Anda di halaman 1dari 5

Materi Pembelajaran

1. Fakta
 Secara etimologi, hadis mempunyai beberapa arti yang baru yang dekat
dan berita sedangkan hadist secara terminology adalah:

Segala ucapan Nabi Saw, segala perbuatan serta keadaan atau perilaku beliau. Sebagai
contoh:

Dari Umar bin Khahhab, ia berkata, Rasulullah Saw, bersabda, “Sesungguhnya segala amal
perbuatan itu dengan niat dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh apa yang
diniatkannya” (Muttafaqun ‘alaih).
 Menurut bahasa kata sunnah merupakan derivasi dari kata sanna – yasunnu– sunnatan. Kata
itu berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi (adat kebiasaan), atau ketetapan, apakah hal itu
baik atau tidak, terpuji atau tercela. Menurut ahli hadis, sunnah adalah:

“Segala yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidupnya, baik se- belum beliau diangkat
menjadi rasul maupun sesudahnya.”
 Khabar menurut bahasa berarti: warta/berita yang disampaikan dari se- seorang kepada
seseorang. Adapun pengertian khabar menurut istilah ahli hadis yaitu :

“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi Saw, atau dari yang selain Nabi
Saw. “
Dengan pengertian yang demikian, maka khabar lebih umum dari pada hadis, karena dalam
khabar termasuk juga segala sesuatu yang berasal dari selain dari Nabi Saw, seperti
perkataan, perbuatan maupun taqrr (ketetapan) beliau
 Menurut bahasa, atsar artinya bekasan sesuatu atau sisa sesuatu. Atsar be- rarti pula nukilan
(yang dinukilkan). Karena itu doa yang dinukilkan/berasal dari Nabi Saw, dinamakan doa
ma’fur. Adapun pengertian Atsar menurut istilah, kebanyakan ulama berpendapat bahwa
atsar mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadis.
Sebagian ulama mengatakan bahwa atsar lebih umum dari pada khabar, yaitu bahwa afar
berlaku bagi segala sesuatu yang datang dari Nabi Saw, maupun dari selain Nabi
Saw.Sedangkan khabar khusus bagi segala sesuatu yang datang dari Nabi Saw, saja. Adapun
para fuqaha memakai istilah “atsar” untuk perkataan-perkataan ulama salaf, sahabat,
tabi’in dan lain-lain
2. Konsep
 Menurut sebagian ulama, antara ke empat istilah ini adalah muradif atau mempunyai
pengertian yang sama. Alasannya adalah:

Artinya : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau.
Akan tetapi sebahagian ulama membedakan pengertian antara sunnah dan hadis. Menurut
Ibnul Humam: Sunnah itu adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw, baik
perkataaan maupun perbuatan beliau, sedangkan hadis hanya khusus mengenai perkataan
beliau. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa persamaan antara sunnah dengan hadis
adalah: baik sunnah maupun hadis keduanya adalah bersumber kepada Rasulullah:
3. Prinsip
 Menurut sebagian ulama, sunnah lebih luas dari hadis. Sunnah adalah se-gala yang
dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrr, maupun
pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan hidup, baik sebelum maupun sesudah diangkat
menjadi nabi dan rasul. Titik berat sunnah. adalah kebiasaan normatif Nabi Muhammad
Saw. Khabar selain dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw, dapat juga dinisbahkan
kepada sahabat dan tabiin. Khabar lebih umum dari hadis, karena masuk didalamnya semua
riwayat yang bukan dari Nabi Muhammad Saw. Asar lebih sering digunakan untuk sebutan
bagi perkataan sahabat Nabi Muhammad Saw, meskipun kadang-kadang dinisbahkan
kepada beliau.
 Perbedaan dari segi bahasa dan makna.
1. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa dan maknanya langsung dari Allah Swt.
2. Hadis adalah bahasadan maknanya dari Nabi Saw.
 Perbedaan dari segi periwayatan
1. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja sebab dapat mengurangi
kemukjizatannya
2. Hadis boleh diriwayatkan dengan maknanya saja. Yang terpenting dalam hadis adalah
penyampaian maksudnya.
 Perbedaan dari segi kemukjizatan.
1. Al-Qur’an baik lafal maupun maknanya merupakan mukjizat.
2. Hadis bukan merupakan mukjizat.
 Perbedaan dari segi nilai membacanya.
1. Al-Qur’an diperintah untuk dibaca, baik pada waktu shalat (wajib membaca Surah al-
Fatihah) maupun di luar shalat sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu mengerti
maksudnya maupun tidak.
2. Hadis dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya tidak dinilai ibadah. Yang
terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami, dihayati dan diamalkan.
Materi Pembelajaran
1. Fakta
 Dari segi bahasa, sanad berarti artinya yang menjadi sandaran, tempat bersandar, arti
yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya. Dalam istilah ilmu hadis sanad ialah
rangkaian urutan orang-orang yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan satu
hadis atau sunnah sampai pada Nabi Saw.
Sanad menurut istilah ahli hadis yaitu:

“Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis”


 Dari segi bahasa, matan berarti punggung jalan,Tanah gersang atau tan-dus, membelah,
mengeluarkan, mengikat. Matan menurut istilah Ilmu Hadis yaitu:

“Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi Saw, yang disebut sesudah
habis disebutkan sanadnya.”
 Rawi yaitu orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain atau
membukukannya ke dalam suatu kitab hadis
2. Konsep
 Rawi pertama adalah para sahabat dan rawi terakhir adalah orang yang membukukannya,
seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad dan lain-lain.
3. Prinsip
 Suatu Hadis yang telah sampai kepada kita dalam bentuknya yang sudah terdiwan
(terbukukan) dalam diwan-diwan (buku-buku) Hadis, melalui beberapa rawi dan sanad.
Rawi terakhir Hadis yang termaksud dalam sahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah
Imam Bukhari atau Imam Muslim. Seorang penyusun atau pengarang, bila hendak
menguatkan suatu Hadis yang ditakhrijkan dari suatu Kitab Hadis, pada mumnya
membubuhkan namaraw (terakhirnya) pada akhir matnu’I Hadisnya.
Materi Pembelajaran
1. Fakta
 Sunnah Qauliyah adalah bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw, yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syarak, peristiwa-peristiwa
atau kisah-kisah, baik yang berkenaan dengan aspek akidah, syariah maupun akhlak.
 Sunnah Fi’liyah adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.
Kualitas sunnah ’liyah menduduki tingkat kedua setelah sunnah qauliyah.
 Sunnah Taqririyah adalah sunnah yang berupa ketetapan Nabi Muhammad saw. terhadap
apa yang datang atau dilakukan para sahabatnya. Dengan kata lain sunnah taqririyah, yaitu
sunnah Nabi saw. yang berupa penetapan Nabi saw. Terhadap perbuatan para sahabat yang
diketahui Nabi saw. tidak menegornya atau melarangnya bahkan Nabi saw. cenderung
mendiamkannya.
 Sunnah Hammiyah ialah: suatu yang dikehendaki Nabi saw. tetapi belum dikerjakan.
Sebagian lama hadis ada yang menambahkan perincian sunnah tersebut dengan sunnah
hammiyah. Karena dalam diri Nabi saw. terdapat sifat-sifat, keadaan-keadaan (ahwal) serta
himmah (hasrat untuk melakukan sesuatu).
2. Konsep
 Dilihat dari tingkatannya sunnah qauliyah menempati urutan pertama yang berarti
kualitasnya lebih inggi dari kualitas sunnah ’liyah maupun taqririyah. Contoh sunnah
qauliyah:
a. Hadis tentang doa Nabi Muhammad saw. kepada orang yang mendengar, menghafal dan
menyampaikan ilmu
b. Hadis tentang belajar dan mengajarkan al-Qur’an
c. Hadis tentang persatuan orang-orang berima
 Untuk mengetahui hadis yang termasuk kategori Fi’liyah, diantaranya terdapat kata-kata
kana/yakunu atau ra’aitu/ra’aina Contohnya:
a. Hadis tentang tata cara shalat di atas kendaraan
b. Hadis tentang tata cara shalat
Hadis tentang tata cara manasik haji]
 Beliau membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan para sahabatnya tanpa
memberikan penegasan apakah beliau membenarkan atau menyalahkannya. Contohnya:
a. Hadis tentang daging dab (sejenis biawak)
b. Hadis tentang Tayamum
3. Prinsip
 Sunnah Fi’liyah juga dapat maknakan sunnah Nabi saw. yang berupa perbuatan Nabi yang
diberitakan oleh para sahabat mengenai soal-soal ibadah dan lain-lain seperti melaksanakan
shalat manasik haji dan lain-lain.
 Dalam riwayat disebutkan beberapa sifat yang dimiliki beliau seperti, “bahwa Nabi saw.
Selalu bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar, tidak
suka berteriak, tidak suka berbicara kotor, tidak suka mencela,..” Juga mengenai sifat
jasmaniah beliau yang dilukiskan oleh sahabat Anas r.a.
Materi Pembelajaran
1. Fakta
 Kata Mutawatir secara etimologi berarti Muttabi’yang artinya yang datang beturut-turut dan
tidak ada jarak. Sedangkansecara terminologi hadis mutawatir adalah “Hadis mutawatir
adalah hadis yang merupakan tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah
besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk
dusta.” Menurut :
 al-Bagdadi,
 imam Syafi’i,
 Ibnu Hajar al-Asqalani.
 al-Asqalani,
 Abu gayyib adalah sekurang-kurangnya ada 4 orang pada tiap habaqah (tingkatan)
rawinya. Imam Syafi’i mengemukakan paling sedikit ( minimal ) 5 orang pada tiap
habaqah.
 Ada juga ulama lain yang menentukan paling sedikit 20 orang pada tiap habaqah. Ada
juga pendapat yang keras dari sebagian ulama’ bahwa mereka menentukan hadis
mutawatir harus memenuhi syarat 40 rawi pada tiap-tiap habaqah (tingkatan).
 Hadis ahad dibagi menjadi tiga macam, yaitu hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis garib.
 Hadis Masyhur
 Hadis Azrz
 Hadis Gharib
2. Konsep
 Hadis sahih adalah hadis musnad (hadis yang mempunyai sanad) yang bersambung
sanadnya,dan dinukil oleh seorang yang adil dan dabit dari orang yang adil dan iabih, hingga
akhir sanadnya, tanpa ada kejanggalan dan cacat. Hadis sahih diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu sahih li katihi dan sahih li gairihi.
a. Sahih li jatihi Yaitu Hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis sahih, seperti rawi harus
adil, rawi kuat ingatannya (iabih), sanadnya tidak putus, matannya tidak mempunyai
cacat, dan tidak ada kejanggalan.
b. Sahih li Gairihi Artinya yang sahih karena yang lainnya, yakni menjadi sahih karena
dikuatkan oleh sanad atau keterangan lain.
3. Prinsip
 Hadis Hasan
Kata hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti al-jamalu, yang artinya kecantikan dan
keinahan. Adapun tentang definisi hadis hasan,
 Hadis uaif
Definisi hadis iaif adalah:“Hadis yang tidak memenuhi syarat diterimanya suatu hadis
dikarenakan hi-langnya salah satu syarat dari beberapa syarat yang ada.”

Anda mungkin juga menyukai