MATEMATIKA
DISKRIT DOSEN PENGAMPU: SELFI ARTIKA, S.SI, M.SI
PERTEMUAN-2,3
❖ CONTOH 2.1
Himpunan A yang berisi empat anggota 1,2,3, dan 4 dapat ditulis sebagai 𝐴 = {1,2,3,4}
Perhatikan
✓ Himpunan ditentukan oleh anggota-anggotanya
✓ Bukan pada urutan anggotanya
✓ Urutan di dalam himpunan tidak mempunyai arti apa-apa
✓ Himpunan A bias dituliskan 𝐴 = {2,4,1,3} 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐴 = {4,3,2,1}
✓ Ada literatur menambahkan definisi himpunan sebagai kumpulan objek tak-terurut
❖ CONTOH 2.2
Misalkan A={1,2,3,4}, R={a,b,{a,b,c},{a,c}}, dan K={{}}, maka
3∈𝐴
5∉𝐴
{𝑎, 𝑏, 𝑐} ∈ 𝑅
{𝑎} ∉ 𝑅
𝑎∈𝑅
{} ∈ 𝐾
2. SIMBOL-SIMBOL BAKU
Beberapa himpunan yang khusus dituliskan dengan simbol-simbol yang sudah baku.
Penyajian ini himpunan dinyatakan dengan meenulis syarat yang harus dipenuhi
oleh anggotanya.
❖ ATURAN
✓ Bagian di kiri tanda ‘|’ melambangkan elemen himpunan
✓ Tanda ‘|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
✓ Bagian di kanan tanda ‘|’ menunjukan syarat keanggotaan himpunan
✓ Setiap tanda ‘,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca dan
❖ CONTOH 2.3
(i) A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5, dinyatakan sebagai
A = {𝑥 ȁ 𝑥 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ ℎ𝑖𝑚𝑝𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 5}
atau dalam notasi yang lebih ringkas
A = {𝑥 ȁ 𝑥ϵ𝑃, 𝑥 < 5}
yang sama dengan A = 1,2,3,4
(ii) B adalah himpunan bilangan genap positif yang lebih kecil atau sama dengan 8
dinyatakan sebagai:
B = {𝑥 ȁ 𝑥 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ ℎ𝑖𝑚𝑝𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 8𝑑𝑎𝑟𝑖 5}
atau dalam notasi yang lebih ringkas
B = {𝑥 ȁ 𝑥/2ϵ P, 2 ≤ 𝑥 ≤ 8}
yang sama dengan B={2,4,6,8}
4. DIAGRAM VENN
Dalam diagram venn, himpunan semesta (U) digambarkan Sebagai suatu segiempat
sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segiempat
tersebut.
❖CONTOH 2.4
Misalkan 𝑈 = 1,2, … , 7,8 , 𝐴 = 1,2,3,5 , 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = 2,5,6,8
Gambarkan dalam diagran venn!
2.3 KARDINALITAS
❖DEFINISI 2.2
Sebuah himpunan dikatakan berhingga (finite set) jika terdapat n elemen berbeda
yang dalam hal ini n adalah bilangan bulat tak negatif. Sebaliknya himpunan
tersebut dinamakan tak-berhingga (infine set).
Notasi : ∅ 𝒂𝒕𝒂𝒖 {}
❖ CONTOH 2.6
(i) 𝐸 = {𝑥 ȁ𝑥 < 𝑥, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐸 = 0}
(ii) P = 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑃 = 0
2.5 HIMPUNAN BAGIAN (SUBSET)
❖DEFINISI 2.4
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen
A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini B dikatakan subset dari A
NOTASI : 𝑨 ⊆ 𝑩
❖TEOREMA 2.1
❖CONTOH 2.8
✓Jika 𝐴 = 1,3,5,7 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐴~𝐵 sebab 𝑨 = 𝑩 = 𝟒
2.8 HIMPUNAN SALING LEPAS
❖ DEFINISI 2.7
Dua Himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika keduanya tidak memiliki
elemen yang sama
Notasi : 𝑨//𝑩
❖ CONTOH 2.9
✓ Jika 𝐴 = 𝑥 ȁ𝑥ϵ𝑃, 𝑥 < 8 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = 10,20,30, … , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑨//𝑩
2.9 HIMPUNAN KUASA
❖DEFINISI 2.8
Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang
elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong
dan himpunan A itu sendiri.
Notasi : 𝑷 𝑨 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝟐𝑨
❖CONTOH 2.10
✓𝑱𝒊𝒌𝒂 𝑨 = 𝟏, 𝟐 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑷 𝑨 = {∅, 𝟏 , 𝟐 , 𝟏, 𝟐 }
2.10 OPERASI PADA HIMPUNAN
1. IRISAN (INTERSECTION)
2. GABUNGAN (UNION)
3. KOMPLEMEN (COMPLEMENT)
4. SELISIH (DIFFERENT)
5. BEDA SETANGKUP
6. PERKALIAN KARTESIAN (CARTESIAN PRODUCT)
1. IRISAN (INTERSECTION)
❖DEFINISI 2.9
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah sebuah himpunan yang setiap
elemennya merupakan elemen dari himpuana A dan himpunan B.
Notasi: 𝑨 ∩ 𝑩 = 𝒙ȁ𝒙 ∈ 𝑨 𝒅𝒂𝒏 𝒙 ∈ 𝑩
❖CONTOH 2.11
✓Jika 𝑨 = 𝟐, 𝟒, 𝟔, 𝟖, 𝟏𝟎 𝒅𝒂𝒏 𝑩 𝟒, 𝟏𝟎, 𝟏𝟒, 𝟏𝟖 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑨 ∩ 𝑩 = {𝟒, 𝟏𝟎}
✓Jika 𝑨 = 𝟑, 𝟓, 𝟗 𝒅𝒂𝒏 𝑩 = −𝟐, 𝟔 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑨 ∩ 𝑩 = ∅. Artinya 𝑨//𝑩
2. GABUNGAN (UNION)
❖DEFINISI 2.10
gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya
merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.
NOTASI : 𝑨 ∪ 𝑩 = 𝒙ȁ𝒙 ∈ 𝑨 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒙 ∈ 𝑩
❖CONTOH 2.12
Tinjau (i) dan (ii) di bawah ini.
✓Jika 𝐴 = 2,5,8 dan 𝐵 = 7,5,22 , maka 𝐴 ∪ 𝐵 = 2,5,7,8,22
✓𝐴∪∅=𝐴
3. KOMPLEMEN (COMPLEMENT)
❖DEFINISI 2.11
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah suatu
himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.
Notasi : 𝑨𝒄 = {𝒙ȁ𝒙 ∈ 𝑼 𝒅𝒂𝒏 𝒙 ∉ 𝑨}
❖CONTOH 2.13
MISALKAN 𝑼 = 𝟏, 𝟐, 𝟑, … , 𝟗
Jika 𝑨 = 𝟏, 𝟑, 𝟕, 𝟗 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑨𝒄 = 𝟐, 𝟒, 𝟔, 𝟖
𝒙
Jika 𝑨 = { 𝒙 ȁ 𝟐 ϵ 𝑷, 𝒙 < 𝟗} 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑨𝒄 ={1,3,5,7,9}
4. SELISIH (DIFFERENT)
❖DEFINISI 2.12
Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan
elemen A tetapi bukan elemen dari B. Selisih antara A dan B dapat juga dikatakan sebagai
komplemen B relatif terhadap himpunan A.
Notasi: 𝑨 − 𝑩 = 𝒙ȁ𝒙 ∈ 𝑨 𝒅𝒂𝒏 𝒙 ∉ 𝑩 = 𝑨 ∩ 𝑩𝒄
❖CONTOH 2.14
✓Jika 𝐴 = 1,2,3, … , 10 dan B = 2,4,6,8,10 , maka A − B = 1,3,5,7,9 dan B − A = ∅
✓ 1,3,5 − 1,2,3 = 5 , 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 1,2,3 − 1,3,5 = {2}
5. BEDA SETANGKUP (SYMMETRIC DIFFERENT)
❖DEFINISI 2.13
Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya ada
pada himpunan A atau B, tetapi tidak boleh keduanya.
NOTASI: 𝑨⨁𝑩 = 𝑨 ∪ 𝑩 − 𝑨 ∩ 𝑩 = (𝑨 − 𝑩) ∪ (𝑩 − 𝑨)
❖CONTOH 2.15
JIKA 𝑨 = 𝟐, 𝟒, 𝟔 𝒅𝒂𝒏 𝑩 = 𝟐, 𝟑, 𝟓 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑨⨁𝑩 = {𝟑, 𝟒, 𝟓, 𝟔}
6. PERKALIAN KARTESIAN (CARTESIAN PRODUCT)
❖DEFINISI 2.14
Perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua
pasangan berurutan (ordered pairs) yang dibentuk dari komponen pertama dari
himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B.
Notasi: 𝐴 × 𝐵 = {(𝑎, 𝑏)ȁ𝑎 ϵ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ϵ 𝐵}
❖CONTOH 2.16
Misalkan 𝐶 = {1,2,3}, dan 𝐷 = {𝑎, 𝑏}, maka perkalian kartesian C dan D adalah
𝐶 × 𝐷 = { 1, 𝑎 , 1, 𝑏 , 2, 𝑎 , 2, 𝑏 , 3, 𝑎 , 3, 𝑏 }
❖CATATAN
✓Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka 𝐴 × 𝐵 = 𝐴 𝐵
✓Pasangan berurutan (𝑎, 𝑏) berbeda dengan (𝑏, 𝑎), dengan kata lain (𝑎, 𝑏) ≠ (𝑏, 𝑎)
✓Perkalian kartesian tidak komunikatif, yaitu A × 𝐵 ≠ 𝐵 × 𝐴 dengan syarat A atau B
tidak kosong.
✓Jika 𝐴 = ∅ atau B = ∅ maka A × 𝐵 = 𝐵 × 𝐴 = ∅
2.11 PERAMPATAN OPERASI HIMPUNAN
Operasi himpunan dapat dilakukan terhadap 2 atau lebih himpunan. Dalam hal ini kita
melakukan perampatan (generalization) operasi himpunan dengan menggunakan dasar
perampatan yang ada pada operasi aritmetika biasa.
Misalkan 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 , … , 𝐴4 merupakan himpunan, maka:
2.12 HUKUM-HUKUM ALJABAR HIMPUNAN
2.13 PRINSIP INKLUSI DAN EKSLUSI
Misalkan A dan B sembarang himpunan. Penjumlahan 𝐴 + 𝐵 menghitung
banyaknya elemen A yang tidak terdapat dalam B dan banyaknya elemen B yang
tidak terdapat dalam A tepat satu kali, dan banyaknya elemen yang terdapat dalam
A ∩ 𝐵 sebanyak dua kali. Oleh karena itu, pengurangan banyaknya elemen yang
terdapat dalam A ∩ 𝐵 dari 𝐴 + 𝐵 membuat banyaknya anggota A ∩ 𝐵 dihitung
tepat satu kali. Dengan demikian,
𝐀∪𝑩 = 𝑨 + 𝑩 - 𝐀∩𝑩
Generalisasi dari hal tersebut bagi gabungan dari sejumlah himpunan dinamakan
prinsip inklusi-eksklusi.
❖CONTOH 2.16
Dalam sebuah kelas terdapat 25 mahasiswa yang menyukai matematika diskrit, 13
mahasiswa menyukai aljabar linier dan 8 orang diantaranya menyukai matematika
diskrit dan aljabar linier. Berapa mahasiswa terdapat dalam kelas tersebut ?
Jawab : misalkan A himpunan mahasiswa yang menyukai matematika diskrit dan B
himpunan mahasiswa yang menyukai aljabar linier. Himpunan mahasiswa yang
menyukai kedua mata kuliah tersebut dapat dinyatakan sebagai himpunan A ∩ 𝐵 .
banyaknya mahasiswa yang menyukai salah satu dari kedua mata kuliah tersebut
atau keduanya dinyatakan dengan A ∪ 𝐵 . dengan demikian: