Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan generasi penerus yang memiliki peran

besar dalam kemajuan suatu bangsa di masa mendatang. Pada masa

transisi dari anak-anak menuju dewasa, remaja harus melewati

berbagai proses untuk menjadi individu yang berkualitas di masa

depan. Pada masa transisi tersebut, remaja rentan terhadap berbagai

permasalahan yang dapat memengaruhi pembentukan kepribadian

dan perilaku mereka. Masalah tersebut tidak bisa dipisahkan dari

perkembangan dan pertumbuhan yang dialami remaja. Pada masa ini,

remaja suka mencoba berbagai hal yang baru untuk memperoleh

pengakuan sosial tanpa mempertimbangkan dampak yang dapat

ditimbulkan. Remaja akan berperilaku baik jika lingkungan mereka

memberikan dukungan secara positif. Sebaliknya, remaja akan

berperilaku buruk, jika mereka diperlakukan kurang baik dan tidak

memperoleh pengakuan di lingkungan sosialnya. (Ahiyanasari, C. E.

dan Nurmala, I, 2017).

World Health Organization (2016), menyebutkan bahwa sekitar

21 juta remaja perempuan yang berumur 15–19 tahun di negara

berkembang, mengalami kehamilan setiap tahun dan hampir setengah

kehamilan tersebut (49%) merupakan kehamilan yang tidak

diinginkan. Kehamilan tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya

1
2

perilaku seks menyimpang yang cenderung mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Perilaku seks menyimpang tersebut salah satunya

ialah seks yang dilakukan sebelum pernikahan.

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

menunjukan 48 dari 1000 kehamilan di perkotaan adalah kelompok

remaja usia 15-19 tahun. Angka ini meningkat di bandingkan dengan

penemuan SDKI 2007 yang hanya 35 dari 1000 kehamilan.

Meningkatnya kehamilan remaja, salah satu factor penyebabnya

karena perilaku seks bebas. Sedangkan bedasarkan Riskesdas

(2013) angka kehamilan penduduk perempuan usia 10 -54 tahun

adalah 2,68%. Meskipun sangat kecil, namun terdapat kehamilan

pada umur <15 tahun yaitu sebesar 0,02% dan kehamilan pada umur

remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97%. (Rahmawati, C. D. dan Devy, S.

R., 2016).

Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) tahun 2012, kehamilan diluar nikah akibat seks bebas

sebanyak 48,1% terjadi pada remaja usia 15-19 tahun. Dengan tingkat

aborsi mencapai 2,5 juta dimana 800 ribu kali aborsi dilakukan oleh

remaja.( Dewi, N. L. P. dan Wirakusuma, IB, 2017).

Menurut Dinkes Provinsi Sulawesi selatan (2016) jumlah ibu

hamil dengan usia 15 tahun sebanyak 186.128.. Namun jumlah

tersebut masih berada diatas rata-rata angka nasional. Salah satu

penyebab kematian ibu ialah usia ibu yang terlalu muda saat masa
3

kehamilan maupun melahirkan. Pada usia yang masih terlalu muda,

ibu belum mencapai kematangan secara psikis maupun biologis,

sehingga berisiko terhadap dirinya maupun bayi yang dikandungnya

(Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2016)

Dari beberapa penelitian tentang perilaku seks pranikah ,

seperti yang di lakukan oleh Hasibuan et al. (2015) menunjukkan

bahwa seks pranikah pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu seperti pengetahuan, Sikap, pengaruh teman dan kemiskinan.

Sedangkan oleh Ardiani (2014) dikatakan bahwa faktor yang besar

memengaruhi perilaku seksual adalah Handphone (HP), internet, dan

video porno. Penelitian lain yang dilakukan oleh Savitri (2015)

menyebutkan bahwa faktor sikap, teman sebaya, kontrol diri, paparan

media pornografi dan pengetahuan berpengaruh terhadap kejadian

seks pranikah (Ahyanasari, C. E. dan Numara, I 2017).

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, perilaku seks

pranikah dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal remaja.

Faktor tersebut juga dapat memengaruhi niat remaja untuk mencegah

perilaku seks pranikah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menelitii

hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang seks

pranikah pada Remaja Desa Senga Selatan Kec. Belopa Kab. Luwu.

Tahun 2020.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka

dapat di ambil suatu rumusan masalah adalah “Bagaimakah

Gambaran antara pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pra

nikah di kalangan remaja Desa Senga Selatan Kecamatan Belopa

Kabupaten Luwu tahun 2020 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Gambaran antara pengetahuan dan sikap

remaja tentang seks pranikah di kalangan remaja Desa Senga

Selatan Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Gambaran antara pengetahuan remaja tentang

seks pranikah pada remaja di Desa Senga Selatan

Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu tahun 2020.

b. Mengetahui Gambaran antara sikap remaja tentang seks

pranikah pada remaja di Desa Senga Selatan Kecamatan

Belopa Kabupaten Luwu tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan (scientific)

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan tentang bagaimana hubungan antara pengetahuan

remaja dengan sikap remaja terhadap perilaku seks pra nikah


5

2. Bagi pengguna

a. Bagi ilmu pengetahuan (scientific)

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat

bermanfaat dalam pembangunan keilmuan, khususnya yang

berhubungan dengan perilaku seksual remaja

b. Bagi orang tua

Sebagai informasi bahwa orangtua mempunyai tanggung

jawab dan peran penting dalam mendidik remaja tentang

pendidikan seks, sehingga orang tua dapat mengubah

pandangan tentang pendidikan seks menjadi suatu hal yang

penting dan pantas di dalam memberikan pendidikan seks sedini

mungkin kepada anaknya. Agar remaja dapat terhindar dari

perbuatan seksual pranikah yang justru akan merusak masa

depannya

c. Bagi Remaja

Sebagai informasi yang menjelaskan bahwa perilaku seks

pranikah itu memiliki akibat yang buruk, sehingga diharapkan

remaja mengetahui akibat - akibatnya apabila melakukan seks

pranikah.

d. Bagi Institusi

Dapat di gunakan sebagai kontribuasi dalam menanamkan

minat, motivasi dan sikap dari mahasiswa sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar bagi mahasiswanya.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah

mengalami trend peningkatan. Berdasarkan catatan lembaga BKKBN

(2014), 46 % remaja berusia 15–19 tahun sudah berhubungan

seksual. Diperlukan suatu upaya perilaku pencegahan dalam

mengatasi permasalahan meningkatnya seks pranikah di kalangan

remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifi kasi faktor

social support yang mendorong perilaku pencegahan seks pranikah

pada remaja SMA X di Kota Surabaya. Jenis penelitian ini adalah

deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Wawancara mendalam

dilakukan kepada 32 informan yaitu 10 siswa, 10 teman sebaya, 10

orang tua, dan 2 guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan

sosial terutama dari keluarga yang memberikan pendidikan agama,

berkontribusi untuk membentuk karakter remaja itu sendiri

dibandingkan dukungan dari teman dan sekolah. Upaya perilaku

pencegahan seks pranikah yang didapatkan, yaitu: tidak pacaran,

harus pintar memilih pergaulan yang baik, lebih memperkuat iman dan

memperbanyak ibadah, membatasi pertemanan, jika mempunyai

pacar hanya untuk penyemangat belajar, tidak melihat fi lm porno,

jangan mencari teman laki-laki yang mempunyai perilaku buruk, tidak

pulang larut malam, lebih konsisten dengan prinsip pada diri sendiri,

6
7

menambah pengetahuan tentang bahaya perilaku seks pranikah,

memperluas pergaulan, dan aktif dalam melakukan kegiatan sosial

dan hobi (Rahmawati, C. D., & Devy , S. R. 2016)

B. Karangka Teori

1. Tinjaun Umum Tentang Pengetahuan

a. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan inti terjadi

setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca

indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2003 dalam A. wawan. Dan Dewi M., 2010)

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah karena tingkatan ini

hanya mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik


8

dari selutruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan atau menggunakan materi yang sudah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen–komponen,

tetapi masih didalam satu struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu

obyek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau


9

menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada.(A.Wawan

dan Dewi M., 2010).

c. Faktor -Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut A.Wawan, & Dewi M. (2010) faktor-faktor yang

memepengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya :

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain

menunjukkan cita-cita tertentu yang menentukan

manusian untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan

diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang

dikutip Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

(Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.
10

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan merupakan keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang

menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH Yang dikutip Nursalam

(2003) usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan

menurut Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan

sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.


11

2) Faktor Eksternal

a) Factor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam

(2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembanagn dan perilaku orang atau

kelompok.

b) Social budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi.

2. Tinjauan Umum Tentang Sikap

a. Definisi Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Manefestasi sikap tidak dapat langsung di lihat, tetapi hanya

dapat di tapsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap

secara nyata menunjukan komotasi adanya penyusuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu (Triwibowo, C. dan Pusphandani,

M. E, 2015).
12

b. Komponen Sikap

Menurut Azwar S. 2000: 23 dalam A. Wawan dan Dewi M.,

(2010) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan refresentasi apa yang di

percayai oleh individu pemilih sikap, komponen kognitif

berisi kepecayaan stereotype yang dimiliki individu

mengenai sesuatu dapat disamakan penaganan (opini)

terutama apabila menyangkkut masalah isu atau

problem yang kontroversial

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah

yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling

bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin

adalah mengubah sikap seseorang komponen efektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan asskep kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

oleh seseorang. Berisi tendensi atau kecenderungan

untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu.
13

c. Tingkatan sikap

Menurut Soekidjo Notoamodjo, (2012) dalam A. Wawan

dan Dewi M., (2010) Seperti halnya dengan pengetahuan,

sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

1) Menerima (receiving)

2) Merespon (responding)

3) Menghargai (valuing)

4) Bertanggung jawab (Responsible)

3. Tinjauan Umum Tentang Remaja

a. Definisi Remaja

Remaja adalah masa transisi psikologis dan sosial dari

kanak-kanak ke dewasa yang akan berlangsung hingga akhir

usia belasan atau awal dua puluhan.(Mariana, W. dan

Kahafidhoh, N., 2013)

Menurut The Health Resouces and Services

Administrations Guidelines Amerika Serikat, Rentang usia

remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap,

yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja manengah (15-17

tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian di

satukan dalam terminology kaum mudah (young people) yang

mencakut usia 10-24 tahun (Eny Kusmiran 2014)


14

b. Aspek Perkembangan Remaja

Menurut Eny Kusmiran, (2014) aspek perkembangan

remaja meliputi :

1) Perkembangan pribadi

a) Keterampilan kognitif dan non kognitif yang dibutuhkan

agar dapat mandiri secara ekonomi maupun mandiri

dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu.

b) Kecakapan dalam mengelolah dan mengatasi masalah-

masalah pribadi secara efektif.

c) Kecakapan-kecakapan sebagai seorang pengguna

kekayaan kultural dan peradaban bangsa.

d) Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterlibatan

yang intensif pada suatu kegiatan.

2) Perkembangan Sosial

a) Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda

dengan dirinya, baik dalam kelas social, subkultur,

maupun usia.

b) Pengalaman dimana tindakanya dapat berpengaruh

pada orang lain.

c) Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-

tujuan bersama. (interaksi kelompok).

3) Perubahan yang dialami pada masa remaja


15

perkembangan seksualitas pada remaja ditandai

dengan beberapa ciri atau tanda antara lain:

1) Tanda Kelamin Primer

2) Tanda Kelamin Sekunder

3) Tanda Kelamin Tersier

4) Oral seksual

5) Intercource atau bersenggama

4. Tinjauan Umum Seks Pranikah di Kalangan Remaja

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama

jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam mulai

dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu

dan hubungan seks (Sarwono, 2010)

Menurut Crooks, 1983 dalam Nuandri, V.T. dan Widayat, W. I.,

(2014) mendefinisikan perilaku seks pranikah sebagai perilaku

yang mengarah pada keintiman heteroseksuar yang dilakukan oleh

sepasang laki-laki dan perempuan sebelum adanya ikatan resmi

pernikahan.

5. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual

Menurut Hartanto, D. (2014) Perilaku seksual terlihat dari

tahapan-tahapan perilaku sebagai berikut:

1) Berpelukan

2) Cium kering
16

3) Cium basah

4) Meraba bagian yang sensitif

5) Petting

6) Oral seksual

7) Intercource atau bersenggama

6. Faktor-faktor Perilaku Seks Pranikah

Menurut Astini, (2009) dalam Hartanto, D. (2014)p persepsi

remaja tentang seksual pranikah dipengaruhi oleh dua factor:

a. Faktor internal yang dapat dipengaruhi persepsi remaja

adalah yang datangnya dari diri remaja itu sendiri, yaitu factor

usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan yang dimiliki remaja

itu sendiri baik pengetahuan umum maupun pengetahuan

tentang seksual, pengalaman, kepribadian serta pekerjaan.

b. Faktor eksternal adalah yang datangnya dari luar diri remaja

itu sendiri yang berupa agama, lingkungan tempat tinggal baik

lingkungan keluarga maupun di luar keluarga, budaya yang

dianut, factor social ekonomi serta informasi yang mereka

dapatkan.

Menurut Sarwono (2003) dalam Hartanto, D (2014)

faktor-faktor seksual remaja dipengaruhi oleh:

1) Perubahan-perubahan hormonal

2) Dampak dari adanya penundaan usia perkawinan

3) Norma-norma agama yang berlaku


17

4) Penyebaran informasi dan rangsangan dari media masa

5) Orang tua sendiri,

6) Adanya kecenderu ngan yang makin bebas antara pria dan

wanita dalam.
18

Gambar 2.1 Karangka Teori

Predisposing
Factors:
• Pengetahuan
• Sikap

Seks Pranikah

Faktor Eksternal

 Factor usia,
 jenis kelamin,
 tingkat
pengetahuan

Faktor Internal

 agama,
 lingkungantemp
at tinggal

Sumber teori menurut Astini, 2009 dalam Hartanto, D (2014), Alport dan

Notoadmodjo 2014
19

C. Karangka Konsep

Gambar 2.2 karangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap
Seks Pranikah

Paparan Media Porno


garapi

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel independen yang tidak di teliti

: Variabel Dependen

: Garis hubungan
20

D. Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Definisi Indikator/pa Skala


Variabel Alat Ukur Skoring
No operasional rameter ukur
1. Idependen
Pengetahuan Segala sesuatu - Baik Kuesioner Ordinal Baik jika
yang dipahami skor ≥ 50%
atau dimengerti - Kurang
oleh remaja Kurang jika
terhadap sek skor ≤50%
pranikah
Jika
menjawab
benar nilai
10 jika
menjawab
salah nilai 0

Sikap sikap adalah - Baik Kuesioner Ordinal Baik jika


bagaimana skor ≥ 50%
pendapat atau - Kurang
penilaian orang Kurang jika
atau responden skor ≤ 50%
terhadap hal
yang terkait Jika
tertentu menjawab
nenar nilai
10 jika
menjawab
salah nilai 0

2. Dependen

Seks Seks pranikah - Normal Kuesioner Ordinal Positif jika


Pranikah adalah suatu skor ≥ 50%
perbuatan yang -Ab normal
di lakukan oleh Negatif jika
remaja tanpa skor ≤ 50%
ada ikatan
dalam suami
istri.
21

E. Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah

yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan sejak awal-akhir

penelitian). Kerangka kerja dalam penelitian ini, yaitu:

Gambar 2.3 Kerangka Kerja

Surat perizinan

Populasi
Semua Remaja yang berdomisili di Desa Senga Selatan Kecamatan
Belopa Kabupaten Luwu

Sampel
Remaja Desa Senga Selatan
n= N
1 + N (d)2

Pengumpulan data

kuesioner

Desain Penelitian
Uji Chi Squart

Pengolahan dan Analisa Data

Dilakukan melalui uji statistik chi-square untuk melihat hubungan


antara varibel dependen dan independen dengan α = 0.05

Penarikan Kesimpulan

P= α ≥ 0,05: Ho ditolak, P = α ≤ 0,05: Ho diterima


22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode deskriptif korelasi dengan

yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai

fenomena atau kenyataan sosial mengenai gambaran tingkat

pengetahuan dan Sikap Remaja tentang seks pranikah di kalangan

remaja Desa Senga Selatan Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu

tahun 2020

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Coper At Al, 2003 Populasi adalah keseluruhan

elemen yang akan dijadikan wilayah generalisasi. Elemen

populasii adalah keseluruhan subyek yang akan diukur, yang

merupakan unit yang diteliti (Sugiono 2019).

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang ada dii

Desa Senga Selatan Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu. Dari

hasil survei awal di Desa Senga Selatan yang dilakukan pada

tanggal 6 Juli 2020, diperoleh bahwa terdapat 693 remaja yang

ada di Desa Senga Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karasteristik yang dii

miliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak

22
23

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena pembatasan dana, tenaga, waktu, maka penelitian dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dii

pelajari dari sampel itu. Kesimpulanya akan di berlakukan untuk

populasi (sugyono. 2019).

Kriteria sampel adalah sebagai berikut:

a. Inklusi

1) Remaja yang memiliki umur dari 11-21 tahun

2) Dapat membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia

3) Bersedia untuk menjadi respoden

4) Berdomisili di Desa Senga Selatan

b. Eksklusi

1) Remaja yang tidak berumur dari 11-21 tahun

2) Tidak dapat membaca dan menulis dalam bahasa

Indonesia

3) Tidak bersedia untuk menjadi responden

4) Tidak berdomisili di Desa Senga Selatan.

Untuk menentukan jumlah sampel menggunakan rumus:

n=

1 + N (d)2
24

Keterangan:

n = Sampel

N = Popoulasi

d = Derajat ketelitian atau presisi

n=

1 + N (d)2

693

n=

1 + 693 (0,1)2

n = 87, 38

3. Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan di gunakan dalam penelitian,

terdapat berbagai teknik sampling yang di gunakan. (Sugyono,

2019)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan Accidental sampling, teknik pengumpulan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara


25

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat di gunakan sebagai

sampel. Bila di pandang orang yang kebetulan di temui itu sesuai

sebagai sumber data. Dalam teknik Accidental Sampling

pengambilan sampel tidak di tetapkan lebih dahulu, penelitii

langsung saja mengumpulkan data dan unik sampling yang di

temui (sugyono, 2012)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Senga Selatan

Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu tahun 2020. Penelitian di mulai

pada bulan Agustus 2020.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat di kelompokkan

dalam dua jenis yaitu :

a. Data primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh

pengumpul data dari objek penelitian (Semmaila, B. dan Ahri,

R. A. 2017).

Pengambilan data dilakukan sendiri oleh penelitti, dengan

memberikan penjelsan terlebih dahulu tentang tujuan penelitian

serta meminta kesediaan dari yang bersangkutan untuk

dijadikan sebagai responden atau sampel penelitian, kemudian

responden diminta untuk mengisi kuesioner secara lengkap.


26

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara

tidak langsung dari objek yang diteliti (Semmaila, B. dan Ahri,

R. A. 2017).

Data yang diambil dari pengambilan data awal di kantor

Desa Senga Selatan yang digunakan sebagai pelengkap untuk

data primer yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1. Pengolahan Data

a) Langkah- langkah analisa

1) Coding

Mengklasifikasi data dan jawaban menurut kategori

masing- masing sehingga memudahkan dalam

pengelompokan data coding dilakukan saat pembuatan

kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam

pengelolahan data selanjutnya.

2) Scoring

a) Pengetahuan remaja tentang seks pranikah dengan

kuesouner berjumlah 10 dengan skor 0-10. Skor

terendah 0 dan skor tertinggi 10. Sehingga

dikatakan baik jika skor ≥50% dan dikatakan

kurang jika ≤ 50%

b) Sikap remaja tentang seks pranikah pengaturan

pemberian kuesoner berjumlah 10 dengan skor 0-


27

10. Skor terendah 0 dan skor tertinggi 10. Sehingga

di katakan positif jika ≥ 50% dan di katakan

negative jika ≤ 50%

c) Tabulating

Memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner,

kemudian memasukan data kedalam program

computer untuk selanjutnya di analisa

menggunakan uji statistic chi-square melakukan

pengecekan kembali pada data yang telah di input

ke dalam uji statistic chi-square dan melakukan

koreksi bila ada kesalahan

E. Instrumen Penelitian

Menurut Semmaila, B. dan Ahri, R. A. (2017). Instrument

penelitian adalah bagian paling rumit dari keseluruhan proses

penelitian. Kesalahan pada bagian ini, dapat dipastikan suatu

penelitian gagal atau berubah dalam konsep semula. Oleh karena itu

kerumitan dan kerusakan instrument penelitian pada dasarnya tidak

terlepas dari peranan desain penelitian yang telah di buat itu.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk

kuesioner. Data di kumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner

kepada para responden. Kuesouner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan


28

atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawabnya sesuai

dengan permintaan pengguna.

F. Analisa Data

Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul dianalisis dengan

teknik analisis univariat (satu variabel) dan bivariat (dua variabel)

(Saryono, 2013).

1. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi masing-masing variable, baik variable bebas, terikat dan

karakteristik responden.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square untuk

mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing

variable bebas dengan variable terikat dengan rumus sebagai

berikut :

Dimana X² =Σ
( 0 – E)
Keterangan : E

X² = Chi Square

0 = Nilai Observasi

E = Nilai Expectasi (harapan)

Uji Chi Square bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya

pengaruh tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang seks

pranikah di Desa Senga Selatan yang semuanya merupakan data


29

kategorik untuk melihat kebermaknaan secara statistic 95% (=α

0.05). Jika p. Value yang didapatkan lebih kecil dari nilai α 0.05

akan menyebabkan hipotesis awal (Ho) gagal ditolak sehingga

dapat di interpretasikan bahwa variable-variabel tersebut memiliki

hubungan. Variabel Independen dan Variabel Dependen. Jika

p.Value lebih besar dari α 0.05 maka dapat di interpretasikan

bahwa variable-variabel tersebut tidak hubungan atau (Ho)

diterima.

Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada

tingkat signifikan (nilai p), yaitu :

1) Jika nilai p ≥ 0,05 maka hipotesis Ha penelitian ditolak maka

Ho diterima atau tidak ada hubungan.

2) Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau Ho

ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan.

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 nomor dengan nilai

terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah

20

Berdasarkan rumus statistika : p = Rentang


Banyak
Dimana P merupakan panjangkelas
kelas dengan rentang nilai

tertinggi dikurangi nilai terendah dimana rentang kelas sebesar 20

dan banyak kelas adalah 2 yaitu : baik, dan kurang sehingga

diperoleh P = 10. Kisaran nilai antara 0 – 20,


30

Dari hasil pengolahan data tersebut, maka diketahui

frekuensi dan persentase untuk mendeskripsikan tentang data

pengetahuan dan sikap Remaja tentang seks pranikah. Analisa

data pengetahuan dan sikap Remaja tentang seks pranikah dari 2

(dua) kategori yaitu, Pengetahuan dan Sikap.

G. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

senantiasa diperhatikan (Hidayat, 2012), seperti:

1. Tanpa nama (anonimity)

Kerahasiaan responden harus selalu terjaga. Untuk menjaga

kerahasiaan tersebut, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, pada lembar pengumpulan data dan pada lembar

kuisioner, cukup diberikan kode tertentu sebagai identifikasi

subjek.

2. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

kepastian kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


31

3. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity).

4. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect

for privacy and confidentiality).

5. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice and

inclusiveness).

6. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits).

Anda mungkin juga menyukai