Anda di halaman 1dari 48

Catatan:

1. Pastikan jenis penelitian Anda. Penelitian lapangan atau studi pustaka? Konsultasikan

dengan pembimbing satu. Saya sarankan untuk buat studi pustaka saja.

2. Perhatikan semua catatan yang saya berikan. Kirim kembali file ini ke saya dengan

tidak menghilangkan catatan yang saya berikan. Beri tanda pada perbaikan yang

Anda buat berdasarkan catatan yang saya berikan.

3. Perhatikan jenis dan ukuran huruf, spasi dan ukuran kertas. Jenis huruf adalah Time

New Roman, ukuran 12 denga sapsi 2.

4. Sistem penomoran mengikuti pola berikut:


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi Lingkungan

1. Pengertian

a. ......

1) .....

a) .....

(1) ......

(2) ......

b) ......

2) ......

b. ......

2. ........

B. ..............

C. ................

D. .............
STUDI LITERATUR: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk menyelesaikan pendidikan program studi sarjana keperawatan

OLEH

PRISKA WANGO

1714201014

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. salah satu hal

penting yang dimiliki manusia karena dalam keadaan sehat, manusia dapat menjalankan

segala aktivitas mereka dengan baik. Menurut Soekidjo (2005: 2), kesehatan merupakan

hak asasi manusia yang bersifat universal baik individu, kelompok, masyarakat maupun

bangsa. Karena pentingnya kesehatan bagi masyarakat, maka kesehatan juga menjadi

tanggung jawab sebuah institusi negara. Undang-undang Kesehatan RI No.23 Tahun

1992 mendefinisikan sehat sebagai keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial.

Artinya, masyarakat yang sehat tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, namun

produktif secara ekonomi dan sejahtera secara sosial.

Kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal, baik yang bersifat internal (dari dalam

diri manusia) maupun yang bersifat eksternal (dari luar diri manusia). Blum (1974) dalam

Soekidjo (2005: 19) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesehatan baik

individu, kelompok, dan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan

besarnya pengaruh yaitu: Lingkungan (environment), mencakup lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, Perilaku (behavior); Pelayanan kesehatan (health services); Keturunan

(heredity).
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu usaha yang

mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama

terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, mental,

kesehatan, dan kelangsungan hidup. sanitasi merupakan upaya pengendalian semua

faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan hal-hal yang mempengaruhi

perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan tubuh. Menurut WHO pula, kematian

yang disebabkan karena Penyakit yang ditularkan ke manusia mencapai 3.400.000

jiwa/tahun. Dari semua kematian yang bersumber pada buruknya kualitas air dan sanitasi,

diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun (Ditjen PP dan

PL, 2013:1).

Di Indonesia, program sanitasi pada awalnya mengalami stagnasi hasil, banyak

proyek sanitasi yang gagal, padahal penyampaian program sanitasi terutama jamban telah

lama dilakukan. Keadaan ini disebabkan antara lain karena pembangunan masih

berorientasi pada target fisik serta belum berorientasi pada perubahan perilaku

masyarakat. Kepedulian masyarakat terhadap persoalan proyek sanitasi cenderung

menurun pada pasca proyek dan kurangnya kebersamaan dalam mengatasi permasalahan

sanitasi. Kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah juga masih

tinggi. Hal ini memicu untuk melaksanakan program yang lebih baik dari sebelumnya

(Rahmawati, 2013: 138).

Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair

domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di

tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga)

subsektor, yaitu: air limbah, persampahan dan drainase tersier. Sanitasi adalah hal yang
sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat. Setiap kegiatan masyarakat

dalam keseharian memerlukan sanitasi yang baik. Setiap orang memerlukan sanitasi

sebagai sarana dan prasarana paling dasar dalam kehidupan sehari-harinya sebagai upaya

pencegahan terhadap berbagai macam penyakit berbasis lingkungan seperti; diare, ispa,

dan lain-lain sebagainya. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah dengan cara

memperbaiki kualitas sanitasi dan lingkungan yang sehat secara total, melalui

peningkatan sanitasi sebagai wadah atau tempat bagi mereka baik keadaan

masyarakatnya yang telah secara total mempunyai akses sanitasi yang layak melalui

peningkatan kesadaran dalam mengubah perilaku. Upaya pencegahan penyakit berbasis

lingkungan di Indonesia saat ini dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui

peningkatan akses sanitasi yang layak dengan mengajak masyarakat khususnya daerah

pelosok dalam membangun sarana dan prasarana sebagai akses penunjang dalam

berbagai aktivitas mereka salah satunya dengan mewujudkan perilaku hygiene dan tidak

melakukan aktivitas BABS (Stop Buang air besar sembarangan). BAB sembarangan

dilakukan karena masyarakat tidak memiliki akses sanitasi berupa WC permanen

ataupun jamban sederhana. Karena hal itulah banyak ditemui warga yang melakukan

BAB sembarangan.

Masyarakat di Provinsi NTT masih memiliki perilaku buang air besar ke sungai,

sawah, kolam, kebun, dan tempat terbuka lainya . Hasil riset kesehatan dasar Propinsi

NTT pada tahun 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki akses terhadap

sanitasi Improved adalah yang terendah yaitu 30,5 %. Seluruh Kabupaten di Provinsi

Nusa Tenggara Timur masih terdapat 21,3% rumah tangga yang belum memiliki fasilitas

buang air besar dengan kisaran antara 0,2% di Kupang, hingga 57,2 % di Sumba Timur.
Untuk di Manggarai, sudah ada 3 orang kaum disabilitas yang telah mengikuti

Training Of Trainers (TOT) sehingga bisa menjadi pembicara dalam program itu.

Berkaitan dengan pelaksanaan program tersebut, pihaknya melakukan anual review

meeting project water for women di Labuan Bajo pada tanggal 29 Juli sampai 3 Agustus

2019, sekaligus evaluasi. Program ini juga mendorong pemerintah daerah agar

membangun fasilitas atau sarana umum yang mendukung sanitasi masyarakat.

Khusus untuk penyandang disabilitas, pemerintah diharapkan agar membangun

sarana sanitasi publik yang bisa diakses dengan nyaman, seperti menyediakan tempat

khusus buat penyandang disabilitas.

Strategi sanitasi Kabupaten Manggarai Timur adalah suatu dokumen perencanaan

yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

tingkat kabupaten / kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan

menyeluruh bagi pembangunan sanitasi kabupaten Manggarai Timur dengan tujuan agar

pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan

berkelanjutan.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah kondisi dimana suatu

individu, kelompok ataupun komunitas melakukan aktivitas seperti; tidak BAB

sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang

aman, mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan

bersih dan aman. Sanitasi total yang berbasis pada masyarakat adalah sebuah kegiatan

pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan.

Dalam kegiatannya STBM masyarakat terlibat secara total dalam melaksanakan

kegiatan seperti, melakukan kegiatan pembangunan dan menjalankan kegiatan atau


program serta bertanggung jawab dalam pemeliharaan, melakukan monitoring dan

evaluasi program. STBM adalah upaya atau pendekatan untuk mengubah perilaku

hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Salah

satu indikator keberhasilan pendekatan pemicuan STBM adalah tercapainya kondisi

Open Defecation Free(ODF)/Stop Buang air besar sembarangan, yang ditandai dengan:

keseluruhan masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran hanya

ke jamban, tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar, upaya peningkatan kualitas

jamban yang ada supaya semua menuju jamban aman, kuat, sehat, dan nyaman,

penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian

BABS di sembarang tempat, pemantauan mandiri oleh komunitas. Pendekatan STBM

telah dilakukan oleh berbagai penggiat dari berbagai lokasi oleh lembaga, baik

pemerintah maupun non pemerintah, berusaha menghasilkan perubahan perilaku BABS

disembarang tempat. Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan terlebih banyaknya

berbagai resiko yang dapat ditimbulkan dengan melakukan BABS tersebut. Seperti

sumber berbagai penularan penyakit bagi masyarakat dan terlebih sangat mengganggu

aktivitas dan segi estetika akibat bau yang ditimbulkan, serta lingkungan dan kondisi

kesehatan yang buruk dengan melakukan BABS tersebut. Pemicuan STBM ini dilakukan

oleh lembaga LAZ Harfa kabupaten Pandeglang dengan program utama yaitu Stop BAB

Sembarangan.

Program pemicuan STBM yang dilakukan LAZ Harfa memprioritaskan pada

pencapaian pilar , yaitu Stop BABS (BAB sembarangan), dan cuci tangan pakai sabun.

Program pemicuan STBM yang dilakukan oleh lembaga LAZ Harfa ini tidak

memberikan bantuan dana untuk membangun sarana fisik, tetapi berorientasi pada upaya
kesadaran untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat. Pembangunan sarana fisik

melibatkan masyarakat itu sendiri dimana masyarakat yang melakukan pembangunan

dari awal hingga akhir penuntasan jamban. Pembangunan fisik dianggap sebagai salah

satu indikator keberhasilan terjadinya perubahan perilaku di masyarakat.

Stop BAB Sembarangan adalah suatu kondisi di mana ketika setiap individu

dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku stop BAB diikuti dengan

pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban yang sehat. Saniter merupakan

kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu; tidak

mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi

manusia akibat pembuangan kotoran manusia dan, dapat mencegah penyebaran penyakit

di lingkungan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas peneliti ingin

mengetahui: apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi

total berbasis masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program

sanitasi total berbasis masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

2. Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi baru tentang ilmu keperawatan terutama

keperawatan medikal bedah, komunitas, dan keluarga dalam program pelayanan

kesehatan di masyarakat.
3. Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan menguatkan data bagi Dinas

kesehatan dan puskesmas dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan. Serta meningkatkan perilaku masyarakat akan pentingnya

sanitasi lingkungan yang baik untuk mencegah penyakit seperti Diare.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. SANITASI LINGKUNGAN

1. Pengertian

Sanitasi Lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang

meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan

mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan

serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Lingkungan

mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat sehingga harus mendapat perhatian yang serius.

Sanitasi Lingkungan adalah usaha-usaha yang di lakukan oleh individu-

individu, masyarakat, atau negara untuk memperbaiki dan mencegah

terjadinya masalah gangguan kesehatan.

Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status

kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut

antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),

penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air

limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.

Sanitasi Lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebagainya. Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang


ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi

lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :

965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya yang

dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan

kesehatan. Sanitasi yaitu usaha untuk membina dan menciptakan suatu

keadaan yang baik dibidang kesehatan, terutama kesehatan masayarakat.

Sehingga sanitasi lingkungan berarti cara menyehatkan lingkungan hidup

terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Jadi dari pengertian di

atas bisa disimpulkan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit

yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan

hidup manusia (Hartoyo, 2017).

Kondisi tersebut mencakup: pasokan air yang bersih dan aman;

pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien;

perlindungan makanan dari kontaminasi biologi dan kimia; udara yang bersih

dan aman, rumah yang bersih dan aman (Bagja Waluyo, 2016).

Upaya-upaya untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik adalah

sebagai berikut (Bagja Waluyo, 2016) :

a. Mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat

Terjangkitnya penyakit seperti diare diakibatkan oleh kebiasaan

hidup yang tidak sehat. Kebiasaan yang dimaksud adalah tidak

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar atau
kecil sembarangan, minum air yang belum dimasak secara benar dan

lain-lain.

b. Membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin

Ruangan dalam rumah dapat menimbulkan berbagai penyakit jika

tidak secara rutin dibersihkan. Perlengkapan rumah seperti karpet dan

kursi berpotensi menjadi tempat mengendapnya debu. Debu yang

mengendap dan kemudian beterbangan di dalam ruangan dapat

menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Debu

juga dapat berfungsi sebagai media tempat menempelnya bakteri atau

virus yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Ruangan yang tidak bersih dan rapi juga dapat mengundang

masuknya lalat, nyamuk dan tikus masuk ke dalam ruangan. Padahal

keduanya dapat menjadi vektor pembawa penyakit.

c. Membersihkan kamar mandi dan toilet

Kamar mandi dan toilet merupakan bagian dari rumah yang paling

kondusif untuk dijadikan tempat perkembangbiakan berbagai jenis

organisme penyebab dan pembawa penyakit. Lantai kamar mandi yang

senantiasa lembab atau bahkan basah merupakan tempat yang cocok

bagi berkembangnya bakteri atau mikroorganisme penyebab berbagai

penyakit. Karena itu, kamar mandi dan toilet harus lebih sering

dibersihkan dibanding ruangan lainnya.

d. Menguras, menutup dan menimbun (3M)


Bak atau tempat penampungan air dapat menjadi tempat yang

sangat baik bagi perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, bak dan

tempat penampungan air harus dibersihkan dan dikuras secara rutin

minimal satu minggu sekali. Tempat penampungan air diupayakan

selalu tertutup.

e. Tidak membiarkan adanya air yang tergenang

Genangan air seringkali dianggap tidak membahayakan. Padahal,

genangan air yang dibiarkan lama, terutama pada musim hujan dapat

menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, barang-barang

bekas yang sedianya dapat menampung air seperti botol, kaleng, ban

bekas sebaiknya dikubur atau dihancurkan.

f. Membersihkan saluran pembuangan air

Air bekas mencuci, mandi, masak, dan air dari kakus akan masuk

ke saluran pembuangan. Saluran tersebut biasanya terbuka dan air

yang mengalir sangat kotor dari limbah cair maupun sampah. Jika

dibiarkan, tempat tersebut menjadi sumber berbagai jenis penyakit dari

organisme yang hidup di dalamnya. Karena itu, secara individu

maupun bersama-sama dengan warga masyarakat lainnya, secara rutin

saluran tersebut harus dibersihkan.

g. Menggunakan air yang bersih

Air menjadi salah satu komponen penting dalam kaitannya dengan

kesehatan. Namun, sebagian masyarakat kita masih menggunakan air

yang tidak bersih untuk keperluan mencuci dan mandi serta memasak
maupun minum. Selain itu, proses masak yang tidak sempurna juga

dapat menyebabkan penyakit. Karena itu, tidak heran jika banyak

penyakit yang muncul karena faktor air.

B. SANITASI TOTAL BERBASIS MASARAKAT (STBM)

1. Pengertian

Sanitasi dasar adalah sanitasi rumah tangga meliputi sarana buang air

besar. Sarana pengelolahan sampah dan limbah rumah tangga (kurikulum dan

modul pelatihan STBM, 2014).

Berbasis masarakat adalah kondisi yang menempatkan masarakat sebagai

pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka menciptakan atau

meningkatkan kapasitas masarakat, untuk memecahkan berbagai persoalan

terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan

(kurikulum dan modul pelatihan STBM, 2014).

STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan saniter

melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Metode Pemicuan

adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan saniter individu

atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola

pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah sebuah pendekatan dalam

pembangunan sanitasi pedesaan.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan program nasional

yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dengan tujuan


untuk memperbaiki sanitasi dasar masyarakat dalam rangka percepatan

peningkatan akses terhadap sanitasi dasar di indonesia yang meliputi: setiap

individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar

sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di

sembarang tempat (ODF); setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan

air minum dan makanan yang aman di rumah tangga; setiap rumah tangga dan

sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas tersedia fasilitas cuci

sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar; dan setiap rumah tangga

mengelola limbahnya dengan benar (permenkes, 20015).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan, strategi

dan program untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui

pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Perilaku higiene dan

sanitasi yang dimaksud antara lain tidak buang air besar sembarangan,

mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman,

mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga

dengan aman. Perilaku tersebut merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total.

Selanjutnya rangkaian perilaku tersebut disebut sebagai pilar STBM (Menkes,

2015).

STBM merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya

membudayakan hidup bersih dan sehat, guna untuk mencegah penyebaran

penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta

mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air

minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan.


STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dimana

masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang

timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui cara ini

diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan program

melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2008).

Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode

pemicuan ini dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu

masyarakat dalam lingkup komunitas terlebih dahulu untuk memperbaiki

sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan dalam hal memperkuat budaya

perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat guna untuk mencegah

penyakit berbasis lingkungan. Faktor-faktor yang harus dipicu antara lain rasa

jijik, rasa malu, takut sakit, aspek agama, privacy, dan kemiskinan. Setelah

pemicuan faktor tersebut terlaksana, dibentuklah komite dari komunitas

tersebut. Komite dibentuk supaya rencana aksi dari masyarakat yang terpicu

dapat berjalan dengan lancar dan baik. Selain itu monitoring dari tim

fasilitator juga harus diterapkan (ODF/ Open Defecation Free) (Ditjen PP dan

PL, 2011).

Terdapat empat parameter desa ODF antara lain:

1) Semua rumah tangga mempunyai jamban yang memenuhi

syarat kesehatan.

2) Semua sekolah yang berada di wilayah tersebut mempunyai

jamban yang memenuhi syarat kesehatan dan program

perbaikan hygiene.
3) Semua sarana jamban digunakan dan dipelihara

4) Lingkungan tempat tinggal bebas dari kotoran manusia.

Prinsip dari program nasional STBM antara lain non-subsidi,

kebersamaan, keberpihakan terhadap kelompok miskin, keberpihakan pada

lingkungan, prinsip tanggap kebutuhan, kesetaraan jender, pembangunan

berbasis masyarakat, dan keberlanjutan (Kepmenkes RI, 2010 dan Ditjen PP

dan PL, 2011).

2. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masarakat

Beberapa pilar tersebut antara lain (Kepmenkes RI, 2010 dan Ditjen PP

dan PL,2011):

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

Stop buang air besar sembarangan adalah kondisi setiap individu

didalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air

besar sembarangan yang berpotensi menularkan penyakit. Perilaku

Stop-BABS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang

saniter berupa jamban sehat.

Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak

membuang air besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat.

Tujuan dari pilar ini adalah untuk mencegah dan menurunkan penyakit

diare dan penyakit lainnya yang berbasis lingkungan (Atikah

proverawati & Eni Rahmawati, 2011).

Jenis-jenis jamban yang digunakan yaitu:

1) Jamban cemplung
Merupakan jamban yang penampungannya berupa

lubang yang berfungsi menyimpan tinja/kotoran kedalam

tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang.

2) Jamban tangki septik/leher angsa

Merupakan jamban berbentuk leher angsa yang

penampungannya berupa tangki septik kedap air yang

berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi

kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Syarat jamban sehat meliputi:

a) Tidak mencemari sumber air minum

b) Tidak berbau

c) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga

dan tikus.

d) Tidak mencemari tanah sekitar

e) Mudah dibersihkan dan aman digunakan

f) Dilengkapi dinding dan atap pelindung

g) Penerangan dan ventilasi cukup.

h) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

i) Tersedia air, sabun, dan alat untuk

membersihkannya (Atikah proverawati &

Eni Rahmawati, 2011).

Perilaku buang air besar sembarangan diikuti

dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa


jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi

yang memenuhi standard dan persyaratankesehatan yaitu

tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung

bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat dari

pembuangan kotoran manusia dan mencegah vektor

pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan

lingkungan disekitarnya (Permenkes, 2014).

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Cuci tangan pakai sabun adalah perilaku cuci tangan menggunakan

air bersih yang mengalir dan sabun. Sarana CTPS harus memiliki

kriteria utama yaitu air bersih yang dapat dialirkan, sabun dan

penampungan atau saluran air limbah yang aman.

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang

mengalir pada 5 waktu kritis. Lima waktu kritis tersebut antara lain

sebelum makan, sesudah makan, setelah BAB atau kontak dengan

kotoran, setelah mengganti popok bayi, dan sebelum memberikan

makan bayi. Tujuan jangka panjang dari pilar kedua adalah untuk

berkontribusi terhadap penurunan kasus diare pada anak balita di

Indonesia.

Sarana yang tidak memenuhi syarat saat melakukan CTPS adalah:

1) Mencuci tangan didalam wadah kecil atau kobokan dengan

jeruk seperti dirumah makan.


2) Mencuci tangan secara langsung didalam baskom tanpa

menggunakan gayung dan sudah dipakai berkali-kali oleh

beberapa orang.

3) Mencuci tangan setelah makan hanya dengan menggunakan

sebaskom air dan jeruk nipis untuk memberikan rasa segar.

4) Sarana cuci tangan tidak terdapat aliran limbah sehingga

menyebabkan genangan ditanah.

5) Sarana cuci tangan jauh dari jamban sehingga membuat

orang lupa akan caranya cuci tangan (Katalog CTPS,

2008).

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan

menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

a) Langkah-langkah CTPS yang benar

1) Tuangkan cairan sabun pada telapak tangan kemudian

usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

dengan arah memutar

2) Usap dan gosok kedua punggung tangan secara

bergantian.

3) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

4) Bersihkan kedua jari dengan bergantian dengan cara

saling mengunci.

5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.


6) Letakan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok

bergantian.

(Permenkes, 2014).

b) Waktu yang tepat untuk mencuci tanggan

1) Sebelum makan

2) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan.

3) Sebelum menyusui

4) Sebelum memberi makan bayi/balita.

5) Sesudah buang air besar/kecil

6) Sesudah memang hewan. (Permenkes, 2014).

c) Kriteria utama CTPS

1) Air bersih yang dapat dialirkan.

2) Sabun

3) Penampungan atau saluran air limbah yang aman

(Permenkes, 2014).

c. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM-

RT)

Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga adalah

melakukan kegiatan untuk mengelola air minum dan makanan di

rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari

sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk

menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan

makanan di rumah tangga.


Suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air

minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan

oral lainnya. Tujuan dari pilar ketiga adalah untuk mengurangi

kejadian penyakit yang ditularkan melalui air minum.

Tahapan kegiatan PAMM-RT meliputi:

1. Pengelolaan air minum rumah tangga

a) Pengelolaan air baku jika keruh meliputi:

1) Dilakukan pengendapan dengan gravitasi alami

2) Dilakukan penyaringan dengan kain

3) Dilakukan pengendapan dengan tawas atau

bahan kimia.

b) Pengelolaan air untuk minum di rumah tangga

dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air

minum yang baik sehingga terhindar dari kuman

penyebab penyakit meliputi:

1) Filtrasi (penyaring) contohnya biosand filter dan

keramik filter.

2) Koagulasi dan flokulasi (pengumpalan)

contohnya bubuk koagulan

3) Klorinasi contohnya klorin cair dan klorin

tablet.

c) Wadah penyimpan air minum


Setelah pengelolaan air minum langkah selanjutnya

adalah penyimpanan air minum untuk keperluan sehari-

hari dengan cara:

1) Wadah tertutup, berleher sempit, dan dilengkapi

dengan kran.

2) Air minum disimpan diwadah tempat

pengolahannya

3) Air yang sudah dikelolah sebaiknya disimpan

ditempat yang bersih dan selalu tertutup rapat.

4) Letakan wadah air minum ditempat yang bersih

dan terjangkau oleh binatang.

d) Hal penting yang harus diperhatikan dalam PAMM-RT

1) Mencuci tangan sebelum mengelolah air minum

dan makanan.

2) Mengolah air minum sesuai kebutuhan sehari-

hari.

3) Tidak mencelupkan tangan kedalam air minum

yang sudah masak

2. Pengelolahan makanan rumah tangga

Makanan harus dikelolah dengan baik dan benar agar tidak

menyebabkan gangguan kesehatan bagi tubuh, pengelolah

makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip hygine

dan sanitasi makanan (Permenkes, 2014).


Prinsip hygine sanitasi makanan meliputi:

a) Pemilihan bahan makanan

Bahan makanan harus dipilih dengan

memperhatikan mutu dan kualitas makanan serta

memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan

yang tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak

busuk, tidak rusak, tidak berjamu, dan tidak

mengandung bahan beracun dan berbahaya bagi

kesehatan dan tidak kedaluarsa.

b) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan harus memperhatikan

cara penyimpanan, tempat penyimpanan, waktu

penyimpanan serta suhu penyimpanan.

c) Pengelolahan makanan

Syarat hygiene dan sanitasi makanan yang dapat

mempengaruhi pengolahan makanan meliputi:

1) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus

memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi

untuk mencegah terjadinya resiko pencemaran

makanan, adanya serangga, pengerat serta

vektor yang dapat mencemari makanan.

2) Peralatan harus tara pangan yaitu tidak

berbahaya bagi kesehatan meliputi lapisan


permukaan peralatan tidak larut dalam

asam/basa, tidak berbahaya dan beracun, tidak

retak, tidak mengelupas serta mudah

dibersihkan.

3) Bahan makanan dikelolah sesuai dengan

kebutuhan serta bebas dari cemaran fisik,

bakteriologis, dan kimia.

d) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang sudah matang harus

memperhatikan suhu, wadah tempat penyimpanan serta

lama penyimpanan, pada suhu yang tepat dapat

mempengaruhi kondisi dan kualitas makanan.

e) Pengangkutan makanan

Cara mengangkut makanan harus memenuhi

persyaratan sanitasi agar makanan tidak tercemar dan

rusak serta terkontaminasi. Misalnya mengangkut

daging dengan menggunakan alat pendingin.

f) Penyajian makanan

Penyajian makanan harus memperhatikan beberapa hal

yaitu waktu penyajian, tempat penyajian, cara penyajian

dan prinsip penyajian (Permenkes, 2014).

d. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT)

Pengamanan sampah rumah tangga adalah melakukan kegiatan


pengelolaan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan

prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Tujuan

dari pengamanan sampah rumah tangga yaitu untuk menghindari

penyimpanan sampah rumah tangga dengan segera menangani

sampah.

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat

mengakibatkan tempat perkembangbiakan penyakit serta sarang bagi

serangga dan tikus, dapat menjadi sumber pengotoran tanah, sumber

pencemaran air, serta sumber dari kuman yang dapat membahayakan

kesehatan (Mubarak & Nurul Chayatin,2009).

Tujuan pengamanan sampah rumah tangga adalah untuk

menghindari penyimpanan sampah dalam rumah agar segera di tangani

(Permenkes, 2014). Pengamanan sampah yang aman adalah dengan

cara pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan

sampah dengan cara tidak membahayakan kesehatan masyarakat

maupun lingkungan (permenkes, 2014).

Tahapan pengamanan sampah rumah tangga:

1. Peralatan teknis tempat pengumpulan sampah

a) Kontruksi harus baik, terbuat dari bahan kedap air dan

nada penutupnya

b) Volume bak mampu menampung sampah hingga 3 hari

c) Tidak berbau ke perumahan terdekat

d) Tidak ada sampah berserakan disekitar bak sampah


e) Tidak di letakan pada daerah banjir.

(Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).

2. Prinsip dalam pengamanan sampah

a) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi

pemakaian barang yang tidak dibutuhkan misalnya

dengan mengurangi pemakaian kantong plastik,

mangatur dan merancangkan kebutuhan rumah tangga

dengan rutin, mengutamakan membeli produk

berwadah sehingga dapat di isi ulang, memperbaiki

barang yang rusak dan membeli produk yang tahan

lama.

b) Reuse yaitu manfaatkan barang yang sudah tidak di

pakai tanpa merubah bentuk. Contohnya dengan cara

memanfaatkan sampah rumah tangga seperti koran

bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun dapat

dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan tusuk gigi,

dan perhiasan atau menggunakan kembali kantong

belanja untuk digunakan untuk wadah belanja

berikutnya.

c) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama

menjadi barang baru.

3. Kegiatan pengamanan sampah rumah tangga dapat di lakukan

dengan cara:
a) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus

dibuang setiap hari

b) Pemilahan dilakukan pada sampah organik dan

anorganik.

c) Pengumpulan sampah dilakukan dengan pengambilan

dan pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat

penampungan sampah.

d) Sampah yang sudah dikumpulkan ketempat

penampungan sementara di angkut ketempat

pembrosesan terakhir (Permenkes, 2014).

e. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT)

Proses pengolahan air limbah pada tingkat rumah tangga untuk

menghindari terciptanya genangan yang berpotensi menimbulkan

penyakit berbasis lingkungan.

Air limbah merupakan sisa dari suatu usaha atau kegiatan dalam

bentuk cair, airlimbah dapat berasal dari rumah tangga maupun

industri yang terdiri atas tiga faktor yaitu tinja, urin dan air bekas

pengolahan sisa rumah tangga (Mubarak &Nurul Chayatin,2009).

Tujuan dari pengelolah limbah rumah tangga adalah untuk

menghindari genangan air limbah yang dapat menyebabkan penyakit

berbasis linkungan (Permenkes, 2014).

Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urin di salurkan

ke tangkai septik yang di lengkapi dengan sumur resapan. Sedangkan


limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari

sisa buangan dapur, kamar mandi, dan saran cuci tangan disalurkan ke

saluran pembuangan air limbah (permenkes, 2014).

1. Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:

a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh

tercampur dengan air limbah dari jamban

b) Tidak menyebabkan bau

c) Tidak menyebabkan vektor

d) Tidak terdapat genangan sehingga menyebabkan

lantai licin

e) Terhubung dengan saluran limbah umum atau got

maupun sumber resapan (permenkes, 2014).

2. Dampak buruk air limbah adalah:

a) Gangguan kesehatan

b) Penurunan kualitas lingkungan

c) Gangguan terhadap keindahan

d) Gangguan terhadap kerusakan benda (Mubarak &Nurul

Chayatin,2009).

C. MASYARAKAT

1. Pengertian

Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah

sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi

antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata


"masyarakat" sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu musyarak. Lebih

abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan

antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen

(saling bergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan

untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas

yang teratur.(surotinojo, 2009)

Pengorganisasian potensi yang ada dalam masyarakat untuk mencapai

kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit infeksi di masyarakat,

penyuluhan/pendidikan perorangan tentang prinsip-prinsip kesehatan pribadi.

Ada beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli adalah :

a. Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama dan menghasilkan kebudayaan.

b. Max Weber, Masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada

pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada

warganya.

c. Emile Durkheim, Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif

individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

d. Karl Marx, Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita

ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya

pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara

ekonomis.

2. Ciri-ciri masyarakat
Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut:

a. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.

b. Bergaul dalam waktu cukup lama. Sadar bahwa mereka merupakan satu

kesatuan.

c. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka

merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya. (Surotinojo, 2009)

3. Golongan Masyarakat

Masyarakat dapat digolongkan menjadi:

a. Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya

masih banyak dikuasai oleh adat istiadat yang lama. Jadi, masyarakat

tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-

cara atau kebiasaankebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek

moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya.

Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat

desa. Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang hidup bersama,

bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat

yang hampir sama. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang berbeda-

beda, tergantung dari sudut pandangnya.

b. Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang telah mengalami

tranformasi ilmu pengetahuan dan sebagian besar warganya mempunyai


orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia

masa kini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat adanya

pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya

seperti ekonomi, politik dan hukum,. Bagi negara-negara sedang

berkembang seperti halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern

ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.

c. Masyarakat Transisi

Masyarakat transisi adalah masyarakat yang mengalami

perubahan dari suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya

masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota,

yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor

industri.

Ciri-ciri masyarakat transisi yang pertama adalah : adanya

pergeseran dalam bidang pekerjaan, adanya pergeseran pada tingkat

pendidikan, mengalami perubahan ke arah kemajuan, masyarakat sudah

mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan zaman, tingkat mobilitas

masyarakat tinggi dan biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah

memiliki akses ke kota misalnya jalan raya. (Surotinojo, 2009)

4. Unsur Masyarakat

a. Golongan sosial
Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya

sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor penyebabnya antara

lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat keaslian,

keanggotaan masyarakat dan lain-lain. Faktor penentu dari setiap

masyarakat berbeda-beda, misalnya pada masyarakat berburu faktor

penentunya adalah kepandaian berburu.

b. Pengertian golongan sosial

Pitirim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu

pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat/hierarkhis. Perwujudannya dikenal dengan adanya kelas sosial

tinggi (upper class) contohnya: pejabat, penguasa, dan pengusaha; kelas

sosial menengah (midle class) contohnya: dosen, pegawai negeri,

pengusaha kecil dan menengah; kelas sosial rendah (lower class)

contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.

c. Dasar-Dasar Pembentukan Golongan Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipergunakan sebagai

ukuran dalam menggolongkan masyarakat ke dalam golongan

sosial/pelapisan sosial adalah:

1) Ukuran Kekayaan

2) Unsur kekuasaan atau wewenang

3) Ukuran Ilmu Pengetahuan

4) Unsur kehormatan (keturunan)

d. Karakteristik Golongan Sosial


Beberapa karakteristik golongan sosial/pelapisan sosial yang terjadi di

dalam suatu masyarakat adalah :

1) Adanya perbedaan status dan peranan

2) Adanya pola interaksi yang berbeda

3) Adanya distribusi hak dan kewajiban

4) Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok

5) Adanya prestise dan penghargaan

6) Adanya penggolongan yang bersifat universal

e. Pembagian Golongan dalam Masyarakat

Berdasarkan karakteristik golongan sosial di atas, maka terdapat beberapa

pembagian golongan sosial sebagai berikut :

a) Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian (Agraris), di

dasarkan pada hak dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:

a) Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan pekarang

untuk rumah tinggal (penduduk inti).

b) Golongan Menengah: para pemilik tanah pekarangan dan

rumah tapi tidak memiliki tanah pertanian (kuli gendul).

c) Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki rumah atau

pekarangan (inding ngisor).

b) Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di dasarkan pada

hubungan kekerabatan dengan raja/kepala pemerintahan, terbagi

menjadi:

a) Golongan Atas : kaum kerabat raja atau bangsawan.


b) Golongan Menegah : rakyat biasa (kawula).

c) Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri, meliputi :

a) Golongan teratas terdiri para pengusaha besar atau pemilik modal,

direktur, komisaris.

b) Golongan menengah atau madya terdiri dari tenaga ahli dan

karyawan.

c) Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja setengah terampil,

pekerja sektor informal (pembantu).

f. Sifat Sistem Penggolongan Sosial Klasifikasi dari sifat sistem

penggolongan sosial, meliputi :

a. Sistem lapisan tertutup: sistem yang tidak memungkinkan seseorang

pindah ke golongan/lapisan sosial lain..

b. Sistem lapisan terbuka: sistem yang memungkinkan seseorang pindah /

naik ke golongan sosial atasnya.

c. Sistem campuran: sistem kombinasi antara terbuka dan tertutup.

g. Fungsi Golongan Sosial Golongan sosial memiliki fungsi-fungsi berikut

ini:

a. Distribusi hak istimewa yang obyektif seperti penghasilan, kekayaan.

b. Sistem pertanggaan pada strata/tingkat yang diciptakan masyarakat

menyangkut prestise dan penghargaan.

c. Penentu simbol status/kedudukan seperti cara berpakaian, tingkah

laku.
d. Alat solidaritas di antara individu/kelompok yang menduduki sistem

sosial yang sama dalam masyarakat.( Surotinojo, 2009)

D. KONSEP PERILAKU

1. Pengertian Perilaku

Perilaku dapat didefenisikan dari berbagai sudut pandang. Dari sudut

biologis, perilaku dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan, baik yang diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo,

1993).

Sementara itu, secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu

respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek

tersebut (NotoaTmodjo, 1993). Ensiklopedia Amerika juga menyebutkan bahwa

perilaku diartikan sebagai suatu aksi – reaksi organisme terhadap lingkungannya.

Perilaku baru dapat terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan tertentu akan menghasilkan

reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Bimo Walgito ( 2015) perilaku merupakan manifestasi kehidupan

psikis. Sebagaimana yang diketahui bahwa perilaku atau aktivitas yang ada pada

individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat

dengan adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau organisme

itu.

Disamping itu juga perilaku manusia dikendalikan atau terkendali, yang

berarti bahwa perilaku itu dapat diatur oleh individu yang menyangkut, perilaku
manusia merupakan perilaku yang terintergrasi. Yang berarti bahwa keseluruhan

keadaan individu atau mausia itu terlibat dalam perilaku yang bersangkutan,

bukan bagian demi bagian.

Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan perilaku. Perilaku

dikataka wajar ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan peran manusia

sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan. Apabila manusia dapat

menyesuaikan diri dengan baik itulah yang disebut dengan bahagia.

Dalam Teori perilaku Maxx Weber, perilaku memiliki makna subjektif.

Karena setiap perilaku didorong oleh keinginan atau motivasi untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Artinya setelah adanya stimulus yang diterima oleh

individu, maka stimulus itu melalui proses dalam diri individu tersebut seperti

adanya pengalaman terdahulu, persepsi, pemahaman ataupun penafsiran individu

yang kemudian menghasilkan perilaku. Dengan demikian perilaku yang dimaksud

adalah perbuatan manusia yang berarti bagi si pelaku, baik perbuatan yang terlihat

maupun tidak terlihat seperti perenungan, perencanaan, atau pengambilan

keputusan.

Berbeda dengan Teori Weber, Talcot Parson mengatakan bahwa tindakan

manusia tidak mutlak ditentukan oleh individu. Menurut parson peran individu

tersebut sewaktu – waktu akan atau bisa lenyap di balik peran – peran yang

dilambangkan melalui struktur sosial dan pola – pola perilaku. Itu artinya menurut

Parson, di samping otoritas individu manusia bertindak sesuai dengan apa yang

ditentukan dan ditetapkan oleh kebudayaan setempat bagi pelaku. Perilaku bisa

saja menjadi positif (menguntungkan) dan bisa juga menjadi negatif (merugikan).
2. Klasifikasi

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seorang terhadap stimulus yang

barkaitan dengan sakit dan penyakit, perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan

menjadi 3 kelompok yaitu;

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit,

perilaku pemeliharaan kesehatan dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu

perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan, perilaku

pemeliharaan gizi.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas kesehatan

Perilaku ini menyangkut tindakan dan upaya seseoarang saat menderita

penyakit, tindakan dan perilaku dimulai dari mengobati sendiri(self

treatment)sampai mencari pengobatan ke Negara lain.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Respon seseorang terhadap lingkungan baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya.seseorang ahli becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang

perilaku kesehatan meliputi:

1) Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain:

a) Makan dengan menu seimbang

b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok

d) Tidak minum minuman keras dan narkoba

e) Istirahat yang cukup

2) Perilaku sakit (illnes behavior)

Merupakan perilaku yang mencakup respon seseorang terhadap

sakit, penyebab dan gejala serta pengobatan penyakit.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Peran mencakup hak orang sakit dan kewajiban orang sakit.

Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh penyembuhan,

mengetahui fasilitas dan sarana pelayanan sebagai penyembuhan

penyakit.

3. Bentuk-bentu perilaku

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup,

respon dan reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain

(Sunaryo, 2015).

4. Tingkatan perilaku
Perilaku seseorang yaitu sangat kompleks, dan mempunyai bentangan

yang sangat luas.

5. Faktor yang mempengaruhi perilaku

a. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang di anut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan

pelayanan kesehatan, keterjangkauan petugas kesehatan, dan cara

menyampaikan informasi. Informasi yang di terima individu dapat

menyebabkan perubahan sikap maupun perilaku pada diri individu tersebut

(sunaryo, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2008), menyatakan bahwa sumber informasi

adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan suatu

informasi, media informasi untuk komunikasi massa. Sumber informasi dapat

di peroleh melalui media cetak atau surat kabar dan majalah, media elektronil

(televisi, radio, internet) dan melalui kegiatan tenaga kesehatan seperti

pelatihan yang di adakan oleh Dokter, perawat, dan bidan.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)


Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

toko agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan.

Menurut Bloom derajat kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat di

pengaruhi oleh empat hal, yaitu: Lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan,

perilaku dan genetika. Dari beberapa faktor tersebut, perilaku merupakan

faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan seseorang (Notoatmodjo,

2010).

6. Perubahan perilaku

a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu di sebabkan

karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu

perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-

anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana (planned change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang di rencanakan sendiri oleh

subjek. Dalam melakukan perilaku yang telah di rencanakan di pengaruhi

oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi sesuatu

inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang

sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau

perubahan tersebut.
c. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di

dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang yang

sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.

E. LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam penelitian ini merujuk pada teori (Kepmenkes RI,

2010 dan Ditjen PP dan PL,2011): yaitu Stop BABS, Cuci Tangan Pakai

Sabun, Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat,

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Pengelolaan Air Limbah Rumah

Tangga. Landasan teori ini dituangkan ke dalam kerangka teori seperti bagan

berikut:

Faktor- faktor yang


mempengaruhi
Sanitasi Lingkungan
program sanitasi
total berbasis
Masyarakat (STBS)

1. Lingkungan
2. Perilaku Program STBM
3. Pelayanan
kesehatan

Pengelolaan Air
Stop BABS Cuci Tangan Minum RT & Pengelolaan Pengelolaan Air
Pakai Sabun Makanan Sehat Sampah RT Limbah RT
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Literatur Riview

Literatur review adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang

topik yang hendak diteliti. Literatur review membantu peneliti untuk melihat ide-ide,

pendapat dan kritik tentang topik tersebut yang sebelumnya telah dibangun dan dianalisi

oleh para ilmuwan sebelumnya. Pentingnya Literatur review untuk melihat dan

menganalisa nilai tambah penelitian dibandingkan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya (Semiawan, 2010).

Kajian literatur atau literatur riview merupakan langka pertama dan penting dalam

penyusunan sebuah rencana penelitian. Kajian literatur adalah satu penelusuran dan

penelitian kepustakaan dengan membaca berbagai buku, jurnal dan terbitan-terbitan lain

yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenan dengan

satu topik atau isyu tertentu (Marzali, 2017). Literatur Review didefenisikan sebagai

proses mengidentifikasi, menilai dan menafsirkan semua bukti penelitian yang tersedia

dengan tujuan untuk memberikan jawaban untuk pertanyaan penelitian tertentu (Latifah

& Ritonga, 2020).

B. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Literatur Review, yaitu

penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data yang ada di

perpustakaan seperti buku referensi, hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, artikel,

catatan, skripsi serta berbagai jurnal yang berkaitan dengan masalah atau penelitian yang

akan dilakukan. Kegiatan dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah,


dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode atau teknik tertentu guna mencari

jawaban atas permasalahan yang dihadapi (Sari, 2020)

C. Tahapan literatur review

Menurut (Okoli, 2015) penelitian yang menggunakan metode literatur riview ada

beberapa tahapan yang dilakukan yaitu :

1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat.

2. Pencarian data

Dalam penelitian sumber pustaka yang digunakan adalah jurnal, buku, skripsi,

artikel, yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, sumber penyediaan jurnal

yang terkait. Adapun kata kunci pencarian mencakup kata sanitasi. Sumber

penyediaan jurnal yang terkait yaitu menggunakan Google Scolar yang dapat diakses

secara bebas ataupun tidak.

3. Screening

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal kesehatan

dengan kata kunci faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi

total berbasis masyarakat, serta rentang tahun terbit jurnal yang digunakan mulai dari

tahun 2010-2020. Pemilihan jurnal yang terkait dengan penelitian yaitu dengan

metode Cross sectional. Data diperoleh dari jurnal nasional dan internasional

menggunakan Google scolar.


4. Penilaian kualitas

Penilaian kualitas pada metode Literatur Review yang dimaksud adalah kriteria

eksklusi yang dapat membatalkan data atau jurnal yang sudah didapat untuk dianalisa

lebih lanjut. Pada penelitian ini kriteria eksklusi yang digunakan yakni jurnal

penelitian dengan topik faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program

sanitasi total berbasis masyarakat, serta jurnal penelitian yang terbitnya sebelum

tahun 2010.

5. Ekstrasi data

Ekstraksi data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi syarat telah

diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah proses screening dilakukan maka

hasil dari ekstraksi data ini dapat diketahui pasti dari jumlah awal data yang dimiliki

berapa yang masih memenuhi syarat untuk selanjutnya di analisa lebih jauh

6. Analisa data

Dalam penelitian ini setelah melewati tahapan screening sampai dengan ekstraksi

data maka analisa dapat dilakukan dengan menggabungkan semua data yang

memenuhi persyaratan inklusi menggunakan teknik baik secara kuantitatif, kualitatif

atau keduanya. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisa data

yakni secara kualitatif.

D. Populasi dan sampel

1. Populasi
1) Populasi yang digunakan oleh peneliti ini adalah jurnal nasional dan jurnal

internasional terindeks sinta yang telah melalui masa screening dan masuk

dalam kriteria inklusi yang telah ditetapkan yakni jurnal yang berkaitan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi

total berbasis masyarakat. serta dengan jurnal dalam rentang waktu 2010-

2020.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 jurnal penelitian

terkait, dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Jurnal nasional dan internasional yang membahas faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total berbasis

masyarakat.

2) Tahun terbit jurnal dalam rentang waktu 2010-2020.

3) Jurnal yang diakses secara penuh (full text).

b. Kriteria eksklusi

1) Jurnal nasional atau internasional yang tidak membahas faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat.

2) Tahun terbit jurnal dibawah tahun 2010

3) Jurnal tidak dalam bentuk full text.

Anda mungkin juga menyukai