Oleh:
Nama : Liza Fauziah
NIM : P2723503519077
Kelas : IB ANAFARMA
A. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal : Senin, 23 November 2020
Tempat : Laboratorium Teknologi Pasca Panen
Waktu : 07.30 – 14.30
B. TUJUAN
-Mampu menganalisis parameter spesifik produk obat tradisional
-Mampu menganalisis parameter non spesifik produk obat tradisional
C. DASAR TEORI
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
(Departemen Kesehatan RI., 1995)
Obat herbal Indonesia lebih dikenal dengan nama jamu dan izin dari Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI juga digolongkan dalam jamu.
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, Harmanto, (2008) mengelompokkan obat bahan alam Indonesia menjadi tiga
jenis yaitu :
1. Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang.
2. Obat herbal terstandar, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dan uji
pra klinis serta standarisasi bahan baku.
3. Fitofarmaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinis, standarisasi bahan baku dan
sudah bisa diresepkan dokter.
Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwariskan
secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian jamu dalam
Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
(Biofarmaka IPB, 2013). Jamu harus memenuhi kriteria :
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Parameter Spesifik
1. Identitas
Identitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Deskripsi tata nama:
- Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)
- Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
- Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)
- Nama Indonesia tumbuhan
Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak
mempunyai tujuan tertentu untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan
spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).
2. Organoleptik
Parameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau,
rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan
seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).
3. Kadar sari
Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa
kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji
bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari
simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas
farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,2000).
4. Uji mikrobiologi
a) Angka Lempeng Total
Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah
bakterimesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang
diperiksa.Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri
aerobmesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang
sesuaidengan cara tuang kemudian dieramkan selama 24-4 jam pada suhu 35-37
°C (Joko Wibowo Ristanto, 1998)
b) Angka khamir
Khamir adalah fungi multiseluler, pada beberapa genus ada yang
membentuk misellium dengan percabangan. Sebagian besar khamir termasuk
dalam kelas Ascomycetes, sebagian kecil termasuk dalam kelas Basidiomycetes
dan fungi imperfecti. Khamir yang termasuk kelas pertama dan kelas kedua
berkembang biak dengan tunas (budding), pembelahan sel, spora aseksual, dan
spora seksual. Perhitungan jumlah kapang dan khamir memiliki ketentuan umum
yaitu secara tradisional, media yang dasamkan digunakan untuk menghitung
kapang/khamir dalam obat tradisional. Pada perhitungan angka kapang/khamir
pada cara uji cemaran mikroorganisme menggunakan standar SNI 01-2897-1992.
Pada prinsipnya dari uji angka kapang/khamir adalah pertumbuhan kapang dan
khamir dalam media yang sesuai,setelah diinkubasi pada suhu 250C atau suhu
kamar selama 5 hari.
5. Pola kromatogram
Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal
komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan
dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).
Parameter Non Spesifik
1. Parameter Kadar Air
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di
dalam bahan. Penetapan parameter dilakukan dengan cara yang tepat yaitu titrasi,
destilasi atau gravimetri. Tujuan dari parameter ini adalah memberikan batasan
maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan (Anonim,
2000).
2. Parameter Kadar abu
Bahan yang dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan
turunannya terdekstruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan organik.
Tujuan dari parameter ini adalah memberikan gambaran kandungan mineral internal
dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Anonim,
2000).
3. Kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu pada penetapan kadar abu
yang tidak larut dalam asam ketika dilarutkan dengan pelarut asam (Anonim, 2000).
4. Parameter Cemaran Logam Berat
Parameter cemaran logam berat adalah menetukan kandungan logam berat
secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid. Tujuan dari
parameter ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
logam berat tertentu (Hg, Pb, Cu dll.) melebihi nilai yang ditetapkan karena
berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Anonim, 2000).
5. Parameter Cemaran Aflatoksin
Parameter cemaran aflatoksin merupakan parameter yang menetukan adanya
aflatoksin dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Tujuan dari parameter
ini adalah memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur
melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan
aflotoksin yang berbahaya bagi kesehatan (Anonim, 2000).
6. Parameter Cemaran Mikroba
Parameter cemaran mikroba digunakan untuk menentukan (identifikasi)
adanya mikroba yang patogen secara analisis. Tujuan dari parameter ini adalah
untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak mengandung mikroba patogen dan tidak
mengandung mikroba nonpatogen melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Anonim,
2000).
E. PROSEDUR KERJA
PARAMETER SPESIFIK
1. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Kadar senyawa yang larut dalam air
Sejumlah 2,0 gram sampel OT dimaserasi selama 6 jam dengan 40 ml air-
kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok dan
dibiarkan selama 4 jam kemudian disaring. Lalu filtrat dipipet sebanyak 8 ml dan
diuapkan hingga kering dalam cawan penguap yang telah ditara. Residu dipanaskan
pada suhu 105oC hingga bobot tetap.Selanjutnya, kadar dalam persen senyawa yang
larut dalam air dihitung terhadap berat OT awal.
Kadar senyawa yang larut dalam etanol
Sejumlah 2,0 gram sampel OT dimaserasi selama 6 jam dengan 40 ml etanol 96%
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok dan kemudian dibiarkan
selama 4 jam lalu disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol. Lalu filtrat
dipipet sebanyak 8 ml dan diuapkan hingga kering dalam cawan penguap yang telah
ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Selanjutnya, kadar
dalam persen senyawa yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap berat OT
awal.
2. Uji Fitokimia
Identifikasi kimia
a) Identifikasi flavonoid
Sebanyak 1 g ekstrak diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml
sampai 2 ml etanol 95% P kemudian ditambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2
ml asam klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit lalu ditambahkan 10 tetes
asam klorida pekat. Jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah
intensif, menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol).
Sebanyak 1 g ekstrak diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml
etanol 95% lalu ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 tetes asam
klorida pekat P. Jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu,
menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga,
menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron (10).
b) Identifikasi tanin
Sebanyak 2 g ekstrak diuapkan di atas penangas air dan sisanya diencerkan
dengan air suling panas lalu dikocok hingga homogen. Larutan ditambahkan
dengan 5 tetes natrium klorida 10% dan disaring.
Filtrat digunakan sebagai larutan percobaan.
1. Larutan percobaan ditambahkan larutan gelatin 10%. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih.
2. Larutan percobaan ditambahkan larutan natrium klorida-gelatin. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih.
3. Larutan percobaan ditambahkan 3 tetes larutan besi (III) klorida P. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan biru kehitaman atau
hijau kecoklatan.
4. Larutan percobaan ditambahkan timbal (II) asetat. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih.
c) Identifikasi glikosida
Sebanyak 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
diuapkan di atas penangas air.
Sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish LP, lalu ditambahkan secara
hati-hati 2 ml asam sulfat P. Jika terbentuk cincin berwarna ungu pada batas
cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (Reaksi Molish)
d) Identifikasi saponin
Sebanyak 3 g ekstrak ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan
kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik.
Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang mantap selama
tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm, dan pada
penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
c) Identifikasi alkaloid
Tiga gram ekstrak dipekatkan di atas penangas air kemudian ditambahkan 1
ml asam klorida 2 N.
Filtrat dibagi menjadi empat bagian pada kaca arloji dan ditambahkan
pereaksi Mayer LP, Bouchardat LP, Dragendorff LP, dan solutio iodii LP
Pada penambahan Mayer LP, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol
P
Sedangkan dengan Bouchardat LP terbentuk endapan berwarna coklat
sampai hitam.
Penambahan Dragendorff LP memberikan hasil positif jika terbentuk
endapan merah bata
Sedangkan dengan solutio iodii LP, hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan coklat.
PARAMETER NON SPESIFIK
1. Kadar air
Lebih kurang 2 gr sampel ditimbang seksama dalam wadah yang telah ditara lalu
dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang. Selanjutnya
pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara
dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.
F. HASIL PERCOBAAN
PARAMETER SPESIFIK
1. % Sari larut air
Berat sampel awal = 2 gram
Berat residu = 0,12 gram
% Sari larut air = Bobot residu / Bobot ekstrak awal x 100%
= 0,12 gr / 2 gr x 100%
= 6%
Nama OT Bobot ekstrak awal Bobot residu (gr) % Sari larut
(gr) air
Jamu sehat 2 gram 0,12 gram 6%
wanita
3. Uji kimia
a) Identifikasi flavonoid
b) Identifikasi tanin
c) Identifikasi glikosida
d) Identifikasi saponin
e) Identifikasi alkaloid
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan standarisasi produk obat tradisional
dengan menggunakan sampel jamu sehat wanita. Percobaan bertujuan agar mampu
menganalisis parameter spesifik produk obat tradisional dan mampu menganalisis
parameter non spesifik produk obat tradisional.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
(Departemen Kesehatan RI., 1995)
Standardisasi adalah proses penentuan spesifikasi bahan berdasarkan parameter
tertentu untuk mencapai tingkat kualitas standar berdasarkan dua parameter yaitu
parameter spesifik dan parameter nonspesifik. Penentuan parameter spesifik meliputi
identitas, organoleptik, senyawa kimia yang larut dalam air dan etanol, serta kandungan
kimia. Pada standardisasi dilakukan proses penetapan sifat berdasarkan parameter-
parameter tertentu untuk mencapai derajat kualitas yang sama. Ekstrak distandardisasi
dengan dua parameter yaitu parameter spesifik dan parameter non spesifik.
Pada percobaan kali ini melakukan pengujian parameter spesifik sampel jamu
meliputi senyawa kimia yang larut dalam air dan etanol dan senyawa fitokimia yang
terdapat dalam sampel dan parameter non spesifik meliputi kadar air.
Parameter spesifik yang ditetapkan dalam peneltian ini adalah kadar senyawa
yang larut dalam air dan kadar senyawa yang larut dalam etanol serta uji senyawa
fitokimia yang terdapat dalam sampel.
Kadar sari larut air dan etanol merupakan indikator kadar senyawa aktif yang
dapat tersari, baik oleh pelarut air maupun etanol. Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia dipengaruhi oleh Umur tanaman, waktu panen dan iklim dan tempat tumbuh.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar sari sampel jamu larut air adalah sebesar 6%
dan larut etanol sebesar 3%. Hasil ini menandakan bahwa senyawa aktif dalam sampel
jamu sedikit tersari ke dalam air dan etanol.
Hasil untuk uji kandungan kimia adalah sampel jamu sehat wanita negatif
mengandung flavonoid. Positif mengandung tannin. Negatif mengandung alkaloid untuk
pengujian menggunakan Hcl 2N ditambah pereaksi mayer dan Hcl 2N ditambah pereaksi
Bauchardat. Positif mengandung alkaloid untuk pengujian menggunakan Hcl 2N
ditambah pereaksi Dragendorff dan Hcl 2N ditambah Solutio iodi. Negatif mengandung
glikosida dan negatif mengandung saponin.
Parameter non spesifik yang ditetapkan dalam peneltian ini adalah kadar air .
Hasil penelitian menunjukkan kadar air ekstrak jahe adalah sebesar 0,89%. Ini masih
memenuhi standar sesuai dengan yang ditetapkan. Kadar air dalam sediaan obat
tradisional termasuk ekstrak tidak boleh melebihi batas 10 % (Depkes RI, 1994). Kadar
air yang melebihi 10% dapat mengakibatkan ekstrak akan mudah ditumbuhi jamur
(Isnawati dan Arifin, 2006 Kadar air yang rendah akan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dan kapang (jamur).
H. KESIMPULAN
Dari praktikum percobaan standarisasi produk obat tradisional dengan sampel jamu
sehat wanita dapat disimpulkan bahwa percobaan bertujuan agar mampu menganalisis
parameter spesifik dan non spesifik bahan baku obat tradisional.
Dalam percobaan parameter spesifik dengan menguji kadar sari larut air dan etanol
dan uji kandungan kimia diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar sari sampel jamu larut air adalah sebesar
6% dan larut etanol sebesar 3%. Hasil ini menandakan bahwa senyawa aktif dalam
sampel jamu sedikit tersari ke dalam air dan etanol.
2. Hasil untuk uji kandungan kimia adalah sampel jamu sehat wanita negatif
mengandung flavonoid. Positif mengandung tannin. Negatif mengandung alkaloid
untuk pengujian menggunakan Hcl 2N ditambah pereaksi mayer dan Hcl 2N
ditambah pereaksi Bauchardat. Positif mengandung alkaloid untuk pengujian
menggunakan Hcl 2N ditambah pereaksi Dragendorff dan Hcl 2N ditambah Solutio
iodi. Negatif mengandung glikosida dan negatif mengandung saponin.
Dalam percobaan parameter non spesifik dengan menguji kadar air diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan kadar air ekstrak jahe adalah sebesar 0,89%. Ini
masih memenuhi standar sesuai dengan yang ditetapkan. Kadar air dalam sediaan
obat tradisional termasuk ekstrak tidak boleh melebihi batas 10 % (Depkes RI,
1994). Kadar air yang melebihi 10% dapat mengakibatkan ekstrak akan mudah
ditumbuhi jamur (Isnawati dan Arifin, 2006 Kadar air yang rendah akan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur).
I. DAFTAR PUSTAKA
Biofarmaka IPB, 2013. Quality of Herbal Medicine Plants and Traditional
Medicine.
Depkes RI, 1994. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Pendidikan
Kesehatan. Jakarta
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia . Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional.
Isnawati, A. dan Arifin, M. (2006). Karakterisasi Daun Kembang Sungsang
(Gloria superba (L)) dari Aspek Fisiko Kimia.Media Litbang Kesehatan.. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.