Anda di halaman 1dari 11

JUKEMA

Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425


Penelitian ini bertujuan untuk (26.8%) ibu hamil dari 13.235 ibu hamil
mengidentifikasi faktor penyebab stunting mengalami anemia zat besi atau kurang
di Kabupaten Lampung Utara, dan untuk darah, cakupan tertinggi di Kecamatan
mengidentifikasi intervensi gizi spesifik Bunga Mayang, Kecamatan Sungkai
untuk pencegahan stunting di Kabupaten Tengah dan Kecamatan Sungkai Barat.
Lampung Utara. Berdasarkan data diketahui bahwa
2.290 (17.3%) ibu hamil mengalami
METODE PENELITIAN kekurangan energi kronis (KEK). Jumlah
ibu hamil yang mengalami kekurangan
Metode yang digunakan pada kajian energi kronis (KEK) tertinggi di
ini adalah review dan analisis statitistik Kecamatan Sungkai Tengah dan
deskripitif untuk menggambarkan faktor Kecamatan Sungkai Jaya.
penyebab stunting dan intervensi gizi Berdasarkan data kesehatan diketahui
spesifik untuk pencegahan stunting di bahwa bayi lahir dengan berat badan lahir
Kabupaten Lampung Utara. rendah di Kabupaten Lampung Utara
Sumber data pada kajian ini adalah sebanyak 141 kasus (1.2%) dari 9.271
data sekunder yang berasal dari: Profil kelahiran hidup. Kejadian BBLR tertinggi
Kesehatan Kabupaten Lampung Utara berada di wilayah Kecamatan Sungkai
Tahun 2018, adapun data yang diambil Tengah dan Kecamatan Sungkai Jaya.
pada profil kesehatan ini adalah data Berdasarkan data diketahui bahwa
tentang intervensi gizi spesifik untuk 22.883 (38.07%) balita menderita diare
pencegahan stunting di Kabupaten dan 21.131 balita (35.09%) menderita ISPA,
Lampung Utara. Laporan program KIA- data ini walaupun di bawah nasional,
Gizi tahun 2018, adapun data yang diambil namun masih tinggi. Jumlah balita yang
pada laporan program KIA-Gizi adalah mengalami penyakit infeksi tertinggi di
data tentang kesehatan ibu hamil dan balita Kecamatan Sungkai Jaya dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Utara. Laporan Bunga Mayang.
program kesehatan lingkungan tahun 2018, Berdasarkan data diketahui bahwa
adapun data yang diambil pada laporan 5.868 (49.2%) bayi tidak diberikan ASI
kesehatan lingkungan ini adalah cakupan eklusif. Cakupan bayi yang tidak ASI
akses rumah tangga terhadap air bersih dan eksklusif tertinggi di Kecamatan Sungkai
jamban sehat di Kabupaten Lampung Utara dan Kecamatan Abung Tengah.
Utara. Berdasarkan data diketahui bahwa
Data yang digunakan merupakan data 32.157 (53.4%) balita konsumsi makanan
sekunder yang sudah dianalisa secara kurang beragam. Jumlah balita yang
univariat dalam bentuk presentase konsumsi makanan kurang beragam
kemudian direview dengan beberapa tertinggi di Kecamatan Sungkai Utara dan
literatur hasil penelitian di Indonesia Kecamatan Abung Selatan.
kemudian dirangkum menjadi serangkaian Akses rumah tangga terhadap air
informasi yang menggambarkan penyebab bersih dan jamban sehat hanya 76%.
stunting dan intervensi gizi spesifik untuk Cakupan rumah tangga yang belum
pencegahan stunting di Kabupaten terakses terhadap air bersih dan jamban
Lampung Utara. sehat tertinggi di Kecamatan Abung
Pekurun dan Kecamatan Kotabumi.
HASIL Kebiasaan masyarakat Lampung Utara
tentang cuci tangan pakai sabun masih
Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab rendah, hal ini tercermin pada laporan
Stunting cakupan PHBS, dimana berdasakan
laporan profil kesehatan diketahui bahwa
Berdasarkan data diketahui ada 3.411 cakupan PHBS hanya

415
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
55.4% saja, artinya hampir setengah di Kecamatan Kotabumi Selatan dan
penduduk Lampung Utara tidak Kecamatan Kotabumi Utara, sedangkan
menerapkan PHBS. Cakupan PHBS cakupan terendah di Kecamatan Tanjung
terendah di Kecamatan Sungkai Selatan Raja dan Kecamatan Hulu Sungkai.
dan Kecamatan Sungkai Utara. Berdasarkan data yang diperoleh
diketahui bahwa sebanyak 10.887 (95%)
Identifikasi Intervensi Gizi Spesifik bayi diberi imunisasi dasar lengkap.
untuk Pencegahan Stunting Cakupan pemberian imunisasi dasar
lengkap tertinggi di Kecamatan Sungkai
Berdasarkan data diketahui bahwa Tengah dan Kecamatan Sungkai Selatan,
sebanyak 11.337 (85.66%) ibu hamil sedangkan cakupan terendah di Kecamatan
mendapatkan tablet tambah darah (Fe). Abung Tengah dan Kecamatan Bumi
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan Fe Agung.
tertinggi di Kecamatan Abung Semuli dan Berdasarkan data diketahui bahwa di
Kecamatan Ogan Lima dan jumlah Kabupaten Lampung Utara terdapat 345
terendah di Kecamatan Sungkai Tengah balita yang mengalami gizi kurang atau
dan Kecamatan Muara Sungkai. bawah garis merah (BGM) dan semuanya
Berdasarkan data diketahui bahwa mendapatkan makanan pendamping air
sebanyak 1.811 (79.10%) ibu hamil yang susu ibu (MP-ASI). Jumlah balita yang
mengalami KEK mendapatkan PMT mengalami gizi kurang tertinggi di
pemulihan. Jumlah ibu hamil KEK yang Kecamatan Sungkai Barat dan Kecamatan
mendapatkan PMT pemulihan tertinggi di Bumi Agung.
Kecamatan Sungkai Barat dan Kecamatan Berdasarkan data diketahui bahwa
Sungkai Tengah dan jumlah terendah di baru 84 desa dari 247 desa yang ada di
Kecamatan Blambangan dan Kecamatan Kabupaten Lampung Utara melaksanakan
Sungkai Utara. sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Berdasarkan data diketahui bahwa dan dari 84 desa tersebut baru 8 desa
sebanyak 11.985 (09.56%) ibu hamil dinyatakan desa stop buang air sembarang
melakukan anatenatal care (ANC) lengkap, (SBS). Jumlah desa yang melaksanakan
angka tersebut masih dibawah target yaitu STBM terbanyak di Kecamatan Abung
100%. Cakupan ante natal care (ANC) Kunang dan Kecamatan Abung Selatan,
tertinggi di Kecamatan Kotabumi dan sedangkan jumlah desa dinyatakan sebagai
Kecamatan Kotabumi Utara dan cakupan desa stop buang air besar (SBS) terbanyak
terendah di kecamatan Hulu Sungkai dan di Kecamatan Abung Surakarta.
Kecamatan Abung Tengah.
Berdasarkan data yang diperoleh PEMBAHASAN
diketahui bahwa sebanyak 50.469
(75.12%) balita rutin berkunjung ke Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab
posyandu untuk dilakukan pemantauan Stunting
pertumbuhan dan perkembangannya setiap
bulan. Cakupan balita yang dipantau Cakupan anemia zat besi (kurang
pertumbuhan dan perkembangannya darah) pada ibu hamil di Kabupaten
tertinggi di Kecamatan Kotabumi dan Lampung Utara masih cukup tinggi yaitu
Kecamatan Kotabumi Selatan, sedangkan mencapai 26.8%. Anemia dalam
cakupan terendah di Kecamatan Bumi kehamilan adalah kondisi ibu dengan
Agung dan Kecamatan Abung Pekurun. kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada
Berdasarkan data yang diperoleh trimester I dan III atau <10.5 gr% pada
diketahui bahwa sebanyak 58.292 (96.8%) trimester II (Fatimah, 2011). Pada ibu
balita mendapatkan vitamin A. Cakupan hamil dengan anemia terjadi gangguan
pemberian vitamin A pada balita tertinggi penyaluran oksigen dan zat makanan dari

416
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
ibu ke plasenta dan janin, yang kesehatan janinnnya, karena akan
mempengaruhi fungsi plasenta menurun menyebabkan bayi lahir dengan berat
yang mengakibatkan gangguan tumbuh badan rendah. Bila tidak bisa tumbuh kejar
kembang janin (Pratiwi, 2016). Ibu hamil bayi BBLR besar kemungkinan akan
yang menderita anemia dapat mengalami stunting (Tri, dkk., 2015).
mengakibatkan risiko pertumbuhan janin Kurang gizi pada ibu hamil akan
terhambat, premature dan BBLR (berat berdampak pada pertumbuhan janin tidak
badan lahir rendah). Gagal tumbuh yang maksimal yang akan menyebabkan
terjadi pada janin dapat menyebabkan lahirnya anak dengan berat badan lahir
penurunan pertumbuhan pada kerangka rendah (BBLR) dan jika tidak ada perbaikan
dan jaringan lunak, hal ini dapat terus akan berkelanjutan menjadi pendek
berlanjut sampai bayi dilahirkan dan (stunting). Dan status gizi pada ibu hamil
akibatnya akan terjadi stunting pada usia sebagai faktor penentu terjadinya stunting
dini (Tsuroyya, 2017). Hasil penelitian (Mitra, 2015). Beberapa penelitian
yang dilakukan di kota Yogyakarta menunjukan bahwa ada hubungan antara
menunjukan bahwa risiko kejadian ibu hamil yang mengalami kekurangan
stunting pada anak usia 6-24 bulan 1.36 energi kronis dengan kejadian stunting.
kali lebih besar pada ibu yang mengalami Bayi yang lahir dari ibu dengan kurang
anemia saat hamil (Ruaidah, 2013). energi atau gizi pada trimester ke-dua
Penelitan yang dilakukan di kota Bantul mempunyai risiko
menunjukan bahwa ibu hamil anemia 1.6 kali mengalami stunting (Ruaidah,
bersiko 1.5 kali lebih tinggi mempunyai 2013).
anak stunting (Tsuroyya, 2017). Kejadian bayi lahir dengan berat
Hasil laporan kesehatan menunjukan badan lahir rendah di Kabupaten Lampung
bahwa 17.3% ibu hamil di Kabupaten Utara adalah 1.2%. Bayi dikatakan
Lampung Utara mengalami kekurangan mengalami berat badan lahir rendah adalah
energi kronis (KEK). Kekurangan energi jika berat badan saat lahir <2500 gr. Status
kronis (KEK) pada masa kehamilan gizi ibu hamil sangat mepengaruhi
merupakan suatu kondisi ibu hamil dengan keadaan kesehatan dan perkembangan janin.
status gizi kurang yang disebabkan Gangguan pertumbuhan dapat
kekuarangan asupan makanan yang tidak menyebabkan berat lahir rendah, beberapa
sesuai dengan kebutuhan ibu hamil selain penelitian menunjukan bahwa bayi dengan
itu yang berpengaruh terhadap status gizi berat badan lahir rendah berisiko tinggi
ibu hamil adalah kondisi kesehatan ibu untuk terjadinya stunting (Ni’mah, 2015).
saat itu, ibu hamil yang mengalami Menurut Kusharisupeni bahwa ibu dengan
penyakit infeksi sangat mudah kehilangan gizi kurang sejak awal sampai akhir
berbagai zat gizi yang diperlukan oleh kehamilan dan menderita sakit akan
tubuh, selain itu akibat penyakit infeksi melahirkan BBLR, yang kedepannya
kemampuan tubuh untuk menyerap zat gizi menjadi anak stunting, selain itu bayi yang
menurun dan hilangnya nafsu makan diiringi dengan konsumsi makanan yang
sehingga asupan makan menurun. tidak adekuat, dan sering terjadi infeksi
Kekurangan energi kronis dapat diukur selama masa pertumbuhan menyebabkan
dengan mengetahui lingkar lengan atas dan terhambatnya pertumbuhan (Mugianti,
indeks masa tubuh, ibu yang mempunyai 2018). Beberapa penelitian menunjukan
lingkar lengan atas (LiLA) yang kurang bahwa berat badan lahir memiliki
dari 23.5 cm dapat dikatakan ia mengalami hubungan yang bermakna dengan kejadian
gizi kronis. Kesehatan ibu saat hamil akan stunting. Karakteristik bayi saat lahir
sangat mempengaruhi kesehatan janin (BBLR atau BBL normal) merupakan hal
yang dikandungnya. Ibu hamil yang yang menentukan pertumbuhan anak.
menderita KEK akan mempengaruhi Anak dengan riwayat BBLR mengalami

417
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
pertumbuhan linear yang lebih lambat disebabkan oleh diare berhubungan
dibandingkan Anak dengan riwayat BBL dengan gangguan absorpsi nutrien selama
normal (Setiawan, dkk., 2018). Penelitian dan setelah episode diare. Hambatan
di pulau Sumatera menunjukan bahwa pertumbuhan yang disebabkan oleh ISPA
balita dengan riwayat BBLR berisiko 1.31 berhubungan dengan peningkatan
kali mengalami stunting dibandingkan kebutuhan metabolik dan gangguan intake
dengan balita berat lahir normal (Oktarina, makanan selama periode penyakit
2013). (Setiawan, dkk., 2018).
Hasil laporan kesehatan menunjukan Hampir setengah bayi di Kabupaten
bahwa 38.07% balita menderita diare dan Lampung Utara tidak ASI eklusif yaitu
35.09% balita menderita ISPA, data ini 49.2%, dan dapat menjadi gambaran
walaupun di bawah nasional, namun masih pemberian MP-ASI terlalu dini juga cukup
tinggi. Penyakit infeksi merupakan salah tinggi. ASI merupakan makanan terbaik
satu faktor penyebab langsung status gizi bagi bayi untuk pertumbuhan dan
balita disamping konsumsi makanan. perkembangannya, selain dapat
Terdapat interaksi bolakbalik antara status meningkatkan produksi zat anti bodi.
gizi dengan penyakit infeksi. Malnutrisi Beberapa masyarakat beranggapan bahwa
dapat meningkatkan risiko infeksi, bayi selain diberi ASI juga harus diberikan
sedangkan infeksi dapat menyebabkan makanan tambahan karena ASI dianggap
malnutrisi, yang mengarahkan ke kurang mencukupi kebutuhan gizi bayi.
lingkaran setan. Anak kurang gizi, yang Selain itu dengan banyaknya ibu yang
daya tahan terhadap penyakitnya rendah, bekerja, sebagian besar ibu tidak
jatuh sakit dan akan semakin kurang gizi, memberikan ASI eklusif sehingga bayi
sehingga mengurangi kapasitasnya untuk diberikan susu formula. Pemberian MP-
melawan penyakit dan sebagainya ASI terlalu dini meningkatkan risiko
(Mugianti, 2018). Apabila kondisi ini penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya
terjadi dalam waktu lama dan tidak segera dan jika penyakit infeksi ini terjadi
diatasi maka dapat menurunkan intake berulang-ulang akan berdampak pada
makanan dan mengganggu absorbsi zat kejadian stunting (Mitra, 2015).
gizi, sehingga dapat meningkatkan risiko Kurangnya pemberian ASI dan pemberian
terjadinya stunting pada anak balita MP-ASI yang terlalu dini dapat
(Aridiyah, dkk., 2015). Rata-rata balita meningkatkan risiko terjadinya stunting
yang menderita sakit infeksi 3-4 hari terutama pada awal kehidupan. Besarnya
dalam sebulan merupakan salah satu faktor pengaruh ASI eksklusif terhadap status
yang membuat gizi mereka terkuras, gizi anak membuat WHO
sehingga pertumbuhan menjadi lamban merekomendasikan agar menerapkan
dan prevalensi pendek (stunting) intervensi peningkatan pemberian ASI
bertambah (Trihono, 2015). Seorang balita selama 6 bulan pertama sebagai salah satu
yang menderita penyakit infeksi nafsu langkah untuk mencapai WHO Global
makannya cenderung berkurang sehingga Nutrition Targets 2025 mengenai
asupan gizinya pun berkurang. Jika penurunan jumlah stunting pada anak di
berlangsung dalam waktu yang lama bawah lima tahun (Ni’mah, 2015).
dengan frekuensi berkali-kali maka akan Beberapa penelitian menunjukan ada
berdampak pada kurang gizi (Ulfani, hubungan yang bermakna antara
2011). Beberapa penelitian menunjukan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian
bahwa peningkatan durasi diare dan ISPA stunting pada balita. Penelitian Hien dan
berhubungan dengan penurunan status gizi Kam (2008), yang menyatakan risiko
anak. Peningkatan durasi diare menjadi stunting 3.7 kali lebih tinggi pada
berhubungan dengan penurunan indeks balita yang diberi ASI ekslusif. Di
TB/U. Hambatan pertumbuhan yang Indonesia, perilaku ibu dalam pemberian

418
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
ASI ekslusif memiliki hubungan yang kejadian stunting pada balita. Hal tersebut
bermakna dengan indeks PB/U (Panjang dikarenakan asupan gizi yang tidak
Badan menurut Umur), dimana 48 dari 51 adekuat, terutama dari total energi,
anak stunting tidak mendapatkan ASI berhubungan langsung dengan defisit
eksklusif (Mugianti, 2018). Rendahnya pertumbuhan fisik pada anak (Mugianti,
pemberian ASI eksklusif menjadi salah 2018). Penelitian di pulau Sumatera
satu pemicu terjadinya stunting pada anak menunjukan bahwa balita yang memiliki
balita yang disebabkan oleh kejadian masa asupan energi rendah mempunyai risiko
lalu dan akan berdampak terhadap masa 1.28 kali mengalami stunting
depan anak balita, se-baliknya pemberian dibandingkan dengan balita yang memiliki
ASI yang baik oleh ibu akan membantu tingkat asupan energi cukup. Hal ini sesuai
menjaga keseimbangan gizi anak sehingga kerangka teori UNICEF yang menyatakan
tercapai pertumbuhan anak yang normal konsumsi makanan tidak adekuat me-
(Azriful, dkk., 2018). rupakan salah satu faktor yang dapat
Cakupan konsumsi makanan beragam mengakibatkan stunting (Oktarina, 2013).
pada balita hanya 46.6%. Ini berarti lebih Sekitar 24% rumah tangga di
dari setengah balita mengkonsumsi Kabupaten Lampung Utara belum terakses
makanan kurang beragam. Pemenuhan zat terhadap air bersih dan jamban sehat.
gizi yang adekuat, baik gizi makro maupun Sanitasi tempat tinggal berkaitan dengan
gizi mikro sangat dibutuhkan untuk kejadian stunting. Sanitasi yang kurang
menghindari atau memperkecil risiko baik meningkatkan risiko terjadinya
stunting. Kualitas dan kuantitas MP-ASI penyakit infeksi (misalnya diare dan
yang baik merupakan komponen penting kecacingan) dapat menganggu penyerapan
dalam makanan karena mengandung nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa
sumber gizi makro dan mikro yang berperan penyakit infeksi yang diderita bayi dapat
dalam pertumbuhan linear. Pemberian menyebabkan berat badan bayi turun. Jika
makanan yang tinggi protein, kalsium, kondisi ini terjadi dalam waktu yang
vitamin A, dan zinc dapat memacu cukup lama dan tidak disertai dengan
tinggi badan anak. Pemberian asupan gizi pemberian asupan yang cukup untuk
yang adekuat berpengaruh pada pola proses penyembuhan maka dapat
pertumbuhan normal sehingga dapat mengakibatkan stunting (Pusdatin, 2018).
terkejar (catch up) (Mitra, 2015). Asupan Temuan beberapa studi menunjukkan
gizi yang cukup dan seimbang dibutuhkan bahwa balita dari keluarga yang memiliki
untuk mempertahankan kesehatan dan sumber air minum tidak terlindung lebih
proses tumbuh kembang yang berlangsung banyak mengalami stunting dibandingkan
dengan pesat pada ibu hamil dan anak balita dari keluarga yang memiliki sumber
balita, salah satunya protein. Berbagai air minum terlindung. Studi membuktikan
penelitian menunjukan keragaman sumber bahwa terdapat hubungan antara sumber
protein diperlukan karena keduanya air minum dengan kejadian stunting balita.
dibutuhkan dalam proses metabolisme Balita yang ber-asal dari keluarga yang
tubuh. Protein hewani dibutuhkan sebagai memiliki sumber air minum tidak terlindung
sumber zat besi yang berlimpah dan lebih 1.35 kali lebih berisiko mengalami stunting
mudah diserap tubuh. Richard D Semba dibandingkan dengan balita dari keluarga
menunjukkan anak stunting ternyata dengan sumber air minum terlindung.
mengalami kekurangan 9 jenis asam amino Sumber air minum yang bersih merupakan
esensial, asam amino bersyarat/conditional, faktor penting untuk kesehatan tubuh dan
dan asam amino non esensial (Kemenkes, mengurangi risiko serangan berbagai
2018). Beberapa penelitan menunjukan ada penyakit seperti diare, kolera, dan tipes
hubungan signifikan antara konsumsi (Oktarina, 2013).
energi dan Hasil laporan kesehatan diketahui

419
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
bahwa cakupan PHBS hanya 55.4% saja, mengonsumsi tablet tersebut
hal ini menunjukan bahwa budaya cuci (Swamilaksita, 2016). Pada masa
tangan pakai sabun masih rendah. Cuci kehamilan dibutuhkan tambahan zat besi
tangan pakai sabun adalah proses sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi
pembuangan kotoran dan debu secara kebutuhan fetus sekitar 300 mg), plasenta
mekanis dari kulit tangan memakai sabun (50 mg) dan kehilangan zat besi setelah
dan air mengalir. Tujuannya adalah melahirkan (200-550 mg) dengan diet
menghilangkan kotoran dan debu secara yang normal kebutuhan zat besi tersebut
mekanis dari permukaan kulit dan tidak dapat dipenuhi oleh karena itu perlu
mengurangi jumlah mikroorganisme diberi suplemen zat besi (Tsuroyya, 2017).
sementara. Cuci tangan merupakan salah Tujuan pemberian tablet tambah darah ini
satu cara untuk menghindari penyakit yang adalah untuk meningkatkan asupan zat
ditularkan melalui makanan (Kemenkes, besi sehingga diharapkan dapat menurunkan
2010). Penyakit infeksi (misalnya diare angka anemia pada ibu hamil. Suplementasi
dan kecacingan) dapat menganggu zat besi selama kehamilan akan memberikan
penyerapan nutrisi pada proses simpanan zat gizi yang lebih baik untuk ibu
pencernaan. Beberapa penyakit infeksi dan janin. Suplementasi zat besi pada ibu
yang diderita bayi dapat menyebabkan hamil dapat meningkatkan simpanan besi
berat badan bayi turun. Jika kondisi ini dalam bentuk laktoferin dalam ASI.
terjadi dalam waktu yang cukup lama dan Laktoferin dalam ASI berfungsi sebagai
tidak disertai dengan pemberian asupan penghambat pertumbuhan bakteri, dengan
yang cukup untuk proses penyembuhan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan
maka dapat mengakibatkan stunting untuk pertumbuhan bakteri patogen yang
(Pusdatin, 2018). Beberapa hasil penelitian akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi
menunjukan bahwa personal hygiene sehingga akan mengoptimalkan
adalah faktor yang berpengaruh signifikan pertumbuhan bayi (Prabandari, dkk.,
terhadap kejadian stunting. Ibu yang 2016). Beberapa penelitian menunjukan
melakukan kebiasaan mencuci tangan pemberian suplementasi Fe harian yang
sebelum makan, sebelum menyiapkan diberikan secara rutin dapat mengurangi
makanan, setelah buang air besar dan angka kejadian BBLR dibandingkan
setelah pegang binatang pada anak dengan dengan wanita hamil yang tidak mendapat
status gizi normal jumlahnya lebih banyak suplementasi Fe (Fatimah, 2011). Dan
dari ibu pada kelompok anak stunting lebih lanjut dapat mengurangi resiko
(Rahmayana, dkk., 2014). terjadinya stunting.
Pemberian makanan tambahan (PMT)
Identifikasi Intervensi Gizi Spesifik bagi ibu hamil yang menderita kurang
untuk Pencegahan Stunting energi kronis di Kabupaten Lampung
Utara merupakan salah satu bentuk
Salah satu pelayanan gizi bagi ibu intervensi gizi spesifik yang diberikan
hamil adalah pemberian tablet tambah sehingga bayi di dalam kandungan dapat
darah (Fe) sebanyak 90 tablet selama masa tetap tumbuh dan berkembang dengan
kehamilan. Cakupan pemberian tablet baik. Hasil laporan menunjukan bahwa
tambah darah (Fe) pada ibu hamil di cakupan PMT bumil KEK yang
Kabupaten Lampung Utara mencapai mendapatkan PMT adalah 79.10%, artinya
85.66%, angka ini masih di bawah target masih ada ibu hamil KEK belum
yaitu 95%. Beberapa faktor menyebabkan mendapatkan PMT pemulihan. Konsumsi
ibu enggan minum tablet tambah darah zat-zat gizi selama kehamilan amat
antara lain berkaitan dengan rasanya yang menentukan pertambahan berat badan ibu
kurang disukai dan gangguan selama kehamilan, yang pada gilirannya
gastrointestinal yang terjadi setelah

420
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
akan menentukan kualitas janin yang tenaga kesehatan untuk ibu selama
dikandungnya, terkait perkembangan otak kehamilannya yang dilaksanakan sesuai
dan fisik. Oleh karena itu sebaiknya ada standar pelayanan antenatal yang
program khusus PMT ibu hamil dengan ditetapkan dalam standar pelayanan
makanan tinggi kalori, protein dan kebidanan minimal 4 kali selama
mikronutrien (Trihono, 2015). Kemenkes kehamilan. Sebuah penelitian menyatakan
RI mendistribusikan program PMT dalam bahwa ibu yang melakukan perawatan
bentuk PMT pabrikan. Program ini antenatal kurang dari tiga kali berisiko
diprioritaskan pada ibu hamil KEK untuk terjadinya stunting pada anak-anak
berdasarkan ukuran LiLA <23.5 cm mereka (Amini, 2016).
terutama di wilayah Kabupaten/Kota yang Pemantauan pertumbuhan balita
mengalami rawan gizi (Kemenkes, 2010). sangatlah penting dilakukan untuk
Salah satu indikator tercukupinya mengetahui ada atau tidaknya hambatan
kebutuhan zat gizi ibu hamil dapat diketahui pertumbuhan sejak dini. Berdasarkan data
dari bertambahnya berat badan ibu setiap yang diperoleh diketahui bahwa cakupan
bulan. Status gizi yang memadai dan asupan kunjungan balita ke posyandu 75.12%
makanan yang baik selama prakonsepsi dan artinya masih sekitar 25% balita tidak
kehamilan telah diakui sebagai kontributor terpantau pertumbuhan dan
utama untuk hasil kelahiran yang sehat. perkembangannya. Masalah gizi yang
Status nutrisi pada wanita hamil, sangat terjadi pada balita akan lebih dideteksi
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan secara dini jika pertumbuhan balita dipantau
perkembangan janin saat dalam kandungan secara rutin melalui posyandu. Oleh karena
(Pastuty, 2018). Beberapa penelitian itu, ibu yang secara rutin memantau
menunjukan bahwa rata-rata ukuran LiLA pertumbuhan balitanya akan lebih mampu
ibu hamil yang mengalami KEK meningkat memperbaiki masalah gizi secara dini,
setelah diberi PMT pemulihan (Setyowati, sehingga masalah tersebut tidak menjadi
2018). Penelitian yang dilakukan di lebih parah (Ulfani, 2011). Selain itu fungsi
Yogyakarta tentang pengaruh PMT-P pada posyandu adalah pemberian informasi
ibu hamil terhadap berat lahir bayi kesehatan dalam bentuk penyuluh-
didapatkan hasil rerata berat lahir bayi pada penyuluhan salah satunya adalah
ibu hamil yang mendapatkan PMT penyuluhan tentang gizi balita yang
pemulihan mengalami meningkatan. PMT- diharapkan dapat mempengaruhi perilaku
P terbukti secara signifikan berpengaruh ibu balita untuk memantau gizi balitanya
terhadap berat lahir bayi (Pastuty, 2018). (Wahyuningtyas, 2015). Beberapa
Sehingga lebih lanjut dapat mencegah penelitian menunjukan bahwa anak yang
terjadinya stunting pada balita. mengalami stunting memiliki frekuensi
Pemeriksaan kehamilan bertujuan yang lebih sedikit dalam tingkat kehadiran
untuk mengidentifikasikan masalah yang di posyandu. Posyandu merupakan tempat
timbul selama hamil, sehingga kesehatan monitoring status gizi dan pertumbuhan
selama masa kehamilan berada dalam anak yang sangat tepat sehingga dengan
kesehatan sebaik mungkin pada saat datang ke posyandu akan di ukur tingkat
persalinan. Sebanyak 90.6% ibu hamil di pertambahan berat badan dan tinggi badan
Kabupaten Lampung Utara sudah secara rutin dalam setiap bulannya
melakukan anatenatal care (ANC) lengkap, (Destiadi, 2015).
angka tersebut masih dibawah target yaitu Salah satu kegiatan pelayanan gizi
100%. Ini artinya masih ada ibu hamil balita adalah pemberian kapsul vitamin A
yang tidak memeriksakan kehamilannya dosis tinggi. Berdasarkan data yang
dengan lengkap. Pelayanan antenatal diperoleh diketahui bahwa cakupan
merupakan pelayanan kesehatan oleh pemberian vitamin A di Kabupaten
Lampung Utara sebanyak 96.8%, cakupan

421
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
ini sudah tinggi namun belum mencapai dimana semua balita di Kabupaten
taget yaitu 100%. Ini artinya masih ada Lampung Utara yang mengalami gizi
sekitar 3% balita tidak mendapatkan kurang atau bawah garis merah (BGM) telah
vitamin A. Pemberian kapsul vitamin A mendapatkan MP-ASI. Pemberian MP-ASI
bagi balita diberikan setiap 6 bulan atau 2 adalah sumber gizi utama bagi pertumbuhan
kali dalam setahun. Adapun dosis vitamin bayi yang sangat pesat saat bayi berumur 6
A yang diberikan sebesar 100.000 UI bulan, sebab ASI saja sudah tidak cukup
untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200.000 (Kemenkes, 2010). Balita dengan status gizi
UI untuk anak umur 12-59 bulan. kurang atau biasa disebut bawah garis
Defisiensi vitamin A mempengaruhi merah (BGM) perlu mendapatkan
sintesa protein, sehingga akan pelayanan gizi yang memadai agar
mempengaruhi pertumbuhan sel sehingga gangguan pertumbuhan dapat dikoreksi
akan mengalami kegagalan pertumbuhan. sehingga tidak berkelanjutan menjadi gizi
Studi di Surabaya menemukan bahwa buruk melalui pemberian makanan
balita yang kadar retino <20 μg/dl pendamping air susu ibu (MP-ASI). Khusus
ditemukan status stunting 26.7% (Rahmat, untuk balita BGM dari keluarga miskin
2010). pemerintah menyediakan MP-ASI berupa
Masih ada sekitar 5% balita di bubur susu dan biskuit. Kualitas dan
Kabupaten Lampung Utara tidak kuantitas MP- ASI yang baik merupakan
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. komponen penting dalam makanan karena
Imunisasi adalah pemberian kekebalan mengandung sumber gizi makro dan mikro
tubuh terhadap suatu penyakit dengan yang berperan dalam pertumbuhan linear.
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar Pemberian makanan yang tinggi protein,
tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang calsium, vitamin A, dan zinc dapat
mewabah atau berbahaya bagi seseorang memacu tinggi badan anak (Mitra, 2015).
(Picauly, 2013). Pemberian imunisasi Untuk mencapai tinggi badan dan berat
lengkap adalah upaya yang dilakukan agar badan optimal maka dibutuhkan zat gizi
anak balita tetap sehat dan terhindar dari (makro dan mikro) secara seimbang, zat
berbagai penyakit infeksi, sehingga proses gizi tersebut dapat diperoleh dari menyusui
tumbuh kembangnya tidak terganggu secara eksklusif selama enam bulan, dan
(Kemenkes, 2010). Hasil penelitian diteruskan ASI dan MP-ASI selama 2
menunjukkan anak yang tidak memiliki tahun, dan pemberian MP-ASI ini
riwayat imunisasi lengkap memiliki merupakan intervensi yang paling efektif
peluang mengalami stunting lebih besar menurunkan anak stunting (Kemenkes,
dibandingkan anak yang memiliki riwayat 2018).
imunisasi lengkap. Hal ini berarti bahwa Jumlah desa yang melaksanakan
jika anak tidak memiliki riwayat imunisasi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
maka akan diikuti dengan peningkatan di Kabupaten Lampung Utara masih
kejadian stunting 1.983 kali (Picauly, sedikit dan baru 8 desa dinyatakan desa
2013). Imunisasi ada hubungannya dengan stop buang air sembarang (SBS). Sanitasi
malnutrisi kaitannya dengan penyakit total berbasis masyarakat (STBM)
infeksi yang dapat secara langsung merupakan upaya kegiatan yang bertujuan
mempengaruhi status gizi anak untuk meningkatkan pembangunan sanitasi
(Susiloningrum, 2017). hygiene melalui 5 pilar yaitu stop buang
Pemberian MP-ASI pada balita yang air besar sembarang, cuci tangan pakai
mengalami gizi kurang merupakan salah sabun, pengelolaan air minum dan
satu upaya pencegahan agar tidak menjadi makanan rumah tangga, pengelolaan
gizi buruk. Salah satu intervensi gizi sampah rumah tangga dengan aman,
spesifik ini sudah dilaksanakan oleh Dinas pengelolaan limbah cair rumah tangga
Kesehatan Kabupaten Lampung Utara,

422
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
dengan aman sebagai hasil akhirnya adalah monitoring dan evaluasi terhadap
menurunkan kejadian penyakit diare dan intervensi yang sudah dilakukan, dan
penyakit berbasis lingkungan yang selalu merencanakan intervensi
berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. pencegahan stunting secara berkelanjutan.
Perilaku tidak buang air besar
sembarangan, akan sulit dilaksanakan bila DAFTAR PUSTAKA
tidak tersedia jamban yang sehat dari sisi
kualitas, dan jumlah yang mencukupi. 1. Hoffman, D. J., Sawaya, A. L., Verreschi,
Tersedianya jamban yang saniter akan I., Why are Nutritionally Stunted
menjamin tidak terjadinya penyakit Children at Increased Risk of
menular yang sumbernya dari isi perut Obesity, Am J Clin Nutrition;
manusia (Trihono, 2015). Beberapa 2000, vol. 72.
penelitian menyatakan bahwa anak-anak 2. Trihono, Pendek (Stunting) di
yang berasal dari keluarga yang Indonesia Masalah dan Solusinya,
mempunyai fasilitas air bersih dan jamban Balitbang Kes.; 2015.
sehat memiliki prevalensi diare dan 3. Ngaisah, D., Hubungan Sosial
stunting lebih rendah daripada anak-anak Ekonomi dengan Kejadian Stunting
dari keluarga yang tanpa fasilitas air bersih pada Balita di Desa Kanigoro
dan kepemilikan jamban. Risiko batita Septosari Gunung Kidul, Jurnal
stunting yang tinggal dengan sanitasi Medika Respati; 2015, vol. 10, no. 4.
lingkungan yang kurang baik lebih tinggi 4. Kusumawati, E., dkk., Model
dibanding dengan sanitasi yang baik. Hal ini Pengendalian Faktor Risiko
terjadi karena sebagian besar tempat tinggal Stunting pada Anak Usia di Bawah
batita belum memenuhi syarat rumah sehat Tiga Tahun, Jurnal Kesehatan
salah satunya tidak memiliki jamban sehat Masyarakat Nasional; 2015, vol. 9,
keluarga (Kusumawati, dkk., no. 3.
2015). 5. Pusdatin, Situsi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia, Buletin
KESIMPULAN DAN SARAN Jendela Data dan Informasi
Kesehatan; 2018.
Kesimpulan 6. Kemenkes RI., Hasil Utama
Riskesdas; 2018.
Kejadian stunting di Kabupaten 7. Mitra, Permasalahan Stunting dan
Lampung Utara masih tinggi, berdasarkan Intervensi untuk Mencegah
hasil identifikasi diketahui ada beberapa Terjadinya Stunting, Jurnal
faktor yang menjadi penyebab stunting kesehatan komunitas; 2015, vol. 2, no.
antara lain: faktor kesehatan ibu dan balita, 6.
faktor lingkungan, faktor sosial dan faktor 8. Bapenas, Pedoman Pelaksanaan
budaya, dalam pencegahan kejadian Intervensi Penurunan Stunting
stunting ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Terintegrasi di Kabupaten/Kota,
Lampung Utara telah melakukan langkah- 2018.
langkah intervensi meliputi intervensi pada 9. Panggabean, P., Kasus Stunting di
masa kehamilan, bayi dan balita serta Lampung Meningkat, Siapa yang
intervensi perubahan perilaku dan Salah?, https://kompasiana.com, 28
perbaikan sanitasi. Mei 2018).
10. Fatimah, H., Pola Konsumsi dan
Saran Kadar Haemoglobin pada Ibu
Hamil di Kabupaten Maros,
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sulawesi Selatan, Makara Kesehatan:
Lampung Utara agar melakukan 2011, vol. 15, no. 1, p.p. 31-36.

423
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
11. Pratiwi, Hubungan Ibu Hamil 19. Oktarina, Z., Faktor Risiko Stunting
Anemia dengan Stunting pada Bayi pada Balita (24-59 Bulan) di
Baru Lahir di RSUD Wonosari Sumatera, Jurnal gizi dan pangan;
Gunung Kidul Tahun 2016, Skripsi, 2013, vol. 8, no. 3.
Universitas Aisyiyah. Yogyakarta; 20. Aridiyah, F. O. dkk., Faktor-faktor
2017. yang Mempengaruhi Kejadian
12. Tsuroyya, M. M., Hubungan Status Stunting pada Anak Balita di
Anemia Ibu Saat Hamil dan Faktor Wilayah Pedesaan dan Perkotaan,
Lainnya dengan Kejadian Stunting E-Jurnal Pustaka Kesehatan; 2015,
pada Baduta 6-23 Bulan di vol. 3, no. 1.
Kecamatan Bumiayu Kabupaten 21. Ulfani, D. H., Faktor-faktor Sosial
Brebes, Tesis, Universitas Indonesia; Ekonomi dan Kesehatan
2017. Masyarakat Kaitannya dengan
13. Ruaidah, N., Hubungan Anemia Ibu Masalah Gizi Underweight,
Hamil dengan Kejadian Stunting Stunted, Wasted di Inonesia
pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Pendekatan Ekologi Gizi, Journal
Yogyakarta; 2013, E-Thesis & Nutrition and food; 2011, vol. 6, no.
Desertation (ETD), Universitas 1.
Gadjah Mada. 22. Azriful, dkk., Determinan Kejadian
14. Tri, W., Kristiana, Hubungan Status Stunting pada Balita Usia 24-59
Gizi Ibu Saat Hamil dengan Bulan di Kelurahan Rangas
Kejadian Stunting pada Anak Usia Kecamatan Banggae Kabupaten
6-23 Bulan di Kabupaten Bantul; Majene, Alsihah: Publichealth
2015, Tesis, Universitas Gajah Mada, science jurnal; 2018, vol. 10, no. 2.
Yogyakarta. 23. Kemenkes RI., Intervensi
15. Waskita, B. W. A. dkk., Hubungan Komunikasi Perubahan Perilaku
antara Kekurangan Energy Kronik untuk Pencegahan Stunting: Pola
(KEK) Ibu Hamil dengan Kejadian Konsumsi, Pengasuhan, Higienis
Stunting Bayi Baru Lahir di Pribadi dan Lingkungan, Makalah
Puskesmas Kabupaten Pekalongan; Utama Widyakarya Nasional Pangan
2019, E-Skripsi Stikesmuh dan Gizi XI; 2018.
Pekajangan. 24. Kementerian Kesehatan RI.,
16. Ni’mah, K., Faktor yang Petunjuk Teknis Pemberian
Berhubungan dengan Kejadian Makanan Tambahan Ibu Hamil,
Stunting pada Balita, Jurnal Media Kementerian Kesehatan Jakarta; 2010.
Gizi Indonesia; 2015, vol. 10, no. 1. 25. Rahmayana dkk., Hubungan Pola
17. Mugianti, S., Faktor Penyebab Anak Asuh Ibu dengan Kejadian Stunting
Stunting Usia 25-60 Bulan di Anak Usia 24-59 Bulan di Posyandu
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, Asoka II Wilayah Pesisir Kelurahan
Jurnal Ners dan Kebidananan; 2018, Barombong Kecamatan Tamalate
vol. 5, no. 3. Kota Makassar Tahun 2014, Al-
18. Setiawan, E., dkk., Faktor-faktor Sihah: Public Health Science Journal;
yang Berhubungan dengan 2014, vol. 6, no. 2.
Kejadian Stunting pada Anak Usia 26. Swamilaksita, P. D., Efikasi
24-59 Bulan di Wilayah Kerja Suplemen Zat Gizi pada Ibu Hamil
Puskesmas Andalas Kecamatan Terhadap Hasil Kehamilan, Jurnal
Padang Timur Kota Padang Tahun MGMI; 2016, vol. 8, no. 1.
2018, Jurnal Kesehatan Andalas; 27. Prabandari, Y. dkk., Hubungan
2018, vol. 07, no. 02. Kurang Energi Kronik dan Anemia
pada Ibu Hamil dengan Status Gizi

424
JUKEMA
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019: 413-425
Bayi Usia 6-12 Bulan di Kabupaten ke Posyandu dengan Kejadian
Boyolali, Jurnal penelitian gizi dan Stunting pada Balita Usia 36-59
makanan; 2016, vol. 09, no. 01. Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
28. Kementerian Kesehatan RI., Gilingan Surakarta, Skripsi,
Petunjuk Teknis Pemberian Universitas Muhamadya Surakarta.
Makanan Tambahan Ibu Hamil, Surakarta; 2015.
Kementerian Kesehatan Jakarta; 2010. 33. Destiadi, A., Frekuensi Kunjungan
29. Pastuty, R., Efektifitas Program Posyandu dan Riwayat Kenaikan
Pemberian Makanan Tambahan Berat Badan Sebagai Faktor Risiko
Pemulihan pada Ibu Hamil Kejadian Stunting pada Anak Usia
Kekuarngan Energy Kronik di 3-5 Tahun, Media Gizi Indonesia;
Kota Palembang, Jurnal Ilmu 2015, vol. 10, no. 1.
Kesehatan Masyarakat; 2018, vol. 9, 34. Rahmat, D. O., Hubungan Asupan
no. 3. Seng, Vitamin A, Zat Besi dan
30. Setyowati, N., Pengaruh Pemberian Kejadian Stunting pada Balita di
Makanan Tambahan Biskuit Kepulauan Nusa Tenggara
Sandwich terhadap Status Gizi Ibu (Riskesdas 2010),
Hamil Kekurangan Energy Kronis digilib.esaunggul.ac.id; 2010.
(KEK) di Wilayah UPT Puskesmas 35. Picauly, I., Analisa Determinan dan
Bantarbolang Kabupaten Pengaruh Stunting Terhadap
Pemalang, Naskah Publikasi. Prestasi Belajar Anak Sekolah di
Universitas Muhamadya Semarang; Kupang Nusa Tenggara Timur,
2018. Jurnal Gizi dan Pangan; 2013, vol. 8,
31. Amini, A., Hubungan Kunjungan no. 1.
Antenatal Care dengan Kejadian 36. Susiloningrum, W., Hubungan
Stunting pada Balita Usia 12-59 Pengetahuan Ibu dan Status
Bulan di Kabupaten Lombok Imunisasi dengan Status Gizi Balita
Utara, Tesis, Univresitas Aisyiyah. 2-3 Tahun di Puskesmas Klegio 1
Yogyakarta; 2016. Boyolali, Skripsi, Universitas
32. Wahyuningtyas, D. S., Hubungan Muhamadya Surakarta. Surakarta;
Persepsi Ibu dan Partisipasi Balita 2017.

425

Anda mungkin juga menyukai