Disusun Oleh :
1. Annisa Nanda Purnania ( 20101440118011)
2. Heru Khoeruddin ( 20101440118035)
3. Mardianti ‘Aini ( 20101440118043)
A. Definisi
Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan tekanan
darah mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg)
dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah
harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah
yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah
harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan
sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di
Indonesia memakan patokan >220/140.
Jadi kedaruratan hipertensi adalah kondisi penderita hipertensi yang
tidak terkontrol sehingga diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera.
B. Jenis Hipertensi
Krisis Hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi
organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
2. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
C. Klasifikasi Hipertensi
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Sistolik
Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh
kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita
hipertensi berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia
sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita
dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang
baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari
1 %.
D. Etiologi
1. Meminum obat antihipertensi tidak teratur
2. Stress
3. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
4. Obesitas
5. Merokok
6. Minum alkohol
E. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada peningkatan tekanan vena
3. Shock / pingsan
tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada
3. Pingsan
4. Tachikardia > 100/menit
5. Tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
F. Patofisiologi
Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan minum obat
antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan
minum alkohol. Karena ketidak teraturan atau ketidak patuhan minum obat
antihipertensi menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga
memungkinkan seseorang terserang hipertensi yang semakin berat ( Krisis
hipertensi ).
Stres juga dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang
biasanya mengandung hormon estrogen serta progesteron yang menyebabkan
tekanan pembuluh darah meningkat, sehingga akan lebih meningkatkan
tekanan darah pada hipertensi, kalau tekanan darah semakin meningkat, maka
besar kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke
otak sehingga suplai darah menurun dan terjadi iskemik yang menyebabkan
gangguan perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota gerak sehingga
terjadi gangguan mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di otak
akan terjadi gangguan perfusi jaringan.
Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan miokardium
miskin O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi penurunan
kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan
penurunan oksigenasi yang menyebabkan kelemahan.
Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga terjadi
diplopia bisa menyebabkan injury.
G. Pathway
H. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa
nyeri dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg.
Obat pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat
menurunkan resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner.
Obat lain yang dapat dipakai adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan
bersama-sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat
pilihan karena dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin
yang juga dapat menurunkan preload dan afterload merupakan obat
pilihan yang lain.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardio
2. Urinalisa
3. USG
4. CT scan
5. Rongsen
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik
Pada kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara
cepat, sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam
beberapa menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan
secara lebih perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat
tersebut dicapai dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan
darah dalam 24 jam berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai
tekanan darah diastolik sekitar 100 mmHg.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ
sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan
diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat
yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah,
keringat, foto sensitif, hipotensi.
b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi
bila dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of
action 2 – 5 menit, duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug /
menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah,
hipotensi.
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan
secara i. V bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5
menit, duration of action 4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus,
dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang
diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah,
distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action :
oral 0,5 – 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam.
Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama
dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi
refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume
intravaskular. Efek samping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke
volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu
segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di
ICU, pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila
ada indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status
volume intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan
penyebab krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai
krisis hipertensi, tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD
yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan
usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik
tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg
selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal :
disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP
ataupun TD yang didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung
dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan,
kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD
secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan
dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan
lemak terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang
kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung
pada usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk
yang berat badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam
tiga kali waktu makan (pagi, siang, malam).
BAHAN
PORSI SEHARI UKURAN PORSI
MAKANAN
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas
Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau
rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan
sistolik rata-rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan
dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari
golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih.
Sedangkan makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita
hipertensi adalah daging kambing dan durian.
4. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure
mean arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20
% dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara
bertahap bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam.
Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat
dilanjutkan dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal.
Penurunan tekanan darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap
dalam dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
3) Circulation
Kaji :
a) Denyut nadi karotis
b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembapan kulit
d) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji :
a) Tingkat kesadaran
b) Gerakan ekstremitas
c) GCS ( Glasgow Coma Scale )
d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5) Eksposure
Kaji :
a) Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 )
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengannafas pendek,
lender, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama
jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Intervensi Keperawatan
No Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
1 Pola pernafasan NOC : NIC :
tidak efektif Respiratory status : Airway Management
berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas,
dengannafas pendek, Respiratory status : guanakan teknik chin
lender, Airway patency lift atau jaw thrust bila
bronkokonstriksi Vital sign Status perlu
dan iritan jalan 2. Posisikan pasien untuk
nafas. Kriteria Hasil : memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan ventilasi
Definisi : Pertukaran batuk efektif dan suara 3. Identifikasi pasien
udara inspirasi nafas yang bersih, tidak perlunya pemasangan
dan/atau ekspirasi ada sianosis dan alat jalan nafas buatan
tidak adekuat dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum, 5. Lakukan fisioterapi
Batasan karakteristik mampu bernafas dada jika perlu
: dengan mudah, tidak 6. Keluarkan sekret
Penurunan ada pursed lips) dengan batuk atau
tekanan 2. Menunjukkan jalan suction
inspirasi/ekspira nafas yang paten (klien 7. Auskultasi suara nafas,
si tidak merasa tercekik, catat adanya suara
Penurunan irama nafas, frekuensi tambahan
pertukaran udara pernafasan dalam 8. Lakukan suction pada
per menit rentang normal, tidak mayo
Menggunakan ada suara nafas 9. Berikan bronkodilator
otot pernafasan abnormal) bila perlu
tambahan 3. Tanda Tanda vital 10. Berikan pelembab udara
Nasal flaring dalam rentang normal Kassa basah NaCl
Dyspnea (tekanan darah, nadi, Lembab
Orthopnea pernafasan 11. Atur intake untuk cairan
Perubahan mengoptimalkan
penyimpangan keseimbangan.
dada 12. Monitor respirasi dan
Nafas pendek status O2
Assumption of
3-point position Terapi Oksigen
Pernafasan 1. Bersihkan mulut,
pursed-lip hidung dan secret trakea
Tahap ekspirasi 2. Pertahankan jalan nafas
berlangsung yang paten
sangat lama 3. Atur peralatan
Peningkatan oksigenasi
diameter 4. Monitor aliran oksigen
anterior- 5. Pertahankan posisi
posterior pasien
Pernafasan rata- 6. Onservasi adanya tanda
rata/minimal tanda hipoventilasi
- Bayi : < 25 7. Monitor adanya
atau > 60 kecemasan pasien
- Usia 1-4 : < terhadap oksigenasi
20 atau > 30
- Usia 5-14 : < Vital sign Monitoring
14 atau > 25 1. Monitor TD, nadi, suhu,
- Usia > 14 : < dan RR
11 atau > 24 2. Catat adanya fluktuasi
Kedalaman tekanan darah
pernafasan: 3. Monitor VS saat pasien
- Dewasa berbaring, duduk, atau
volume berdiri
tidalnya 500 4. Auskultasi TD pada
ml saat kedua lengan dan
istirahat bandingkan
- Bayi volume 5. Monitor TD, nadi, RR,
tidalnya 6-8 sebelum, selama, dan
ml/Kg setelah aktivitas
Timing rasio 6. Monitor kualitas dari
Penurunan nadi
kapasitas vital 7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Faktor yang 8. Monitor suara paru
berhubungan : 9. Monitor pola
Hiperventilasi pernapasan abnormal
Deformitas 10. Monitor suhu, warna,
tulang dan kelembaban kulit
Kelainan bentuk 11. Monitor sianosis perifer
dinding dada 12. Monitor adanya cushing
Penurunan triad (tekanan nadi yang
energi/kelelahan melebar, bradikardi,
Perusakan/pelem peningkatan sistolik)
ahan muskulo- 13. Identifikasi penyebab
skeletal dari perubahan vital
Obesitas sign
Posisi tubuh
Kelelahan otot
pernafasan
Hipoventilasi
sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi
Neuromuskuler
Kerusakan
persepsi/kognitif
Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
Imaturitas
Neurologis
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2013;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital
Physician 2012:43-50
Ganong, William F (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta
Nurarif, Amin Huda,Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Ny. R
Umur : 55 Thn
Agama : Islam
Pendidikan : SD
No Register : 21-22-459401
B. Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran, sesak nafas
C. Pengkajian Primer
1. Airway
Pasien terpasang ventilator, lidah tidak jatuh kedalam, dan
tidak terpasang OPA, dan terdapat suara nafas gurgling
(bercampur cairan)
2. Breathing
RR 27x/menit, tidak ada nafas cuping hidung, terpasang
ventilator, suara dasar vasikuler
3. Circulation
a. Frekuensi denyut nadi : 90x/mnt
b. Tekanan darah : 210/120 mmHg
c. Suhu : 37,8C
d. Capilary refill : <3 detik
e. SaO2 : 98%
f. Terdapat edema dikaki dan tangan
4. Disability
Kesadaran sopor dengan GCS 6: E2 M3 V1
5. Exposure
Terdapat selulit di area perut dan luka lipatan payudara.
D. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Keperawatan / Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan / Keperawatan Sekarang
Klien dirawat di ICU, dengan sesak nafas, terpasang
ventilator
b. Riwayat Kesehatan / Keperawatan Dahulu
Klien terjatuh di rumah kemudian tidak sadarkan
diri kemudian di bawa keig rsud salatiga.
c. Riwayat Kesehatan / Keluarga
Orang tua pasien mempunyai riwayat hipertensi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pasien dalam keadaan sopor, pasien terlihat sesak
nafas, terpasang ventilator, posisi supinasi.
b. Pemriksaan Tanda – tanda vita
TD : 210/120mmHg
RR : 27x/menit
Suhu : 37,8C
Nadi : 90x/menit
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Pemeriksaan Kepala dan leher
Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada luka
dan jejas, rambut hitam dan sedikit beruban,
dan kotor
Rambut : Hitam dan sedikit beruban dan
kotor
Mata : simetris, konjung tifa anemis, besar
pupil anisokor dengan diameter ¾
Telinga : simetris, tidak ada jejas, tidak ada
serumen
Hidung : Terpasang NGT, warna selang
keruh, tidak ada secret dihidung, tidak ada
nafas cuping hidung
Mulut : bibir pucat kering, tespasang
ventilator
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar
thyroid, dan tidak ada nyeri tekan
d. Pemeriksaan Dada
1) Jantung
I : Denyut apeks nampak
Pa : Denyut apeks teraba
Pe : Vesikuler
A : Tidak ada bunyi jantung tambahan
2) Paru
I : simetris
Pa : tidak dikaji
Pe : sonor
A : vasikuler
3) Abdomen
I : Simetris
A: bising usus 13x/menit
Pa: ptidak terjadi distensi abdomen
Pe: timpani
e. Genetalia
Pasien terpasang kateter, tidak ada infeksi
f. Pemeriksaan Anggota Gerak
Tidak ada jejas, terdapan odema, kekuatan otot
1/1/1/1
g. Pemeriksaan Kulit dan Kelenjar Getah Bening
Kulit coklat sawo, odema kaki dan tangan, tidak ada
luka, tidak ada kelenjar getah bening
3. Kebutuhan Fisiologis
a. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Nutrisi
Kebutuhan dalam makan
1) Pasien terpasang NGT, tidak ada sakit saat
menelan
2) Sonde dengan Dextrose 5% 6x 50cc
3) BB 124,3 kg, TB 160cm, IMT 48,55
(obesitas)
b. Pola Eliminasi
1) Eliminasi feses
Tidak dipatkan feces saat pengkajian.
2) Eliminasi urin
Menggunakan kateter, dengan urin keruh
450 cc/8jam
c. Pola Istirahat Tidur
Pasien dalam keadaan sopor, dengan posisi supinasi
E. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Terapi
Ceftriaxone 1x2 gr
Phenituin 2x10 mg
Omz 2x40 mg
II. ANALISA DATA
No Tanggal/jam Data Fokus Etiologi Masalah TTD
1. 09/02/2021 S: Resiko tinggi Iskemia TIM
Miokard
O: terhadap
1. Klien tampak lemah penurunan
2. Edema pada tangan curah jantung
dan kaki
3. TD 210/120 mmHg,
S 37,8°C, N
90x/menit, RR
27x/menit
4. Bunyi nafas
tambahan gurling
5. GCS : 6 E2,M3,V1
6. SPO2 : 95%
2. 9 Februari S :- Intoleransi ketidakseim TIM
bangan
2021 O: aktivitas
suplai dan
1. Klien tampak kebutuhan
oksigen
lemas
2. Membran
mukosa
kering
3. Capilary refill
<3dtk
4. TD 210/120
mmHg, S
37,8°C, N
90x/menit, RR
27x/menit
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari- hari
(ADL) secara mandiri
V. IMPLEMENTASI
Tanggal//jam DP Implementasi Respon TTD
09/02/2021 1 Memonitor TD, S : - TIM
suhu, nadi, RR O :
Memonitor 1. TD : 210/120
frekuensi dan mmHg, N : 90 x/
irama pernafasan menit, S : 37,8°C,
RR: 27x/menit
2. GCS
E2M3V1
3. SPO2 :
100%
GCS E2M3V1
10/02/2021 2 Memberikan S:- TIM
nutrisi klien O :
melalui NGT Pasien diberikan
sonde dengan
dextrose 5%
O:
Klien mengalami
penurunan kesadaran
TD : 210/120 mmHG
N : 90 x/ menit
Suhu : 37,8 °C
RR : 27 x/menit
GCS : 6 E2M3V1
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
09/02/2021 2 S :- TIM
O:
Pasien diberikan sonde dengan
dextrose 5%
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
10/02/2021 1 TIM
S :-
O:
TD : 110/50 mmHg, N : 93 x/
menit, S : 37,5°C, RR: 25x/menit
GCS E2M3V1
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
10/02/2021 2 S :- TIM
O:
Pasien diberikan sonde dengan
dextrose 5%
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
11/02/2021 1 TIM
S:-
O:
O :-
A : masalah tidak teratasi
P : hentikan intervensi (pasien
meninggal)