Anda di halaman 1dari 98

MODUL AJAR

KONSEP DASAR DAN


PRINSIP-PRINSIP KEWIRAUSAHAAN

Penulis
Agnes Sri Harti

Konsep Kewirausahaan 1
Modul Ajar Kewirausahaan ini merupakan Modul Pembelajaran yang memuat naskah
konsep pembelajaran bidang Ilmu Keperawatan, yang disusun oleh dosen Prodi D3
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Pelindung : Ketua STIKes


Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep
Penanggung Jawab : Ketua Lembaga Penjamin Mutu
Tresia Umarianti, SST.,M.Kes
Pemimpin Umum : Meri Oktariani, S.Kep.,Ns,M.Kep
Pemimpin Redaksi : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, M.Kep
Sekretaris Redaksi : Mellia Silvy Irdianty, S.Kep.,Ns, MPH
Sidang Redaksi : Dra. Agnes Sri Harti, M.Si

Penyusun : Dra. Agnes Sri Harti, M.Si

Penerbit : Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Alamat Redaksi : Jl. Jaya Wijaya No. 11 Kadipiro, Bnajarsari, Surakarta, Telp.
0271-857724

Modul Ajar Konsep Dasar dan Prinsip-Prinsip Kewirausahaan


Agnes Sri Harti

Konsep Kewirausahaan 2
Editor:

Diterbitkan oleh:

Prodi D-III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Jl. Jaya Wijaya No. 11 Kadipiro Surakarta

Email:

Website:

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ ii

Konsep Kewirausahaan 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR..................................................................................................... v
I PENDAHULUAN ................................................................................................. vi
II KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar1 . KONSEP KEWIRAUSAHAAN ......................................... 1
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................................................... 1
B. Pokok Materi Kegiatan Belajar ...................................................................... 1
C. Uraian Materi ................................................................................................ 1
1. Perkembangan Kewirausahaan................................................................ 2
2. Konsep Kewirausahaan .................................................................... 5
3. Pengertian Kewirausahaan..............................……….......................... 28
4. Nilai Kewirausahaan Dalam Organisasi Bisnis ...................................... 30
D Tugas ........ .................................................................................................... 35
E Rangkuman ................... ............................................................................... 35
F Test Formatif ............................ .................................................................... 37

Kegiatan Belajar 2. PRINSIP-PRINSIP KEWIRAUSAHAAN..........................


40
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................................................... 40
B. Pokok Materi Kegiatan Belajar ...................................................................... 40
C. Uraian Materi ............................................................................................... 40
1. Ide, Kreativitas dan Inovasi …………………………………………… 40
2. Pengertian Kreativitas …………………………………………………. 41
3. Kewirausahaan dalam Konteks Organisasi......................................... 66
4. Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan ..................................... 69
5. Profil Usaha …………………………………………………………… 71
D Tugas....... .................................................................................................... 87
E Rangkuman .................................................................................................. 87
F Tes Formatif ................................................................................................. 89
GLOSSARY 91
DAFTAR PUSTAKA 92
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

Konsep Kewirausahaan 4
berkat karuniaNya, Modul I Konsep Dasar dan Prinsip-Prinsip Kewirausahaan ini dapat
disusun. Modul ini menjelaskan kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu yang dapat
dipelajari dan diajarkan, memahami obyek studi kewirausahaan, hakikat kewirausahaan
sebagai kiat dalam meningkatkan kualitas hidup, karakteristik dan nilai-nilai
kewirausahaan, Menggambarkan sikap dan kepribadian kewirausahaan serta memahami
motif wirausaha. Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa
dalam mencapai kompetensi ilmu kewirausahaan. Modul ini tentunya masih banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang
positif demi perbaikan modul ini. Besar harapan kami modul ini dapat memberikan
manfaat bagi pembacanya.

Surakarta, Oktober 2018


Tim Penyusun

I. PENDAHULUAN
Selamat berjumpa dalam pembahasan Modul I
Mata Ajar Konsep Dasar dan Prinsip—Prinsip Kewirausahaan

Konsep Kewirausahaan 5
Kewirausahaan / Entrepreneurship merupakan suatu fenomena yang terkenal
dewasa ini dan akan menjadi pola tatanan baru dalam kehidupan masyarakat untuk
waktu yang akan datang. Bagi pihak tertentu, kewirausahaan merupakan suatu hal
yang batudan memerlukan pendidikan. Secara Umum jiwa wirausaha sudah tertanam
dan berkembang dalam kehidupan masyarakat luas di indonesia, hanya saja masih
bersifat tradisional dan merupakan warisan dari orang tua.
Secara teori Entrepreneurship adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis
penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di
pasar. Dunia wirausaha merupakan dunia bisnis yang penuh dengan resiko dan
ketidakpastian , yaitu antara keberhasilan dan kegagalan mudah dan cepat terjadi
sehingga dalam hal ini perlu penguasaan, pengetahuan pemahaman kewirausahaan
secara baik. Kewirausahaan/ Entrepreneurship sangat penting bagi masyarakat agar
mereka dapat bagaimana mereka berwirausaha dan bagaimana cara memanfaatkan
kemampuan dirinya secara optimal guna dapat menangkap peluang-peluang bisnis
yang selalu terjadi setiap saat serta melaksanakan kegiatan secara mandiri.
Tujuan utama pembelajaran kewirausahaan adalah membentuk jiwa
wirausaha terutama mahasiswa, sehingga yang bersangkutan menjadi individu yang
kreatif, inovatif dan produktif. Pola umum pembelajaran kewirausahaan terdiri dari
teori, praktek dan implementasi. Teori diarahkan untuk mempelajari pengetahuan
tentang kewirausahaan guna menyentuh dan mengisi aspek kognitif mahasiswa agar
memiliki paradigma wirausaha. Praktikum dimaksudkan untuk melakukan kegiatan
berdasarkan teori yang telah dipelajari mahasiswa, agar teori-teori yang sudah
dipelajarinya bisa dipraktekkan dan akan dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang
lain, hal ini berkaitan dengan afektif seseorang. Implementasi berarti pelaksanaan
kegiatan yang sesungguhnya, mampu membuat bisnis plan dalam rangka memanfaatkan
pengetahuan yang telah diperoleh melalui pembelajaran teori dan wawasan yang telah
didapat dalam pembelajaran praktikum.

Selamat belajar, semoga sukses!

II. KEGIATAN BELAJAR


Kegiatan Belajar 1

Konsep Kewirausahaan 6
KONSEP KEWIRAUSAHAAN

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 tentang Konsep dasar Kewirausahaan, Anda
diharapkan mampu membentuk jiwa wirausaha terutama mahasiswa sehingga yang
bersangkutan menjadi individu yang kreatif, inovatif dan produktif.

B. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang
pengetahuan tentang kewirausahaan guna menyentuh dan mengisi aspek kognitif
mahasiswa agar memiliki paradigma wirausaha.

C. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan:
(1) Konsep dan Pengertian Kewirausahaan
(2) Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis
(3) Kewirausahaan dalam Konteks Organisasi Pemerintah
(4) Kewirausahaan dalam Organisasi Pendidikan
(5) Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan

D. Uraian Materi

1. Perkembangan Kewirausahaan

Abad ke 21 ini dihadapkan pada tantangan besar. Tantangan paling nyata adalah

Konsep Kewirausahaan 7
era globalisasi. Globalisasi tersebut sudah menimbulkan dampak ganda, di satu sisi
membuka kesempatan kerja sama yang seluas- luasnya antar negara, namun di sisi lain
ternyata membawa persaingan yang sangat ketat. Oleh sebab itu, tantangan utama di masa
kompentitif pada semua sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya
manusia (SDM), teknologi dan manajemen.
Jiwa entrepreneur dapat ditularkan melalui proses kepemimpinan
transformasional, karena proses ini memfokuskan secara khusus pada penciptaan dan
pemeliharaan dari sebuah perubahan. Perubahan seperti itu dibutuhkan ketika organisasi
mengantisipasi ancaman baru atau sedang menghadapi ancaman. Oleh karena itu,
penanaman jiwa kewirausahaan sangat relevan dengan kondisi bangsa yang sedang
mengalami keterpurukkan di berbagai sektor.
Kewirausahaan (entrepreneur) dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan
bagi sebagian besar pelaku bisnis. Entrepreneur telah dianggap memiliki kemampuan
untuk mandiri dan berhasil, dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain.
Dengan berentrepreneur, tidak saja memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu yang
sesuai dengan apa yang mereka inginkan, namun di samping itu juga, berentrepreneur
akan mendapatkan kebebasan keuangan dan waktu yang cukup untuk melakukan berbagai
kegiatan yang mereka sukai bersama teman-teman dan keluarganya. Ditengah ketatnya
persaingan dunia kerja yang sarat dengan persaingan dan nuasa kolusi,
mengapa kita tidak membuka „pintu‟ kesempatan yang lain – yaitu mendirikan usaha
sendiri, sebagai alternatif untuk mengurangi angka pengangguran, yang tidak terserap lagi
oleh jumlah lapangan pekerjaan.
Wirausaha adalah pilihan tepat, yang kini mulai banyak dilirik orang, mengapa
harus menggantungkan hidup pada orang lain? Sementara kita memiliki kemampuan
untuk mandiri dan berhasil, bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain. Dengan
berwirausaha, tidak saja memungkinkan kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa
yang kita inginkan, dengan membuka diri untuk meningkatkan semangat juang dan
motivasi, dengan mengoptimalkan seluruh potensi, minat dan kemampuan yang ada pada
diri kita sendiri.

Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah anda

Konsep Kewirausahaan 8
diharapkan memiliki wawasan luas, apresiasi yang mendalam dan keterampilan dalam
menganalisis nilai-nilai dan proses dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam
dunia bisnis dan menentukan pilihan terbaik untuk dikembangkan dalam dunia
pendidikan dan pengajaran. Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman
anda terhadap materi dalam modul ini, anda rasakan apabila anda dapat:
1. Menjelaskan kembali konsep kewirausahaan;
2. Merumuskan pengertian wirausahawan;
3. Mengidentifikasi nilai-nilai kewirausahaan dalam organisasi bisnis;
4. Mengidentifikasi prinsip-prinsip kewirausahaan
5. Mengidentifikasi nilai-nilai kewirausahaan
6. Merumuskan proses pengembangan kompetensi kewirausahaan.
Tampaknya, bukan bermaksud menjadikan anda menjadi para pelaku bisnis
komersial, karena jiwa entrepreneur tidak identik dengan bisnis komersial. Namun,
mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? Apa yang dapat kita
peroleh dari belajar tentang hal itu? Kuncinya adalah pada „etos kerja‟, yaitu keyakinan
yang kuat dan mendalam mengenai nilai penting dari bekerja yang ditekuninya. Seseorang
dengan keyakinan bahwa usahanya ini bermakna penuh bagi hidupnya akan berjuang
lebih keras untuk berhasil. Berbeda dengan seseorang yang menganggap bisnisnya
hanya sekedar sebagai alternatif mencari uang, bila menemui kesulitan dengan cepat
meninggalkannya untuk mencari alternatif baru yang lebih mudah. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka topik-topik yang dibahas dalam modul ini difokuskan pada
pemahaman tentang konsep dan nilai-nilai kewirausahaan, dan pengembangan unsur-
unsur kewirausahaan, serta proses transformasi jiwa kewirausahaan. Materi tersebut
dirumuskan berikut ini:
1. Konsep dan Pengertian Kewirausahaan
a. Konsep Kewirausahaan
b. Pengertian Wirausahawan
c. Pengertian Kewirausahaan
2. Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis
3. Kewirausahaan dalam Organisasi
4. Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan
Dalam upaya mempelajari modul ini, anda di samping harus memahami
secara seksama, diperlukan juga upaya-upaya untuk mengalami pengalaman dengan

Konsep Kewirausahaan 9
mencoba mempraktekkan jiwa kewirausahaan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Oleh
karena itu, agar anda dapat memahami isi modul ini dengan cepat, anda perlu melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan
seterusnya. Sebelum anda benar-benar paham tentang materi pada tahap awal, jangan
membaca materi pada halaman berikutnya. Lakukan pengulangan pada halaman
tersebut sampai anda benar-benar memahaminya.
b. Jika anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub
bahasan tertentu, diskusikan dengan teman anda atau fasilitator yang sekiranya dapat
membantu untuk memahami materi modul ini.
c. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya anda
mengerjakan latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban
anda dengan kunci jawaban yang tersedia.
d. Jika skor hasil belajar anda masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
anda tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan
untuk pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor
minimal untuk melanjutkan ke materi berikutnya.
e. Memperkaya pemahaman dengan membaca litelatur orang-orang sukses dalam
bidang kewirausahaan, membiasakan berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal
latihan pemahaman, mengikuti tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis
modul.

Konsep Kewirausahaan 10
2. Konsep dan Pengertian Kewirausahaan
Pada awal tahun 1967 melalui berbagai ceramah, Dr. Soeparman
Soemahamidjaja secara gencar memasyarakatkan kewiraswastaan di Indonesia.
Wiraswasta mungkin diambil dari terjemahan wiraswasta. Wiraswasta terdiri dari suku
kata wira-swa-sta. "Wira" berarti manusia tunggal, pahlawan, pendekar, teladan
berbudi luhur, berjiwa besar, gagah berani serta memiliki keagungan watak. "Swa"
berarti sendiri atau mandiri. "Sta" berarti tegak berdiri. Bertolak dari ungkapan
diatas, maka wiraswasta berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam
memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada
pada diri sendiri (Wasti Soemanto, 1984). Kemudian, pada zaman orde baru
mungkin terdapat kekhawatiran bahwa penggunaan istilah kewiraswastaan dapat
mempersempit makna yang sebenarnya, khususnya istilah swasta bila dikaitkan
dengan lawan arti dari kata pemerintah. Padahal secara maknawi, istilah
kewiraswastaan juga mencakup sikap dan sifat yang harus dimiliki oleh pemerintah
atau birokrat. Namun demikian, pemerintah orde baru lebih suka menggunakan istilah
wirausaha. Usaha berarti awal, bekerja, berbuat sesuatu. Dalam hal ini dapat
diartikan bekerja pada bidang usaha tertentu seperti pertanian industri, jasa,
pertambangan, perikanan, perdagangan, pariwisata, dan Iain- lain. Kata
"kewirausahaan" sebagai terjemahan dari wiraswastaship dilontarkan pada tahun
1975 dan mulai digunakan di antara anggota kelompok Wiraswasta Development
Program Development Technology Centre (EDP-DTC), Institut Teknologi Bandung.
Pada saat itu, banyak pihak memakai kata "kewiraswastaan" sebagai terjemahan
"wiraswastaship". Kelompok EDP-DTC ITB berpendapat bahwa wiraswastaship
spirit, yang intinya menciptakan nilai atau manfaat melalui inovasi, tidak
hanya terdapat atau diperlukan di kalangan pengusaha swasta, namun juga di
kalangan organisasi kemasyarakatan maupun organisasi yang memberikan
pelayanan publik. Atas dasar pertimbangan tersebut, dimunculkanlah sebuah
kata baru, "kewirausahaan". Akar katanya adalah sebuah kata dalam bahasa
Prancis "entreprendre" yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah "berusaha" atau
"mengusahakan".
Lloyd E. Shefsky, dalam bukunya yang berjudul "Wiraswastas are Made
Not Born", mendefinisikan bahwa wiraswasta terdiri dari tiga suku kata, yaitu: entre,
pre, dan neur. Menurut akar Bahasa Latinnya, entre berarti masuk, pre berarti sebelum,

Konsep Kewirausahaan 11
dan neur berarti pusat syaraf. Jadi, wiraswasta didefinisikan sebagai seseorang yang
memasuki dunia bisnis— bisnis apa saja—tepat pada waktunya untuk membentuk
atau mengubah pusat syaraf (nerve center) bisnis tersebut secara substansial.
Istilah wiraswasta dilansir pertama kali pada tahun 1755 oleh Richard
Cantillon yang waktu itu sedang melakukan penelitian tentang IQ wirausahawan.
Menurut Cantillon, wiraswasta memiliki fungsi unik sebagai penanggung risiko. Jadi,
cakupan dalam diri seorang wiraswasta adalah:
a. Sebagai manusia yang mempunyai sikap mental,wawasan, kreativitas, inovasi, ide,
motivasi, cita-cita, dan lain-lain.
b. Berusaha atau berproses untuk mengisi peluang dalam usaha jasa atau barang
(goods) untuk tujuan ekonomi.
c. Untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha.
d. Berhubungan dengan pembeli atau pelanggan yang membutuhkan jasa atau
barang yang dijualnya dengan selalu memberikan kepuasan.
e. Berani menghadapi segala risiko (sebagai risk taker), tetapi resiko tersebut
sudah diperhitungkan.
Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya ternyata hanya
memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya. Secara historis dan
konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total penduduk
agar bisa maju. Bangsa Indonesia semakin berpacu dengan bangsa lain yang sudah lebih
dulu maju. Bahkan, negara-negara yang pernah mengalami krisis ekonomi seperti
Indonesia, yang menyebabkan mulai bergantinya pelaku aktif di dunia bisnis, semakin
jauh melesat. Korporasi baru terus bermunculan, dikendalikan kaum muda dengan visi
bisnis yang kuat, jiwa kewirausahaan yang tangguh. Pebisnis berusia muda terus
bermunculan, siap membawa ekonominya melaju lebih pesat.
Persoalan ada pula di sisi lain, yakni masih kaburnya visi serta rendahnya
komitmen birokrat dan pengambil kebijakan publik tentang pentingnya membangun
semangat kewirausahaan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak muda.
Kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan subur untuk bersemai,
dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya. Dengan kekuatan modal, teknologi,
dan sumber daya manusia yang dimiliki, mereka akan terus menggunakan segala
kekuatan untuk melakukan ekspansi dan pengisapan kekayaan di negara-negara tertinggal
atau berkembang tempat mereka beroperasi.

Konsep Kewirausahaan 12
Untuk mengimbangi semakin mengguritanya korporasi multinasional itu, tidak
lain kecuali membangun semangat kewirausahaan di kalangan manusia baru Indonesia
seagresif mungkin sehingga lahir semakin banyak pelaku usaha, dan tumbuhnya
korporasi-korporasi baru yang sehat dan tangguh. Oleh karena itu, untuk mempercepat
pertumbuhan wirausaha di dalam negeri, harus ada upaya serius untuk menciptakan
orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan kerja
untuk dirinya maupun untuk orang lain. Lembaga pendidikan mesti bisa berperan lebih
banyak lagi untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan membentuk orang-orang
yang tahan banting dengan segala kesukaran yang dihadapi untuk membangun
kemandirian. Tanpa semua itu, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang besar bagi
produk bangsa dan korporasi asing. Kekayaan berupa potensi sumber daya alam akan
lebih banyak dinikmati bangsa lain, sementara bangsa sendiri cukup puas
mengonsumsi karya bangsa lain. Keterampilan manusianya dalam hal menghasilkan
komoditas dagangan dunia pun tak diragukan. Akan tetapi, semua itu bisa menjadi tinggal
kenangan di tengah arus kapitalisme global yang mengutamakan keunggulan modal,
teknologi, dan inovasi manusianya, yang kini menjadi kelemahan bangsa ini.
Menyimak persoalan-persoalan seperti dikemukakan tersebut, apa yang dapat
kita lakukan? Marilah kita telusuri apa sesungguhnya yang dimaksud dengan jiwa
kewirausahaan tersebut.

A. Konsep Kewirausahaan
Sebelum memaparkan teori kewirausahaan, terlebih dahulu saya mengulas
pengertian “teori”. Kita biasanya menggunakan teori untuk menjelaskan sebuah
fenomena. Fenomena yang akan dijelaskan disini adalah kehadiran entrepreneurship yang
mempunyai kontribusi besar dalam pengembangan ekonomi. Teori tersebut terdiri dari
konsep dan konstruk. Teori adalah “sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang saling berhubungan” yang menunjukkan pandangan sistematis terhadap
sebuah fenomena dengan merinci hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk
menerangkan dan memprediksi fenomena. Mari kita lihat beberapa teori yang
menjelaskan dan memprediksi fenomena mengenai kewirausahaan.
Secara teoritis, perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen
(individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar
melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan.

Konsep Kewirausahaan 13
Hmmm, jadi individu hanya bertindak sebagai “kalkulator pasif” yang kontribusinya
relatif kecil terhadap perusahaan. Jadi, dalam pendekatan teoritis tidak cukup mampu
untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Ada yang menyebutnya “There is no
space for an entrepreneur in neoclassical theory”. Nah loh, jadi dimana letak teori
kewirausahaannya dong? Tapi sebagai titik awal masih bermanfaat juga kok. Kan
konsep perusahaan (the firm) yang dijelaskan dalam Neo Klasik masih mengakui
juga keberadaan pihak manajemen atau individu- individu. Dan individu inilah yang
nantinya berperan sebagai entrepreneur atau intrapreneur, yang akan dijelaskan pada
teori-teori selanjutnya.
Ada pula yang mengkaji dari sisi teori keseimbangan (equilibrium theory).
Menurut teori ini, untuk mencapai keseimbangan diperlukan tindakan dan keputusan
aktor (pelaku) ekonomi yang harus berulang-ulang dengan “cara yang sama” sampai
mencapai keseimbangan. Jadi kata kuncinya “berulang dengan cara yang sama”, yang
disebut “situasi statis”, dan situasi tersebut tidak akan membawa perubahan. Artinya,
orang-orang yang statis atau bertindak seperti kebanyakan orang tidak akan membawa
perubahan. Schumpeter berupaya melakukan investigasi terhadap dinamika di balik
perubahan ekonomi yang diamatinya secara empiris. Singkat cerita, akhirnya beliau
menemukan unsur eksplanatory-nya yang disebut “inovasi“. Dan aktor ekonomi yang
membawa inovasi tersebut disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi
yang akan membuat perubahan.
Masalah ekonomi sebetulnya mencakup mobilisasi sosial dari pengetahuan yang
tersembunyi (belum diketahui umum) yang terfragmentasi dan tersebar melalui interaksi
dari kegiatan para entrepreneur yang bersiang. Ada dua konsep utama yang perlu kita
perhatikan, yaitu pengetahuan tersembunyi (orang lain belum tahu), dan kewirausahaan.
Intinya mobilisasi sosial dari pengetahuan tersebut terjadi melalui tindakan
entrepreneural.
Seorang entrepreneur akan mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi
keuntungan dan dengan demikian mereka mengetahui apa yang mungkin atau tidak
mungkin mereka lakukan. Jadi artinya seorang entrepreneur itu harus selalu mengetahui
pengetahuan (atau informasi) baru (dimana orang banyak belum mengetahuinya). Dan
pengetahuan atau informasi baru tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan.
Bukankah dengan inovasi juga kita bisa mendapatkan pengetahuan, informasi,
bahkan teknologi baru?

Konsep Kewirausahaan 14
Kirzerian Entrepreneur, memakai pandangannya “human action” dalam
menganalisis peranan entrepreneural. Sama halnya dengan prinsip “the man behind
the gun”, mengandung makna yang sama dengan “knowing where to look knowledge”.
Dan dengan memanfaatkan pengetahuan yang superior inilah seorang entrepreneur bisa
menghasilkan keuntungan.
Istilah kewirausahaan (entrepreneur) pertama kali diperkenalkan pada awal abad
ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent
who buys means of production at certain prices in order to combine them”. Dalam waktu
yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya, yaitu Jean Baptista Say menambahkan
definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai pemimpin. Say menyatakan bahwa
entrepreneur adalah seseorang yang membawa orang lain bersama-sama untuk
membangun sebuah organ produktif.
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli karena sumber
acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, di antaranya
adalah:
(1) Tahun 1797, Berdeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko,
yang merencanakan, supervise, mengorganisasikan dan memiliki. Sedangkan tahun
1985, Robert Hisrich: Entrepreneur adalah the process of creating something
different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the
companying financial, psychological, and social risks and receiving the resulting
rewards of monetary and personal satisfaction (Enterpreneuar adalah mepurakan
proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu
dan tenaganya disertai dengan resiko keuangan, kejiwaan, social dan menerima
balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadi.
(2) Menurut Frank Knight (1921) wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan
menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan
dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan
disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti
pengarahan dan pengawasan.
(3) Jean Baptista Say (1816) mengemukakan bahwa seorang wirausahawan adalah agen
yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.

Konsep Kewirausahaan 15
(4) Joseph Schumpeter (1934) mengartikan wirausahawan sebagai seorang inovator
yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (a)
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (b) memperkenalkan
metoda produksi baru, (c) membuka pasar yang baru (new market), (d)
Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (e)
menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan
wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta
mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. Wirausaha adalah orang yang
mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku
baru. (Bygrave, 1994). Manusia wiraswasta mempunyai kekuatan mental yang tinggi
sehingga memungkinkan ia melompat dan meluncur maju ke depan diluar
kemampuan rata-rata, adakalanya wiraswasta tidak berpendidikan. Dengan menjadi
wiraswasta seseorang akan dapat dengan cepat memperoleh kekayaan dan cita- cita
yang diinginkannya.
(5) Penrose (1963) mengidentifikasi kegiatan kewirausahaan yang mencakup indentifikasi
peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial
berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
(6) Harvey Leibenstein (1968, 1979), kewirausahaan mencakup kegiatan- kegiatann
yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua
pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.
(7) Israel Kirzner (1979), yang mengemukakan bahwa wirausahawan mengenali dan
bertindak terhadap peluang pasar.
(8) Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan
memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi
baru atau mengolah bahan baku baru. (Bygrave, 1994). Manusia wiraswasta
mempunyai kekuatan mental yang tinggi sehingga memungkinkan ia melompat dan
meluncur maju ke depan diluar kemampuan rata-rata, adakalanya wiraswasta tidak
berpendidikan. Dengan menjadi wiraswasta seseorang akan dapat dengan cepat
memperoleh kekayaan dan cita- cita yang diinginkannya.

Konsep Kewirausahaan 16
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Selain itu,
seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi
manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai
kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika
membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa
menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat kondisional.
Di jaman global sekarang, adalah jamannya kewirausahaan. Para wirausahawan
mengendalikan revolusi yang mentransformasi dan memperbaharui perekonomian dunia.
The new economy ditandai oleh budaya kewirausahaan yang diaplikasi ke dalam
aktivitas primer dan pendukung. Entrepreneurship merupakan esensi dari usaha bebas
simetrik dan a-simetrik karena penciptaan dan kelahiran bisnis baru dalam industri yang
telah ada dan industri baru memberi vitalitas bagi ekonomi pasar.
Secara harfiah penggalan kata “usaha” dalam istilah “kewirausahaan” itu lebih
bernotasi “effort” atau “upaya”, sehingga jangan dikonotasikan sebagai “bisnis” belaka.
Jiwa da semangat kewirausahaan tidak hanya harus dimiliki oleh para pengusaha
(business-man) saja, melainkan sangat perlu dimiliki oleh profesi dan peran apa saja
dalam berbagai fungsi yang berbeda, apakah itu profesi guru/dosen, murid/mahasiswa,
dokter, tentara, polisi, dan sebagainya.
Secara etimologik, perkataan kewirausahaan (entrepreneur) berasal dari kata
entrependre (bahasa perancis) atau to undertake (bahasa inggris) yang berarti melakukan.
Dengan demikian, kewirausahaan bukanlah bakat dari lahir atau milik etnis/suku
tertentu. Kewirausahaan bukanlah mitos, melainkan realistik atau construct yang dapat
dipelajari melalui proses pembelajaran, pelatihan, simulasi, dan magang secara intent.
Wirausaha cenderung memiliki sifat avonturisme atau selalu terdorong
untuk melakukan hal-hal baru yang menantang dengan keyakinan yang dimilikinya. Yang
menentukan apakah seseorang akan menjadi seorang wirausaha (entrepreneur) atau bukan
adalah perbuatan dan tindakan. Bukan bawaan, bukan karena bakat, bukan karena sifat-
sifatnya, melainkan karena tindakan. Seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah
seseorang yang memiliki visi dan intuisi yang realistik sekaligus seorang implementator
yang handal dalam penguasaan detail-detail yang diperlukan untuk mewujudkan visi
pribadi maupun organisasinya.

Konsep Kewirausahaan 17
Secara terminolgik, David E. Rye dalam bukunya The Vest-Pocket Entrepreneur
(1996) mempresentasikan kewirausahaan sebagai pengetahuan terapan dari konsep dan
teknik manajerial yang disertai risiko dalam mentransformasi sumberdaya menjadi output
yang memiliki nilai tambah tinggi (value added).
Dari pengertian-mengertian tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bawa
kewirausahaan merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara
yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian. Kesimpulan
yang bisa ditarik dari pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai
fungsi yang mencakup eksploitasi peluang yang muncul di „pasar‟ kehidupan. Eksploitasi
tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input-output
yang lebih produktif dan bermakna.
Jika kita amati, pertumbuhan kelompok wirausaha secara integral tidak
terlepas dari lingkungan dimana kelompok-kelompok itu berada. Jika lingkungan kurang
atau tidak mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok wirausaha, maka perkembangan
kewirausahaan akan meniscaya. Wirausaha akan tumbuh jika lingkungan menghargai
orang-orang yang kreatif dan menyediakan sarana dan prasarana agar kreativitas itu dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat lingkungan. Secara ekonomik, seorang wirausaha
adalah seorang yang berkemampuan mengkomparasi “sumberdaya” untuk menghasilkan
suatu output. Kelompok wirausaha dapat memberikan multiplier effect bagi
lingkungannya, karena seorang wirausaha senantiasa memberdayakan lingkungan dalam
setiap aktivitas yang dilakukannya.

B. Pengertian Wirausahawan
Seorang wiraswasta harus memiliki kemampuan yang menunjang usahanya selain
sikap mental yang baik, namun bukan berarti kemampuan ini harus telah dimiliki
sebelum memulai usahanya. Kemampuan-kemampuan tersebut harus menjadi dasar
seseorang untuk menjadi wiraswasta, untuk itu diperlukan proses pembelajaran
dan mengasah kemampuannya dalam praktek usaha supaya semakin hari kemampuan
tersebut semakin terasah dan terampil, sehingga usahanya dapat berkembang dengan
baik. Proses pembelajaran bagi seorang wiraswasra tidak hanya belajar seperti disekolah
tetapi sorang wiraswasta harus dapat belajar sambil praktek (learning by doing). Proses ini

Konsep Kewirausahaan 18
langsung terjun ke lapangan dengan cara mendengar, mengamati, bertanya, melakukan
hal-hal baru, mencoba, dan sebagainya,berkaitan dengan usaha yang dipelajari dan
kembangkan.
Kemampuan-kemampuan yang perlu diasah antara lain adalah:
1. Kemampuan Teknis
Kemampuan teknis wajib dimiliki seorang wiraswasta, yaitu kemampuan memimpin,
manajemen,manajemen keuangan dan organisasi ditunjang oleh kemampuan
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan serta kemampuan untuk menganalisa
sehingga cepat dalam mengambil keputusan.
2. Kemampuan dalam Manajemen Bisnis
Kemampuan perencanaan dan mengelola manajemen bisnis seperti menyusun rencana
(plan), menjalankan rencana (do), melakukan kontrol (check), dan mengambil
tidakan/keputusan (action). Selain kemampuan ini seorang wiraswsata harus memiliki
kemampuan psikologi manusia dan kemampuan untuk mengembangkan jejaring.
3. Kemampuan Pribadi (Attitude)
Seorang wiraswasta seyogianya mampu mengendalikan diri, berdisiplin, tidak
gentar mengambil risiko yang telah diperhitungkan, inovatif dan kreatif,
berorientasi pada perubahan, ulet, serta memiliki visi dalam menjalankan usaha
dan kehidupannya.

Seorang wiraswasta dapat disebut sebagai:


• Pedagang • Industrialis
• Saudagar • Kontraktor
• Pengusaha • Pialang (broker)
• Konsultan • Pengusaha waralaba,
• Businessman • Investor, dan Iain-lain.
Pada umumnya bidang usaha seorang wiraswasta dimulai dan berkembang di
bidang sektor riil. Sektor riil meliputi semua kegiatan produksi yang menghasilkan barang
dan jasa secara riil. Hasil riil tersebut diperoleh melalui kontribusi bersama dari lima
komponen atau faktor produksi, yaitu tenaga kerja (manusia), barang modal
(material), uang, metode dan mesin. Menurut tokoh Pendidikan Nasional Ki Moh.
Said, seorang wiraswasta tidak bersifat serakah mengambil hak orang lain ibarat
binatang ekonomi (economic animal) yang mau bertindak sewenang-wenang dan

Konsep Kewirausahaan 19
menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya. Seorang wiraswasta justru
berwatak lahir batin, berbudi luhur, mampvi menciptakan lapangan kerja bagi orang
lain, dan menjaga lingkungan.
Ciri seorang wiraswastawan, antara lain:
a. Mempunyai visi.
Para wiraswasta sebagai pemimpin usaha harus mempunyai visi, pandangan jauh ke
depan sebagai sasaran yang akan dituju dalam perjuangannya meraih kesuksesan.
Visi tersebut biasanya bermula dari suatu cita-cita atau gagasan sederhana yang
harus diwujudkan menjadi kenyataan, melalui suatu proses dengan segala liku-liku,
kerja keras, berpikir cerdas, tantangan, risiko, dan sebagainya.
b. Kreatif dan inovatif.
Para wiraswasta harus selalu kreatif, inovatif, peniru (imitator) sehingga akan selalu
mempunyai gagasan atau ide dan kombinasi-kombinasi baru, baik dalam bentuk
produk, jasa, proses, pola, cara, dan sebagainya, untuk selalu memajukan bisnisnya.
Tanpa gagasan-gagasan dan ide-ide baru, bisnisnya akan ketinggalan, karena
konsumen selalu menuntut hal-hal yang baru.
c. Mampu melihat dan mewujudkan peluang.
Peluang selalu menjadi sasaran utama para wiraswasta karena melalui peluang
itulah ia bisa menjalankan usahanya dengan cara menciptakan pasar atau mengisi
pasar.
d. Membawa usaha kearah kemajuan.
Seorang wiraswasta selalu bepikir bagaimana memajukan dan membesarkan usaha
yang ada, semakin besar dan maju usaha yang mereka jalankan akan semakin besar
keuntungan yang diperoleh.
e. Orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan.
Wiraswasta sadar bahwa pemasukan uangnya berasal dari konsumen atau pelanggan
yang membeli barang atau jasanya. Kepuasan para pelanggan ini harus selalu
dijaga agar mereka tidak lari pada pesaingnya. Kalau para pelanggan sudah
lari ke pesaingnya, akan sulit untuk meraih mereka kembali, hingga bisnisnya
akan mengecil atau malah merugi dan akhirnya bangkrut. Dengan prinsip inilah
seorang wiraswasta tidak akan pernah menipu dan mengecewakan pelanggannya.

Konsep Kewirausahaan 20
f. Berani menerima tantangan ketidakpastian.
Salah satu masalah yang harus dihadapi secara sadar oleh para wiraswasta adalah
adanya ketidakpastian dalam bentuk apapun. Wiraswasta akan menghadapi semua
ketidakpastian itu dengan sadar dan bertanggung jawab, karena dalam bisnis
hanya ada dua pilihan: untung atau rugi. Rugi inilah yang merupakan salah satu
perwujudan dari ketidakpastian.
g. Berjiwa kompetisi.
Wiraswasta sadar bahwa usaha atau bisnisnya tidak sendiri. Ada pihak lain juga yang
berbisnis. Kalau bisnisnya sejenis, tentu akan menjadi pesaing. Di sinilah
seorang wiraswasta harus mampu berkompetisi dengan selalu menjual produk atau
layanan yang terbaik bagi pelanggannya untuk menjaga kelangsungan usahanya.
Seorang wiraswasta hendaknya mau dan mampu berkompetisi dalam batas-
batas aturan hukum dan etika bisnis.
h. Cepat dalam mengambil keputusan.
Wiraswasta sadar bahwa kehidupan ini penuh dengan dinamika. Setiap saat
segalanya akan berubah. Perubahan-perubahan ini harus disikapi dengan keputusan-
keputusan yang tepat dan cepat.
i. Berjiwa sosial dengan menjadi dermawan (phylantrophis) dan berjiwa altruis.
Banyak wiraswasta sukses dan kaya, tetapi mereka sadar bahwa kekayaan dan
uangnya tidak dibawa mati. Oleh karena itu, sebagian kekayaannya disumbangkan
untuk tujuan-tujuan sosial dan kemanusiaan karena sadar bahwa kekayaannya itu
berasal dari orang lain (stakeholder) melalui hasil usaha atau bisnisnya.
Ciri-ciri seorang wiraswasta tidak dapat hanya ditempuh melalui
pendidikan formal, tetapi juga melalui pendidikan non formal (lingkungan,
keluarga, dll). Kalau ciri ini dapat kita pupuk pada pada diri kita secara baik dan
benar, suatu saat kita pasti bisa menjadi wiraswasta yang sukses. Dari sekian banyak
cirri-ciri wirausaha dapat kita simpulkan bahwa seorang wiraswasta adalah orang yang
memiliki pribadi hebat, produktif, kreatif, inovasi, melaksanakan perencanaan bermula dari
ide sendiri, kemudian mengembangkan usahanya dengan melibatkan banyak orang dan
selalu berpegang pada nilai-nilai disiplin, berkerja keras dan jujur.

Konsep Kewirausahaan 21
Sikap dan profl seorang wiraswasta dalam menjalankan usahanya penting
untuk diketahui dan dipelajari, dengan memiliki sikap -sikap menjadi kunci
sukses dalam menjalankan usahanya. Sikap dan profil yang sebaiknya dimiliki
adalah sebagai berikut:
1. Kreatif, inovatif, banyak ide atau gagasan dalam segala hal yang
meliputi:
a. Produk baru
b. Metode baru.
c. Pasar baru.
2. Mencari dan mengisi peluang
Mencari dan mengisi peluang baik dengan car a membuka pasar baru atau
produk baru. Dapat melihat peluang dengan melakukan inovasi terhadap
produk yang ada sehingga dapat menghasilkan produk dengan harga yang
lebih dan atau performance yang lebih baik
3. Orientasi pada konsumen
a. Harga yang wajar, layak, dan kompetitif.
b. Performace produk.
c. Pelayanan puma jual untuk beberapa produk tertentu.
d. Kepuasan dan manfaat bagi pelanggan dan stakeholder.
4. Berani dan siap menghadapi resiko, yang dapat berupa:
a. Resiko keuangan
b. Resiko persaingan
c. Resiko produksi
d. Resiko pasar.
e. Resiko kegagalan pengembangan produk baru.
5. Berani melakukan ekspansi dan diversifikasi bisnis, dengan tujuan untuk
memperbesar usaha dan keuntungan.

Menurut John A.Welsh dan Jerry F.White, profil wiraswasta yang sukses adalah sebagai
berikut:
1. Sehat rohani dan jasmani.
Wiraswasta yang sukses memiliki fisik yang kuat. Mereka mampu bekerja untuk
waktu lama. Beberapa wiraswasta sukses malah menyatakan bahwa penyakit yang

Konsep Kewirausahaan 22
pernah mereka alami justru hilang ketika mereka mulai membangun bisnis
mereka. Tampaknya gejala-gejala psikosomatis juga bisa ditekan lewat konsentrasi
meraih kesuksesan bisnis.
2. Ada kebutuhan mendasar untuk mengendalikan dan mengarahkan.
Para wiraswasta agak sulit berkiprah dalam struktur organisasi tradisional.
Mereka tidak ingin ada kekuasaan di atas mereka. Mereka percaya mereka bisa
melakukan sesuatu lebih baik dari orang lain. Mereka memerlukan tanggung
jawab dan akuntabilitas maksimal, kebutuhan akan kebebasan untuk memulai
tindakan yang mereka anggap penting. Namun ini bukan berarti keinginan untuk
menguasai orang lain. Mereka senang menciptakan dan melaksanakan strategi-
strategi.
3. Percaya diri.
Para wiraswasta sangat percaya diri terhadap apa yang mereka anggap mungkin.
Mereka menangani masalah dengan segera dan langsung. Selama mereka memegang
kontrol, mereka gigih mengejar rujuan-tujuan mereka.
4. Tidak pernah berhenti beraktivitas.
Tidak adanya kegiatan tampaknya membuat para wiraswasta tidak sabar, tegang,
dan tidak tenang. Mereka tampaknya selalu ingin mengerjakan sesuatu.
5. Kewaspadaan yang tinggi.
Ketika merencanakan, mengambil keputusan, dan bekerja,para wiraswasta sukses
memiliki pandangan umum tentang keseluruhan situasi yang mereka hadapi. Mereka
memiliki kesadaran terhadap dampak yang ditimbulkan oleh setiap tindakan mereka.
6. Realistis.
Para wiraswasta menerima hal-hal sebagaimana adanya. Mereka mungkin
idealis atau mungkin juga tidak, tetapi jelas bukan seseorang yang tidak realistis.
7. Kemampuan membuat konsep yang hebat.
Para wiraswasta memiliki kemampuan intelektual untuk cepat mengidentifikasi
hubungan-hubungan antarfungsi atau antarhal dalam situasi yang kompleks dan
membingungkan. Mereka menemukan masalah dan mencari solusi lebih cepat dari
orang lain di sekitar mereka. Mereka diterima sebagai pemimpin karena biasanya
merekalah yang pertama kali mengidentifikasi masalah yang harus diatasi, kecuali
dalam hal-hal yang menyangkut masalah interpersonal.

Konsep Kewirausahaan 23
8. Kebutuhan yang rendah akan status.
Para wiraswasta yang sukses menemukan kepuasan dalam simbol-simbol kesuksesan
eksternal. Mereka senang ketika ada yang memuji bisnis mereka, tetapi seringkali
malu jika langsung dipuji sebagai individual. Kebutuhan mereka akan status
terpenuhi oleh adanya pencapaian, bukan pakaian, dekorasi kantor, atau mobil
pribadi. Mereka pun tidak ragu mengatakan "saya tidak tahu", terutama berkaitan
dengan bidang-bidang di luar keahlian mereka.
9. Pendekatan yang obyektif terhadap hubungan interpersonal.
Para wiraswasta umumnya menghindari keterlibatan interpersonal dalam bisnis.
Mereka menjaga jarak psikologis. Mereka tidak ragu memutuskan hubungan
untuk membantu mencapai tujuan mereka.
10. Emosi yang stabil.
Para wiraswasta memiliki kontrol diri yang baik, mampu mengatasi kecemasan dan
tekanan dari masalah bisnis atau problem-problem lain dalam hidup. Kemunduran
dan kegagalan akan membuat mereka tertantang, bukan patah harapan.
11. Senang pada tantangan, bukan risiko.
Para wiraswasta bukanlah pengejar atau penghindar risiko. Mereka memilih
situasi yang hasilnya bisa mereka pengaruhi. Mereka sangat termotivasi oleh
tantangan yang mereka anggap menarik. Mereka jarang bertindak sebelum
memperhitungkan risikonya.

Wirausahawan adalah seorang katalisator. Mereka adalah orang-orang yang


melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa terwujud menjadi suatu kenyataan.
Mereka menggunakan kreativitasnya untuk senantiasa melakukan pengembangan yang
bersinambungan. Wirausahawan adalah seorang yang mengorganisasikan dan
mengarahkan usaha dan pengembangan baru, memperluas dan memberdayakan suatu
organisasi, untuk memproduksi produk baru atau menawarkan jasa baru kepada pelanggan
baru dalam suatu pasar yang baru (Rye, 1996)
Karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi syarat- syarat
keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif, kreatif, adaptif,
dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas keputusan yang
dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan efektivitas
perusahaan/organisasi. Berikut ini dipresentasikan profil seorang wirausahawan:

Konsep Kewirausahaan 24
Tabel 1.1. Profil Seorang Wirausahawan (Rye, 1996)
Karakteristik Profil Ciri Wirausahawan yang Menonjol
Berprestasi tinggi Ahli untuk memperoleh prestasi
Pengambil resiko Mereka tidak takut mengambil risiko tetapi akan
menghindari
risiko-tinggi apabila dimungkinkan.
Pemecah masalah Mereka tanggap mengenali dan memecahkan masalah
yang dapat menghalangi kemampuannya mencapai
tujuan.
Pencari status Mereka tidak memperkenankan kebutuhan terhadap
status mengganggu misi usahanya.

Tingkatan energy Dedikasi dan workoholic demi wujudnya sukses.


tinggi
Percaya diri Tingkat confidence yang tinggi.

Ikatan emosi Memisahkan antara hubungan emosional dengan


karier.
Kepuasan Pribadi Menyukai kompleksitas tinggi dengan formalisasi yang
rendah

Dengan demikian, seorang wirausahawan mengetahui berbagai fungsi yang terkait


dalam mengelola suatu perusahaan/organisasi, seperti fungsi manajemen, keuangan,
pemasaran, produksi, operasi, sumberdaya manusia, organisasi dan kelembagaan.
Wirausahawan adalah seorang yang berorientasi prestasi dan meyakini bahwa mereka
menguasai kemampuan sendiri.

Konsep 10 D dari Bygrave


Selanjutnya dapat digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahaan yang
berhasil memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave,1994)
1. Dream
Seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap masa
depan pribadi dan bisnisnya dan yang paling penting adalah dia mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut.
2. Decisiveness
Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat
keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dia

Konsep Kewirausahaan 25
mengambil keputusan adalah merupakan faktor kunci (key factor) dalan kesuksesan
bisnisnya.
3. Doers
Begitu seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak
lanjutinya. Mereka melak-sanakan kegiatannya secepat mungkin yang dia
sanggup artinya seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang
dapat di-manfaatkan.
4. Determination
Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung
jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan atau
rintangan yang tidak mungkin diatasi.
5. Dedication
Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia
mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya
untuk sementara. Mereka bekerja tidak mengenal lelah, 12 jam sehari atau 7
had dalam seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-
mata untuk kegiatan bisnisnya.
6. Devotion
Devotion berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha
mencintai pekerjaan bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan
produk yang dihasilkannya. Hal inilah yang mendorong dia mencapai
keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk yang ditawarkannya.
7. Details
Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak
mau mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan
usahanya.
8. Destiny
Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak
dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang
lain.
9. Dollars
Wirausahaan tidak sangat mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan
memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan

Konsep Kewirausahaan 26
bisnisnya. Mereka berasumsi jika mereka sukses berbisnis maka mereka pantas
mendapat laba/bonus/ hadiah.
10. Distribute
Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap
orang-orang kepercayaannya. Orang-orang kepercayaan ini adalah orang-orang yang
kritis dan mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnis.

Mengapa Menjadi Wiraswasta


Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia
Heidirachman Ranu Pandojo (1982) menulis bahwa sifat-sifat kelemahan orang kita
bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, dan tanpa orientasi
yang tegas. Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sifat mentalitet yang meremehkan mutu.
b. Sifat mentalitet yang suka menerabas.
c. Sifat tak percaya kepada diri sendiri.
d. Sifat tak berdisiplin murni.
e. Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung-jawab yang kokoh.
Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yaitu terletak pada
supersutrukturnya.Di dalam ekonomi Pembangunan, ada 3 elemen penting yang
menunjang pembangunan yaitu Infra struktur, Struktur ekonomi, Superstruktur.
Infra struktur adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, alat
transportasi, telepon dan sebagainya.
Struktur ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta
tenaga manajemen yang berpandangan luas, kemampuan mengadaptasi teknologi dan juga
tersedia pasar produksi.
Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat, semangat kerja ulet,
tak kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya. Dengan tidak
disadari selama hidup kita, katakanlah sampai 60 tahun, banyak sekali waktu yang kita
habiskan untuk berbagai keperluan. Kegiatan yang dilakukan ada yang bersifat sangat
produktif, sedang dan kurang produktif. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk
santai. Tapi seyogianyalah kita menggunakan waktu lebih banyak untuk kegiatan
produktif, daripada waktu untuk bersenang-seriang. Istilah yang terlontar dari mulut
marilah kita bersenang-senang menikmati hidup yang hanya sebentar, adalah ucapan

Konsep Kewirausahaan 27
yang tidak bermutu, ucapan orang putus asa apalagi diikuti dengan perbuatan
mabuk-mabuk, menggunakan obat-obat terlarang. Namun tidak dipungkiri bahwa waktu
santai, berlibur cukup berperan dalam. mencegah kebosanan, dan menunjang semangat
kerja baru, penuh energik setelah liburan. Namun sebaliknya banyak pula orang yang
lelah, malah loyo setelah liburan karena kurang tidur, menguras tenaga, dsb. Hari- hari
libur di negara kita cukup banyak, hari libur agama, hari libur nasional, hari libur Iain-lain
sehubungan dengan kegiatan lokal di perkantoran, dsb. Bisakah hari libur itu dikurangi?
Agar bangsa kita lebih produktif, tidak banyak santai, kita harus bekerja keras
mencapai kemajuan disegala bidang? Jawabannya tergantung pada pihak yang berwenang.
Bagi wirausahawan hari libur tidak banyak, bahkan mereka menganggap hari libur
sebagai peluang bisnis, mereka tidak libur, tapi melayani kebutuhan masyarakat yang
sedang berlibur. Pada waku yang tepat mereka juga akan mengatur liburannya.
Sekarang marilah kita merenung, berapa banyak waktu yang kita habiskan dengan
percuma, tanpa kita sadari. Buat anak-anak muda, disinyalir banyak sekali waktu
terbuang, mereka hanya hidup, menghirup nafas, tanpa menghasilkan sesuatu bagi masa
depannya, ataupun kurang maksimal penggunaan waktunya, bangun siang hari,
ngobrol tidak ada ujung pangkalnya, materi obrolan tidak menunjang masa depan,
banyak dari kita menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan serta kadang-kadang tidak
jelas apa yang dikerjakan dalam menghabiskan waktunya pada hari itu.

4. Penggunaan Waktu
Bagi wirausahawan, tentu pembicaraan lebih fokus pada bisnis, mana ancaman,
yang harus dihindarkan, dan mana peluang ya ng dapat dimanfaatkan, bertukar
fikiran dengan relasi adalah bahan pembicaraan utama bagi pelaku bisnis.
Dari semua sumber-sumber yang ada pada setiap manusia, berupa waktu, tenaga,
pikiran, dan materi, ternyata unsur waktu yang paling terbatas karena:
a. Waktu hanya 24 jam per hari, tidak lebih tidak kurang, dan tidak bisa ditambah
atau dikurangi. Bagi orang yang mempunyai kesibukan, waktu itu sangat
berharga dan malah dirasakan kurang. Waktu adalah sekarang, karena kemarin
sudah lewat dan besok belum tentu didapat. Oleh karena itu,janganlah
membuang-buang waktu secara percuma; manfaatkan sekarang juga.

Konsep Kewirausahaan 28
b. Sekali waktu lewat, baik dimanfaatkan atau tidak, maka tidak akan pernah
diperoleh kembali lagi. Waktu pun tidak dapat ditabung atau disimpan seperti
materi.
c. Hidup manusia dibatasi oleh waktu yang dinamakan umur. Memang setiap saat
umur bertambah, tetapi perlu diingat bahwa jatah waktu hidup semakin berkurang.
d. Orang yang rugi waktu, artinya tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik- baiknya
selagi hidup, tidak akan dapat memulihkan kembali waktu tersebut. Kalau kita
melewatkan waktu secara percuma, meskipun hanya satu hari saja, berarti satu hari
tersebut sudah lewat dengan sia-sia dan tidak akan kembali lagi. Lain dengan
rugi materi atau uang. Katakan hari ini kita rugi Rp 10 juta, maka
begitu mendapat keuntungan Rp 20 juta, kerugian yang Rp 10 juta tadi sudah
tertutupi.
e. Peluang usaha merupakan bagian dari waktu. Sekali kita tidak dapat
memanfaatkan peluang, maka seumur hidup peluang itu tidak akan pernah
terulang lagi dan akan diambil oleh orang lain, sedangkan waktu terus
berjalan dan tidak akan pernah berhenti atau kembali lagi.

Para wiraswasta harus betul-betul memegang teguh prinsip "time is money",


waktu adalah uang. Atau menurut pepatah Arab, waktu adalah pedang, sehingga
barang siapa yang tidak dapat mematahkannya, maka lehernya akan
terpenggal. Sungguh kita tidak akan rela jika seseorang mencuri harta kita,
tetapi kita seringkali membiarkan orang orang mencuri waktu kita, padahal waktu
lebih berharga daripada uang, karena pada hakikatnya waktu adalah esensi
kehidupan kita. Waktu adalah kehidupan. Dari waktu yang 24 jam sehari tersebut,
yang membedakan satu manusia dengan yang lainnya adalah ilmu, pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, dan sikap mental. Dari perbedaan tersebut, maka
terdapat empat macam upaya manusia mencari nafkah—dalam arti kata yang positif,
yaitu:
1. Sebagai pegawai.
2. Sebagai profesional mandiri.
3. Sebagai pemilik usaha atau pebisnis.
4. Sebagai investor.

Konsep Kewirausahaan 29
Kata kunci manusia dalam mencari nafkah adalah keamanan (security) dan
kebebasan (freedom). Mereka yang mencari keamanan akan memilih menjadi
pegawai yang menerima imbalan berupa gaji, atau berusaha memanfaatkan
kemampuan profesinya (self-employed) dengan mendapatkan imbalan jasa berupa
penghasilan. Contoh self-employment adalah:
• Pengacara
• Dokter
• Notaris
• Motivator bisnis
• Seniman, artis
• Bintang film
• Paranormal
• Presenter
• Arsitek
• Entertainer
• Perancang busana dll
Mereka yang senang kebebasan dan kemandirian akan memilih menjadi
wiraswasta atau investor. Dengan demikian, mereka bebas berbuat dengan
mempertaruhkan segala yang dimilikinya baik materi maupun nonmateri
untuk mendapatkan laba dengan segala risiko yang sudah diperhitungkan. Perlu
diingat bahwa semakin besar risiko yang dihadapi, semakin besar kemungkinan
keuntungan yang dapat diraih. Dari keempat pilihan tersebut, semua tergantung pada
diri masing-masing, mana yang paling cocok untuk dilakoni dalam hidup ini.
Biasanya, wiraswasta sukses merupakan orang kaya. Kekayaan (wealth)
berdasarkan Webster's Ninth New Collegiate Dictionary adalah berlimpahnya sumber
daya yang memiliki nilai (wealth is abundance of valuable material possessions of
resources). Sedangkan kaya (wealthy) berarti memiliki kekayaan yang sangatbanyak
(having wealth, extremely affluent).

Mark Victor Hansen, penulis "Chicken Soup for the Soul", dan Robert G. Allen,
pengarang buku "Nothing Down", mengatakan bahwa kekayaan adalah kebebasan.
Kekayaan yang merupakan kebebasan ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

Konsep Kewirausahaan 30
a. Money Freedom. Kebebasan untuk membuat perencanaan keuangan masa depan
karena kita tidak kekurangan uang, semua kebutuhan masa yang akan datang sudah
dapat dipenuhi saat ini. Kita tetap bekerja dengan alasan bukan harus bekerja tetapi
ingin bekerja.
b. Time Freedom. Kita mempunyai kebebasan dalam mengisi waktu dari hari ke hari.
Waktu bebas bukan berarti tidak bekerja, tetapi pekerjaan tersebut adalah
permairvan kita, permainan kitalah yang menjadikan kita bekerja.
c. Relationship Freedom. Kita mempunyai kebebasan untuk bermasyarakat,
mencintai dan dicintai, membagi suka kepada orang lain, membantu orang yang
duka agar menjadi suka.
d. Spiritual Freedom. Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama
tanpa adanya paksaan maupun larangan dari pihak manapun.
e. Physical Freedom. Kebebasan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani,serta
mendapatkan pelayanan kesehatan.
f. Ultimate Freedom. Kebebasan untuk berkarya dan mendapatkan perlindungan
atas hasil karya cipta,bebas untuk memperoleh pengetahuan serta membagi
pengetahuan kepada orang lain.

Oleh karena itu, kitalah yang sebaiknya bisa menguasai uang, bukan uang yang
menguasai kita. Sekali kita dikuasai uang, akan kacaulah hidup ini, sehingga kita
akan kehilangan makna yang membahagiakan dan positif. Melihat banyak orang
terpandang tergoda uang, kita teringat Ivan Illich. "Buat apa sekolah kalau hanya untuk
mengejar uang!" Namun sekolah sudah salah arah. Sekarang sekolah lebih banyak
menelurkan generasi mesin pencetak uang. Enaknya uang sudah mirip candu dirasakan
sejak anak masih di sekolah. Maka tak habis-habis uang dikejar. Padahal, riset
membuktikan uang telah gagal mengatrol kebahagiaan. Studi sejak tahun 1950-an
mengungkapkan, kebahagiaan tidak bertambah dengan uang yang bertambah. Tak ada
batas tertinggi berapa kecukupan itu. Sayang banyak orang lupa, tidak semua bisa dibeli
dengan uang. Banyak bukti uang berlebihan bikin hidup tak lagi seimbang. Semakin
banyak orang di dunia kena penyakit hidup tak bermakna (neurosis noogenid). Banyak
yang hidup tapi kehilangan arah. Dimabuk uang bikin hidup jadi limbung.
Bertambah runyam lagi jiwa kalau uang yang berlimpah diambil diam-diam dari laci
negara dan keringat rakyat. Barangkali itu betul hidup perlu perencanaan. Hidup diatur

Konsep Kewirausahaan 31
kapan waktunya minggir, kata Robert Kiyosaki. Waktu muda kita bekerja untuk uang.
Arifnya, biar jauh hari sebelum pensiun, biar uang bekerja buat kita dan kita nikmati
hidup. Dunia sekarang telah mengajak orang memilih hidup posesif. Konon itu menjadi
sebab secara spiritual orang menjadi ortodoks, secara intelektual menjadi hedonis, secara
emosional menjadai narcisis, dan secara biologis jadi sangat takut mati. Mereka inilah
yang berisiko merasa hidup yang bermakna. Ketika semerbak hedonisme dan
konsumtivisme bikin orang kepayang, kecanduan uang acap merongrong moral
dan menggoyahkan iman. Hidup diajak menghalalkan cara. Otak gelisah kalau tidak
berbuat serong, dan mata semakin hijau kalau melihat duit.

5. Metodelogi mempelajari kewirausahaan


Banyak cara dalam mempelajari kewirausahaan, kewirausahaan harus dipelajari
dengan langsung terjun ke dunia usaha (learning by doing),
berikut adalah hal-hal mendasar dalam mempelajari kewirausahaa:
a. Wiraswasta bukan masalah bakat atau turunan, meskipun hal ini sering
dipersoalkan. Wiraswastawan dibentuk, bukan dilahirkan (keturunan)
b. Seseorang yang mempunyai wawasan wiraswasta belum tentu menjadi
pengusaha.
c. Indonesia memerlukan banyak wiraswatawan yang dapat membangun bangsa.
d. Wiraswasta juga mencakup sikap mental, budi pekerti dan bukan hanya
sekedar pengetahuan, teknik atau keterampilan.
e. Menjadi wiraswastawan harus dari dasar diri sendiri, kerena harus
mempunyai tekad yang kuat dan kerja keras.

Pertama-tama tidak semua orang langsung memiliki jiwa dan wawasan


kewirausahaan, wawasan ini dapat dipupuk dengan kerja keras dan belajar. Keinginan
untuk memperoleh value added yang besar (cepat menjadi kaya) menyebabkan
seseorang terjun menjadi seorang wirausaha. Perlu dilakukan perubahan metal
(mindset) seseorang dari tipe pegawai menjadi wirausaha. Perubahan mental ini
agar setiap pegawai siap jika suatu saat akan terjun ke dunia usaha. Oleh karena
itu, marilah kita simak hal-hal berikut untuk kemudian dapat diterapkan pada diri
sendiri.Perubahan mental tersebut adalah:
a. Jangan berjiwa kuli atau buruh.

Konsep Kewirausahaan 32
Artinya jika kita menjadi pegawai kita harus bekerja sebaik-baiknya sesuai
dengan tanggung jawab, atau dengan kata lain bekerja berdasarkan kesa
daran akan tanggung jawab bukan karena pengawasan.
b. Tidak berjiwa konsumtif.
Untuk menjadi wirausaha harus dapat menabung dan memiliki asset. Tidak
ada usaha yang dapat dengan sukses tampa modal dan menjadi besar tanpa
keuntungan.
c. Belajar menghitung risiko dalam menghadapi risiko.
Setiap keputusan yang diambil harus telah di perhitungkan dengan matang.
Hilangkan kebiasaan berkelit dari permasalahan dengan cara berdalih atau
membuat alasan. Jangan cepat berpuas diri dan lupa diri karena merasa sukses.
Jangan cepat berputus asa karena setiap kesulitan selalu ada jalan keluarnya.
Belajar memenuhi komitmen,jangan mudah mengumbar janji tanpa bukti. Janji
adalah utang yang harus dibayar.
d. Selalu menjaga reputasi diri.
Nama baik sangat penting bagi seorang wirausaha, kepercayaan adalah salah
satu hal utama dalam menjalankan usaha.
e. Selalu memperluas wawasan dan belajar.
Memperluas dan memelihara jaringan. Berusaha untuk selalu berinteraksi
dengan pihak lain dengan pola saling menguntungkan. Biasakan bekerja dalam team
work, solusi yang didapat tidak akan lebih baik dari solesi yang dihasilkan oleh
sebuah team. Belajar melayani dan menghargai orang lain dengan sebaik-
baiknya. Belajar mengelola stres agar terbiasa dan memiliki kesiapan mental dalam
menghadapi tekanan-tekanan, masalah, atau beban hidup dengan cara
berpikir untuk mencari jalan keluar.Belajar bertindak disiplin, cermat, akurat,
dan terencana. Miliki kesadaran dan kemampuan memelihara serta merawat aset,
baik aset milik sendiri, perusahaan, instansi, bahkan milik publik. Belajar menjadi
orang yang inovatif, kopier, dan bahkan menjadi kreatif.
h. Percaya diri.
Kepercayaan diri sangat penting dalam menjalankan usaha sehingga berani
dalam mengambil keputusan. Jadilah orang yang memiliki sikap susila dan sopan
santun dalam kehidupan sehari-hari, menghargai orang lain tidak memandang status
social.

Konsep Kewirausahaan 33
C. Pengertian Kewirausahaan
Definisi Kewirausahaan menurut David E. Rye (1996) adalah suatu pengetahuan
terapan dari konsep dan teknik manajemen yang disertai risiko dalam merubah atau
memproses sumberdaya menjadi output yang bernilai tambah tinggi (value edded).
Perubahan ini dilakukan melalui menciptaan diferensiasi, standarisasi, proses dan alat
desain dalam menciptakan pasar dan pelanggan baru.
Selain itu, definisi Kewirausahaan menurut Instruksi Presiden Republik
Indonesia (INPRES) No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Me-masyarakat-kan
dan Mem-budaya-kan Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha dan/atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan
efesiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
Dengan demikian, tentunya kita mengharapkan motivasi kewirausahaan dapat
membudaya dan menjadi salah satu konsep perekonomian nasional. Sesungguhnya,
kewirausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi tersebut ditandai oleh beberapa
keunggulan komparatif (comparative advantages) dibandingkan dengan konglomerasi.
Di masa mendatang, para wirausahawan dituntut untuk mampu mentransformasikan
keunggulan kompetitif nasional.
Adapun keunggulan komparatif tersebut adalah: Pertama, entrepreneur
memiliki legitimasi moral yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan menciptakan
kesempatan kerja. Karena target entrepreneur adalah masyarakat kelas menengah dan
bawah, maka entrepreneur memiliki peran penting dalam proses trickling down
effect. Kedua, seorang entrepreneur memiliki visi bisnis, intuisi pengelolaan sumber
daya, adaptable terhadap perubahan lingkungan dan kemampuan untuk berkerja sama
secara integral.

Konsep Kewirausahaan 34
Keterangan :
S = Seluruhan relasi pembentuk
= Kreatiitas
= Motivasi dan inovasi
= Agresivitas
= „Risk Seeker‟
= Integritas kepribadian
= Percaya diri
= Kompetensi
= Pemecah masalah

Gambar 1.1 Relasi Faktor-faktor Pembentuk Wirausahawan

Konsep Kewirausahaan 35
Pengembangan kewirausahaan mendapat dukungan penuh dari banyak pihak,
termasuk cendikiawan dan decision maker dalam pembangunan. Keberadaan Inpres
No.4 Tahun 1995 tentang gerakan nasional memasyarakatkan dan membudayakan
kewirausahaan, mencerminkan perhatian yang besar terhadap pengembangan
kewirausahaan. Sangat mendesak untuk mengoptimalkan keunggulan komparatif tersebut
sehingga menjadi “senjata” untuk meraih keunggulan kompetitif. Jangan sampai
keunggulan komparatif tersebut justru menjadi bumerang.
Kewirausahaan memiliki proses yang saling terintegrasi satu dengan lainnya,
meliputi seluruh fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan
peluang dan penciptakan organisasi untuk merealisasikannya. Proses membentuk faktor-
faktor tak-samaan yang saling terkait yang membentuk domain wirausahawan

3. Nilai Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis


Entrepreneur dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan bagi sebagian
besar pelaku bisnis. Entrepreneur telah dianggap memiliki kemampuan untuk mandiri dan
berhasil, dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain. Dengan
berentrepreneur, tidak saja memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu yang sesuai
dengan apa yang mereka inginkan, namun di samping itu juga, berentrepreneur akan
mendapatkan kebebasan keuangan dan waktu yang cukup untuk melakukan berbagai
kegiatan yang mereka sukai bersama teman-teman dan keluarganya. Memang, memulai
bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Tidak sedikit orang yang tidak kunjung
melangkah karena begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab, bahkan keraguan
sehingga membuat banyak orang menghabiskan waktu untuk merenung tanpa melakukan
apa-apa. Banyak pula orang yang tidak segera memulai bisnis, meski sudah
mekualitasskan untuk menjadi pengusaha, karena selalu dibayang-bayangi oleh ketakutan:
takut gagal dan hanya membayangkan kemudahan saja. Sebenarnya, di dalam dunia
bisnis, kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang sudah lumrah. Masalahnya apakah
mereka sanggup mengatasi kegagalan untuk bangkit kembali mengejar keberhasilan.
Itulah sebetulnyatantangan para entrepreneur dalam dinia bisnis.Mengapa seorang
entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? Kuncinya adalah pada etos bisnis, yaitu
keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai nilai penting dari bisnis yang ditekuninya.
Seseorang dengan keyakinan bahwa bisnisnya itu bermakna penuh bagi hidupnya, maka ia
akan berjuang lebih keras untuk berhasil. Berbeda dengan seseorang yang menganggap

Konsep Kewirausahaan 36
bisnisnya sebagai alternatif mencari uang, bila menemui kesulitan, akan dengan
cepat meninggalkannya untuk mencari alternatif baru yang diharapkan lebih mudah.
Etos bisnis sering dikaitkan dengan kepercayaan, mulai berkembang setelah Max
Weber mengajukan tesisnya mengenai Protestan Ethic dalam kaitannya dengan
pertumbuhan kapitalisme, yaitu living to work instead of working to live. Kemudian
bermunculan pendapat lain yang memperjelas tesis tersebut, seperti Robert N. Bellah
dengan konsep Tokugawa Religion, Clifford Geertz dengan Peddlers and Princes dan
Peter Grant dengan Islamic Roots of Capitalism. Sikap hidup inilah yang menurut Yoyon
Bahtiar Irianto menjadi etika kerja yang berlaku di negara-negara maju.
Seorang pelaku bisnis sejati “tidak takut melarat” untuk sementara, karena ia yakin
melalui usahanya ia akan menjadi “kaya” di belakang hari. Karena itu, seorang pelaku
bisnis selalu memiliki kesediaan untuk menunda kesenangan sementara, demi
kebahagiaan yang lebih besar. Penundaan kesenangan (deference of gratification) adalah
selaras dengan sikap hidup hemat dan tidak konsumtif.
Ada karakter-karakter yang paling dibutuhkan untuk mendukung munculnya
seorang wirausaha yang berpeluang sukses tersebut, yaitu:
(1) Daya gerak (drive), seperti inisitaif, semangat, tanggung-jawab, ketekunan
dan kesehatan.
(2) Kemampuan berpikir (thinking ability), seperti gagasan asli, kreatif, kritis dan analitis.
(3) Kemampuan membina relasi (competency in human relation), seperti mudah bergaul
(sociability), mempunyai tingkat emosi yang stabil (EQ tinggi), ramah, suka
membantu (cheer fullness), kerja sama, penuh pertimbangan (consideration), dan
bijaksana (tactfulness).
(4) Mampu menyampaikan gagasannya (communication skills), seperti terbuka dan
dapat menyampaikan pesan secara lisan (bicara) atau tulisan (memo).
(5) Keahlian khusus (technical knowledge), seperti menguasai proses
produksi atau pelayanan yang dibidanginya, dan tahu dari mana
mendapatkan informasi yang diperlukan.

Konsep Kewirausahaan 37
Apakah kunci sukses dari para wirausahawan itu? Inilah tabir rahasianya yang
terdiri dari tiga unsur utama, yaitu:
(1) Motivasi, yaitu keinginan menjadi sosok yang berguna bagi masyarakat melalui
prestasi kerja sebagai wirausaha.
(2) Pengetahuan, yaitu keinginan belajar terus agar tidak menjadi usang dalam
perubahan situasi persaingan usaha.
(3) Menjalani, yaitu keinginan berhasil yang didukung dengan perencanaan matang yang
dipersiapkan secara realistis sesuai dengan kebutuhan menghadapi persaingan dan
kemampuan melaksanakannya.

Rahasia itulah rupanya yang mengaktifkan kemampuan diri seorang yang berminat
menjadi wirausaha tangguh.Dari karakter-karakter dan faktor-faktor kunci keberhasilan
seseorang menjadi wirausahawan, telah melahirkan pemimpin-pemimpin bisnis yang
berkepribadian tinggi. Tipe-tipe kepribadian pebisnis yang dapat dijadikan bahan kajian,
antara lain:
(1) The Improver, yaitu pemimpin yang memiliki kepribadian dalam menjalankan
organisasi dengan menonjolkan gaya improver alias ingin selalu memperbaiki.
Improver memiliki kemampuan yang kokoh dalam menjalankan roda organisasi, dan
mereka juga memiliki intergritas dan etika yang tinggi. Namun, pemimpin seperti
ini terkadang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu kritis terhadap bawahannya.
(2) The Advisor, yaitu pemimpin yang bersedia memberikan bantuan dan saran tingkat
tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini yaitu bawahannya adalah benar
dan para pemimpin harus melakukan apa saja untuk menyenangkan bawahannya.
Namun, yang harus diwaspadai, seorang advisor bisa jadi terlalu fokus pada
kebutuhan organisasi saja, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan pribadinya.
(3) The Superstar, yaitu pemimpin yang dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari
Sang Superstar. Pemimpin dengan kepribadian seperti ini biasanya membangun
organisasi mereka dengan personal brand mereka sendiri. Kelemahan tipe pemimpin
seperti ini ialah bisa menjadi terlalu kompetitif dan workaholics.
(4) The Artist, yaitu kepribadian pemimpin yang senang menyendiri tapi memiliki
kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali ditemukan di bisnis yang
membutuhkan kreativitas seperti pada organisasi agen periklanan, web design, dan
lainnya. Kelemahan tipe ini ialah bisa jadi terlalu sensitif terhadap respon pelanggan,

Konsep Kewirausahaan 38
walaupun kritik dari mereka bersifat membangun.
Mari kita patahkan mitos yang mengatakan bahwa menjadi wirausahawan itu
adalah proses panjang dari seleksi alamiah, sehingga sosok wirausahawan sukses itu
adalah orang yang berusia lanjut dengan wajah lelah didera perjuangan hidup. Dulu,
sewaktu orang hanya mengenal konsep biji dilempar ke kebun. Jika beruntung mendapat
lahan yang baik, biji tersebut tumbuh menjadi pohon besar dengan buah yang lebat. Orang
tua kita dulu banyak yang mengajarkan konsep tersebut, anak-anak tumbuh kembang
tanpa pengarahan. Dari sekian banyak anak-anaknya, ada satu yang menjadi orang besar
secara “kebetulan” menjadi sukses, lainnya akan bergantung pada saudaranya yang
beruntung tersebut.
Sekarang kita melihat, sejak kecil anak-anak dididik dengan pengarahan untuk
memiliki tujuan yang jelas untuk diharapkan menjadi apa nantinya. Ada investasi dan
perhatian yang diberikan, sampai anak-anak tersebut semua menjadi “orang” sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Konsepnya adalah pola pertanian atau industri
yang diarahkan, dibimbing dan disemangati, sehingga berkembang sehat menjadi sesuatu
yang direncanakan. Tentunya dengan menanam bibit yang tepat pada lahan yang sesuai
dan pemupukan dan penyiraman yang baik.
Namun, sayangnya pengarahan itu seringkali berupa profesi yang umumnya
dianggap memberikan jaminan (security), bukan sesuatu yang menjanjikan kesempatan
atau peluang (opportunity). Sehingga tujuan hidup menjadi pegawai atau profesional
seperti pegawai negeri, dokter, pilot, insinyur, pengacara dan lain-lain menjadi seolah
tuntutan dan kebanggaan orang tua, yang hanya melahirkan generasi ’security seeker’!
Tidak heranlah apabila kenyataannya hanya kurang dari satu persen saja dari masyarakat
Indonesia yang konon berkeinginan menjadi wirausahawan, atau pencari peluang
(opportunity seeker). Pertanyaannya mengapa tidak mengarahkan anak-anak menjadi
wirausahawan atau pemilik Rumah Sakit dan mempekerjakan banyak dokter?, atau
wirausahawan Real Estate yang mempekerjakan banyak arsitek? atau bahkan
wirausahawan Pesawat Terbang atau pelayanan penerbangan misalnya? Yang tentu saja
akan memerlukan banyak tenaga pilot/penerbang. Karena itulah, pengembangan jiwa
wirausaha menjadi sesuatu yang masih merupakan tantangan kedepan. Negara kita masih
memerlukan banyak wirausahawan untuk mengembangkan sumber daya alam yang kini
banyak dieksploitasi wirausahawan asing dan sumber daya manusia, yang kini terpuruk
dengan gelombang pengangguran yang tinggi.

Konsep Kewirausahaan 39
Kita melihat instant sukses yang diperagakan oleh program Indonesian
Idol atau Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Dengan mengikuti program pengembangan
jiwa wirausaha, berkemungkinan besar Anda bisa menjadi wirausahawan instant yang
berpeluang sukses di masa depan. Tentulah tidak semua orang bisa mengikuti program
instant tersebut, karena itulah harus melalui saringan seleksi dari sekian juta orang
pesaingnya. Yang beruntung adalah mereka yang lebih siap dari pesaingnya yang tersisih
lebih awal. Bedanya untuk memenangkan Indonesia IDOL dan AFI akan lebih mudah
apabila didukung oleh bakat alami yang disertai latihan dan upaya pengembangan.
Sementara untuk menjadi wirausahawan tidak diperlukan bakat apapun, kecuali kemauan
dan kerja keras pantang menyerah. Kegiatan semacam ini sangat memicu keinginan untuk
berhasil, memompa semangat.
Wirausahawan itu bukan hanyalah seorang pedagang, atau orang yang mempunyai
perusahaan dan dikenal sebagai wirausahawan. Wirausahawan adalah orang yang berani
menjadi pemula, yang memulai dari aktivitas “kelas ringan” atau dari aktivitas yang
tidak biasa dipikirkan orang lain. Ia adalah seorang perencana dan pelaksana yang
mampu mengorganisir dan mengelola sebuah bisnis baru, mengatasi kendala untuk
mendapatkan nilai- nilai guna yang lebih baik dan menguntungkan. Serta mampu
membawa aktivitasnya berjalan dan berkembang meskipun tanpa kehadirannya dalam
operasional kegiatannya.Seorang wirausahawan meletakkan dasar-dasar aktivitas dengan
sebuah visi jangka panjang, serta mampu membawa iklim perubahan kedalam budaya
organisasinya.
Seorang wirausahawan mempunyai kepekaan khusus terhadap peluang yang
diciptakan melalui terobosan inovasi untuk mendapatkan nilai tambah (added value). Ia
tidak pernah menunggu peluang muncul, tetapi menciptakan adanya peluang dari
pengamatan jeli terhadap perubahan, yang dapat diterapkan secara sistematis dalam
tindakan nyata berupa bentuk produk atau jasa yang dibutuhkan orang banyak.
Menjadi karena mengalami. Hampir sama dengan ilmu bela diri atau profesi
ketrampilan lainnya, wirausaha lebih tepat disebut sebagai seni wirausaha karena selain
ilmu memerlukan latihan yang banyak untuk bisa menguasai kiatnya dengan tepat. Karena
itulah muncul anggapan bahwa “ilmu” wirausaha diturunkan sebagai bakat, dipelajari
sejak kecil dari pengalaman yang dimulai sebagai magang. Pada hal banyak juga
yang ditimba dari pengalaman pernah bekerja pada bidang aktivitas tertentu, kemudian

Konsep Kewirausahaan 40
menemukan kiat-kiat sukses dan berani memulai usaha sendiri.
Dari banyak kasus orang-orang yang menjadi wirausaha, karena “keberaniannya”
untuk mencoba terjadi karena banyak alasan. Apakah itu karena telah terbiasa dengan
lingkungan usahanya dari pengalaman keluarga, belajar atau “terpaksa” menjadi
wirausaha melalui perjuangan penuh tantangan menghadapi seleksi alamiah.
Apapun alasannya, bila telah
“menjadi” atau “melakukan”, maka seseorang akan berusaha untuk terus
belajar dari pengalamannya untuk menjadi lebih baik.

D. Tugas
Diskusikan dengan kelompok anda: carilah tokoh-tokok wirausahaan di bidang komoditi
bisnis (barang atau jasa) yang dianggap sukses paling sedikit 10 tokoh. Kemudian
identifikasi karakter-karakter yang melekat pada setiap tokoh tersebut.

E. Rangkuman
1) Orang yang memiliki sifat-sifat kewirausahaan (keberanian mengambil resiko,
keutamaan, kreativitas dan keteladanan dalam menangani usaha atau perusahaan dengan
berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri).

2) Kewirausahaan dalam konteks kehidupan sehari-hari: (1) Kemampuan kuat untuk


berkarya (terutama dalam bidang ekonomi) dengan semangat mandiri; (2) Mampu
membuat keputusan yang tepat dan berani mengambil resiko; (3) Kreatif dan inovatif;
(4) Tekun teliti dan produktif; (5) Berkarya dengan semangat kebersamaan dan etika
bisnis yang sehat.

3) Fungsi pokok wirausaha: (1) Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil


resiko tentang tujuan dan sasaran perusahaan bidang usaha dan pasar yang akan
dilayani. Skala usaha dan permodalannya dan tentang kriteria pegawai/karyawan dan
cara memotivasi dan mengendalikannya; (2) Mencari dan menciptakan berbagai cara
baru, terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta mengolahnya menjadi
barang dan jasa yang menarik dan memasarkan barang dan jasa tersebut untuk
memuaskan langganan dan sekaligus memperoleh keuntungan.

Konsep Kewirausahaan 41
4) Karakter-karakter yang paling dibutuhkan untuk mendukung munculnya seorang
wirausaha yang berpeluang sukses: (1) Daya gerak (drive), seperti inisitaif, semangat,
tanggung-jawab, ketekunan dan kesehatan; (2) Kemampuan berpikir (thinking ability),
seperti gagasan asli, kreatif, kritis dan analitis; (3) Kemampuan membina relasi
(competency in human relation), seperti mudah bergaul (sociability), mempunyai tingkat
emosi yang stabil (EQ tinggi), ramah, suka membantu (cheer fullness), kerja sama, penuh
pertimbangan (consideration), dan bijaksana (tactfulness); (4) Mampu menyampaikan
gagasannya (communication skills), seperti terbuka dan dapat menyampaikan pesan secara
lisan (bicara) atau tulisan (memo); (5) Keahlian khusus (technical knowledge), seperti
menguasai proses produksi atau pelayanan yang dibidanginya, dan tahu dari mana
mendapatkan informasi yang diperlukan.

5) Kualifikasi Dasar wirausahawan yang baik atau wirausaha yang andal (administrative
entrepreneur) dan kualifikasi wirausaha tangguh dan unggul (innovative
entrepreneur).

6) Administrative entrepreneur adalah: (1) Memiliki rasa percaya diri dan sikap mandiri
yang tinggi untuk berusaha mencari penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan; (2)
Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang menguntungkan serta
melakukan apa saja yang perlu untuk memanfaatkannya; (3) Mau dan mampu bekerja
keras dan tekun dalam menghasilkan barang dan jasa serta mencoba cara kerja yang lebih
tepat dan efisien; (4) Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan usaha terutama para
pembeli/langganan (salesmanship); (5) Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan
terencana, jujur hemat dan disiplin; (6) Mencintai kegiatan usahanya dan perusahannya
serta lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya; (7) Mau dan mampu
meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan
memotivasi orang lain (leadership dan managerialship) serta melakukan perluasan dan
mengembangkan usaha dengan resiko yang moderat; (8) Berusaha mengenal dan
mengendalikan lingkungan serta menggalang kerjasama yang saling menguntungkan
dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Konsep Kewirausahaan 42
7) Ciri dan cara wirausahawan tangguh: (1) Berpikir stratejik serta adaptif terhadap
perusahaan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung
risiko yang agak besar dan dalam mengatasi berbagai masalah; (2) Selalu berusaha untuk
mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam memuaskan langganan; (3)
Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan (dan
pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem pengendalian intern; (4)
Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan perusahaan terutama dengan
pembinaan motivasi dan semangat kerja serta penumpukkan permodalan.
8) Ciri dan cara wirausahawan unggul (sukses): (1) Berani mengambil risiko serta
mampu memperhitungkan dan berusaha menghindarinya; (2) Selalu berupaya mencapai
dan menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk langganan, pemilik, pemasok,
tenaga kerja, masyarakat, bangsa dan negara; (3) Antisipatif terhadap perubahan
akomodatif terhadap lingkungan; (4) Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi; (5) Selalu berusaha meningkatkan keunggulan
dan citra perusahaan melalui investasi baru di berbagai bidang.
9) Keberhasilan seseorang dalam usaha lebih disebabkan karena lima faktor: (1)
bekerja keras, cerdas, dan ikhlas; (2) fokus pada tujuan; (3) menjunjung tinggi komitmen;
(4) memandang karyawan sebagai aset; (5) membelanjakan anggaran secara tepat sasaran.
10) Kunci sukses dari para wirausahawan: (1) Motivasi, yaitu keinginan menjadi sosok
yang berguna bagi masyarakat melalui prestasi kerja sebagai wirausaha; (2) Pengetahuan,
yaitu keinginan belajar terus agar tidak menjadi usang dalam perubahan situasi persaingan
usaha; (3) Menjalani, yaitu keinginan berhasil yang didukung dengan perencanaan
matang yang dipersiapkan secara realistis sesuai dengan kebutuhan menghadapi
persaingan dan kemampuan melaksanakannya.
11) Tipe-tipe kepribadian pebisnis: (1) The Improver, yaitu pemimpin yang memiliki
kepribadian ingin selalu memperbaiki; (2) The Advisor, yaitu pemimpin yang bersedia
memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya; (3) The Superstar,
yaitu pemimpin yang dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang Superstar.: (4)
The Artist, yaitu kepribadian pemimpin yang senang menyendiri tapi memiliki
kreativitas yang tinggi.

Konsep Kewirausahaan 43
F. Tes Formatif
1) Sebutkan ciri-ciri orang yang memiliki sifat-sifat kewirausahaan!
2) Bagaimana anda dapat melihat wujud konkrit kewirausahaan dalam konteks
kehidupan sehari-hari?
3) Sebutkan dua fungsi pokok fungsi pokok wirausaha!
4) Jelaskan beberapa karakter yang paling dibutuhkan untuk mendukung munculnya
seorang wirausaha!
5) Bagaimana anda bisa menilai dan menentukan bahwa seseorang memiliki kualifikasi
sebagai wirausahawan?
6) Sebutkan minimal empat ciri orang yang memiliki jiwa administrative entrepreneur!
7) Sebutkan lima faktor keberhasilan seseorang dalam berwirausaha?
8) Jelaskan empat tipe kepribadian seorang wirausahawan!

Kunci Jawaban
1) Keberanian mengambil resiko, keutamaan, kreativitas dan keteladanan dalam
menangani usaha atau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan
sendiri.
2) Dapat diamati dari: (1) Kemampuan kuat untuk berkarya (terutama dalam bidang
ekonomi) dengan semangat mandiri; (2) Mampu membuat keputusan yang tepat dan
berani mengambil resiko; (3) Kreatif dan inovatif; (4) Tekun teliti dan produktif; (5)
Berkarya dengan semangat kebersamaan dan etika bisnis yang sehat.
3) Sebutkan dua fungsi pokok fungsi pokok wirausaha!
(1) Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko tentang tujuan dan
sasaran perusahaan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani; (2) Mencari dan
menciptakan berbagai cara baru, terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau
input, serta mengolahnya menjadi barang dan jasa yang menarik dan memasarkan barang
dan jasa tersebut untuk memuaskan langganan dan sekaligus memperoleh keuntungan.
4) Karakter yang paling dibutuhkan untuk seorang wirausaha: (1) Daya gerak (drive),
seperti inisitaif, semangat, tanggung-jawab, ketekunan dan kesehatan; (2) Kemampuan
berpikir (thinking ability), seperti gagasan asli, kreatif, kritis dan analitis; (3)
Kemampuan membina relasi (competency in human relation), seperti mudah bergaul
(sociability), mempunyai tingkat emosi yang stabil (EQ tinggi), ramah, suka
membantu (cheer fullness), kerja sama, penuh pertimbangan (consideration), dan

Konsep Kewirausahaan 44
bijaksana (tactfulness); (4) Mampu menyampaikan gagasannya (communication skills),
seperti terbuka dan dapat menyampaikan pesan secara lisan (bicara) atau tulisan (memo);
(5) Keahlian khusus (technical knowledge), seperti menguasai proses produksi atau
pelayanan yang dibidanginya,dan tahu dari mana mendapatkan informasi yang diperlukan.
5) Diamati dari kehandalannya (administrative entrepreneur)dan keunggulannya (innovative
entrepreneur).
6) Pilih empat ciri dari 8 ciri berikut: (1) Memiliki rasa percaya diri dan sikap mandiri
yang tinggi untuk berusaha mencari penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan; (2)
Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang menguntungkan serta
melakukan apa saja yang perlu untuk memanfaatkannya; (3) Mau dan mampu bekerja
keras dan tekun dalam menghasilkan barang dan jasa serta mencoba cara kerja yang lebih
tepat dan efisien; (4) Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan usaha terutama para
pembeli/langganan (salesmanship); (5) Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan
terencana, jujur hemat dan disiplin; (6) Mencintai kegiatan usahanya dan perusahannya
serta lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya; (7) Mau dan mampu
meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan
memotivasi orang lain (leadership dan managerialship) serta melakukan perluasan dan
mengembangkan usaha dengan resiko yang moderat; (8) Berusaha mengenal dan
mengendalikan lingkungan serta menggalang kerjasama yang saling menguntungkan
dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
7) Lima faktor keberhasilan seseorang dalam berwirausaha: (1) bekerja keras, cerdas,
dan ikhlas; (2) fokus pada tujuan; (3) menjunjung tinggi komitmen; (4) memandang
karyawan sebagai aset; (5) membelanjakan anggaran secara tepat sasaran.
8) Empat tipe kepribadian seorang wirausahawan: (1) The Improver, yaitu pemimpin yang
memiliki kepribadian ingin selalu memperbaiki; (2) The Advisor, yaitu pemimpin yang
bersedia memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya; (3) The
Superstar, yaitu pemimpin yang dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang
Superstar.: (4) The Artist, yaitu kepribadian pemimpin yang senang menyendiri tapi
memiliki kreativitas yang tinggi. Setiap soal bobotnya lima (5). Jika jawaban anda benar,
coba kalikan dengan bobot soal. Anda dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya
jika skor yang anda peroleh lebih dari 20.

Konsep Kewirausahaan 45
2. Kegiatan Belajar ke-2 : PRINSIP-PRINSIP KEWIRAUSAHAAN

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Tujuan belajar pada materi ini anda diharapkan dapat: (1) mengidentifikasi prinsip-prinsip
kewirausahaan dalam konteks organisasi; (2) mengidentifikasi nilai-nilai kewirausahaan
dalam organisasi; dan (3) merumuskan proses pengembangan kompetensi kewirausahaan.

B. Pokok Materi Kegiatan Belajar


(1) prinsip-prinsip kewirausahaan dalam konteks organisasi
(2) nilai-nilai kewirausahaan dalam organisasi;
(3) proses pengembangan kompetensi kewirausahaan.

C. Uraian Materi
1. Ide, Kreativitas dan Inovasi
Pengertian Ide
Lahirnya ide dalam diri seorang wirausaha merupakan langkah awal dari suatu inovasi bisa
dilakukan oleh seorang wirausaha bila orang tersebut mampu melahirkan ide atau gagasan
bisnis dalam pikirannya."Definisi ide adalah buah pikir manusia yang muncul karena
adanya suatu pengamatan yang secara rasional dianggap logis dan memiliki nilai manfaat
baru".
Prinsip dan Sumber Menggali Ide
A. Prinsip Melahirkan Ide
Beberapa prinsip dalam melahirkan subuah ide dalam pikiran manusia adalah sebagai
berikut:
1. Selalu Membuka Pikiran
a. Berpikir bahwa ide Anda adalah yang terbaik, karena kondisi tersebut akan
membimbing Anda menghasilkan ide-ide yang baik.
b. Perenungan, introspeksi dan umpan balik membantu Anda memperoleh ide-ide
terbaik.
2. Selalu Membuka Mata
Melihat keberhasilan dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan orang atau perusahaan
lain adalah cara terbaik dan lebih efisien.

Prinsip Kewirausahaan 46
B. Sumber Menggali lde
Beberapa sumber atau potensi untuk menggali suatu ide adalah sebagai berikut:
1. Mencari kebutuhan konsumen
2. Mengamati mata rantai saluran distribusi perusahaan
3. Kebijakan Pemerintah
4. Penelitian dan Pengembangan
5. Hobby
6. Kecendrungan prilaku konsumen
7. Kegunaan lain dari barang yang sudah ada (menambah Utility)
8. Peristiwa di suatu wilayah
9. Moment kegiatan atau hari-hari besar

2. Pengertian Kreativitas
Seorang wirausahawan harus memiliki ide-ide yang dihasilkan dari suatu kreatifitas.
Kreatifitas ini lah yang akan membawa wirausahawan untuk melakukan inovasi terhadap
bisnisnya. Kreatifitas adalah inisiatif terhadap penciptaan suatu produk atau proses
yang bermanfaat, benar, tepat, dan bernilai ROCKLER (Materi pelatihan Kewirausahaan
LP3I Bandung ,2004) dalam Innovative Teaching Strategies mendefinisikan kreatifitas
adalah kesadaran seseorang untuk mendapatkan suatu perspektif baru dan sebagai
hasilnya membawa sesuatu yang baru. Sifat keorisinilan seorang wirausaha menuntut
adanya kreativitas dalam pelaksanaan tugasnya. Apa yang dikatakan kreatif? Carol
Kinsey Goman menulis:
Beberapa tahun silam, dalam kolom percaya atau tidak dari koran Ripley, muncul
pernyataan; Selembar lempengan baja harganya 5 dolar. Jika baja ini dibuat sepatu kuda,
harganya meningkat menjadi 10 dolar. Jika baja ini dibuat jarum jahit harganya akan
menjadi 3.285 dolar, dan jika dibuat per arloji nilainya akan meningkat menjadi
250.000 dolar. Perbedaan harga 5 dolar dan 250.000 dolar terletak pada kreativitas. Jadi
kreativitas ialah menghadirkan suatu gagasan baru bagi anda. Inovasi adalah penerapan
secara praktis gagasan yang kreatif. (Carol Kinsey Goman, 1991).
Conny Semiawan (1984:8) menyatakan: Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan suatu produk baru. Produk baru artinya tidak perlu seluruhnya baru, tapi
dapat merupakan bagian-bagian produk saja. Contoh-contoh kegiatan kreativitas:
Pencipta sepatu roda - gabungan antara sepatu dengan roda.
Prinsip Kewirausahaan 47
Anak-anak menyusun permainan balok-balok, ia bisa berkreasi membuat berbagai bentuk
susunan balok, yang tadinya belum ia kenal.
Seorang ibu membuat kejutan, masakan atau kue dengan resep baru, sebagai hasil
eksperimennya.
Di laboratorium, seorang siswa mencoba berbagai eksperimen.Seorang murid membuat
karangan dalam Bahasa Indonesia.
Seorang wirausaha membuat berbagai kreasi dalam kegiatan usahanya, seperti susunan
barang, pengaturan rak pajangan, menyebarkan brosur promosi, dan sebagainya.
Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi -kombinasi baru atau
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, variabel yang sudah ada sebelumnya.
Menurut Terman (Conny S., 1984) karakteristik anak berbakat intelektual antara lain
unggul atau menonjol dalam: kesiagaan mental; kemampuan pengamatan (observasi);
keinginan untuk belajar; daya konsentrasi; daya nalar; kemampuan membaca; ungkapan
verbal; kemampuan menulis; dan kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik.
Di samping itu ia: menunjukkan minat yang luas; berambisi untuk mencapai prestasi yang
lebih tinggi; mandiri dalam memberikan pertimbangan; dapat memberi jawaban tepat dan
langsung ke sasaran (to-the-point);mempunyai rasa humor yang tinggi; melibatkan diri
sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang diminati.
Berdasarkan uraian di atas, definisi kreativitas dapat dibedakan ke dalam dimensi
person, proses, produk, dan press (Dedi Supriadi, 1994).
Definisi yang menekankan pada person menyatakan: Creativity refers to the abilities that are
characteristic of creative people (Guilford, 1950).
Definisi yang menekankan pada proses menyatakan: Creativity is a process that manifests
itself influency, in flexibility as well in originality of thinking. (Munandar, 1977).
Definisi yang menekankan pada produk menyatakan: The ability to bring something new
into existence. (Baron, 1976).
Definisi yang menekankan pada press menyatakan: Creativity can be regarded as the quality
of products or responses judged to be creative by appropriate observers (Amabile, 1983).
Berdasarkan analisis faktor, Guilford menemukan bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri
kemampuan berfikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), penguraian (eleboration), dan perumusan kembali (redefinition).Kelancaran
adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Keluwesan adalah
kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan
terhadap masalah. Orisinalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-
Prinsip Kewirausahaan 48
cara yang asli, tidak klise. Elaborasi adalah kemampuan untuk meng-uraikan sesuatu secara
terinci. Redefinisi adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif
yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang. Masih ada puluhan
definisi mengenai kreativitas. Namun pada intinya ada persamaan antara definisi-definisi
tersebut, yaitu kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah
ada sebelumnya.(Dedi Supriadi, 1994).
Bila seseorang telah memiliki unsur-unsur kreativitas atau daya cipta, maka apakah dia
dapat disebut sebagai orang yang kreatif (creative person)?
Menurut A. Roe (1963, Psychological Approaches to Creativity in Science, New York
University, New York), bahwa syarat-syarat agar seseorang disebut kreatif, antara lain:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman (openness toexperience).
2. Pengamatan melihat dengan cara yang biasa dilakukan (observance seeing things in
unusual ways).
3. Keingintahuan (curiosity).
4. Menerima dan merekonsiliasi lawan yang tampak (accepting and
reconciling apperent opposites).
5. Toleransi terhadap ambiguitas (tolerence of ambiguity).
6. Kemandirian dalam penilaian, pikiran dan tindakan (independence in
judgement, thought and action).
7. Memerlukan dan menerima otonomi (needing and assuming autonomy).
8. Kepercayaan terhadap diri sendiri (self-reliance).
9. Tidak sedang tunduk kepada pengawasan kelompok (not being subject to group standards
and control).
10. Kesediaan untuk mengambil risiko yang diperhitungkan (willingness to take calculated
risks).
11. Ketekunan (persistence).

Dan E. Ugene Raudsepp, (1983, Profile of the Creative Individual, Creative Computing)
menambahkan syarat-syarat seseorang disebut kreatif, antara lain:
1. Sensitivitas kepada persoalan (sensitivity to problem).
2. Kesiapan dan kemampuan untuk menghasilkan sejum-lah ide-ide besar (fluency the ability
to generate a largenumber of ideas).
3. Fleksibilitas (flexibility).
Prinsip Kewirausahaan 49
4. Keaslian (originality).
5. Mau mendengarkan perasaan-perasaan orang (respon siveness to feelings).
6. Keterbukaan terhadap fenomena di bawah sadar (openness to
unconscious phenomena).
7. Motivasi (motivation).
8. Bebas dari ketakutan atas kegagalan (freedom from fear of failure).
9. Kemampuan untuk berkonsentrasi (the ability to concentrate).
10. Berpikir dalam berbagai imej (thinking in images).
11. Kepandaian memilih (selectivity).

Masih banyak lagi definisi tentang kreativitas yang dirumuskan oleh para pakar,
khususnya pakar psikologi. Misalnya, ada pakar yang menyatakan bahwa kreativitas berasal
dari apa yang mereka sebut sebagai an electic traditional research. Sebagai contoh yang
berkaitan dengan teori-teori neuropsychologi yang memperlihatkan spesialisasi dalam dua
bagian otak manusia. Seperti yang dicatat oleh Prof. John Kao (1989, hal. 16), the left side of the
brain is said to stress logical, rational and analytical modes of thinking while the right side
govern emotional and intuitive experience. Dari hasil penemuan studi tersebut, hemat
Prof. Kao, hal itu bukan merupakan loncatan yang besar untuk menyimpulkan bahwa otak
manusia yang ada di sebelah kiri dianggap sebagai wadah yang mempunyai fungsi
'manajerial' dan yang sebelah kanan 'entrepreneurial' . Dan berbagai keilmuan juga
mengadakan eksplorasi tentang masalah kreativitas (creativity). Tetapi, karena suatu kajian
persoalan kreativitas ini merupakan kajian yang saling terkait dan dalam beberapa hal saling
mempengaruhi antara a person (orang), a task (tugas),danan organization (organisasi), maka
kreativitas telah menjadi sebuah subyek penelitian psikologi secara intensif.
Seorang pakar psikologi Amerika Serikat, Graham Wallas (Stages of Control in The Art of
Thought, New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1926) berpendapat bahwa kreativitas dimulai
dengan; interest: There has to be something inherently compelling about the problem. This is
followed by the stage of preparation, when the ensuing intellectual journey is planned, much as
one would pack supplies for voyage. Incubation then follows as an intuitive, "back burner",
nonintentional style of working on the problem. Illumination -the intuitive, synthetic "ah-ah"
experience- follows.

Prinsip Kewirausahaan 50
Apa pun hasil riset yang dilakukan oleh seseorang harus dapat diuji, dan diverifikasi
kebenarannya. Apakah hasil risetnya bisa dibuat kembali atau ditiru dan dipahami?
Seterusnya tahapan eksploitasi untuk mendapatkan nilai dari tindakan kreatif telah
ditambahkan ke dalam modelnya Graham Wallas seperti yang terdapat dalam Figure 5. Di
dalam model itu diperlihatkan pendekatan proses sampai kepadakreativitas yang dibagi
ke dalam tiga kelompok, yaitu tahapan kreativitas (creativity stage), kegiatan
(activity), dan gaya psikologis (psychological style).

CREATIVITY ACTIVITY PSYCHOLOGICAL


STAGE
Interest environment STYLE
intuition/emotion
Preparation preparing the details /planning
Incubation "mulling things over" intuition
Illumination the "eureka" intuition
Verification market research details/rationality
Exploitation captain if industry details/rationality

Gambar 4.1 The Process Approach to creativity

Tema sentral dalam pembahasan kewirausahaan adalah mengembangkan hubungan


antara kewirausahaan dengan kreativitas. Hubungan menjadi penting karena
adanya pendapat atau paling tidak argumentasi yang mengatakan bahwa kemajuan dan
keunggulan dalam kewirausahaan adalah karena adanya kreativitas. Dari hubungan ini akan
terlihat tiga hal yang terkait dalam bentuk pertanyaan, yaitu apa yang disebut atau
dimaksud dengan entrepreneur (wirausaha), apa entrereneurship (kewirausahaan) itu, dan apa
yang dimaksud dengan kreativitas (creative). Dari ketiga ini, maka kemudian akan dilihat
apa yang dimaksud dengan 'innovation' (inovasi). Berikut ini penjelasannya:
An entrepreneur is, someone who is responsive to oppurtunity and has a sense of
freedom both in personal and in organization terms to act on the opportunity.
Entrepreneurship, it connotes implementation, doing. While creativity implies, a vision of
what is possible, the entrepreneur translates that creative vision into action, into a human
vision which guides the work of group of people. The term innovation suggests, the
implementation process by which creative inspiration leads to practical results Dari
pengertian di atas dibuat makna bahwa:

Prinsip Kewirausahaan 51
Entrepreneurship is the human and organization process by which innovation takes place.
Pendekatan difinisional di atas merupakan usaha untuk mencari rasionalitas hubungan antara
kreativitas dan kewirausahaan. Hubungan ini kemudian diperjelas lagi dengan melihat
model kemampuan kewirausahaan atau 'entrepreneurial capacity' seperti yang terlihat
dalam Gambar 4.1.

Kategori 1.
Perusahaan mempunyai sumberdaya kreativitas yang tinggi (high), tetapi memiliki daya
kewirausahaan rendah (low), usaha tidak berjalan karena tidak mempunyai kapasitas untuk
melakukan sesuatu. (Kelompok para arris, seniman)

Kategori 2.
Perusahaan mempunyai tingkat kreativitas yang rendah, tetapi mempunyai tingkat
kewirausahaan yang tinggi. Usaha berjalan lancar karena mereka mampu mencari
peluang. (KFC, McDonald, Coca-cola, dan Iain-lain)

Kategori 3.
Perusahaan memiliki kreativitas dan kewirausahaan yang tinggi, dan perusahaan tumbuh,
jalan dan berkembangdengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. (Lotus Development
Corporation, HP Corporation, IBM, dan Iain-lain)

Kategori 4.
Perusahaan memiliki tingkat kreativitas dan kewira -usahaan yang kedua- duanya
rendah. Mereka adalah para birokrat yang sudah berumur yang berada di lembaga
pemerintah atau semi pemerintah, seperti kantor pos, yang sifatnya hanya menunggu
diperintah, hanya menunggu untuk dapat bagian dan bersif at konsumtif.
Prinsip Kewirausahaan 52
Jadi, dalam banyak hal konsep-konsep kreativitas dan kewirausahaan sangat
berkaitan dan tumpang tindih (overlap), tetapi mereka tidak identik dan tidak sama.
Kapasitas untuk mengembangkan ide-ide baru, konsep-konsep danberbagai proses adalah
tidak sama dengan kapasitas untuk membuat sesuatu yang dapat terjadi, dan untuk
mengimplementasikan ke dalam kenyataan (in practical terms) perlu perbedaan dalam
memahami, apa yang dimaksud dengan kreativitas dengan kewirausahaan.

Perbedaan antara kreativitas dan kewirausahaan


1. Kreativitas
Kreativitas mungkin memberikan atau tidak memberikan perhatian atau berfokus
terhadap faktor lingkungan eksternal. Karena proses creativity berasal dari arahan
dalam diri (inner-directed). Banyak pelukis melakukan apa yang dianggap secara pribadi
adalah baik, dan vis i pribadinya yang menjadi ukuran untuk berbuat sesuatu tanpa
harus mengadakan pengecekan kebutuhan di dalam pasar (market research).
2. Kewirausahaan
Paling tidak satu dari mata mereka selalu berfokus pada perubahan lingkungan kalau bisnis
mereka akan memper-oleh sukses. Apa pun yang akan dilakukan oleh seorang wirausaha
harus dicek, dites atau diketahui bahwa pasar dan dunia nyata harus memberikan
respons positif terhadap apa yang akan dilakukan atau dihasilkan. Setelah
memperhatikan perbedaan di antara kedua hal di atas, maka kita dapat mengetahui signifikasi dari
kreativitas tersebut. Prof. John Kao mengatakan bahwa: Creativity comes with a price. The costs
within a competitive industry of maintaining a creative atmosphere and of
retraining key personnel can be high. Top managers are increasingly aware of the
extent to which 'climate' and 'corporate culture' can translate intoexpensive, tangible
investment. Yet, the costs of failing to foster creativity can be significantly higher. Thus,
managing creativity can be seen as an important strategic dimension for long-term
planning and decision making. (John Kao, 1989, Entrepreneur ship, Creativity & Organization).

Prinsip Kewirausahaan 53
3. Mengelola kreativitas
Membicarakan kreativitas (daya cipta) merupakan hal yang sulit. Karena
creativity datang dari 'sono' (hak prerogatif Yang Maha Kuasa). Kalau demikian,
bagaimana kreativitas itu bisa dikelola? Tetapi, kreativitas merupakan renungan yang sangat
mendalam (preoccupation), dan banyak manajer di setiap tipe perusahaan. Karena
mereka tahu bahwa kemajuan perusahaan banyak tergantung terhadap ada dan
hidupnya kreativitas orang-orang yang ada di dalam perusa haan. Itu sebabnya,
mengapa manajemen dan setiap staf dalam perusahaan harus membuat suasana
dan atmosfir dalam organisasi agar kreativitas bisa hidup dan berkembang.
Hidup dan berkembangnya kreativitas sangat menentukan daya saing perusahaan. Daya
saing ini adalah penentu masa depan perusahaan.
Pertanyaannya, apakah daya saing itu dan apa saja komponen dari daya saing
tersebut? Daya saing atau competitive advantage adalah kemampuan suatu produk atau jasa
atau organisasi untuk bersaing dan menjadi pemenang dalam suatu persaingan di
tengah pasar. Pemenang dalam persaingan itu adalah mereka yang mempunyai produk atau
jasa atau organisasi yang dapat menjadi pimpinan pasar (market leader) dalam
menen-tukan berbagai aspek dalam persaingan. Pimpinan pasar tersebut dapat direfleksikan
dengan, antara lain:
a. Sebagai acuan dalam penentuan harga pokok/jasa dalam pasar.
Bentuk, tipe, rancangan dan kemasan produk atau jasa yang dijadikan sebagai alat
pembanding utama di antara pesaing. Kualitas produk dan jasa yang berdaya saing dijadikan
ukuran atau tolak ukur untuk mengukur kualitas produk-produk atau jasa alternatif.
b. Fluktuasi atau turun naiknya harga akan mempengaruhi tingkat harga di pasar.
Cara produksi dan juga strategi pemasaran yang dilakukan oleh penghasil
produk leader atau market leader akan menjadi contoh oleh para pesaing untuk ditiru.

Besar kecondongan kebanyakan para konsumen untuk membeli atau paling tidakberniat
untuk membelibarang yang mempunyai keunggulan atau daya saing. Apa yang harus
diketahui adalah bahwa daya saing atau competitive advantage, menurut George D.
Day dan Robin Wensley (Assessing Advantage: A Framework for Diagnosing Competitive
Superiority, Journal of Marketing, April 1988), merupakan suatu proses yang dinamis
(a dynamic process),bukan merupakan suatu hasil yang diproduksi. Hal ini akan lebih
tampak bila kita mengkaji lebih lengkap lagi terhadap berbagai faktor atau elemen yang
melahirkan daya saing tersebut. Faktor atau elemen tersebut adalah sebagai berikut:
Prinsip Kewirausahaan 54
1. Sumber keunggulan (sources of advantages)
a. Keahlian yang superior (superior skills).
b. Sumberdaya yang superior (superior resources).
c. Kontrol yang superior (superior resources).
2. Posisi keunggulan (positional advantages)
a. Nilai konsumen yang superior (superior customervalue).
b. Biaya-biaya relatif lebih rendah (lower relative costs).
3. Hasil kinerja (performance outcome)
a. Kepuasan (satisfaction).
b. Loyalitas (loyalty).
c. Pangsa pasar (market share).
d. Keuntungan (porfitabilitas).

Yang menjadi perhatian kita di sini adalah mengkaji atau mengetahui lebih lanjut
sumber-sumber keunggulan atau daya saing yang disebut di atas. Analisis daya saing atau
keunggulan bersaing menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaan di antara pesaing-pesaing atau
keunikan terdapat pada salah satu aspek penting, yaitu khususnya dalam kasus sebuah
perusahaan yang memegang sebuah posisi monopoli. Sumber-sumber keunggulan adalah
keahlian atau keterampilan yang dimiliki, sumberdaya dan kontrol.
Superioritas dalam keahlian akan membuat se buah organisasi bisnis untuk
memilih dan mengimplementasikan strategi-strategi yang dapat membedakan organisasi
mereka dengan organisasi bisnis para pesaing. Keahlian atau keteram- pilan meliputi hal-hal
seperti kemampuan teknis, kemampuan manajerial dan kemampuan operasional. Sebagai
contoh, pengetahuan tentang persyaratan dan kebutuhan pelanggan akan membantu sebuah
perusahaan untuk memakai kemam-puannya dalam memuaskan pelanggannya. Keahlian
bidang penelitian dan pengembangan (litbang) merupakan salah satu keahlian lain yang
diperlukan. Superioritas dalam berbagai sumberdaya adalah aspek lain yang membuat sesuatu
itu unggul.Superioritas kontrol termasuk kemampuan dalam memonitor dan menganalisa
hasil-hasil dan berbagai proses bisnis. Sebagai contoh, superioritas kontrol terhadap berbagai
biaya akan mencegah biaya yang meningkat secara tidak rasional dan mengidentifikasi
bidang-bidang di mana penilaian dan tindakan manajemen diperlukan. Sistem kontrol juga
memberi-kan tanda kinerja terbaik (performance benchmarks). Usaha-usaha monitoring
harus diperluas, keluar dari operasional internal termasuk para langganan.

Prinsip Kewirausahaan 55
Kemampuan untuk menciptakan keunggulan dan daya saing sebagaimana
yang dibahas di atas jelas memberikan indikasi yang nyata, bahwa kreativitas para
pemimpin dan staf perusahaan akan dapat membuat daya saing organisasi perusahaan.
Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana kita dapat mengidentifikasi dengan cepat
tersedianya sumber keunggulan dan memasukkannya atau membawa ke dalam
organisasi perusahaan. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan membawa sumber
keunggulan tersebut ke dalam perusahaan merupakan bagian yang sangat penting dalam
implementasi konsep kewirausahaan. Untuk itu, setiap organisasi bisnis dan juga
pengusahanya harus dapat menumbuhkan dan mengelola kreativitas ke dalam diri setiap
staf atau karyawan perusahaan dan ke dalam organisasi perusahaan. Pertanyaan kita
adalah mengapa itu penting? Mengapa perhatian terhadap manajemen kreativitas begitu
penting? Kreativitas adalah kompetitif isu, bukan sekadar sesuatu yang baik. Kreativitas
merupakan sumberdaya yang sangat bernilai tinggi dan untuk itu harus dipelihara
dan dihidupkan, bukan disia-siakan, mempertimbangkan besamya biaya yang
dikeluarkan untuk menciptakan talenta daya cipta (creativetalent) dan infrastruktur
pendukung pekerjaan yang kreatif.
Mengelola Kreativitas memang memerlukan sebuah sikap eksperimental
(experimental attitude) terhadap pengembangan tipe-tipe baru organisasi. Banyak
organisasi kewirausahaan, pada hakikatnya, adalah laboratorium di mana struktur organisasi
disesuaikan dengan tantangan bisnis masa depan yang saat ini sedang berkembang.Bagaimana
perusahaan-perusahaan maju saat ini menyikapi masalah managing creativity merupakan
hal yang sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan bisnis mereka.
Tantangan-tantangan baru yang akan dihadapi oleh organisasi di negara- negara yang
sedang berkembang dan organisasi yang telah maju di negara- negara industri saat ini antara
lain:
a. Mengelola pertumbuhan yang dahsyat (explosivegrowth).
b. Berhadapan dengan keanekaragaman tenaga kerja.
c. Membangun budaya yang mendukung kegiatan yang kreatif (creative activity).
d. Menjaga keadilan (fairness).
e. Munculnya liberalisasi perdagangan dan investasi.
f. Persaingan global.

Prinsip Kewirausahaan 56
Dengan adanya kreativitas dan kewirausahaan yang tinggi akan memunculkan industri baru
yang lebih dinamis dan secara teknologis lebih canggih. Para staf dalam industri ini
menuntut adanya self-actualization, dan permintaan terhadap pekerjaan yang kreatif
sangat tinggi. Faktor perubahan teknologi juga berperan untuk memunculkan tuntutan
tersebut. Apa yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir ini bahwa kreativitas
merupakan sebuah plane of competition (pesawat persaingan), terutama apa yang disebut
oleh Prof. Micheal Porter (Competitive Strategy, 1980, Free Press, Harvard University)
sebagai emerging industries (industri-industri yang baru muncul). Meledaknya kreativitas
yang mengelilingi emerging industries melibatkan tidak hanya teknologi baru tetapi juga
praktek-praktek bisnis dan strategi baru yang kreatif untuk menjalankan organisasi bisnis.

4. Pengembangan Kreativitas pada Saat ini


Dengan tingginya tingkat persaingan global, dan kuatnya daya saing pemsahaan maju
dewasa ini lewat keunggulan creativity and enterpreneurship, maka masalah managing
creativity telah menjadi topik yang sangat dominan sebagai bahan bahasan dunia bisnis
internasional di dunia saat ini. Hal ini terlihat jelas khususnya di Jepang. The president
of Fujitsu Computers, Tuma Yamamoto, beberapa waktu yang lewat di pertengahan
tahun 1980 mengatakan:
"The creativity of the Japanese people wil be called into question from the latter half of the
1980s and 1990s. The whole nation must work like one possessed to meet this greet
challenge" (Sheridan Tatsuno, The Technolpolis Challenge, Prentice Hall Press, NY, 1986).
MTTI Jepang (S. Tatsuno, 1986) juga pernah mengatakan dan menghimbau masyarakat
industri Jepang agar membuat transisi dari imitation ke creativity.

Pertanyaan
1. Apakah kreativitas akan menjadi sebuah rencana eksplisit perusahaan- perusahaan
dalam persaingan industri-industri global di waktu yang akan datang?
2. Apakah creativity gap (kesenjangan kreativitas) akan muncul dalam masyarakat-
masyarakat industri di masayang akan datang?
3. Bagaimana mengejar ketertinggalan dalam keunggulan kreativitas bila industri-industri
kita diinginkan untuk tetap dapat hidup dan berkembang?
4. Bagaimana menciptakan kreativitas sebagai salah satu sumber utama dalam
menciptakan keunggulan produk atau keunggulan perusahaan?
5. Bagaimana mentrasformasi kreativitas menjadi inovasi bisnis?
Prinsip Kewirausahaan 57
Mempelajari tentang kreativitas adalah lebih mudah jika mempelajari pengalaman
organisasi tertentu dengan mema-hami apa yang memudahkan atau mempersulit
berkembang-nya kreativitas. Oleh karena itu, langkah awal untuk memahami
bagaimana suatu kreativitas itu berkembang dengan baik dan mempelajari mengapa
dan bagaimana suatu kreativitas tersebut tidak berkembang. Untuk memberikan
jawaban kepada kita tentang berkembang dan tidak ber-kembangnya kreativitas
adalah hendaknya kita melihat dan m e n g ka ji ko n d i s i p e r ke m ban g a n s eb u ah o r g a
ni s a s i perusahaan. Organisasi perusahaan yang dimaksud dapat kita lihat atau kita ketahui
dengan membaca di berbagai media massa atau majalah yang sering membahas
bagaimana satu perusahaan tertentu menguasai pasar, atau nilai atau harga sahamnya
di Burse Efek Jakarta atau di Bursas Efek Surabaya meningkat atau sebaliknya, mengapa
menurun. Dan kondisi sebuah perusahaan yang tadinya kecil kemudian berkembang secara
mengejutkan dan produknya menguasai pasar lokal, nasional atau bahkan berhasil
melakukan ekspor menerobos pasar internasional (dunia). Keadaan yang demikian ini
seharusnya mendorong seorang wirausaha atau pengusaha untuk mempelajari,
mengkaji, meneliti dan memahami apa yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, dan
bagaimana para eksekutif, para staf dan karyawan yang ada di perusahaan tersebut
dalam bekerja dan mengerjakan tugas- tugasnya. Harus diakui bahwa sangat sulit untuk
mengetahui secara tepat apa yang ingin kita ketahui dari perusahaan yang menjadi
obyek penyelidikan seseorang karena menyangkut hal-hal yang harus mereka
rahasiakan. Oleh karena itu, peneliti harus mengetahui cara yang paling tepat untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Salah satu cara yang harus tepat adalah
menanyakan atau mengajukan pertanyaan.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan antara lain sebagai berikut:
1. Berapa besar kemajuan yang dicapai selama ini sehingga memperlihatkan bahwa nilai
saham Anda berhasil meningkat terus dalam beberapa waktu ini?
2. Ke mana saja perluasan pasar produk Anda selama ini?
3. Apa yang membuat produk Anda lebih disenangi oleh banyak konsumen?
4. Bagaimana pendapat Anda, apakah barang Anda lebih baik dari saingan Anda atau
saingan Anda lebih lemah dalam meningkatkan keunggulan produk mereka?
5. Penjualan produk Anda meningkat dan tentu promosi Anda lebih baik, Anda
berhasil dengan cara Anda di pasar?

Prinsip Kewirausahaan 58
6. Anda berhasil menumbuhkembangkan potensi staf perusahaan Anda dan Anda
seorang yang banggadengan prestasi mereka saat ini?
7. Apa yang membuat staf Anda berhasil meningkatkan daya saing produk Anda?
8. Keberhasilan perusahaan Anda dalam memposisikan produknya di dalam pasar
sungguh merupakan hasil kerja keras Anda dan tim Anda dalam melakukan
rekayasa internal yang kreatif?
9. Mana yang lebih dominan dalam pendekatan atau kemampuan dalam pemasaran
atau keberhasilan dalam kalkulasi biaya?
10. Siapa menurut Anda yang harus lebih awal untuk menggagas ide agar suasana dan
budaya di dalam organisasi perusahaan tersebut memungkinkan semua pihak agar lebih
kreatif dalam melakukan tugasnya dan dalam mengatasi persoalan yang dihadapi oleh
perusahaan?
11. Keberhasilan Anda dan perusahaan dalam meningkat kan nilai saham atau meningkatkan
omset penjualan dan juga dalam meningkatkan profitabilitas selama ini bukan kebetulan,
tetapi karena kerja keras. Suatu sistem manajemen yang tepat, komentar Anda?
12. Pasar penuh persaingan. Pesaing Anda tentu akan mencari cara lain untuk
menguasai pasar. Bagaimana bacaan Anda tentang kondisi pasar mendatang?
Para wirausaha yang berhasil selalu mempunyai kemauan untuk mengambil
beberapa risiko, mengeksplorasi ide-ide baru, main sedikit, bertanya 'what if (apa jika) dan
belajar menghargai ambiguitas. Dengan melakukan hal yang demikian, mereka
mengembangkan keterampilan-keterampilan, sikap-sikap (attitudes) dan motivasi yang
membuat mereka lebih kreatif, yaitu sesuatu yang merupakan salah satu kunci untuk
menjadi seorang wirausaha atau kewirausahan yang sukses. Kesuksesan kewirausahaan
tersebut akan memberikan modal dasar yang sangat baik untuk menjadi pengusaha yang
berhasil dengan melakukan berbagai tindakan strategis untuk memajukan usaha yang
dipimpin atau usaha yang telah didirikan. Yang menjadi pemikiran selanjutnya
adalah bagaimana membuat seorang pengusaha (entrepreneur) atau pimpinan atau pengelola
perusahaan agar lebih kreatif. Dengan adanya pola kinerja dan pikiran yang lebih kreatif, maka
yang bersangkutan akan dapat melakukan berbagai inovasi bisnis. Langkah awal untuk
mengarah ke situ, adalah konsepsi kewirausahaan berusaha untuk memberikan imajinasi
kepada seorang pengusaha atau calon pengusaha. Dan maksud sesuatu yang dapat
memberikan imajinasi kepada mereka adalah dengan memberikan berbagai pertanyaan
kepada mereka dan mereka diminta untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.

Prinsip Kewirausahaan 59
1. Apakah ada sebuah cara baru untuk melakukan itu?
2. Dapatkah Anda meminjam atau mengadaptasi itu?
3. Dapatkah Anda memberi hal itu sebuah putaran baru (a new twist)?
4. Apakah Anda hanya membutuhkan sedikit dari hal yang sama?
5. Kurang dari hal yang sama?
6. Apakah ada gantinya?
7. Dapatkah bagian-bagian itu diatur kembali?
8. Dapatkah ide-ide dikombinasikan?
9. Dapatkah kita menempatkan untuk kegunaan yang lain?
10. Apa saja yang lain yang dapat kita buat dari hal ini?
11. Adakah pasar-pasar lain untuk itu?
12. Dapatkah kita membuat lebih baik dari itu?
13. Dapatkah potensi lebih yang kita miliki sekarang ini digunakan untuk menciptakan
program baru atau keunggulan produk yang ada atau produk yang baru?
14. Bagaimana potensi yang ada saat ini kita identifikasi;ayagunakan lebih maksimal lagi?

Kunci untuk memacu imajinasi adalah dengan berpikir baik secara cair (fluidly), yaitu sesuatu
yang bisa menghasilkan sejumlah ide-ide segar dan secara fleksibel bisa menghasilkan ide-ide
yang tidak lazim (unconventional). Usaha untuk mendorong imajinasi pikiran seseorang
adalah untuk merangsang atau mendorong tumbuhnya kreativitas seseorang. Dengan
memperhatikan beberapa sebab atau faktor yang dapat menghalangi kreativitas dan juga
bagaimana imajinasi seseorang dapat dikembangkan, maka langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya
kreativitas. Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, maka kita mengkaji sesuatu yang
dapat dilakukan orang di dalam organisasi yang dapat mendorong kreativitas, di
antaranya adalah:
1. Ciptakan suatu keterbukaan, struktur organisasi yang disentralisasi.
2. Dukung sebuah budaya yang memberikan leverage (pengaruh) untuk eksperimentasi
kreatif.
3. Rangsang sikap yang experimental.
4. Edarkan cerita-cerita keberhasilan (success stories).
5. Tekankan peran juara.
6. Beri peluang kebebasan untuk gagal.
7. Tekankan komunikasi efektif di semua tingkat.
Prinsip Kewirausahaan 60
8. Sediakan sumberdaya untuk inisiatif-inisiatif baru.
9. Yakinkan bahwa ide-ide baru tidak dapat dengan mudah dibunuh.
10. Pindahkan birokrasi dari proses alokasi sumberdaya.
11. Berikan balas jasa non keuangan dan keuangan yang layak bagi yang berhasil.
12. Bertanyalah dan buatlah komentar pertama tentang hal yang baik dan
keberhasilan yang dilakukan oleh karyawan atau anak buah.
13. Ciptakan demokratisasi dalam organisasi untuk menum-buhkan ide- ide baru.
14. Hilangkan fitnah, adu domba dan hilangkan peran 'raja-raja kecil yang
mempersulit dalam mengambil inisiatif.
15. Beri dorongan untuk berinisiatif dalam memperbaiki atau merubah apa yang
dilakukan selama ini.
16. Tanamkan pemikiran bahwa perubahan sangat diperlukan dan dengan
perubahan organisasi ini akan maju.
17. Dorong semua pihak (staf) untuk mengajukan konsepperubahan dan perbaikan cara
melakukan sesuatu tugas.
Bagaimana Anda dapat menyiapkan pikiran untuk menjadi pikiran yang kreatif?
Caranya adalah dengan:
1. Adopsi sikap sebagai seorang mahasiswa seumur hidup. Sadarkan diri Anda
bahwa mendidik diri Anda sendiri adalah suatu proses yang tidak habis-habisnya
(never ending process). Setiap situasi yang Anda temui sebagai sebuah peluang
untuk belajar.
2. Bacalah dan terus membaca, dan dalam membaca tidak hanya di bidang keahlian
Anda. Banyak inovasi dating dari tumpukan ide-ide dan konsep-konsep dariberbagai
disiplin seperti di bidang sains, rekayasa, bisnis dan seni. Membaca berbagai
buku, majalah dan koran yang meliputi berbagai hal adalah cara yang terbaik
untukmenstimulasi kreativitas.
3. Buat kliping artikel yang Anda baca. Bila Anda tertarik, buat satu file dari
kumpulan artikel yang Anda kliping. Suatu saat nanti, Anda membangun sebuah
ensiklopedia berbagai informasi dan dari sini Anda akan dapat
mengambil beberapa ide dan inspirasi.
4. Siapkan waktu Anda untuk berbicara dengan orang lain, termasuk orang-orang
yang mengetahui sedikit dari bidang yang Anda sedang dalami dan orang-
orang yang ahli atau pakar di bidang yang Anda sedang pelajari. Terkadang
pertanyaan dari orang yang tidak tahu justru jawabannya dapat mengarah kepada
Prinsip Kewirausahaan 61
penemuan-pene- muan baru dan ditemukannya cara baru terhadap persoalan
yang lama (new approaches to old problems).
5. Ikut organisasi profesional dan perdagangan dan hadiri pertemuan- pertemuan yang
mereka adakan. Hal ini akan memberikan Anda sebuah brainstrorming dengan
pihak lain yang mempunyai perhatian yang sama dengan Anda. Pelajari
bagaimana orang lain memecahkan Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis
persoalan tertentu akan memberikan ide baru bagi Anda untuk memecahkan persoalan
Anda.
6. Investasikan waktu Anda untuk mempelajari Negara-negara lain dan budaya mereka,
kemudian kunjungi negara-negara tersebut. Sistem perekonomian kita secara global akan
memberikan peluang sangat besar bagi pewirausaha untuk menemukan pasar baru
bagi produk yang dapat dihasilkan. Oleh karena itu globalisas ekonomi, perdagangan
dan investasi telah menciptakan banyak peluang bagi wirausaha untuk menciptakan bisnis
baru atau mengekspansi perusahaan yang telah ada.
7. Kembangkan kemampuan atau keahlian daya dengar Anda. Adalah sesuatu yang
besar sekali manfaatnya bagi Anda dapat meluangkan waktu Anda untuk
mendengarkan orang lain, khususnya orang-orang yang lebih tua dan yang sangat
berpengalaman. Coba belajar sesuatu dari setiap orang yang Anda jumpai.

2. Kewirausahaan dalam Konteks Organisasi


Kewirausahaan di lingkungan organisasi pemerintah mulai populer pada Tahun
1992, ketika David Osborne dan Gaebler mempopulerkan sepuluh prinsip menata
ulang birokrasi pemerintahan (Reinventing the Government) yaitu pemerintahan katalis,
pemerintahan milik masyarakat, pemerintah yang kompetitif, pemerintahan yang
digerakan oleh misi, pemerintah yang berorientasi hasil, pemerintahan
berorientasi pada pelanggan, pemerintahan entrepreneur, pemerintahan antisipatif,
pemeritahan desentralisasi dan pemerintahan berorentasi pasar.
Obsborne & Gaebler (1992), sepuluh prinsip pokok penataan ulang birokrasi, yaitu:
1. Dominasi pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus segera diakhiri
atau setidaknya dikurangi untuk selanjutnya secara bertahap deserahkan kepada
sektor non-publik-masyarakat.
2. Memberikan sepenuhnya masyarakat otoritas serta kepercayaan untuk mau
melayani dan menolong dirinya sendiri – to help for self helf, bukan sebaliknya
melulu diladeni atau dilayani apalagi dicekoki.
Prinsip Kewirausahaan 62
3. Birokrasi harus segera dibersihkan dari praktek dan intervensi banyak kepentingan
partai politik penguasa. Juga bentuk dan praktek monopoli yang sering dianggap sah
harus segera diakhiri, kecuali benar-benar dimaksudkan untuk melindungi hajat hidup
rakyat banyak atau semata keberpihakan terhadap mereka yang tak berdaya.
4. Rumusan kebijakan, tujuan dan sasaran yang jelas, dengan memberikan kesempatan
kepada setiap elemen pemberi pelayanan untuk merumuskan sendiri langkah dan
aturan tehnis pelaksanaannya.
5. Pemerintahan yang berorientasi kepada hasil, bukan input atau masukan. Intinya,
jadikan kinerja, bukan semata input atau proses sebagai tolok ukur penilaian dan
pendanaan setiap program.
6. Pemerintahan yang berorientasi pelanggan; memenuhi kebutuhan pelanggan (baca
rakyat), bukan birokrat, dengan mendengarkan suara dan aspirasi rakyat, termasuk
keluhan dan kritik pedas mereka sekalipun.
7. Pemerintah wirausaha, menghasilkan ketimbang membelanjakan.
8. Birokrasi harus dijalankan dalam perspektif "investasi", dan investasi tidak dimaknai
secara sempit sebagai cara mendatangkan uang, melainkan berarti
“menyimpan".
9. Pemerintah antisipatif, melalui upaya pencegahan daripada mengobati. Membangun
pemerintahan desentralisasi, dengan memberikan wewenang untuk mengambil
keputusan kepada lebih banyak orang yang memungkinkan lebih banyak keputusan
dibuat pada tingkat lini terdepan pemberi pelayanan.
10. Pemerintahan berorientasi pasar dengan mendongkrak perubahan melalui pasar.
Birokrasi harus diubah dari pendekatan program menuju pendekatan pasar,
dari pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif.
dua prinsip yang relevan dengan bahasan modul ini, yaitu prinsip ke-7 dan prinsip ke-
10. Prinsip ke-7, ialah „pemerintah entrepreneur‟, ialah pemerintahan yang
menghasilkan ketimbang membelanjakan. Pesan penting yang tersirat dari prinsip ini,
bahwa organisasi harus dijalankan dalam perspektif "investasi". Menurut Osborne &
Gaebler, istilah „investasi‟ tidak dimaknai secara sempit sebagai cara „mendatangkan
uang‟, akan tetapi harus dimaknai sebagai aktivitas-aktivitas yang berkenaan
dengan „menyimpan‟. Membelanjakan anggaran untuk organisasi, harus dalam kerangka
investasi, kendati secara langsung tidak rnenghasilkan uang. Karena itu, hal yang amat
prinsipil, pemimpin organsasi harus mampu menjadikan setiap bawahannya sadar
pendapatan‟. Gaji atau insentif yang diberikan oleh pimpinan organisasi harus
Prinsip Kewirausahaan 63
mampu mendorong bawahannya untuk menghasilkan uang sebagaimana mereka
mengeluarkannya.
Prinsip ke-10, ‟pemerintahan berorientasi pasar‟. Mendongkrak perubahan melalui
pasar. Intinya, cara kerja birokrasi harus diubah dari pendekatan program menuju
pendekatan pasar, dari pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif. Pendekatan
program cenderung berjalan kaku karena sifatnya hanya menjalankan sesuatu yang telah
ditetapkan dan karenanya monopolistik, sementara mekanisme pasar akan menciptakan
insentif yang menggerakkan orang membuat keputusan sendiri dan karenanya cenderung
kompetitif di samping partisipatif. Ke depan, bentuk pemerintahan berorientasi pasar
merupakan alternatif yang sulit bisa ditawar karena cenderung responsif terhadap segala
bentuk perubahan dan ketidakpastian yang akan menjadi ciri utama zaman ini. Implikasi
terhadap kepemimpinan pendidikan tidak lepas pengaruhnya dari tatanan birokrasi
pemerintahan, karena pemimpin organisasi pendidikan yang dimaksud dalam bahasan ini
ialah pemimpin yang dibentuk dan dilegitimasi oleh sistem pemerintahan.
Pada bulan Mei Tahun 2001, pejabat dari tingkat pusat dan daerah menghadiri
seminar untuk membahas penerapan berbagai elemen penataanulang birokrasi
pemerintahan sebagaimana disarankan Osborne & Gaebler melalui good governance (tata
pemerintahan yang baik). Tetapi hampir semua kesimpulan yang diambil dapat
diaplikasikan pada semua tingkat pemerintahan. Seminar tersebut merekomendasikan
prinsip-prinsip good governance bagi pimpinan pemerintahan sebagai berikut:
(1) Partisipatif (Participation), yaitu kepemimpinan yang mendorong bawahannya
untuk menggunakan haknya untuk mengemukakan pendapat dalam penyusunan
kebijakan organisasi, langsung atau tidak langsung;
(2) Penegakan hukum (Law enforcement), yaitu kepemimpinan yang menjamin
bahwa penegakan hukum dan pengamanan hukum di lingkungan organisasi
berlangsung secara adil dan tidak diskriminatif, serta mendukung hak asasi manusia
dengan mempertimbangkan tata nilai yang berlaku di masyarakat;
(3) Keterbukaan (Transparency), yaitu kepemimpinan yang berupaya membangun rasa
saling percaya antara pemimpin dengan bawahannya, pemimpin harus memberikan
informasi yang memadai pada bawahannya dan mempermudah akses bawahan
terhadap berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat yang berkepentingan;
(4) Responsif (Responsiveness), kepemimpinan yang dapat meningkatkan kecepatan
penyelenggara organisasi dalam memberikan respon terhadap protes, permasalahan
dan keinginan stakeholders tanpa pengecualian;
Prinsip Kewirausahaan 64
(5) Kesetaraan (Equity), yaitu kepemimpinan yang dapat memberikan kesempatan yang
sama pada semua bawahan untuk meningkatkan kesejahteraannya tanpa
pengecualian;
(6) Visi yang strategis (Strategic vision), yaitu kepemimpinan yang memformulasikan
strategi kelembagaan, yang ditunjang dengan sistem penganggaran yang memadai,
akan meningkatkan rasa memiliki dan rasa tanggungjawab seluruh anggota organisasi
untuk mendukung kemajuan organisasinya;
(7) Efektif dan Efisien (Effectiveness and efficiency), yaitu kepemimpinan yang
memberikan layanan untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dengan
memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan bertanggungjawab;
(8) Profesionalisme (Profesionalism), yaitu kepemimpinan yang dapat meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan moral anggota anggota organisasi sehingga mereka
memiliki rasa tanggungjawab untuk memberikan layanan yang mudah didapat,
cepat, teliti dan terjangkau (murah);
(9) Akuntabilitas (Accountability), yaitu kepemimpinan yang dapat memperkuat
pertanggungjawaban para pembuat keputusan organisasi pada semua aspek
(politik, keuangan, dan anggaran);
(10) Pengawasan (Supervision), yaitu kepemimpinan yang dapat menerapkan control
dan pengawasan yang lebih ketat terhadap operasional manajemen
kelembagaan dengan cara melibatkan stakeholders.
Melalui penerapan ke sepuluh prinsip tersebut diharapkan sistem pengelolaan
pembangunan berkembang ke arah yang lebih baik. Hal yang lebih diutamakan tentunya
berkenaan dengan pengembangan modal manusia sesuai dengan tingkatan manajemen
pemerintahan.
Pertama, melalui pengembangan modal manusia. Hal yang perlu diupayakan
tersebut ditujukan pada penciptaan budaya kewirausahaan melalui pelatihan siswa
dari berbagai disiplin dan pada tingkatan pendidikan yang berbeda termasuk pekerja dan
masyarakat/orang-orang bisnis, melalui kebijakan tentang:
(1) Promosi budaya wirausaha;
(2) Promosi penyuluhan dan kemampuan wirausaha melalui system pendidikan
dan mendorong hubungan yang lebih dekat antara akademisi dan pasar tenaga
kerja;
(3) Pengembangan kerangka kerja untuk memfasilitasi dan penekanan dini tentang
pelatihan kewirausahaan;
Prinsip Kewirausahaan 65
(4) Rencana pendidikan dan pelatihan kewirausahaan nasional;
(5) Pengembangan pusat-pusat pendidikan untuk pengembangan kemampuan
kewirausahaan antar siswa;
(6) Pelatihan guru untuk pengembangan proyek pendidikan yang difokuskan
pada kewirausahaan;
(7) Mendorong pengembangan program yang memuat upaya pengembangan
kemampuan kewirausahaan, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,
analisis masalah yang sistematik, kreativitas, pengelolaan diri dan tanggung jawab
antara siswa-siswa dari berbagai tingkatan pendidikan – dasar, lanjutan pertama dan
lanjutan atas.
Kedua, perhatian untuk meningkatkan akses pendanaan bagi upaya- upaya wirausaha
meliputi implementasi mekanisme dan jejaring bagi pengusaha guna akses kepada sumber-
sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek yang dikembangkan, melalui:
(1) Bantuan pubik untuk mendukung akses finansial harus dibatasi dengan waktu, untuk
menghindari ketergantungan terhadap pemerintah secara permanen oleh pelaku bisnis;
(2) Regulasi untuk aktivitas finansial dan jaminan pemerintah untuk
deposito/tabungan;
(3) Praktek perbankan yang baik berkaitan dengan regulasi dan pengaturan pasar uang;
(4) Dukungan finansial untuk operasi bukan harga atau tingkat suku bunga;
(5) Koordinasi penjaminan antara lembaga keuangan swasta serta bisnis mikro dan kecil;
(6) Pengembangan sektor lembaga keuangan khusus dan penciptaan platform
layanan secara khusus bagi perusahaan yang sedang berkembang;
(7) Pengembangan jejaring modal-modal awal dan modal ventura.
Ketiga, penghapusan hambatan bagi pengembangan bisnis ditujukan untuk
menghilangkan masalah tersebut yang dapat menyediakan pengembangan aktivitas
wirausaha secara memadai. Berbagai tindakan yang diberikan haruslah tidak menjadi distorsi
pasar, melalui:
(1) Dukungan bagi inkorporasi perusahaan;
(2) Fasilitasi terhadap perusahaan gagal yang mau keluar;
(3) Fasilitasi proses kelengkaan bisnis ditingkat pusat dan daerah;
(4) Penghapusan hambatan-hambatan non ekonomi untuk akses pasar;
(5) Desentralisasi pengambilan keputusan anggaran dari intervensi pengembangan
ekonomi.

Prinsip Kewirausahaan 66
Keempat, inovasi teknologi, pengembangan dan adaptasi adalah faktor utama
bagi pembentukan sisi kompetisi, nilai tambah inisiatif bisnis. Penekanan khusus harus
diupayakan untuk pengembangan jejaring ilmu pengetahuan serta pengembangan proyek dan
kemampuan implementasi, melalui:
(1) Pengembangan jejaring berbasis ilmu pengetahuan dengan penguatan hubungan
antara perguruan tinggi dan perusahaan;
(2) Adaptasi dan pengembangan teknologi, khususnya yang memiliki ceruk dengan potensi
tinggi atau industri yang sedang berkembang;
(3) Pengembangan dan penguatan incubator untuk membantu pengembangan
basis inovasi dan atau sisi kompetisi perusahaan;
(4) Promosi terhadap perlindungan hak kekayaan dan industri;
(5) Mendorong pengembengen jejaring bisnis teknologi.

Etika Wirausaha
Etika wirausaha dalam istilah lebih populernya adalah etika bisnis. Mengapa etika bisnis
ini diangkat menjadi salah satu kajian adalah seorang wirausaha dalam menjalankan
bisnisnya ditengah-tengah masyarakat harus mempunyai etika yang baik. Kunci suksesnya
suatu usaha adalah bagaimana mengedepankan etika dan kejujuran dalam usaha,
kepercayaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membesarkan usaha. Pengusaha
besar dalam membina pengusaha kecil UKM lebih mengedepankan kejujuran dan
kepercayaan, modal usaha akan dapat diperoleh dengan mudah ketika orang telah
mempercayai dan dapat dipercaya.
Dalam dunia bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak
jujur dari sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi moral yang
tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis
itu sendiri. Masalahnya ialah tidak ada hukuman yang tegas terhadap pelanggaran etika
tersebut, karena nilai etika hanya ada dalam hati nurani seseorang. Etika mempunyai kendali
intern dalam hati, berbeda dengan aturan hukum yang mempunyai unsur paksaan ekstern.
Akan tetapi bagi orang-orang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan
mengetahui bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya
baik dalam dunia nyata sekarang apalagi dalam kehidupan nanti diakhirat. Hendaknya
kehidupan dunia terutama dalam bisnis, tidak terlepas dari kehidupan dihari kemudian itu.
Kelompok konglomerat yang sudah berhasil banyak menyatakan bahwa modal dasar
dari perkembangan usahanya dimulai dari kejujuran. Apabila sudah bertemu pelaku
Prinsip Kewirausahaan 67
bisnis dengan pelaku bisnis yang lain yang jujur, mereka saling memberitahu, dan
akhirnya mereka berkelompok dihati masing-masing menjadi partner yang setia, dan
mereka juga saling menginformasikan jika menemukan pelaku bisnis yang tidak jujur, agar
terhindar dari penipuan.

Pengertian Etika
Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang
memimpin individu dalam membuat keputusan. Ethics is the study of right and wrong
and of the morality of choices made by individuals. An ethnical decision or action is one that
is right according to some standard of behavior. Business ethics (sometimes referred to as
management ethical is the application of moral standards to business decisions and
actions).
Etik ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang
dilakukan seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar.
Etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika manajemen, yaitu penerapan standar
moral kedalam kegiatan bisnis. W.F. Schoell menyatakan: Business Ethics is a
system of "oughts" a collection of principles and rules of conduct based on beliefs about
what is right and wrong business behavior. Behavior that conforms to these principles
is ethical (Schoell,1993). Some pholosophers say that behavior is ethical if it follows the
will of God.
Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang menginvestasi
uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai, kreditur, saingan, dan sebagainya.
Orang yang menanam uang atau investor menginginkan manajemen dapat mengelola
perusahaan secara berhasil, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka.
Konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilkan produk bermutu dan dapat
dipercaya dan dengan harga yang layak. Para karyawan menginginkan agar perusahaan
mampu membayar balas jasa yang layak bagi kehidupan mereka, memberi kesempatan naik
pangkat atau promosi jabatan. Pihak kreditur mengharapkan agar semua utang
perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat laporan keuangan yang dapat
dipercaya dan dibuat secara teratur. Pihak saingan mengharapkan agar dalam persaingan
dilakukan secara baik, tidak merugikan dan menghancurkan pihak lain.

Prinsip Kewirausahaan 68
Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya di
masyarakat. Harus ada etik dalam menggunakan sumber daya yang terbatas di masyarakat
dan apa akibat dari pemakaian sumber daya tersebut, apa akibat dari proses produksi yang ia
lakukan? Diharapkan orang bisnis memiliki standar etik yang lebih tinggi di masyarakat,
karena mereka langsung berhadapan dengan masyarakat yang selalu mengawasi kegiatan
mereka. Etik yang dimiliki oleh masing-masing individu sebenarnya merupakan
perkembangan dari etik sejak dulu, yang dianut oleh dan disampaikan kepada kita oleh orang
tua, guru, pemimpin agama, dan lingkungan kita secara keseluruhan. Jadi etik yang
digunakan oleh orang bisnis tidak terlepas dari sumber-sumber yang sama.
Definisi lain menyatakan: Business ethics is about building of trust between people
and organizations, an absolutely essential ingredient toconducting business successfully
especially in the long term (Linda Klebe Trevino, 1995). Etika bisnis menyangkut
usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan, dan ini
merupakan elemen sangat penting buat suksesnya suatu bisnis dalam jangka panjang. Etika
Bisnis ini sangat kompleks dan sensitif, tapi sebenarnya ini bukan barang baru. Etika sudah
dikenal sejak 560 tahun SM, seorang filosof Greek bernama Chilon menyatakan a Merchant
does better to take a loss than to make a dishonest profit The only sustainable competitive
advantage any business has is its reputation (Zimmerer, 1996: 21). Jadi prinsipnya seorang
wirausaha lebih baik merugi daripada melakukan perbuatan tidak terpuji. Para pengusaha
semaksimal mungkin harus menghindarkan pertengkaran,apalagi yang akan menyebabkan
putus hubungan. Semua claim dari relasi sampai tingkat tertentu harus dilayani dengan
penuh toleransi. Harus dicari win-win solution pada setiap persengketaan. Cepat ganti
barang baru, jika ada claim yang benar. Semua ini untuk menjaga reputasi, nama baik
perusahaaan. Perbuatan tidak terpuji, berlaku curang, tidak jujur, tidak menepati janji, akan
meruntuhkan martabat bisnisnya, sedangkan martabat atau reputasi adalah satu kata magis
yang harus dijunjung tinggi oleh seorang wirausaha, yang akan merupakan competitive
advantage, keungulan bersaing yang abadi, dan menang selama-lamanya. Menjunjung tinggi
etika harus dilakukan terhadap stakeholder perusahaan, apakah external stakeholder
seperti: konsumen, kelompok-kelompok yang berhubungan dengan perusahaan,
organisasi buruh, pihak pemasok, pemerintah, creditors, masyarakat umum atau
internal stakeholder seperti unsur pimpinan, tim manajemen, investor dan karyawan.

Prinsip Kewirausahaan 69
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting untuk melindungi reputasi perusahaan.
Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam keseharian kegiatan bisnis,
namun harus selalu dijaga terus menerus, sebab reputasi sebagai perusahaan yang etis
tidak dibentuk dalam waktu pendek, tapi akan terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini
merupakan asset yang tak ternilai sebagai goodwill bagi sebuah perusahaan. Suatu trademark
istimewa dalam competitive advantage. Apabila dilihat perilaku fundamental yang
berhubungan dengan etika di masyarakat, dan berlaku sepanjang masa di semua etnis adalah:
1. sopan santun, selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu, tidak mencuri,
2. integrity, memiliki prinsip, hormat, jangan dua muka,
3. jaga janji, bisa dipercaya bila berjanji, amanah, jangan mau menang sendiri,
4. fidelity, benar dan loyal pada keluarga, teman, jangan menyembunyikan informasi
yang tidak perlu dirahasiakan,
5. fairness, berlaku fair, dan terbuka komit pada kedamaian, jika salah jangan tetap
bertahan, tapi cepat mengakui kesalahan, perlakuan sama pada setiap orang, toleran,
6. caring for others, perhatian, baik budi, ikut andil, tolong siapa yang
memerlukan,
7. respect for others, menghormati hak-hak orang lain, privacy, beri pertimbangan
pada orang lain yang dianggap berguna, jangan berprasangka,
8. responsible citizenship,. Patuh pada undang-undang dan peraturan yang berlaku,
jika menjadi pemimpin harus bersifat ter buka dan menolong, pursuit of
excellence, berbuatlah yang terbaik disegala kegiatan, dalam pertemuan,
tanggungjawab, rajin, komit, tingkatkan kompetensi dalam segala bidang, jangan mau
menang sendiri, 9. accountability, bertanggungjawab dalam segala perbuatan terutama
dalam mengambil keputusan. (Zimmerer 1996)
Untuk menjaga terlaksananya etika ini, maka didalam perusahaan dapat dilakukan
menyusun "credo" perusahaan. Zimmerer menyatakan: A company credo defines the values
underlying the entire company and its ethical responsibilities to its stakeholders. It offers
general guidance in ethical issues. Kemudian dikembangkan kode etika didalam
perusahaan secara tertulis, tidak terlalu rinci tapi cukup memuat hal-hal yang minimum
saja seperti menyangkut tata sopan santun, keselamatan kerja, kesehatan, konflik, kemananan,
kerahasiaan, kegiatan politik dalam perusahaan, melestarikan lingkungan dsb.

Prinsip Kewirausahaan 70
2. Kewirausahaan dalam Organisasi Pendidikan
Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang sudah cukup lama
untuk memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa yang dilakukan secara khusus
oleh wirausaha telah mulai dirumuskan sejak tahun
1730 oleh Richard Cantillon. Namun, hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung,
karena kegiatan yang bercirikan kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis
dengan tujuan mencari laba. Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak
pihak untuk memahaminya ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang
melakukan tindakan berkewirausahaan. Misalnya, Timmons dan Spinelliv membuat
pengelompokan yang diperlukan untuk tindakan kewirausahaan dalam enam (6) hal,
yakni: komitmen dan determinasi, kepemimpinan, obsesi pada peluang, toleransi pada
risiko-ambiguitas dan ketidakpastian, kreativitas- keandalan dan daya beradaptasi, serta
motivasi untuk unggul.
Dari banyak kasus yang menggambarkan perilaku para wirausaha sosial, misalnya
para penerima Ashoka Fellows, dapat disimpulkan bahwa keenam hal tersebut di atas
dapat diadopsi sebagai karakteristik perilaku dan sikap wirausaha sosial. Dengan
demikian, pengertian kewirausahaan cenderung menjadi makin luas, tidak terbatas hanya
pada wirausaha bisnis. Luasnya cakupan kewirausahaan menggugah kemungkinan untuk
membuat tipologi wirausahaan.
Tidak semua wirausaha bisnis sama tingkat kewirausahaannya. Ada yang
melakukan tindakan membuat usaha baru sebagai alternatif mengganti jalur sebagai
karyawan. Tindakan itu bertujuan mencapai keberhasilan untuk bertahan hidup tanpa
berada dalam organisasi yang dimiliki dan/atau dipimpin orang lain. Di lain pihak,
terdapat tingkat kompleksitas yang ekstrim dalam berwirausaha, yakni melakukan
tindakan kewirausahaan dengan tujuan menghasilkan karya yang dapat mengubah dunia.
Misalnya, Steve Job berobsesi menghasilkan komputer yang mudah dipakai oleh banyak
orang (personal computer), tidak hanya oleh ahli komputer. Di awal jaman bahasa
komputer, penggunaan komputer hanya dikuasai oleh sejumlah ahli yang khusus
mempelajari bahasa komputer tersebut. Gagasan Steve Job ditolak oleh perusahaan
tempatnya bekerja. Ia memutuskan untuk keluar dan bersama temannya, Steve Wozniak,
mendirikan perusahaan baru yang terkenal: Apple Computer. Adanya pemahaman tentang
heterogenitas wirausaha mengakibatkan perluasan bidang penelitian. Misalnya,

Prinsip Kewirausahaan 71
kewirausahaan yang dikembangkan oleh mereka yang memanfaatkan teknologi
tinggi/canggih akan menjadi bidang pengembangan “technopreneur”. Atau ahir-ahir ini
muncul kewirausahaan yang dikembangkan oleh mereka yang berkecimpung di
lingkungan perguruan tinggi, seperti halnya di lingkungan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) yang mengembangkan kewirausahaan dalam dunia pendidikan yang
mereka istilahkan “edupreneur”.
Munculnya cabang-cabang baru dalam kewirausahaan tidak dapat dihindari.
Adanya organisasi besar dan mapan yang membutuhkan kelincahan dalam berinovasi dan
berubah, telah menumbuhkan jenis wirausaha di dalam perusahaan. Jenis wirausaha di
dalam perusahaan disebut “intrapreneur” yang merupakan kependekan “intra corporate
entrepreneur”. Salah satu bidang kewirausahaan baru yang juga menarik untuk
dikembangkan adalah wirausaha pendidikan (edupreneur).
Sebagai bidang yang relatif baru berkembang, akan terdapat sejumlah pendapat
yang tidak seragam tentang apa itu kewirausahaan pendidikan dan siapa yang disebut
sebagai wirausaha pendidikan tersebut. Pendapat atau rumusan yang ada cenderung
menggambarkan suatu jenis wirausaha pendidikan yang unggul beserta karakteristik peran
dan kegiatannya. Berdasarkan temuan adanya berbagai jenis wirausaha bisnis, sangat
dimungkinkan pula adanya sejumlah jenis wirausaha pendidikan.
Tugas wirausahawan pendidikan ialah mengenali adanya kemacetan atau
kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan
atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah
dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh
masyarakat untuk berani melakukan perubahan.
Wirausahawan tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara
“memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah. Kasus
bagaimana Mohammad Yunus mengembangkan bank untuk melayani kaum miskin
merupakan suatu inovasi yang bertentangan dengan kaidah yang umumnya menjadi target
pasar bank, yaitu mereka yang mampu dan berisiko kecil. Kemacetan akses pada dana
yang dihadapi oleh kaum miskin telah dipecahkan dengan penyediaan sistem kredit mikro
yang ditujukan kepada mereka dalam pola kelompok.
Contoh lain, suatu terobosan atas kebuntuan hidup berdampingan antara etnis
Cina dengan etnis setempat di Medan, telah dilakukan oleh Sofyan Tan, seorang
lulusan sekolah dokter, dengan mendirikan sekolah di daerah miskin. Sekolah yang

Prinsip Kewirausahaan 72
muridnya campuran antaretnis tersebut, khususnya dari kalangan miskin, merupakan hal
yang baru. Menurut Sofyan Tan, penduduk miskin lebih sulit berintegrasi dengan etnis
lain dibandingkan dengan penduduk yang berpendidikan tinggi. Wajarlah bila semula ada
yang meragukan kualitas sekolah tersebut. Dengan sistem orang tua asuh asal dari etnis
lain, sekolah tersebut telah menghasilkan lulusan yang mampu masuk ke perguruan tinggi
negeri yang menjadi kebanggaan sekolah berpredikat sekolah unggulan.
Di website Ashoka Fellow, organisasi ini menyajikan informasi bahwa jumlah
anggotanya mencapai 1.800 orang di 60 negara. Sofyan Tan adalah salah satu penerima
Ashoka Fellow. Salah satu misi yang diembannya adalah mengembangkan profesi
kewirausahaan sosial di dunia. Cara yang dilakukannya ialah mengidentifikasi wirausaha
sosial yang menonjol, menyediakan dana untuk mendukung orangnya, idenya, dan
institusinya. Bidang garap kegiatan sosialnya meliputi: pendidikan, lingkungan, kesehatan,
hak asasi manusia, partisipasi masyarakat, dan pembangunan ekonomi.
Gregory Dees, seorang professor di Stanford University dan pakar di bidang
kewirausahaan sosial menyatakan bahwa kewirausahaan sosial merupakan kombinasi dari
semangat besar dalam misi sosial dengan disiplin, inovasi, dan keteguhan seperti yang
lazim berlaku di dunia bisnis. Kegiatan kewirausahaan sosial dapat meliputi kegiatan:
(a) yang tidak bertujuan mencari laba, (b) melakukan bisnis untuk tujuan sosial, dan (c)
campuran dari kedua tujuan itu, yakni tidak untuk mencari laba, dan mencari laba, namun
untuk tujuan sosial.
Hal yang mirip dengan pendapat Dees di atas ditemukan pula dalam pengertian
kewirausahaan sosial yang dirumuskan oleh Yayasan Schwab, sebuah yayasan yang
bergerak dalam upaya mendorong kegiatan kewirausahaan sosial termasuk pendidikan
kepada masyarakat. Dalam websitenya dijelaskan, wirausahawan tersebut menciptakan
dan memimpin organisasi, untuk menghasilkan laba ataupun tidak, yang ditujukan
sebagai katalisator perubahan sosial dalam tataran sistem melalui gagasan baru, produk,
jasa, metodologi, dan perubahan sikap. Wirausaha sosial dan pendidikan menciptakan
organisasi campuran (hybrid) yang menggunakan metode-metode bisnis, namun hasil
akhirnya adalah penciptaan nilai sosial di masyrakat yang tidak dapat diukur secara
ekonomi.
Dibandingkan kewirausahaan bisnis, kewirausahaan sosial dan pendidikan relatif
lebih baru dalam perkembangannya. Dengan gencarnya kegiatan pengembangan
kewirausahaan di dunia sosial dan pendidikan yang semula memfokus pada tingkat

Prinsip Kewirausahaan 73
peguruan tinggi untuk menyiapkan lulusannya mampu berwirausaha dan tidak
menganggur, tetapi kini bahkan mencakup dunia pendidikan yang lebih dini, citra
kewirausahaan bisnis jauh lebih menonjol alih-alih wirausaha sosial. Pengembangan
kewirausahaan sebagai disiplin ilmu, oleh Philip Wickham, dianalogikan sebagai tahapan
“remaja”. Jika demikian, cabang kewirausahaan sosial dapat ditempatkan pada fase
yang lebih dini, yakni pada tahapan “bayi”.

3. Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan


Prinsip kewirausahaan pendidikan tidak lepas dari prinsip kewiraan sosial, dan
kewirausahaan sosial berinduk pula pada bidang yang lebih luas, yaitu kewirausahaan.
Kewirausahaan dikembangkan dengan menggunakan data empiris dari dunia bisnis.
Sejumlah upaya pengembangan wirausaha bisnis dapat menjadi acuan untuk
pengembangan wirausaha sosial.
Sebagaimana telah diyakini oleh para ahli di bidang pengembangan kewirausahaan,
untuk terciptanya wirausaha yang profesional, akan lebih cepat dan baik bila tidak
diserahkan hanya pada satu jalur pengembangan, yaitu pada bakat saja. Ketiga sumber
pembalajaran di atas: aktif mencoba, belajar dari jejaring sosial, dan belajar dari
sumber formal, dapat dimanfaatkan. Kasus pengembangan kewirausahaan sosial oleh
Kelompok Tani Wanita Menur di Desa Wareng, Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogjakarta, yang telah direkam dalam film dokumenter, dapat menjadi sumber
inspirasi. Adanya partisipasi perusahaan melalui program tanggung jawab sosial mereka
akan mempercepat pemecahan masalah sosial yang saat ini mengalami kemacetan atau
kemandegan. Tulisan C.K. Prahalad, seorang akademisi di The University of Michigan
Business School, dalam bukunya: “The Fortune at The Bottom of The Pyramid” dapat
menjadi sumber inspirasi tentang cara perusahaan dan perguruan tinggi berpartisipasi
dalam pemecahan masalah sosial. Prahalad menulis , bila kita berhenti berpikir bahwa
kaum miskin adalah korban atau beban, dan mulai menganggap mereka sebagai
wirausaha yang ulet dan kreatif, peluang besar yang baru akan terbuka. Bagaimana
dengan perguruan tinggi di Indonesia? Kontribusi dunia pendidikan sangat dinantikan
dalam pelbagai bentuk, mengingat bidang kewirasusahaan sosial masih dalam taraf
“bayi”. Misalnya, melalui mempelajari apa yang telah dikembangkan oleh pelbagai
institusi pendidikan dan pusat kewirausahaan yang sudah lama mempunyai keahlian di
bidang kewirausahaan sosial di luar Indonesia, kita diharapkan untuk mampu memahami

Prinsip Kewirausahaan 74
apa kemacetan yang terjadi di Indonesia dan upaya pemecahan di tempat lain sebagai
inspirasi. Perlukah lebih banyak wirausaha sosial untuk merintisnya? Meruntuhkan dan
menciptakan sistem secara kreatif. Sebagaimana telah disebutkan di atas, tinggkah
laku dan sikap kewirausahaan yang istimewa adalah keberaniannya untuk mengubah
dan menghadirkan hal yang baru, dengan mengambil risiko yang telah diperhitungkan.
Istilah yang dapat digunakan tentang melakukan perubahan dengan menghadirkan hal
yang baru adalah berinovasi. Saat ini dikenali bahwa inovasi tidak hanya satu jenis.
Inovasi dapat dilakukan dalam hal produk atau jasa, dan dapat pula dalam hal proses.
Inovasi tidak pula hanya bersifat radikal, tetapi juga berskala kecil, dan
berkesinambungan, yang sering disebut sebagai kaizen. Kaizen adalah metode
“penyempurnaan secara berkelanjutan” (kaizen continual improvement) yang
dikembangkan oleh perusahaan Jepang.
Dari contoh kasus-kasus kewirausahaan sosial di atas, termasuk kasus yang
disajikan dalam film Lelakoné Menur, dapat kita temukan bermacam- macam kreativitas
individu yang dilanjutkan menjadi inovasi produk dan proses. Makin radikal gagasan
untuk menghadirkan inovasi, makin besar pula sumber daya yang diperlukan. Hambatan
yang harus dihadapi untuk suatu inovasi sosial yang radikal adalah tembok birokrasi dan
kenyamanan dari pelaku dalam sistem yang telah „mapan‟ saat ini. Di negaranya,
Bangladesh, Mohammad Yunus menghadapi sistem lintah darat. Ia menghadirkan sistem
perbankan baru bagi masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan. Sofyan Tan
menhadapi pesimisme mereka yang terbiasa mengenali adanya sekolah unggulan bagi
masyararakat mampu, bukan masyarakat miskin, sehingga ia mengalami banyak kesulitan
dalam mendapatkan sponsor. “Apakah mungkin ada sekolah berkualitas untuk orang
miskin?” Kasus kelompok tani wanita Menur juga menghadapi pelbagai hambatan, di
antaranya budaya tentang peran wanita sebagai isteri dan ibu rumah tangga. Perubahan
yang dilakukan oleh ibu-ibu Menur tergolong dalam inovasi yang bersifat tidak
sangat radikal, tetapi tetap tidaklah bebas dari risiko. Mereka harus secara kreatif
menciptakan sistem keseimbangan baru. Gagasan baru cara bertani dan berorganisasi
yang baik perlu dikomunikasikan ke suami agar dapat diterima. Tembok yang harus
diruntuhkan oleh wirausaha pendidikan dengan mengadakan inovasi tidak sama tingginya.
Hal ini mirip dengan apa yang dihadapi oleh wirausaha bisnis yang ingin unggul dan
harus menghadapi lingkungan dan sistem yang tidak selalu ramah. Salah satu
contoh menghadapi tembok yang tinggi adalah kasus Steve Job yang ingin

Prinsip Kewirausahaan 75
menghadirkan komputer pribadi (personal computer). Ia harus berhadapan dengan
perusahaan raksasa komputer pada masa itu. Besar kecilnya inovasi dan risiko yang akan
dihadapi merupakan bagian yang harus diperhitungkan oleh semua wirausahawan.

5. Profil Usaha
Sangat banyak usaha yang bisa digarap, mana yang akan dipilih sangat
bergantung pada beberapa hal, antara lain:
a. Minat seseorang, misalnya berminat dalam bidang industri atau kerajinan, dan
perdagangan/jasa.
b. Modal, apakah sudah tersedia modal awal atau belum, atau apa saja yang sudah
dimiliki.
c. Relasi, apakah ada keluarga, teman, yang sudah menekuni usaha yang sama, atau
usaha yang akan dikerjakan ada relevansi/saling menunjang dengan usaha tersebut.
d. Tekat, keinginan untuk membuka usaha dan merubah nasib.
e. Berbagai peluang lainnya.
Untuk mengetahui banyaknya bidang usaha yang bisa dimasuki oleh wirausaha baru,
maka marilah kita lihat hubungan dalam bentuk circular flow antara produsen dan
konsumen.

Gambar 5.1 Hubungan antara Produsen dengan Konsumen

Prinsip Kewirausahaan 76
Produsen melakukan penjualan akan mendapatkan keuntungan, semakin besar keuntungan,
maka akan semakin besar saving yang akan diperoleh, dengan sendirinya akan semakin
besar dana yang tersedia untuk melakukan investasi lainnya. Industriyang semakin banyak
dan besar akan menyebabkan kebutuhan akan tenaga kerja yang besar sehingga pendapatan
tenaga kerja akan sebaik meningkat dengan sedirinya daya beli semakin baik. Sebagai
orang yang kreatif, calon-calon wirausaha akan melihat banyak peluang usaha yang
dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Secara garis besar ada 4 jenis usaha yang dapat dijalankan, yaitu:
1. Pertambangan, bidang usaha yang mengambil langsung dari alam, seperti hasil laut,
hasil hutan.
2. Agraris, adalah berbagai usaha pengelolaan kebun, perdagangan hasil- hasil
pertanian (agrobisnis) yang dapat diusahakan untuk setiap produk yang dihasilkan oleh
pertanian atau perkebunan dan peternakan.
3. Industri, adalah usaha yang dapat dirinci dalam bentuk berbagai jenis komoditi
yang dihasilkan dan besar kecilnya industri yang diusahakan.
4. Perdagangan, Usaha perdagangan dapat dirinci menurut besar kecilnya usaha dan
berbagai komoditi yang diperdagangkannya.
5. Jasa, usaha nyang dijalankan dengan menjual jasa pelayanan, usaha ini juga dapat
dirinci menurut besar dan kecilnya jasa yang dilibatkan.
Keempat jenis usaha ini dapat dirinci sedemikian rupa baik menurut lembaga yang
mengusahakan, bentuk badan hukum, besarnya usaha, komoditi yang diusahakan, maka
akan muncul jenis usaha yang luar biasa banyaknya.

1. Usaha Wirausaha Baru


Perguruan tinggu dapat melibatkan mahasiswa membuat sebuah embrio usaha
dengan menggunakan fasilitas laboratorium yang ada. Mahasiswa yang dilibatkan
dapat terjun langsung kedunia usaha. Mahasiswa yang dilibatkan harus melakukan
magang pada beberapa unit usaha. Setelah magang selesai, mereka berkelompok
membuka usaha baru. Modal awal dan peralatan disediakan oleh laboratorium.
Kemudian mereka membuka usaha yang dapat dikembangkan dengan mengunakan

Prinsip Kewirausahaan 77
perlatan yang ada dilaboratorium. Kegiatan usaha yang mereka kembangkan antara
lain: software house, rental kom-puter, service komputer, dan sebagainya.Pilihan usaha
yang akan dikembangkan ini tergantung kepada minat, pengetahuan, dan fasilitas
laboratorium yang ada pada masing-masing kelompok. Pilihan mereka tampaknya
mencakup dua bidang bisnis utama yaitu produksi dan perdagangan. Jadi, kalau dikaji
lebih lanjut, bagi orang-orang kreatif banyak terbuka lapangan untuk berwirausaha.
Sebelum sampai ke penetapan pilihan usaha apa yang akan dibuka maka calon
usahawan, harus melakukan survey, observasi lapangan, dan banyak bertanya
bagaimana seluk-beluk usaha bisnis dalam bidang tertentu. Perlu diingat bahwa di
dalam masyarakat, kita akan menemukan orang-orang yang berperilaku negatif, tidak
sebaik yang kita duga, atau tidak sama baiknya dengan kita. Bolehlah kita berasumsi
bahwa tidak semua orang itu baik. Asumsi ini akan membuat kita lebih waspada
terjun ke lapangan bisnis. Akan tetapi, jangan kehati-hatian ini membuat kita takut, ragu,
dan batal membuka bisnis.
Berikut ini akan diberikan beberapa cuplikan Kiat Usaha dan Profil Usaha karya
Wachyu Suparyanto, SE, MM yang telah dicetak dan laris dalam bentuk buku
saku. Buku kecil ini enak dibaca, tidak memakan waktu lama kita akan memperoleh
banyak ilmu baik teori maupun praktek. Cara Cepat Kaya. Disini diuraikan
langkah-langkah mantap yang harus dilakukan oleh seseorang agar bisa menjadi
orang kaya. Tentu kekayaan ini harus diperoleh dengan cara halal dan baik.
Adalah kecil sekali kemungkinan orang bisa cepat kaya secara halal, biasanya
usaha tersebut harus ditekuni, sabar, berdoa dan kerja keras. Memperoleh kekayaan
adalah salah satu alasan orang berwirausaha disamping sekian banyak alasan lainnya.
Tidak ada larangan bagi seseorang untuk menjadi kaya, asal kekayaan itu
diperoleh dengan cara halal, dan digunakan sesuai dengan ajaran agama. Kita harus
berupaya seoptimal mungkin walaupun pada akhirnya Allah jualah yang akan
menentukan. Proses dan karakteristik orang yang berpotensi menjadi kaya adalah
sebagai berikut:

Prinsip Kewirausahaan 78
Gambar 5.2 Karakteristik menjadi kaya

Mengenai ide merupakan hal yang sangat penting dalam mencari peluang usaha yang akan
dijalani, untuk mewujukkan ide ini diperlukan kemampuan yang baik. Kemampuan yang
harus dipunyai mencakup administrasi dan manajemen, setelah semua kita miliki maka
usaha yang dirintis yang tergantung dengan relasi yang kita punyai. Peluang usaha
misalnya adanya kebutuhan masyarakat sekitar yang belum terpenuhi oleh perusahaan
lain, atau kita memiliki aset yang strategis untuk dijadikan usaha. Selanjutnya diikuti
dengan usaha kerja keras, manajemen yang baik, jangan salah urus, tekuni selalu, kontrol,
tidak boros, berhemat dan menabung untuk peningkatan permodalan masa selanjutnya.
Banyak usaha yang memberi peluang untuk dikelola oleh orang-orang yang kreatif dan
pertimbangan yang harus digunakan, sangat tergantung pada minat latar belakang anda,
minat, modal yang tersedia, tempat, lokasi, peluang dsb. Sebelum membuka suatu usaha
sebaiknya hal itu didiskusikan bersama orang yang kita yakini dapat memberi
pertimbangan, baik yang pro ataupun yang kontra, agar kita dapat mengambil keputusan
secara tepat dan berhasil. Accountability, bertanggungjawab dalam segala perbuatan
terutama dalam mengambil keputusan. (diringkas dari Zimmerer 1996). Untuk menjaga
terlaksananya etika ini, maka didalam perusahaan dapat dilakukan menyusun "credo"
perusahaan. Zimmerer menyatakan: A company credo defines the values underlying the
entire company and its ethical responsibilities to its stakeholders. It offers general
guidance in ethical issues. Kemudian dikembangkan kode etika didalam perusahaan
secara tertulis, tidak terlalu rinci tapi cukup memuat hal-hal yang minimum saja seperti

Prinsip Kewirausahaan 79
menyangkut tata sopan santun, keselamatan kerja, kesehatan, konflik, kemananan,
kerahasiaan, kegiatan politik dalam perusahaan, melestarikan lingkungan dsb.

Budaya Perushaaan
Untuk menanamkan kebiasaan baik pada karyawan, maka perlu dikembangkan
budaya perusahaan dalam sebuah organisasi. Apa yang dimaksudkan dengan Budaya
Perusahaan:
1. Company culture is the system of shared values and beliefs employment have
about the standards and criteria used in the firm to judge achieve ment, individual
contribution, and expertise (W. F. Schoell, 1196: 289)
2. Organization culture refers to a system of shared meaning held by mem bers that
distinguishes the organization from other organizations (Robbins, 1996: 206)
3. Corporate culture define as the shared experiences, stories, beliefs and norms
that characterize an organization (Kotler, 1997: 67)
Budaya Perusahaan ialah karakteristik suatu organisasi perusahaan yang mencakup
pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang dianut oleh seluruh
jajaran perusahaan. Misalnya pada sebuah perusahaan dapat kita lihat, bagaimana
karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu, pengaturan kantor, dsb.

Jika pada sebuah perusahaan ada kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, ini harus cepat
diubah. Kemampuan mengubah budaya perusahaan merupakan kunci keberhasilan
menyusun dan melaksanakan strategi perusahaan untuk masa depan. Dalam hal ini
contoh suritauladan dari unsur pimpinan akan ditiru langsung oleh karyawan. Jadi faktor
pimpinan sangat berpengaruh terhadap pembentukan budaya perusahaan. Budaya
perusahaan ini dapat membuat karyawan gairah, termotivasi, disiplin, suka, memiliki
moral tinggi atau malahan sebaliknya tidak bergairah, tidak disiplin, santai, malas, selalu
mengharap imbalan, dsb
Perbedaan latar belakang budaya dari setiap orang dari berbagai etnis, akan membuat
perbedaan pula dalam cara mereka bertindak. Adakalanya budaya perusahaan merupakan
suatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat berpengaruh terhadap pikiran, perasaan
dan tindakan seseorang dalam bekerja. Oleh sebab itu pengembangan budaya
perusahaan harus dilakukan, karena sangat bermanfaat untuk: meningkatkan sense of

Prinsip Kewirausahaan 80
identity, sense of belonging, komitmen bersama, stabilitas internal perusahaan,
pengendalian sifat-sifat yang kurang baik, dan akhirnya akan menjadi pembeda satu
perusahaan dengan perusahaan lain, dan akhirnya akan menimbulkan citra tersendiri bagi
kemajuan perusahaan.

2. Macam-Macam Perdagangan
a. Perdagangan Besar
Adalah segala aktivitas marketing yang menggerakkan barang-barang dari
produsen ke pedagang eceran atau ke lembaga-lembaga marketing lainnya. Jika
kita lihat dari proses marketing yang meliputi konsentrasi, dan distribusi, maka proses
pengumpulan dan pengembangan (konsentrasi dan equasi dilakukan oleh
perdagangan besar ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 5.3 Proses distribusi pada pedagang besar

Untuk meneliti apakah kegiatan distribusi itu merupakan kegiatan perdagangan


besar atau bukan, ada 3 macam sifat yang bisa diperhatikan:
1. Motif pembelian memiliki tujuan bahwa barang bukan untuk dikonsumsi, tetapi
untuk dijual kembali dengan memperoleh keuntungan.
2. Jumlah pembelian, meliputi commercial consumers, industrial consumers, dan
governmental consumers.
3. Cara-cara usaha dari perusahaan tersebut. Mengenai cara berusaha ada beberapa
kriteria, yaitu:
a. Perdagangan besar mempunyai usaha yang diskriminatif, hanya melayani
pedagang eceran, tidak melayani semua konsumen.

Prinsip Kewirausahaan 81
b. Transaksi perdagangan besar adalah besar, dalam arti lebih besar dari kebutuhan
sehari-hari.
c. Harga-harga dapat berubah sesuai situasi. bukan one price policy seperti pada
pedagang, tetapi dapat diadakan korting, kredit, cara- cara pengiriman, dan
sebagainya.

Pedagang besar memegang peranan yang sangat pengting, sehingga fungsi pedagang besar
adalah:
1. Pengumpulan dan penyebaran (assembling and distributing).
2. Pembelian dan penjualan (buyers and selling).
3. Pemilihan barang (selection of goods).
4. Pemberian kredit (financing).
5. Penyimpanan (storage).
6. Pengangkutan (transportation).

b. Perdagangan Eceran
Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran adalah sangat penting dalam
proses penyaluran barang dan jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit
produsen menyalurkan barangnya, walaupun beberapa produsen dapat langsung
menyalurkan barang kepada konsumen atau ke pengecer, tapi kegiatan tersebut tidak
dapat diandalkan dan tidak efisien. Apa yang diartikan dengan perdagangan eceran atau
retailing adalah; Retailing may be defined as the activities incident to selling goods and
ser- vices to ultimate consumers. Retailing is the final link in the chain of distribution of
most products from initial producers to ultimate consumers. Artinya: Perdagangan eceran
bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan men- jual barang dan jasa kepada konsumen
akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari
produsen sampai kepada konsumen.
Sedangkan pedagang eceran adalah orang-orang atau toko yang kerja utamanya
mengecerkan barang. Dalam hal ini harus diingat kata UTAMA di atas. Sebab dalam
praktik bisa terjadi seorang pabrikan atau petani produsen menjual langsung barangnya
pada konsumen akhir, ini bukan retailer. Juga ada retailer yang menjual barang untuk
restoran (restoran bukan konsumen akhir), ini juga bukan pekerjaan retailing. Jadi yang
penting di sini ialah pekerjaan utama retailing ialah menjual barang pada konsumen akhir.

Prinsip Kewirausahaan 82
Perdagangan eceran ini sangat penting artinya bagi produsen, karena melalui
pengecer produsen dapat memperoleh informasi berharga tentang barangnya. Produsen
dapat menginterview pengecer, bagaimana komentar konsumen, mengenai bentuk, rasa,
daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya. Juga dapat diketahui
mengenai kekuatan saingan. Produsen dan pengecer dapat memupuk kerjasama yang
saling meng- untungkan. Produsen memasang iklan, memberi bonus, mengadakan undian,
memberi hadiah, semuanya dapat dilakukan melalui toko-toko pengecer. Toko-toko
pengecer dapat pula dipakai sebagai tempat memasang spanduk, selebaran promosi dan
produsen. Memang produsen biasanya mem - pergunakan saluran distribusi melalui
grosir, tapi informasi yang diperoleh melalui grosir, kurang komplit. Oleh karena itu,
bagian penjualan dari produsen lebih senang menjual dan berhadapan langsung
dengan toko pengecer agar mendapat informasi dari tangan pertama.
Perdagangan eceran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Perdagangan eceran besar.
2. Perdagangan eceran kecil terdiri dari;
a. Eceran kecil berpangkalan.
b. Eceran kecil tidak berpangkalan.

Jika kita gambarkan pembagian perdagangan eceran tersebut dalam bentuk skematis
adalah sebagai berikut:

Gambar 5.4 Macam-macam Pedangang Eceran

Prinsip Kewirausahaan 83
Ukuran yang dipakai untuk klasifikasi ini ialah ownership pemilikan dan jumlah pegawai.
Perdagangan eceran kecil biasanya mempunyai 2 atau 3 pegawai/pelayan. Pelayan itu
kadang-kadang adalah anggota keluarga sendiri, ataupun orang lain yang digaji. Yang
mengendalikan keuangan, pembelian barang biasanya di pegang langsung oleh pemilik
atau keluarga lain yang digaji. Yang mengendalikan keuangan, pembelian barang
biasanya di pegang langsung oleh pemilik atau keluarga lain yang dipercaya, masih
jarang dijumpai sistem manager bergaji penuh diserahi mengurus kegiatan
perdagangan eceran ini. Perdagangan eceran kecil berpangkalan, ialah yang mempunyai
tempat yang tetap, seperti toko kecil, kios, dan warung. Sedang yang tidak
berpangkalan adalah pedagang eceran yang tak mempunyai tempat usaha. Kelompok ini
dapat dibagi atas yang memakai alat seperti tukang bakso, tukang sepatu, tukang rujak,
dsb. dan ada pula yang tak pakai alat seperti tukang catut.
Kotler (2003:536) dalam Bob Foster membagi tipe-tipe pedagang eceran menjadi tiga
bagian besar yaitu:
1. Store Retailer (pedagang eceran bertoko)
a. Speciality storeAoko khusus
b. Department storeAoko serba ada
c. Supermarket/toko swalayan
d. Convenience storeAoko barang kebutuhan sehari-hari
e. Superstore, Combination Store, and Hypermarket (toko super, toko
gabungan, dan hypermarket)
f. Discount storeAoko pembeli potongan harga
g. Off price retailerAoko gudang
h. Catalog showroom/ruung pamer katalog
2. Non Store Retailer (pedagang eceran bukan toko)
a. Direct selling (penjualan langsung)
b. Direct marketing (pemasaran langsung)
a. Automatic vending machine (mesin penjaja otomatis)
c. Buying service (pelayanan pembeli)
3. Retailer Organization (organisasi pedagang eceran)
a. Corporate chain (mata rantai perusahaan)
b. Voluntary chain and retail cooperative (rantai suka rela dan koperasi
pedagang eceran)

Prinsip Kewirausahaan 84
c. Customer cooperative (koperasi konsumen)
d. Franchise organization (organisasi hak guna paten/franchise)
e. Merchandising conglomerate (konglomerat dagang)
Kita sudah banyak mengenal tipe ritel, speciality store (toko khusus), seperti toko olahraga,
toko perabot, pakaian, toko buku dsb. department store, supermarket, convenience store,
menjual kebutuhan sehari-hari (toko P & D) biasanya berada dekat wilayah pemukiman.

c. Keuntungan dan Kelemahan Perdagangan Eceran


Beberapa keuntungan dari perdagangan eceran kecil adalah:
1. Modal yang diperlukan adalah kecil dan rentabilitasnya besar.
2. Pedagang-pedagang eceran kecil menganggap bahwa pendapatnya dari usaha itu
merupakan pendapatan tambahan atau kadang-kadang hanya iseng atau mengisi
waktu lowong terutama pada daerah musiman.
3. Tempat kedudukan pedagang-pedagang eceran kecil biasanya paling strategis.
Mereka selalu mendekatkan the center of consumers (pusat-pusat konsumen).
4. Hubungan antara pedagang eceran kecil dan konsumen adalah kuat misalnya kita
lihat pembeli-pembeli pada warung-warung kopi mengadakan obrolan yang intim
sekali dengan pemiliknya.
Faktor-faktor kelemahan
Kelemahan yang terdapat pada perdagangan eceran kecil ini ialah: keahlian
kurang administrasi dalam arti pembukuan tidak diperhatikan, sehingga kadang-
kadang habis dimakan. Pedagang kecil tidak mampu mengadakan sales promotion.

d. Faktor-faktor yang mendorong majunya toko eceran


Banyak sekali faktor yang mendorong toko-toko eceran ke arah kemajuan, antara
lain:
1. Lokasi/tempat toko eceran
Tempat yang strategis dari toko eceran ini sangat besar pengaruhnya kepada kemajuan
kelancaran penjualan barang pada toko tersebut. Apabila toko- toko itu terletak pada
tempat yang terpencil harganya akan lebih mahal dibandingkan dengan toko-toko yang
letaknya di daerah ramai, karena toko eceran yang letaknya pada pusat keramaian kota
akan lebih banyak dikunjungi oleh para konsumen. Toko ini akan memiliki volume
penjualan lebih tinggi dibandingkan dengan toko-toko eceran yang letaknya jauh

Prinsip Kewirausahaan 85
dari pusat keramaian kota besar. Pemilihan lokasi ini sangat penting karena akan
mempengaruhi tingkat profitabilitas dan kontinuitas usaha dalam jangka panjang.
Menurut Kotler (2004) dalam Bob Foster, Retailing are accustomed to saying that the
three keys to success are location, location and location. Jadi tiga kunci sukses
bagi toko eceran adalah lokasi, lokasi dan lokasi. Hal ini menyiratkan betapa
pentingnya keputusan mengenai lokasi bagi usaha eceran. Lokasi juga akan
mempengaruhi citra toko atau kepribadian toko dan kekuatan daya tank yang dibuat
oleh toko terhadap pelanggannya. Jika daya tank lainnya sama diantara beberapa toko,
maka konsumen pasti akan memilih toko terdekat dengan tempat tinggalnya, karena
akan memberi kenyamanan, hemat waktu dan tenaga, lebih kecil pengorbanan
konsumen dilihat dari segi: money, energy, dan fisik. Walaupun dalam jangka
panjang, lokasi dipengaruhi oleh perkembangan pembangunan, para
wirausahawan hams jeli mempertimbangkan lokasi pada saat akan mendirikan
perusahaan.
2. Kelengkapan Barang
Lengkapnya barang pada toko-toko eceran akan sangat menarik bagi konsumen.
Lengkap di sini diartikan barang-barangnya komplit sesuai dengan jenis barang yang
diperdagangkan. Jika barang tidak lengkap, maka konsumen akan mencarinya ke toko
lain. Pada hati konsumen akan timbul anggapan bahwa toko tidak lengkap, akhirnya
konsumen pindah menjadi langganan toko lain tersebut. Ragam produk yang akan
dijual harus disesuaikan dengan pasar sasaran, siapa konsumen kita, Disamping
ragam barang, faktor lain yang harus dipertimbangkan ialah jumlah barang yang
disediakan, kualitas, model dsb. Sesuai dengan position toko eceran, mungkin perlu
diperhatikan, barang bermerek nasional, barang impor, saat penjualan istimewa,
menyediakan stok lebih banyak pada hari-hari besar, hari lebaran, dsb. Ada lima
prinsip yang perlu dipertimbangkan mengenai barang yang harus disediakan yaitu
a. the right merchandise
b. in the right place
c. at the right time
d. at the right price
e. in the right quantities

Prinsip Kewirausahaan 86
Jadi barang dagangan siap tersedia ditoko, pada saat yang tepat, jumlah yang tepat,
harga yang tepat, semuanya harus direncanakan secara tepat. Misalnya masyarakat
akan menghadapi hari raya lebaran, atau akan menghadapi tahun ajaran baru sekolah.
Para pengusaha yang bergerak dalam komoditi yang terkait dengan suasana hari-hari
tersebut harus segera mengatur persediaan barang, sediakan stok yang cukup dengan
membeli lebihbanyak dari hari-hari biasa, mutu harus sesuai, dan tepat pada waktunya
bisnis akan berjalan lancar, dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara
memuaskan.

3. Ketepatan Harga
Harga yang tepat sangat penting demi kemajuan toko eceran yang berada di kota
besar. Toko eceran yang menetapkan harga jual yang cukup murah, atau harga pasti,
harus selalu mencari informasi supaya harga yang ditetapkan jangan terlalu tinggi
dari pada harga saingan, dan ini harus benar- benar diperhatikan oleh toko eceran
tersebut, terutama untuk barang- barang yang sangat terkenal. Bahkan ada toko-toko
eceran yang menetapkan harga untuk barang-barang yang dikenal umum di bawah
harga pasar. Strategi toko eceran menetapkan kebijaksanaan harga antara lain adalah
untuk menarik langganan, tokonya terkenal sebagai toko murah, sehingga tokonya
mendapat tempat dihati konsumen, sehingga citra toko makin meningkat, dapat
mengatasi saingan serta volume penjualan makin naik.
4. Suasana toko (Store Atmosphere)
Atmosfir toko ini merupakan perasaan/ kejiwaan pada seseorang pada saat memasuki
toko. Calon konsumen sudah mempunyai bayangan tentang sutu toko sebelum ia masuk
mencari barang dan mengetahui harganya, ia akan betah dalam toko atau cepat keluar
lagi. Dalam bahasa kita atmosfir adalah suasana toko yang meliputi berbagai
tampilan interior, eksterior, tata letak, lalu lintas internal toko, kenyamanan,
udara, bau, layanan, musik, seragam pramuniaga, pajangan/ dis- play barang dsb. yang
menimbulkan daya tarik bagi konsumen dan membuatnya betah, serta
membangkitkan keinginan untuk membeli. Suasana toko dan lingkungan sekitar sangat
besar pengaruhnya dalam persepsi konsumen. Oleh sebab itu jangan lalai
memperhatikan dekorasi dan keteraturan bagian depan toko. Bagian depan inilah
yang menjadi pusat perhatian pertama dari konsumen. Kemudian bagian dalam toko

Prinsip Kewirausahaan 87
berupa, lay- out, displays, wall and floor colors, lighting, scents, music and the kind of
sales personnel also contribute to store image (Berman and Revans, 1998).
Beberapa hal penting dari berbagai aspek tersebut adalah:
a. Eksterior
b. Interior
c. Layout
d. Karyawan

3. Pedagang Kaki Lima


Pedagang kaki lima sangat populer di negara kita. Kepopuleran pedagang kaki
lima ini mungkin dalam arti yang positif dan mungkin juga dalam arti negatif.
Positifnya, perdagangan kaki lima, secara pasti dapat menyerap lapangan
pekerjaan, dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini mencoba berkreasi,
berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Yang penting mereka
adalah orang-orang berani menempuh kehidupan dan mencoba untuk merubah
nasibnya, berjuang memenuhi tuntutan hidup, jika tidak demikian mereka berarti
mati. Menteri Tenaga Kerja, beserta ketua Kadin Pusat, telah mencanangkan, agar
kehidupan pedagang kaki lima, dibina, diatur, jangan dikejar-kejar, jangan
dimatikan, digusur karena mereka sudah turut menyumbangkan andil dalam
membangun lapangan kerja. Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah
mendapat barang, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli sekedar
oleh-oleh buat anak-anaknya. Harga dan merek yang ditawarkan, biasanya mula-
mula tinggi, tapi akhirnya dapat ditawar serendah mungkin. Dengan cara demikian
baik pembeli maupun penjual merasa mendapat keuntungan.

Pengertian Pedagang Kaki Lima


Menurut pengamatan dari Fakultas Hukum Unpar dalam penelitiannya
yang berjudul "Masalah Pedagang Kaki Lima di Kota Bandung dan penertibannya
melalui operasi TIBUM 1980", menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pedagang
kaki lima ialah orang (pedagang) golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang
kebutuhan sehari hari, makanan atau jasa dengan modal yang relatif kecil, modal
sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di tempat terlarang ataupun tidak. Istilah
kaki lima diambil dari pengertian tempat di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (1 feet).

Prinsip Kewirausahaan 88
Tempat ini umumnya terletak ditrotoir, depan toko dan tepi jalan. Ada yang menyatakan
bahwa istilah pedagang kaki lima berasal orang yang berdagang yang menggelarkan
barang dagangannya, mereka menyediakan tempat darurat, seperti bangku-bangku
yang biasanya ya berkaki empat, ditambah dengan sepasang kaki pedagangnya
sehingga berjumlah lima, maka timbullah julukan pedagang kaki lima. Terlepas asal
usul nama kaki lima tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima ialah
setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan
yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat
atau pusat-pusat konsumen, tidak memiliki izin usaha.

Adapun ciri-ciri pedagang kaki lima ialah:


1. Kegiatan usaha, tidak terorganisir secara baik.
2. Tidak memiliki surat izin usaha.
3. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun
jam kerja.
4. Bergerombol di trotoir, atau di tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat di mana
banyak orang ramai.
5. Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari
mendekati konsumen. .

Masalah pedagang kaki lima ini sudah diseminarkan di negara lain yang diprakarsai oleh
International Development, mengenai hawkers and vendors = pedagang kaki lima (hawkers
= penjaja, vendors = penjual keliling), seperti diadakan di Malaysia, Philipna, Singapura
dan Indonesia (Jakarta, Bandung). PKL memiliki karakteristik pribadi wirausaha, antara
lain mampu mencari dan menangkap peluang usaha, memiliki keuletan, percaya diri, dan
kreatif, serta inovatif PKL mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan
sebagai berikut:
a. PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat
dihapuskan.
b. PKL dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik.
c. PKL menyimpan potensi pariwisata.
d. PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didisain dengan baik.

Prinsip Kewirausahaan 89
4. Franchising (Waralaba)
Akhir-akhir ini berkembang usaha dalam bidang franchising. Usaha ini dipelopori
oleh pengusaha-pengusaha Amerika yang memberi hak kepada partnernya
misalnya di Indonesia untuk menjual atau mendistribusikan produk-produk Amerika
di pasaran Indonesia. Yang paling terkenal adalah produk-produk fast food seperti Me
Donald, Kentucky dan sebagainya. Hisrich-Peters (1995:513) memberikan definisi:
Franchising may be defined as "an arrangement where by the manufacturer or sole
distributor of a trade marked product or service gives exclusive rights of local
distribution to independent retailers in return for their payment of royalties and
conformance to standardized operating procedures. (Artinya: Franchising didefinisikan
sebagai pelimpahan dari pabrikan atau distributor suatu produk atau jasa yang diberikan
kepada agen-agen lokal atau pengecer dengan membayar sejumlah royalti).
Definisi lain diberikan oleh Bygrave (1994:353): Robert T. Justis, Professor of
Franchising at the University of Nebraska, defines franchising in general as a business
opportunity by which the owner, producer, or distributor (franchisor) of a service or
trade marked product grants exclusive rights to an individual (franchisee) for the local
distribution of the product or service, and in return receives a payment or royalty and
conformance to quality standards. (Artinya: franchising merupakan sebuah peluang
bisnis di mana pemilik, produsen atau distributor sebagai franchisor dari barang dan jasa
atau merek tertentu memberi hak kepada individu atau franchising untuk menjadi agen
lokal dari barang dan jasa dan sebagai imbalannya menerima pembayaran atau royalti
yang telah ditetapkan). Orang yang memberikan franchising disebut franchisor
sedangkan orang yang menerima franchising disebut franchisee setelah adanya perjanjian
perlimpahan franchising ini maka terbuka peluang bagi franchisee untuk niemasuki
bisnis baru dan mempunyai kesempatan untuk sukses. Untuk pelaksanaan franchising
dibuat semacam kontrak antara franchisor dan franchisee. Format kontrak ini mencakup
rencana pemasaran prosedur aliran-aliran dokumen, pelaksanaan bantuan dan
usaha pengembangan bisnis. Kontrak franchising ini disebut pula license agreement atau
franchise contract. Merek dagang merupakan aset yang paling berharga bagi franchisor
oleh sebab itu faktor-faktor bentuk bangunan dan disain yang spesifik, disain perabot dan
perlengkapan serta formula dan resep-resep makanan yang dirahasiakan merupakan
bagian terpenting tetap menjadi milik franchisor. Aset tersebut hak paten bagi
franchisor.

Prinsip Kewirausahaan 90
Apa Saja yang Dapat Dijadikan Franchising. Produk-produk yang dapat dijadikan
franchising adalah:
1. Barang atau jasa yang telah mempunyai pasaran luas dan citra unggul.
2. Formula paten atau desain tertentu.
3. Nama dagang atau merek dagang.
4. Konsultan manajemen keuangan atau pengawasan.
5. Promosi advertising dan pembelian.
6. Kantor pusat pelayanan

Keuntungan Franchising
Keuntungan yang jelas bagi franchising adalah resiko yang ditanggungj tidak
sebesar memulai usaha baru dari awal. Keuntungannya antara Iain:
1. Produk yang ditawarkan telah memasuki pasaran yang luas dan diterimaf oleh
umum.
2. Franchising tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk memperkenalkaflj
kredibilitas perusahaan induknya.
3. Keahlian manajemen karena pengalaman sudah lama dari franchisor dia dapat
memberikan bantuan manajemen kepada franchisee. Dapat| diberikan pelatihan-
pelatihan dalam bidang akunting, manajeme personalia, marketing dan produksi.
4. Kelengkapan modal ini mencakup fasilitas perlengkapan, tata letak kontrol
persediaan dan sebagainya.
Pengetahuan tentang pasar. Karena pengetahuan tentang pasar sudah begitu
tinggi maka dengan mudah dilakukan perencanaan secara detil untuk menghadapi
pasar lokal. Hal ini sangat penting karena pasar regional atau pasar lokal ada
kesamaan dan juga ada perbedaan. Masalah persaingan, media promosi, selera masyarakat
perlu diperhatikan. Untuk mengatasi hal ini maka franchisor dapat memberikan nasihat
dan bantuan untuk memecahkan segala masalah yang dijumpai. Sebagai kesimpulan dari
uraian di atas ialah umumnya waralaba dibedakan menurut tiga karakteristik:
1. Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau jasa dan memberi lisensi kepada
pewaralaba dengan imbalan royalti.
2. Pewaralaba diharuskan membayar kewajiban untuk menjadi bagian sistem
tersebut. Kewajiban ini merupakan sebagian kecil modal awal yang harus
dikeluarkan pewaralaba.

Prinsip Kewirausahaan 91
3. Pemberi waralaba (franchisor) menyediakan suatu sistem pemasaran dan sistem
operasi untuk menjalankan kegiatan bisnis. Misalnya Me Donald mengharuskan
pewaralabanya mengikuti "Universitas Hamburger" di Illinois selama tiga
minggu untuk belajar bagaimana cara mengelola bisnis dan menerima instruksi
prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan bisnis.

D. Tugas
Diskusikan dengan teman-teman anda, coba identifikasi beberapa karakter kewirausahaan
yang sebaiknya dimiliki oleh para guru, kepala sekolah/madrasah, pengawas/penilik, dan
pemimpin pendidikan pada tingkat kandep, kanwil, dan depag!

E. Rangkuman
1) Obsborne & Gaebler, menawarkan sepuluh prinsip pokok penataan ulang birokrasi,
yaitu: (1) Dominasi pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus segera
diakhiri atau setidaknya dikurangi untuk selanjutnya secara bertahap deserahkan kepada
sektor non-publik- masyarakat; (2) Memberikan sepenuhnya masyarakat otoritas serta
kepercayaan untuk mau melayani dan menolong dirinya sendiri – to help for self helf,
bukan sebaliknya melulu diladeni atau dilayani apalagi dicekoki; (3) Birokrasi harus
segera dibersihkan dari praktek dan intervensi banyak kepentingan partai politik penguasa.
Juga bentuk dan praktek monopoli yang sering dianggap sah harus segera diakhiri, kecuali
benar-benar dimaksudkan untuk melindungi hajat hidup rakyat banyak atau semata
keberpihakan terhadap mereka yang tak berdaya; (4) Rumusan kebijakan, tujuan dan
sasaran yang jelas, dengan memberikan kesempatan kepada setiap elemen pemberi
pelayanan untuk merumuskan sendiri langkah dan aturan tehnis pelaksanaannya; (5)
Pemerintahan yang berorientasi kepada hasil, bukan input atau masukan. Intinya, jadikan
kinerja, bukan semata input atau proses sebagai tolok ukur penilaian dan pendanaan
setiap program; (6) Pemerintahan yang berorientasi pelanggan; memenuhi
kebutuhan pelanggan (baca rakyat), bukan birokrat, dengan mendengarkan suara
dan aspirasi rakyat, termasuk keluhan dan kritik pedas mereka sekalipun; (7)
Pemerintah wirausaha, menghasilkan ketimbang membelanjakan. Birokrasi harus
dijalankan dalam perspektif "investasi", dan investasi tidak dimaknai secara sempit
sebagai cara mendatangkan uang, melainkan berarti “menyimpan". (8) Pemerintah
antisipatif, melalui upaya pencegahan daripada mengobati; (9) Membangun

Prinsip Kewirausahaan 92
pemerintahan desentralisasi, dengan memberikan wewenang untuk mengambil keputusan
kepada lebih banyak orang yang memungkinkan lebih banyak keputusan dibuat pada
tingkat lini terdepan pemberi pelayanan; (10) Pemerintahan berorientasi pasar dengan
mendongkrak perubahan melalui pasar. Birokrasi harus diubah dari pendekatan program
menuju pendekatan pasar, dari pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif.
2) Sepuluh prinsip good governance bagi pimpinan pemerintahan, yaitu: (1) partisipatif
(Participation); (2) penegakan hukum (law enforcement); (3) keterbukaan
(transparency); (4) responsif (responsiveness); (5) kesetaraan (equity); (6) visi yang
strategis (strategic vision); (7) efektif dan efisien (effectiveness and efficiency; (8)
profesionalisme (profesionalism), (9) akuntabilitas (accountability), dan (10) pengawasan
(supervision).
3) Pengembangan modal manusia bertujuan menciptakan budaya kewirausahaan
melalui pelatihan siswa dari berbagai disiplin dan pada tingkatan pendidikan yang berbeda
termasuk pekerja dan masyarakat/orang-orang bisnis.
4) Jenis wirausaha di dalam perusahaan disebut “intrapreneur” yang merupakan
kependekan “intra corporate entrepreneur”. Salah satu bidang kewirausahaan baru
yang juga menarik untuk dikembangkan adalah wirausaha pendidikan (edupreneur).
5) Tugas wirausahawan pendidikan ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan
dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau
kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah
dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan
seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan.
6) Tinggkah laku dan sikap kewirausahaan yang istimewa adalah keberaniannya
untuk mengubah dan menghadirkan hal yang baru, dengan mengambil risiko yang telah
diperhitungkan. Tembok yang harus diruntuhkan oleh wirausaha pendidikan dengan
mengadakan inovasi tidak sama tingginya, melalui kreativitas menciptakan sistem
keseimbangan baru.

Prinsip Kewirausahaan 93
F. Tes Formatif
1) Tantangan-tantangan berat yang harus dihadapi para pemimpin pendidikan
dalam pembangunan pendidikan di daerah khususnya, berkenaan dengan beberapa aspek.
Coba saudara sebutkan aspek-aspek tersebut!
2) Pembangunan pendidikan di Indonesia dihadapkan pada permasalahan efisiensi
manajemen. Coba saudara jelaskan!
3) Amanat Kerangka Aksi Dakkar (KAD) tentang „Pendidikan Untuk Semua‟ (PUS).
Coba Saudara sebutkan dan jelaskan upaya-upaya yang harus dilakukan bangsa-bangsa
di dunia!
4) Coba saudara jelaskan, bagaimana gambaran masyarakat yang dicita- citakan oleh
Pemerintah mulai dari masyarakat peramu sampai pada akhirnya menjadi masyarakat
pengetahuan!
5) Merujuk pada makna dasar dan dimensi yang hakiki kehidupan masyarakat,
muncul kondisi masyarakat yang harus serba siap dalam menghadapi segala tantangan
kehidupan di masa depan. Coba saudara sebutkan dan jelaskan indikator dari Masyarakat
yang serba siap!

Kunci Jawaban
1) Beberapa aspek berkenaan dengan tantangan-tantangan yang harus dihadapi para
pemimpin pendidikan dalam pembangunan pendidikan di daerah khususnya, yaitu: (1)
peningkatan mutu pendidikan, (2) pemerataan pendidikan, (3) efisiensi manajemen, (4)
peranserta masyarakat, dan (5) akuntabilitas.
2) Efisiensi manajemen, berkenaan dengan keterbatasan sumber pendanaan dalam
pelaksanaan pendidikan. Dengan pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi pengelolaan (technical efficiency) maupun efisiensi dalam
anggaran (economic afficiency).
3) Upaya-upaya yang harus dilakukan bangsa-bangsa di dunia dalam menwujudkan
PUS, yaitu: (1) Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan
anak dini usia, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung; (2)
Menjamin bahwa menjelang Tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-
anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses
dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas baik; (3)

Prinsip Kewirausahaan 94
Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi
melalui akses yang adil pada program- program belajar dan kecakapan hidup (life skills)
yang sesuai; (4) Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa
menjelang Tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada
pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa; (5) Menghapus disparitas
gender dalam pendidikan dasar dan menengah menjelang Tahun 2005 dan mencapai
persamaan gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan
bagi perempuan atas akses penuh dalam pendidikan dengan kualitas yang baik; (6)
Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga
hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama
dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting
4) Analisis kondisi masyarakat yang dimulai dari kondisi apa masyarakat peramu sampai
pada akhirnya menjadi masyarakat pengetahuan, yaitu: Pada kondisi masyarakat peramu,
untuk kelangsungan hidupnya cukup hanya mengandalkan daya tahan fisik dan naluri.
Pada masyarakat pertanian tujuan hidupnya hanya untuk kebutuhan fisiologik dan cukup
dengan mengandalkan kemampuan dan energi fisik. Pada masyarakat industri, masih
berorientasi pada kebutuhan fisiologi dari orde yang sedikit lebih meningkat, dan
cukup hanya mengandalkan keterampilan dan kecekatan dalam bekerja. Pada masyarakat
pelayanan, orientasi kehidupan sudah mengarah pada kebutuhan hidup yang nyaman,
dan cukup hanya mengandalkan kemampuan bekerja secara cerdas. Dan pada masyarakat
golongan terakhir yaitu masyarakat berpengetahuan, orientasi hidupnya sudah berada pada
tingkatan yang lebih tinggi, yaitu kehidupan yang harus serba bermakna, dan tidak cukup
hanya mengandalkan berbagai kemampuan dan keterampilan pada masyarakat-masyarakat
sebelumnya, tetapi harus dibarengi dengan kemampuan bekerja sama dengan orang lain
secara cerdas.
5) Indikator-indikator masyarakat yang harus serba siap dalam menghadapi segala
tantangan kehidupan di masa depan adalah: (1) Besarnya rasa memiliki dari warga
masyarakat (termasuk kelembagaannya) terhadap program-program yang dirancang atau
diluncurkan oleh pemerintah, baik pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi,
maupun pemerintah pusat; (2) Kepercayaan diri yang mapan dari masyarakat
terhadap potensi, sumber daya dan kemampuan untuk membangun diri, masyarakat,
bangsa dan negaranya. (3) Besarnya kemandirian atau keswadayaan masyarakat baik
sebagai penggagas, pelaksana maupun pemanfaat hasil-hasil pembangunan.

Prinsip Kewirausahaan 95
Setiap soal bobotnya delapan (8). Jika jawaban anda benar, coba kalikan dengan bobot
soal. Anda dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya jika skor yang anda
peroleh lebih dari 30.

GLOSSARY

Globalisasi : Mendunia, kesejagatan


Peradaban : Struktur kehidupan masyarakat
Minoritas : Kelompok yang terpinggirkan/terkucilkan
Respek : Rasa hormat
Wahana : sarana untuk mencapai suatu tujuan
Akselerator : orang yang memberikan semangat
Stakeholder : Pihak ketiga yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
Variatif : Rupa-rupa/bermacam-macam Reorientasi : Peninjauan kembali
wawasan
Regulasi : Aturan-aturan
Akseleratif : Percepatan
Pencitraan public : Membangun tingkat kepercayaan di masyarakat
Parsial : Pola pandangan searah
Insedental : Sesuai dengan kebutuhan Merger : Penggabungan
Konsolidasi : Melakukan pertemuan untuk memperoleh kejelasan tujuan
Benchmark : Acuan
Forecasting : Peramalan
Selective information processing : Proses pemilihan informasi
Habit : Kebiasaan
Security : Keamanan
Fear of the unknown : Ketakutan dari ketidaktahuan

Prinsip Kewirausahaan 96
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2000. Kewirausahaan: Panduan Perkuliahan untuk Perguruan


Tinggi.Bandung: Alfabeta.
Andrew, Andy. 2004. The Traveler’s Gift: Tujuh Keputusan yang Membawa Anda
MenujuKeberhasilan Pribadi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Bird, Barbara. J. 1989. Intrepreneurial Behavior. Illinois: Scott. Foresman and Company.
Braiker, Harriet B. 2005. Life is Yours: Mematahkan Jerat-jerat Manipulatif dan
MeraihKembali Kendali Hidup Anda. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Daniels, Aubrey C. 2005. Maximum Performance: Sistem Motivasi Terbaik bagi


Kinerja Karyawan. Jakarta; Bhuana Ilmu Populer.

Drucker, Peter.F. 1986. Innovation and Etrepreneurship. London: Heinemann.


Edisi Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Froggatt, Wayne. 2004. Choose to be Happy: Panduan Membentuk Sikap Rasional


dan Realistik. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Hisrich, R.D. & Peters. M.P. 1992. Entrepreneurship. Starting. Developing. and
Managing A New Entreprise. New York. Richcard D. Irwin. Inc.

How, Lim. 2005. Seeds of Personal Victory: Meraih Kesuksesan dalam Bisnis
dan Kehidupan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Jay, Ros. 2005. Get What You Want at Work: Mengambil Langkah Cerdas
dalam Pengembangan Karier. Jakarta: Bhuana ilmu Populer.

Kao, John. J. 1991. The Entrepreneural Organization. New Jersey: Prentice


Hall Englewood Cliffs.

Kao, Raymond Russel M. Knight. 1987. Entrepreneurship and New Venture


Management. Ontario. Canada: Prentice-Hall Scarborough.

Kuratko and Hodgetts. 1989. Entrepreneurship A Contemporary Approach. New York :


The Driden Press.

Lessem, Ronnie. 1992. Intra Usaha Analisis Pribadi Pengusaha Sukses. .Jakarta:
Pustaka Binaman Prasendo.

Meredith, G.G. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Jakarta: Pustaka Binaman
Presindo. Merrill, Mike. 2005. Dare to Lead: Strategi Kreatif 50 Top CEO untuk
Meraih Kesuksesan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Obsborne, David and Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How
The Enterpreneurial Spirit is Transforming the Public Sector. Mass: Addison-
Wesley Publishing.

Prinsip Kewirausahaan 97
Osborne, David & Peter Plastrik. 2000. Memangkas Birokrasi: Lima Strategi
Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan Ramelan Abdul Rosyid. Jakarta:
PPM.

Percy, Ian. 2003. Going Deep: Menjelajahi Kedalaman Spiritualitas dalam Hidup
dan Kepemimpinan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Suparman Sumahamijaya. 1980. Membina Sikap Mental Wiraswasta. Jakarta: Gunung


Jati. Sumarto, Hetifah Sj. 2003. Inovasi. Partisipasi dan Good Governance: 20
Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.

Turner, Suzanne. 2005. Tools for Success: Acuan Konsep Manajemen bagi Manajer
dan Praktisi Lainnya. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Yoyon Bahtiar Irianto. 2006. Materi Perkuliahan Kewirausahaan dan


Pemasaran Pendidikan. Bandung: Lab Adpend FIP IKIP Bandung.

Zohar, Danah & Ian Marshal. 2006. Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di Dunia
Bisnis.Bandung: Mizan.

Prinsip Kewirausahaan 98

Anda mungkin juga menyukai