Anda di halaman 1dari 7

1.

PEMERIKSAAN COLOK DUBUR/

DRE (Digital Rectal Examination)

Pemeriksaan colok dubur merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada regio rectum untuk
membantu menegakkan diagnosis beberapa penyakit seperti kanker prostat, hemorrhoid, kanker
rekti, dan lain-lain. Pada pasien wanita untuk menegakkan diagnosis kanker uteri atau kanker
ovarium, pemeriksaan colok dubur seringkali dilakukan beriringan dengan pemeriksaan vagina.

Indikasi pemeriksaan colok dubur antara lain yaitu:

1. Rectal bleeding

2. Perubahan pola BAB

3. Perubahan pancaran urine

Pemeriksaan ini pada umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri, namun dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman. Pasien dapat merasa ingin BAB atau BAK sesaat setelah pemeriksaan ini dilakukan.

SKENARIO

Pasien pria Tn. E berusia 68 tahun datang karena benjolan di buah zakar sebelah kanan hilang timbul
sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri di buah zakar disangkal, nyeri perut disangkal. Riwayat buang air kecil
dengan pancaran lemah sejak 1 tahun yang lalu. Silakan melakukan prosedur pemeriksaan colok
dubur pada pasien Tn. E.

Waktu maksimal 10 menit.

Skor Ket
NO PROSEDUR KLINIS
0 1 2
1. Melakukan Penilaian

Melakukan penilaian terhadap indikasi dan kontraindikasi dari


pemeriksaan DRE (rectal touche) yang akan dilakukan kepada pasien
2. Alat yang dipersiapkan

a) Meja pemeriksaan

b) Penlight atau lampu periksa

c) Selimut

d) Jelly/lubrikan

e) Sarung tangan

f) Kertas tissue

g) Tempat sampah
3. Informed Consent

 Menjelaskan maksud dan tujuan dari pemeriksaan

 Minta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang akan


dilakukan

4. Cuci tangan
5. Memakai sarung tangan

6. Persiapan

 Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dalamnya

 Bantu pasien untuk berbaring di meja pemeriksaan dan


mengatur posisi yang tepat untuk dapat dilakukannya rectal
toucher (pasien miring ke kiri dengan lutut menyentuh dada)

 Tutupi pasien dengan selimut

 Gunakan senter atau lampu periksa untuk menerangi daerah


bokong

5. Inspeksi daerah perianal dan perineum


 Lihat apakah terdapat fistula perianal, skin tag, fissura anal,
tumor anus, atau hemorrhoid. Dinilai juga keadaan perineum
dan perianal, apakah meradang atau tidak.

 Skin excoriation: secondary to anal pruritis which can be caused


by haemorrhoids, faecal incontinence or constipation.

 Skin tags: minor projections of skin at the anal verge that are


usually benign. Perianal skin tags can, in some cases, be
associated with inflammatory bowel disease.

 External haemorrhoids: located below the dentate line and


innervated by somatic nerves. On examination, they typically
appear as a lump located just inside or outside the anal verge.

 Anal fissure: a tear in the tissue of the anal canal, typically


located posteriorly in the midline. Anal fissures most commonly
develop secondary to constipation and are very painful (often
making rectal examination impossible).

 External bleeding: may be caused by external haemorrhoids,


anal cancer or brisk gastrointestinal bleeding.

 Anal fistula: a chronic abnormal communication between the


internal anal canal and the perianal skin. Fistulae may discharge
pus and have surrounding inflammation. Causes of anal fistulae
include perianal Crohn’s disease, chronic anal abscess and
diverticulitis.

 Setelah itu minta pasien untuk “mengejan” seperti pada saat


defekasi atau batuk, untuk memperlihatkan desensus perineal,
prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps
rekti dan tumor.
5. Teknik

 Berikan jelly atau lubrikan pada jari telunjuk tangan kanan

 Beritahu pasien bahwa pemeriksaan rektum akan segera


dilakukan dan tanyakan pada pasien apakah sudah berada dalam
posisi yang nyaman

 Beritahu pasien bahwa akan timbul sensasi seperti ingin buang


air besar tapi sebenarnya tidak akan buang air besar

 Letakkan tangan kiri pada bokong pasien

 Jari telunjuk kanan perlahan-lahan diletakkan pada pinggir anus


untuk merelaksasikan sfingter

 Beritahukan kembali ke pasien apakah sudah nyaman

 Masukkan jari telunjuk kanan ke dalam anus secara gentle ketika


sfingter anus mengendur

 Periksa tonus sfingter ani, keadaan mukosa/dinding rektum


(permukaannya, adanya ketidakteraturan, adanya massa, nyeri
tekan) dinilai pada semua arah jarum jam (melingkar 360
derajat), dan periksa apakah ampula rekti kolaps atau tidak
 Periksa keadaan prostat (ukuran, konsistensi, permukaannya,
massa, nyeri tekan, nodul). Kemudian periksa sulcus medianus
dan polus superior.

 Periksa refleks bulbokavernosus dengan cara melakukan


penekanan pada glans penis, refleks positif jika terdapat
kontraksi pada sfingter ani

 Tarik/keluarkan jari telunjuk secara perlahan, perhatikan apakah


terdapat darah, mukus atau feses pada sarung tangan

 Bersihkan anus dengan menggunakan tissue

 Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam tempat sampah


 Cuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik

 Bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaian dalamnya

 Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan telah selesai


6. Dokumentasi

 Catat tanggal dan waktu pemeriksaan

 Catat apa yang ditemukan dalam pemeriksaan dan hasil


pemeriksaan di rekam medis

 Tulis nama pemeriksa

Anda mungkin juga menyukai