didik dengan menyebut salah satu
nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta
didik yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. Guru
kepada peserta didik secara indvidual berupa 3 soal yang harus dijawab peserta
Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi peserta didik pada siklus III
ini, maka dapat diperoleh hasil mengenai rata- rata hasil belajar peserta didik pada
36
siklus III sebesar 78,61 nilai maksimunnya sebesar 85 dan nilai minimunya
sebesar 70. Tahap selanjutnya adalah menentukan ketuntasan klasikal kelas yaitu
dengan cara
= 17 x 100
18
= 94,4%
1415
= x 100%
1800
= 78,61%
Berdasarkan analisis hasil belajar peserta didik pada siklus III, tercatat
hasil belajar peserta didik dikatakan sudah mengalami peningkatan skor yang
standar ketuntasan minimum (KKM). Demikian juga dengan daya serap sudah
Dokumentasi kegiatan pada siklus III dapat dilihat pada gambar berikut.
4.2 Pembahasan
belajar peserta didik pada siklus I, tercatat ketuntasan klasikal sebanyak 38%
dengan daya serap belum dapat dikatakan memenuhi standar minimum yakni
sebesar 68,61%. Pada siklus II, tercatat ketuntasan klasikal sebanyak 61,1%
dengan daya serap sudah mengalami peningkatan sebesar 74,17%. Dan pada
siklus III tercatat ketuntasan klasikal sebanyak 94,4 peserta didik memenuhi
standar ketuntasan minimum (KKM). Demikian juga dengan daya serap sudah
38
pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Perpaduan antara
dengan pembelajaran secara online yang dapat diakses kapan saja dan di mana
saja. Adapun bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan virtual antara
pendidik dengan peserta didik. Dimana antara pendidik dan peserta didik mungkin
saja berada di dua tempat yang berbeda, namun bisa saling memberi feedback,
Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih
yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based
kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini
kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta didik dan
keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain,
kombinasi jenis penilaian baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes
pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, perhatikan
40
sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak.
Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut
dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD,
MP3 dan DVD) maupun secara online. Jika pembelajaran dibantu dengan
aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik dan mudah diakses.
komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended).
antara pengajar dan pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru
unsur yang harus ada, yaitu: (1) tatap muka (2) belajar mandiri, (3)
Penelitian juga dilakukan Syarif Izuddin tahun 2012 yang menunjukan bahwa
(Akkoyunlu & Soylu, 2008) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat
meningkat dengan tidak menghilangkan proses tatap muka di kelas. Dari hasil
yang dapat menjadi acuan bagi peserta didik; (3) pengajar perlu merancang
referensi yang sesuai atau terintegrasi dengan tatap muka; (4) pengajar perlu
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
diskusi oleh peserta didik cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah
ditetapkan. Selain itu sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam
secara individual. Guru harus membimbing dengan baik peserta didik yang
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nusabali.com/berita/74603/turbulensi-belajar-di-rumah, diakses 31
Mei 2020