Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

MOBILISASI

OLEH:

Irlamuddin
032020043

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Lestari Lorna Lolo. S.Kep,. M.Kep

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


STIKES KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
A. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak,
2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam
waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).

B. Fisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot:
isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif
dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian
energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi
(peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah)
karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang
sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan
Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi
dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas
dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus
otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan
stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada
sendi vertebra.
- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi
elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang
konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang
disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel
dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas.
Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .
- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat
digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan
dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh
membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip)
dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan
tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi
dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen
non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord
(tulang belakang) saat punggung bergerak.
- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak
elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya
tendon akhiles/kalkaneus.
- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan
telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago
permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,
seperti osteoarthritis.
- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik
volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau
jalur motorik.
- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian
tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot
dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada
telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri
atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus
menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini
sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
C. Faktor – faktot yang mempengaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai
yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma
(misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula
spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring).
Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh
terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam
hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas
dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)
D. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan
imobilitas antara lain :
1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik
yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada
kasus kerusakan otak
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan
atau kehilangan seseorang yang dicintai
4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial
yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).
Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara
pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1) Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2) Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3) Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4) Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5) Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6) Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7) Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar,
bergerak membentuk sudut persendian.
8) Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam
bergerak membentuk sudut persendian.
9) Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak ke bawah.
10) Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak ke atas.
11) Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama

b. Rentang gerak aktif


Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya
berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000)
E. Pathway
faktor usia, cedera fisik, trombus pada pembuluh darah
Penurunan perfusi jaringan
Hipoksia

Iskemia

Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu

Penurunan asam laktat pompa Na dan Kalium


gagal

Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun

edema serebral TIK meningkat

Gangguan
perfusi otak menurun herniasi otak
perfusi jaringan

nekrosis jaringan otak kematian

defisit neurologis

lobus frontalis lobus temporalis lobus parietalis

lobus oksipitalis
Intoleransi aktivitas Defisit perawatan
diri

Gangguan mobilisasi
F. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aspek biologis
1) Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan
aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu
dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap
pekembangan individu.
2) Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah
riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan penyakit keluarga dan
riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal,
ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas,
jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap
tubuh, dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh,
hemodinamik, GCS, tingkat aktifitas,
b. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana
respons psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang
dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi
gangguan aktivitas dan lain-lain.
c. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang
dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana
pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor
maupun sosial dan lain-lain
d. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan
dan nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya
sekarang, seperti apakah klien menunjukan keputusasaannya?
Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan
fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).
G. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransiaktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik

H. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


(NANDA) ( NOC ) (NIC )
1. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan  Energy conservation Energy Management
 Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
Kelemahan umum
Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan  Dorong anak untuk
 Berpartisipasi
energu secara fisiologis dalam aktivitas fisik tanpa mengungkapkan perasaan terhadap
disertai peningkatan keterbatasan
maupun psikologis untuk  Kaji adanya factor yang
tekanan darah, nadi dan
meneruskan atau RR menyebabkan kelelahan
Mampu melakukan aktivitas  Monitor nutrisi dan sumber energi
menyelesaikan aktifitas yang tangadekuat
sehari hari (ADLs) secara  Monitor pasien akan adanya
diminta atau aktifitas sehari
mandiri kelelahan fisik dan emosi secara
hari. berlebihan
 Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
Batasan karakteristik :  Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
a. melaporkan secara verbal

adanya kelelahan atau
Activity Therapy
kelemahan.
b. Respon abnormal dari  Kolaborasikan dengan Tenaga
tekanan darah atau nadi Rehabilitasi Medik
terhadap aktifitas dalammerencanakan progran terapi
c. Perubahan EKG yang yang tepat.
menunjukkan aritmia  Bantu klien untuk mengidentifikasi
atau iskemia aktivitas yang mampu dilakukan
d. Adanya dyspneu atau  Bantu untuk memilih aktivitas
ketidaknyamanan saat konsisten yangsesuai dengan
beraktivitas. kemampuan fisik, psikologi dan
social
 Bantu untuk mengidentifikasi dan
Faktor factor yang mendapatkan sumber yang
berhubungan : diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Tirah Baring atau  Bantu untuk mendpatkan alat
imobilisasi bantuan aktivitas seperti kursi roda,
 Kelemahan menyeluruh krek
 Ketidakseimbangan  Bantu untu mengidentifikasi
antara suplei oksigen aktivitas yang disukai
dengan kebutuhan  Bantu klien untuk membuat jadwal
Gaya hidup yang latihan diwaktu luang
dipertahankan.  Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan sensori persepsi.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


(NANDA) ( NOC ) (NIC )
2. Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
berhubungan dengan  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
 Mobility Level  Monitoring vital sign
Kerusakan sensori persepsi.
 Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
Definisi :  Transfer performance respon pasien saat latihan
Kriteria Hasil :  Konsultasikan dengan terapi fisik
Keterbatasan dalam kebebasan
untuk pergerakan fisik tertentu  Klien meningkat dalam tentang rencana ambulasi sesuai
pada bagian tubuh atau satu aktivitas fisik dengan kebutuhan
atau lebih ekstremitas  Mengerti tujuan dari  Bantu klien untuk menggunakan
Batasan karakteristik : peningkatan mobilitas tongkat saat berjalan dan cegah
 Memverbalisasikan terhadap cedera
- Postur tubuh yang  Ajarkan pasien atau tenaga
perasaan dalam
tidak stabil selama kesehatan lain tentang teknik
meningkatkan kekuatan
melakukan kegiatan ambulasi
dan kemampuan berpindah
rutin harian
- Keterbatasan  Memperagakan  Kaji kemampuan pasien dalam
kemampuan untuk penggunaan alat Bantu mobilisasi
melakukan untuk mobilisasi (walker)  Latih pasien dalam pemenuhan
keterampilan motorik kebutuhan ADLs secara mandiri
kasar sesuai kemampuan
- Keterbatasan  Dampingi dan Bantu pasien saat
kemampuan untuk mobilisasi dan bantu penuhi
melakukan kebutuhan ADLs ps.
keterampilan motorik  Berikan alat Bantu jika klien
halus memerlukan.
- Tidak ada koordinasi  Ajarkan pasien bagaimana merubah
atau pergerakan yang posisi dan berikan bantuan jika
tersentak-sentak diperlukan
- Keterbatasan ROM
- Kesulitan berbalik
(belok)
- Perubahan gaya
berjalan (Misal :
penurunan kecepatan
berjalan, kesulitan
memulai jalan,
langkah sempit, kaki
diseret, goyangan yang
berlebihan pada posisi
lateral)
- Penurunan waktu
reaksi
- Bergerak
menyebabkan nafas
menjadi pendek
- Usaha yang kuat untuk
perubahan gerak
(peningkatan perhatian
untuk aktivitas lain,
mengontrol perilaku,
fokus dalam anggapan
ketidakmampuan
aktivitas)
- Pergerakan yang
lambat
- Bergerak
menyebabkan tremor
Faktor yang berhubungan :
- Pengobatan
- Terapi pembatasan
gerak
- Kurang pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik
- Indeks massa tubuh
diatas 75 tahun
percentil sesuai
dengan usia
- Kerusakan persepsi
sensori
- Tidak nyaman, nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal dan
neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
- Depresi mood atau
cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan
otot, kontrol dan atau
masa
- Keengganan untuk
memulai gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
Malnutrisi selektif atau umum
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses
dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil
NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai