Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY.S DENGAN HIPERTENSI EMERGENCY


DI RUANG ICU RST BHAKTI WIRA TAMTAMA
SEMARANG
Untuk Mememnuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu Ns. Ainnur Rahmanti., M.Kep

Disusun Oleh :
Arum Kusuma Andini
20101440118015

STIKES KESDAM IV/ DIPONEGORO


PRODI DIII KEPERAWATAN
SEMARANG
2021
A. Definisi
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana
diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan
dalam batas normal), untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ
(Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak
terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner &
Suddarth:908).
Kegawatan hipertensi (hypertensive emergencies) adalah hipertensi berat
yang disertai disfungsi akut organ target.
Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan tekanan
darah mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg)
dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah
harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah
yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan
sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di
Indonesia memakan patokan >220/140.
Jadi kedaruratan hipertensi adalah kondisi penderita hipertensi yang tidak
terkontrol sehingga diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera.

B. Etiologi
1. Meminum obat antihipertensi tidak teratur
2. Stress
3. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
4. Obesitas
5. Merokok
6. Minum alkohol
C. Patofisiologi
Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan minum obat
antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan
minum alkohol. Karena ketidak teraturan atau ketidak patuhan minum obat
antihipertensi menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga
memungkinkan seseorang terserang hipertensi yang semakin berat ( Krisis
hipertensi ).
Stres juga dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang biasanya
mengandung hormon estrogen serta progesteron yang menyebabkan tekanan
pembuluh darah meningkat, sehingga akan lebih meningkatkan tekanan darah
pada hipertensi, kalau tekanan darah semakin meningkat, maka besar
kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke
otak sehingga suplai darah menurun dan terjadi iskemik yang menyebabkan
gangguan perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota gerak sehingga terjadi
gangguan mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di otak akan
terjadi gangguan perfusi jaringan.
Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan miokardium
miskin O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi penurunan
kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan penurunan
oksigenasi yang menyebabkan kelemahan.
Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga
terjadi diplopia bisa menyebabkan injury.
D. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada peningkatan tekanan vena
3. Shock / pingsan
tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada
3. Pingsan
4. Tachikardia > 100/menit
5. Tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
E. Pathway
F. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa
nyeri dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg.
Obat pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat
menurunkan resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner.
Obat lain yang dapat dipakai adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan
bersama-sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat
pilihan karena dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang
juga dapat menurunkan preload dan afterload merupakan obat pilihan yang
lain.

3. Diseksi Aorta Akut


Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan
darah yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan
perut. Untuk menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera
diturunkan. Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100
mmHg, atau lebih rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target.
Obat pilihan adalah vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama
penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian
tekanan darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian
tekanan darah dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok,
siklosporin, kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli.
Penatalaksanaan adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular
sistemik tanpa mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti
nikardipin dapat dipakai pada keadaan ini.
5. Eklampsia
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang
pada kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah
dengan melahirkan bayi atau mengeluarkan janin. Hidralazin digunakan
untuk menurunkan tekanan darah karena tidak mengganggu aliran darah
uterus. Labetalol juga dapat dipakai pada keadaan ini.
6. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis
kokain. Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan
infark miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis
katekolamin, meski labetalol juga terbukti efektif.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardio
2. Urinalisa
3. USG
4. CT scan
5. Rongsen

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik
Pada kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara
cepat, sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam
beberapa menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan
secara lebih perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat
tersebut dicapai dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan
darah dalam 24 jam berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai
tekanan darah diastolik sekitar 100 mmHg.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ
sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan
diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat
yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah,
keringat, foto sensitif, hipotensi.
b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi
bila dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of
action 2 – 5 menit, duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug /
menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah,
hipotensi.
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan
secara i. V bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5
menit, duration of action 4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus,
dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang
diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi
abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral
0,5 – 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis :
10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan
alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks
takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efek
samping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac
out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera
diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,
pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan
didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan
keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik
tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg
selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal :
disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP
ataupun TD yang didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung
dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali
pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD secara
bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan
dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan
lemak terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang
kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada
usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang berat
badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali
waktu makan (pagi, siang, malam).

BAHAN
PORSI SEHARI UKURAN PORSI
MAKANAN
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas

Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau
rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan
sistolik rata-rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan
dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari
golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih.
Sedangkan makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita
hipertensi adalah daging kambing dan durian.
4. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure
mean arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20 %
dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara
bertahap bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah
diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan
dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan
tekanan darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam
dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
I. ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS HIPERTENSI
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa.
2) Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Pendidikan, Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji :
a) Bersihan jalan nafas
b) Adanya/ tidaknya jalan nafas
c) Distres pernafasan
d) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji :
a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b) Suara nafas melalui hidung atau mulut
c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

3) Circulation
Kaji :
a) Denyut nadi karotis
b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembapan kulit
d) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji :
a) Tingkat kesadaran
b) Gerakan ekstremitas
c) GCS ( Glasgow Coma Scale )
d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5) Eksposure
Kaji :
a) Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 )

c. Dasar Data Pengkajian


1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
Factor stress multiple
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optic
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
10) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil
KB atau hormone. (Dongoes Marilynn E, 2000)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengannafas pendek, lender,
bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama
jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Intervensi Keperawatan

No Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Pola pernafasan NOC : NIC :


tidak efektif  Respiratory status : Airway Management
berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas,
dengannafas pendek,  Respiratory status : guanakan teknik chin lift
lender, Airway patency atau jaw thrust bila perlu
bronkokonstriksi dan  Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
iritan jalan nafas. memaksimalkan
Kriteria Hasil : ventilasi
Definisi : Pertukaran 1. Mendemonstrasikan 3. Identifikasi pasien
udara inspirasi batuk efektif dan suara perlunya pemasangan
dan/atau ekspirasi nafas yang bersih, tidak alat jalan nafas buatan
tidak adekuat ada sianosis dan 4. Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu 5. Lakukan fisioterapi dada
Batasan karakteristik mengeluarkan sputum, jika perlu
: mampu bernafas 6. Keluarkan sekret dengan
 Penurunan dengan mudah, tidak batuk atau suction
tekanan ada pursed lips) 7. Auskultasi suara nafas,
inspirasi/ekspira 2. Menunjukkan jalan catat adanya suara
si nafas yang paten (klien tambahan
 Penurunan tidak merasa tercekik, 8. Lakukan suction pada
pertukaran udara irama nafas, frekuensi mayo
per menit pernafasan dalam 9. Berikan bronkodilator
 Menggunakan rentang normal, tidak bila perlu
otot pernafasan ada suara nafas 10. Berikan pelembab udara
tambahan abnormal) Kassa basah NaCl
 Nasal flaring 3. Tanda Tanda vital Lembab
 Dyspnea dalam rentang normal 11. Atur intake untuk cairan
 Orthopnea (tekanan darah, nadi, mengoptimalkan
 Perubahan pernafasan keseimbangan.
penyimpangan 12. Monitor respirasi dan
dada status O2
 Nafas pendek
 Assumption of 3- Terapi Oksigen
point position 1. Bersihkan mulut, hidung
 Pernafasan dan secret trakea
pursed-lip 2. Pertahankan jalan nafas
 Tahap ekspirasi yang paten
berlangsung 3. Atur peralatan
sangat lama oksigenasi
 Peningkatan 4. Monitor aliran oksigen
diameter 5. Pertahankan posisi
anterior- pasien
posterior 6. Onservasi adanya tanda
 Pernafasan rata- tanda hipoventilasi
rata/minimal 7. Monitor adanya
- Bayi : < 25 kecemasan pasien
atau > 60 terhadap oksigenasi
- Usia 1-4 : <
20 atau > 30 Vital sign Monitoring
- Usia 5-14 : < 1. Monitor TD, nadi, suhu,
14 atau > 25 dan RR
- Usia > 14 : < 2. Catat adanya fluktuasi
11 atau > 24 tekanan darah
 Kedalaman 3. Monitor VS saat pasien
pernafasan: berbaring, duduk, atau
- Dewasa berdiri
volume 4. Auskultasi TD pada
tidalnya 500 kedua lengan dan
ml saat bandingkan
istirahat 5. Monitor TD, nadi, RR,
- Bayi volume sebelum, selama, dan
tidalnya 6-8 setelah aktivitas
ml/Kg 6. Monitor kualitas dari
 Timing rasio nadi
 Penurunan 7. Monitor frekuensi dan
kapasitas vital irama pernapasan
8. Monitor suara paru
Faktor yang 9. Monitor pola pernapasan
berhubungan : abnormal
 Hiperventilasi 10. Monitor suhu, warna,
 Deformitas dan kelembaban kulit
tulang 11. Monitor sianosis perifer
 Kelainan bentuk 12. Monitor adanya cushing
dinding dada triad (tekanan nadi yang
 Penurunan melebar, bradikardi,
energi/kelelahan peningkatan sistolik)
 Perusakan/pelem 13. Identifikasi penyebab
ahan muskulo- dari perubahan vital sign
skeletal
 Obesitas
 Posisi tubuh
 Kelelahan otot
pernafasan
 Hipoventilasi
sindrom
 Nyeri
 Kecemasan
 Disfungsi
Neuromuskuler
 Kerusakan
persepsi/kognitif
 Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
 Imaturitas
Neurologis

2 Penurunan curah NOC : NIC :


jantung  Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
b/d gangguan irama effectiveness dada
jantung, stroke  Circulation Status 2. Catat adanya disritmia
volume, pre load dan  Vital Sign Status jantung
afterload,  Tissue perfusion: perifer 3. Catat adanya tanda dan
kontraktilitas gejala penurunan
jantung. Setelah dilakukan asuhan cardiac putput
DO/DS: selama………penurunan 4. Monitor status
 Aritmia, kardiak output klien teratasi pernafasan yang
takikardia, dengan kriteria hasil: menandakan gagal
bradikardia a. Tanda Vital dalam jantung
 Palpitasi, oedem rentang normal 5. Monitor balance cairan
 Kelelahan (Tekanan darah, Nadi, 6. Monitor respon pasien
 Peningkatan/pen respirasi) terhadap efek
urunan JVP b. Dapat mentoleransi pengobatan antiaritmia
 Distensi vena aktivitas, tidak ada 7. Atur periode latihan dan
jugularis kelelahan istirahat untuk
 Kulit dingin dan c. Tidak ada edema paru, menghindari kelelahan
lembab perifer, dan tidak ada 8. Monitor toleransi
 Penurunan asites aktivitas pasien
denyut nadi d. Tidak ada penurunan 9. Monitor adanya
perifer kesadaran dyspneu, fatigue,
 Oliguria, kaplari e. AGD dalam batas tekipneu dan ortopneu
refill lambat normal 10. Anjurkan untuk
 Nafas pendek/ f. Tidak ada distensi vena menurunkan stress
sesak nafas leher 11. Monitor TD, nadi, suhu,
 Perubahan warna g. Warna kulit normal dan RR
kulit
 Batuk, bunyi 12. Monitor VS saat pasien
jantung S3/S4 berbaring, duduk, atau
 Kecemasan berdiri
13. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
14. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
15. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
16. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
17. Monitor pola
pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
19. Monitor sianosis perifer
20. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
21. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
22. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen

3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


b/d kelemahan,  Energy conservation Activity Therapy
ketidakseimbangan  Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan
suplai dan kebutuhan  Self Care : ADLs Tenaga Rehabilitasi
oksigen. Medik
Kriteria Hasil : dalammerencanakan
Definisi : 1. Berpartisipasi dalam progran terapi yang
Ketidakcukupan aktivitas fisik tanpa tepat.
energu secara disertai peningkatan 2. Bantu klien untuk
fisiologis maupun tekanan darah, nadi dan mengidentifikasi
psikologis untuk RR aktivitas yang mampu
meneruskan atau dilakukan
menyelesaikan 2. Mampu melakukan 3. Bantu untuk memilih
aktifitas yang aktivitas sehari hari aktivitas konsisten
diminta atau aktifitas (ADLs) secara mandiri yangsesuai dengan
sehari hari. kemampuan fisik,
psikologi dan social
Batasan karakteristik 4. Bantu untuk
: mengidentifikasi dan
 melaporkan mendapatkan sumber
secara verbal yang diperlukan untuk
adanya aktivitas yang
kelelahan atau diinginkan
kelemahan. 5. Bantu untuk
 Respon mendpatkan alat bantuan
abnormal dari aktivitas seperti kursi
tekanan darah roda, krek
atau nadi 6. Bantu untu
terhadap mengidentifikasi
aktifitas aktivitas yang disukai
 Perubahan EKG 7. Bantu klien untuk
yang membuat jadwal latihan
menunjukkan diwaktu luang
aritmia atau 8. Bantu pasien/keluarga
iskemia untuk mengidentifikasi
 Adanya kekurangan dalam
dyspneu atau beraktivitas
ketidaknyamana 9. Sediakan penguatan
n saat positif bagi yang aktif
beraktivitas. beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
Faktor factor yang mengembangkan
berhubungan : motivasi diri dan
 Tirah Baring penguatan
atau imobilisasi
 Kelemahan
menyeluruh
 Ketidakseimban
gan antara
suplei oksigen
dengan
kebutuhan
 Gaya hidup
yang
dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2013;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital
Physician 2012:43-50
Ganong, William F (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta
Nurarif, Amin Huda,Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai