Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

 A.    Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-


nilai kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena itu dalam sejarah filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat islam
juga dikenal istilah madinah atau polis, yang berarti kota, yaitu masyarakat yang
maju, berperadaban dan lebih mementingkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.

Dalam al-Qur’an Allah memberikan instruksi masyarakat ideal, sebagai gambaran


dari masyarakat madani dengan firman-Nya:

“ (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun”. (Saba:15)

Kata madani merupakan penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang
ditunjukkan oleh kondisi dan system kehidupan yang berlaku di kota madinah.
Kondisi dan system kehidupan out menjadi popular dan dianggap ideal untuk
menggambarkan masyarakat yang islami, sekalipun penduduknya terdiri dari
berbagai macam keyakinan. Mereka hidup rukun, saling membantu, taat hukum
dan menunjukkan kepercayaan penuh terhadap pimpinan. Al-Qur’an menjadi
konstitusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi di antara
penduduk Madinah.

Ada dua masyarakat dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat


madani, yaitu:
1. Masyarakat negeri Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman AS.
Keadaan masyarakat Saba’ yang dikisahkan dalam al-Qur’an itu mendiami
negeri yang baik, subur, dan nyaman. Di tempat itu terdapat kebun dengan
tanaman yang subur, tesedia rizki yang melimpah, terpenuhi kebutuhan
hidup masyarakat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan masyarakat
Saba’ untuk bersyukur kepada Allah yang telah menyediakan kebutuhan
hidup mereka. Tapi sayangnya, setelah beberapa waktu berlalu, penduduk
negeri ini kemudian ingkar (kafir) dan maksiat kepada Allah, sehingga
mereka mengalami kebinasaan. ( Qs. Saba’:16).

16. tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang
besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi
(pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr

1. Masyarakat kota Yastrib setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah


antara Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah
yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan
Khazraj. Madinah adalah nama kota di negara Arab Saudi, sebagai nama
baru kota Yastrib, tempat yang didiami oleh Rasulullah SAW sampai akhir
hayat beliau sesudah hijrah. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga
unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam
kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan
Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya
untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.

 
 

B.     Karakteristik Masyarakat Madani

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:

1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi

sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan


demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi,
kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis
kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain.
Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang
meliputi:

a)              Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

b)            Pers yang bebas

c)            Supremasi hukum

d)            Perguruan Tinggi

e)            Partai politik

1. Toleransi, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta


aktivitas yang dilakukan oleh orang atau kelompok lain. Tidak
mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allag
sebagai kebebasan manusia.
2. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya
3. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan
sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
4. Damai, artinya masing-masing kelompok masyarakat, baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihka lain secara adil.
5. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang
dapat mengurangi kebebasannya.
6. Berperadaban tinggi, yaitu masyarakat tersebut memiliki kencintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengtahuan
untuk memberikan kemudahan dan meningkat harkat martabat manusia.
7. Berakhlak Mulia.
8. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat
madani di Indonesia diantaranya :
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang
belum merata.
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisi moneter.
4. Tingginya angkatan kerja yang belum teserap karena lapangan
kerja yang terbatas.
5. Pemutusn Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang
besar.
6. Kondisi sosial politik yang belum pasca reformasi.

3. Mewujudkan Masyarakat Madani


 

Dalam QS. Ali Imran: 110, Allah menyatakan bahwa umat islam adalah umat
yang terbaik dari semua kelompok umat manusia yang Allah ciptakan. Diantara
aspek kebaikan umat islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnya dibanding
umat non islam.

110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.

Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang


sebagai dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat
berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi
utama dalam masyarakat madani adalah Alquran. Prinsip terciptanya masyarakat
madani bermula sejak hijrahnya Nabi Muhammad Saw. beserta para pengikutnya
dari Makah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah
refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam
mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah (beradab).

Pembangunan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah pembangunan yang


mengacu pada sistem ilahi, dan dikerjakan secara bertahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan. Membersihkan mental masyarakat dari kemusyrikan,


kezaliman, dan kebodohan. Yakni memantapkan keyakinan atau aqidah
atau kepercayaan kepada Allah. Maka manusia akan bersikap jujur, adil,
berwibawa, tegas dan sopan santun. Kalau kebenaran sudah dijungkir
balikan, hukum diinjak-injak, mereka akan bangkit membelanya. Allah
menyatakan : (Surat Al-Fath/48:29 ).

“ Muhammad dan orang-orang yang bersamanya itu tegas terhadap orang-orang


kafir (yang mengganggunya), tetapi kasih sayang terhadap sesamanya”.

1. Tahap Penggalangan. Rasulullah SAW tiba di yastrib pada hari Jum’at


tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah. Pada hari itu juga Yatrib
diganti namanya menjadi Madinah. Langkah yang ditempuh adalah:
1. Menyatukan visi dan misi yang diikat dengan persaudaraan.
2. Menanamkan rasa kasih sayang dan persamaan derajat atau
tingkatan, tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain,
kecuali takwanya.
3. Mengadakan perjanjian perdamaian, kerukunan umat beragama.
4. Toleransi dalam menjalankan keyakinan agama atau kepercayaan,
tidak adanya paksaan dalam beragama.
5. Menata sistem hukum, pranata perundang-undangan.
6. Tahap Pemberdayaan. Menerapkan diberikannya kepada mereka
kebebasan melakukan kegiatan, tetapi harus di dalam koridor
peraturan yang ada. Semangat iman, dan semangat disiplin itulah
yang mengantarkan manusia menjadi muttaqiin. Jiwa iman dan
taqwa inilah yang melandasi orang dalam setiap kegitaannya,
apapun pekerjaan dan profesinya. Rasulullah memberikan motivasi
kepada setiap orang, bahwa apa yang dikerjakan itu pasti akan
mendapat balasan, tidak hanya berupa upah di dunia tetapo pahala
juga di akherat. Bekerjalah setiap perkerjaan akan dimudahkan
Allah. Beliau bersabda:

“ Dari Ali Bin Abi Thalib r.a berkata: datang seseorang kepada Rasulullah SAW
dan berkata: apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada Allah? Rasul SAW
menjawab: tidak, bekerjalah kamu segala sesuatu itu dimudahkan, kemudian
membaca ayat: “maka barangsiapa yang memberi dan bertaqwa serta
membenarkan adanya pahala kebaikan pasti akan kami mudahkan baginya”.

Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman maka
perlu ditekankan untuk mewujudkan masyarakat madani selain apa yang sudah
dilakukan oleh Rasulullah SAW, antara lain:

1. Membangkitkan semangat islam melalui pemikiran islamisasi ilmu


pengetahuan, islamisasi kelembagaan ekonomi melalui lembaga ekonomi
dan perbankan syariah dan lain-lain.
2. Kesadaran untuk maju dan selalu bersikap konsisten terhadap moral atau
akhlak islami.
3. Menegakkan hukum islam dan ditegakkannya keadilan dengan disertai
komitmen yang tinggi.
4. Ketulusan ikatan jiwa, sikap yang yakin kepada adanya tujuan hidup yang
lebih tinggi daripada pengalaman hidup sehari-hari di dunia ini
5. Adanya pengawasan sosial.
6. Menegakkan nilai-nilai hubungan sosial yang luhur dan prinsip demokrasi
( musyawarah ).

4. Posisi dan Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat


Madani

Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam
terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan
di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi,
politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat
terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu,
seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain. Oleh
karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman pemberdayaan
civil society perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya:

1. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan 


pendapatan dan pendidikan.
2. Sebagai advokasi bagi masyarakat yang “teraniaya”, tidak berdaya
membela hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena
pengangguran, kelompok buruh yang digaji atau di PHK secara sepihak
dan lain-lain).
3. Sebagai kontrol terhadap negara.
4. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan
(pressure group).
5. Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak
antara negara di satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang
lingkup tersebut terdapat sosialisasi warga masyarakat yang bersifat
sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di antara assosiasi
tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, Rukun
Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.

a.       Kualitas SDM Umat Islam

Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110

Artinya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat  Islam adalah
umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara
aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan ku

b.       Posisi Umat Islam

SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul.
Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer,
dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang
signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena kualitas
SDM nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang
proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam.
Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam,
bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.

Anda mungkin juga menyukai