Anda di halaman 1dari 9

Berikut kecukupan gizi yang dianjurkan untuk orang dewasa agar kesehatan yang baik dapat dipertahankan

berdasarkan jenis kelamin (Mansjoer, 2001) adalah sebagai berikut:

Jenis Energi Protein (g) Kalsium Besi (mg) Vit A (IU) Tiamin
kelamin (Kalori) (g) (mg)
Laki-laki 2.020 51 0,5 9 4.000 0,9
Perempuan 1.500 40 0,5 8 3.500 0,6

C. Jenis Makanan untuk Orang Sakit

Menurut Mansjoer (2001), gizi untuk orang sakit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu makanan
umum dan makanan khusus, selengkapnya sebagai berikut :

1. Makanan umum

Pasien yang tidak memerlukan makanan dengan diet khusus diberikan makanan dengan gizi
makanan umum, seperti makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, makanan cair dan makanan lewat
pipa, selengkapnya seperti pada uraian berikut :

a. Makanan biasa

Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan makanan khusus sehubungan
dengan penyakitnya. Susunan makanan sama dengan makanan orang sehat, cukup kalori, protein, dan
zat gizi lain, tetapi tidak boleh yang merangsang atau dapat menimbulkan gangguan pencernaan, seperti
makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis atau terlalu berbumbu, dan minuman yang mengandung
alkohol.

Makanan biasa dalam sehari biasa mengandung nilai gizi 2.230 kalori (wanita = 2.050 kal),
protein 75 g, lemak 53 g, dan karbohidrat 365 g. makanan ini dapat mengandung kalsium 0,4 g, besi 24
mg, vitamin A 6.139 SI, dan vitamin C 87 mg. Sayuran dapat diberikan dan terdiri dari campuran
sayuran kacang-kacangan, sayuran daun hijau atau sayuran warna kuning, dan sayuran lain.

b. Makanan Lunak

Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu dan pada penyakit infeksi
dengan kenaikan suhu badan tidak terlalu tinggi. Dapat diberikan langsung kepada pasien atau
merupakan perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa, tergantung keadaan penyakit pasien.
Makanan mudah dicerna, rendah serat, serta tidak mengandung bumbu yang merangsang. Untuk orang
tua dan atau yang sukar menguyah bahan makanan berserat banyak, seperti daging dan sayur, dapat
digiling atau dicincang.

Makanan ini cukup kalori, protein, dan zat-zat gizi lain. Dalam sehari nilai gizi makanan lunak
adalah 2.180 kalori, protein 81 g, lemak 66 g, karbohidrat 318 g, kalsium 1 g, besi 29,3 mg, vitamin A
6.659 SI, tiamin 1,4 mg, dan vitamin C 97 mg.

c. Makanan saring

Makanan saring diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu ; pada infeksi
akut, termasuk infeksi saluran cerna seperti gastroenteritis, dan kesukaran menelan. Menurut keadaan
penyakit, makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau sebagai peralihan dari makanan
cair ke makanan lunak. Makanan ini diberikan untuk jangka waktu pendek karena kurang memenuhi
kebutuhan gizi, terutama kalori dan tiamin.
Nilai gizi makanan saring adalah 1.900 kalori, protein 72 g, lemak 83 g, karbohidrat 223 g,
kalsium 1,3 g, besi 25,6 mg, vitamin A 9.700 SI, tiamin 0,8 mg, dan vitamin C 176 mg.

d. Makanan cair

Makanan cair diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, dalam keadaan
mual dan muntah, dengan kesadaran menurun, dengan suhu badan sangat tinggi atau infeksi akut.
Makanan ini berupa cairan jernih yang tidak merangsang dan tidak meninggalkan sisa. Nilai gizi sangat
rendah sehingga pemberiannya dibatasi selama 1-2 hari saja. Makanan dan minuman yang boleh
diberikan, misalnya teh, kopi, kaldu jernih, air bubur kacang hijau, sari buah, sirup, dan gula pasir.

e. Makanan lewat pipa

Makanan lewat pipa diberikan kepada pasien yang tidak dapat makan melalui mulut karena
gangguan jiwa, prekoma, anoreksia nervosa, kelumpuhan otot-otot menelan, atau sesudah operasi
mulut, tenggorokan, dan saluran cerna.

Makanan berupa sari buah dan cairan kental terbuat dari susu, gula, margarin. Cairan
hendaknya dapat dimasukan melalui pipa karet hidung, atau lambung. Pemakaian gula pasir dan susu
penuh (whole) disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya. Bila terjadi kembung perut
atau diare, pemakaian gula pasir dikurangi dan susu penuh diganti dengan susu skim atau susu rendah
laktosa. Karena kurang zat besi dan vitamin, ke dalam makanan dimasukan 8 mg preparat ferosulfat, 3
tablet vitamin B kompleks, dan 150 mg preparat vitamin C.

Banyaknya makanan sehari adalah 1.500 – 2.000 ml, dibagi dalam 4 porsi.

2. Makanan khusus

Menurut Mansjoer (2001), makanan khusus adalah makanan yang mengandung atau tidak
mengandung zat-zat makanan tertentu untuk penyakit tertentu. Gizi untuk penyakit tertentu adalah sebagai
berikut :

a. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) bertujuan memberikan makanan secukupnya untuk
memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan
jaringan tubuh atau guna menambah berat badan hingga mencapai normal. Syarat diet ini adalah tinggi
kalori, tinggi protein, cukup mineral dan vitamin, serta mudah dicerna.

Diet ini dindikasikan untuk pasien gizi kurang (defesiensi kalori, protein), anemia, dan
hipertiroid. Juga diberikan pada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu bila dapat menerima
makanan lengkap ; baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi atau penyakit yang berlangsung lama
dan telah dapat menerima makanan lengkap ; pasien trauma, luka bakar, atau mengalami perdarahan
banyak ; serta wanita hamil dan pasca persalinan.

Terdapat 2 macam diet TKTP, yaitu TKTP I dan TKTP II. Diet TKTP I mengandung 2.600
kalori dan 100 g (2 g/kg BB) protein. Diet TKTP II mengandung 3.000 kalori dan 125 g (2½ g/kg BB)
protein. Untuk memudahkan, penambahan konsumsi kalori dan protein dilakukan dengan memberikan
penambahan lauk dan susu. Sumber protein hewani yang baik diberikan adalah ayam, daging, hati, ikan,
telur, susu, dan keju, sedangkan sumber protein nabati adalah kacang-kacangan dan hasilnya, seperti
tahu, tempe, dan oncom. Makanan yang terlalu manis dan gurih yang dapat mengurangi nafsu makan,
seperti gula-gula, dodol, cake dan sebagainya, adalah bahan makanan yang dihindarkan.
b. Diet Rendah Kalori

Pemberian diet rendah kalori bertujuan untuk menurunkan berat badan hingga normal. Diet ini
diindikasikan untuk kegemukan dan pada kebutuhan kalori menurun, seperti pada hipotiroid, istirahat di
tempat tidur untuk jangka waktu lama, serta usia lanjut.

Syarat diet ini, kalori dikurangi 500-1.000 kalori dibawah kebutuhan normal, yang akan
menyebabkan penurunan berat badan ½ - 1 kg/minggu. Pengurangan kalori dilakukan dengan
pengurangan karbohidrat dan lemak. Jumlah protein normal atau sedikit diatas normal, yaitu 1 – 1½
g/kg BB, cukup vitamin dan mineral, serta tinggi serat untuk memberikan rasa kenyang. Pada diet 1.200
kalori, kandungan vitamin B kompleksnya rendah.

Terdapat 3 macam diet rendah kalori, yaitu rendah kalori I, II, dan III. Diet rendah kalori I
mengandung 1.200 kalori, 59 g protein, 35 g lemak, 173 g karbohidrat. Diet rendah kalori II
mengandung 1.500 kalori, 71 g protein, 48 g lemak, 206 g karbohidrat. Diet rendah kalori III
mengandung 1.700 kalori, 75 g protein, 48 g lemak, 250 g karbohidrat.

c. Diet Rendah Garam

Pemberian diet rendah garam betujuan membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Diet ini diindikasikan untuk pasien
dengan edema dan/atau hipertensi, seperti pada gagal jantung, sirosis hepatitis, penyakit ginjal tertentu,
toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial.

Syarat diet ini adalah cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin ; jumlah natrium yang
diperbolehkan disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam/air atau hipertensi dan bentuk makanan
disesuaikan dengan keadaan penyakit.

Makanan biasa rata-rata mengandung 2.800 – 6.000 mg natrium sehari. Sebagian besar natrium
berasal dari garam dapur, selebihnya dari bahan makanan asli. Diet rendah garam membatasi konsumsi
garam dapur dan bahan makanan yang mengandung natrium tinggi. Rasa makanan dapat dipertinggi
dengan menggunakan bumbu lain yang tidak mengandung natrium, seperti gula, cuka, bawang merah,
bawah putih, jahe, kunyit, laos, salam, dan sebagainya. Makanan yang dikukus, ditumis, digoreng, atau
dipanggang lebih enak daripada yang direbus.

Diet rendah garam I (200 – 400 mg Na) diberikan kepada pasien dengan edema, asites,
dan/atau hipertensi berat. Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur. Bahan makanan tinggi
natrium dihindarkan. Diet ini mengandung 2230 kalori, 75 g protein, 53 g lemak, dan 365 g karbohidrat.

Diet rendah garam II (600 – 800 mg Na) diberikan kepada pasien dengan edema, asites,
dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I.
dalam pemasakan dibolehkan menggunakan ¼ sendok garam dapur (1 g), bahan makanan tinggi
natrium dihindarkan.

Diet rendah garam III (1.000 – 1.200 mg Na) diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I. Dalam pemasakan
dibolehkan menggunakan ½ sendok (2 g) garam dapur.

d. Makanan Prabedah

Diet ini bertujuan menyiapkan tubuh pasien agar berada dalam keadaan gizi sebaik mungkin.
Syarat makanan prabedah, pasien dengan berat badan kurang dari normal, pasien dengan
hipoproteinemia, anemia, dan hipertiroid diberi diet tinggi kalori tinggi protein. Pasien dengan penyakit
lain diberikan makanan sesuai dengan penyakitnya. Untuk operasi besar, seperti operasi kolon, diberikan
diet rendah sisa 4-5 hari hari sebelumnya. Untuk operasi jantung, hati, ginjal, dan saluran cerna lain, diet
rendah sisa diberikan 2-3 hari sebelumnya, sedangkan untuk operasi sedang, seperti apendektomi, hernia,
hemoroidektomi, dan sebagainya, sehari sebelum operasi. Operasi kecil seperti tonsilektomi tidak
membutuhkan makanan khusus sebelumnya. Kapan makanan terakhir diberikan tergantung dari macam
operasi. Pada operasi besar, umumnya makanan dan minuman terakhir diberikan 8 jam sebelum operasi,
sedangkan pada operasi sedang dan kecil 4-6 jam sesudahnya.

e. Makanan pascabedah

Tujuan pemberian makanan pascabedah adalah mengusahakan agar keadaan pasien segera
kembali seperti normal.

Prinsip pemberian makanan, diberikan secara bertahap, dimulai dari cair, saring, lunak, dan
lusa. Perpindahan makanan dari tahap ke tahap tergantung dari macam operasi dan keadaan pasien. Untuk
pasca bedah kecil (pasca bedah ekstirpasi, tonsil, apendiks, hemoroid, hernia, struma, reduksi terbuka,
ekstremitas distal, dan sebagainya), makanan secepat mungkin kembali seperti biasa. Pada pasca bedah
besar (pasca bedah saluran pencernaan dan di luar pencernaan, seperti jantung, ginjal, ortopedi, dan
sebagainya), makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya.

Makanan pasca bedah I diindikasikan untuk semua pasien pasca bedah. Pada pasca bedah
kecil, diberikan setelah sadar atau rasa mual hilang, sedangkan pada pasca bedah besar, diberikan setelah
sadar, rasa mual hilang, dan ada terdapat tanda usus mulai bekerja. Pada diet ini, diberikan air/teh manis
seperti pada makanan cair, rata-rata 15 kali sehari selama pasien tidak tidur. Makanan ini diberikan dalam
jangka waktu sependek mungkin karena kurang dalam semua zat gizi.

Makanan pasca bedah II merupakan perpindahan dari makanan pasca bedah I pada pasca bedah
besar saluran cerna. Pada pascabedah kecil dan pascabedah besar di luar saluran cerna dapat langsung
diberikan makanan pascabedah III. Makanan ini diberikan berupa minuman manis, kaldu jernih, sirup,
sari buah, dan susu telur, rata-rata 16 kali sehari selama pasien tidak tidur, dengan jangka waktu sesingkat
mungkin karena tidak cukup mengandung zat gizi. Air jeruk dan minum yang mengandung CO2 jangan
diberikan.

Makanan pasca bedah III merupakan perpindahan dari makanan pasca bedah I atau makanan
pasca bedah II. Diberikan sebagai air, sirup, susu, sari buah, biskuit, sup, atau bubur saring tanpa bumbu
merangsang. Minuman yang mengandung CO2 jangan diberikan. Cairan tidak melebihi 2.000 ml sehari.
Makanan ini mengandung 1.900 kalori, 73 g protein, 84 lemak, dan 236 g karbohidrat.

Makanan pasca bedah IV merupakan perpindahan dari makanan pasca bedah III. Makanan ini
diberikan sebagai makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makan dan 1 kali makan selingan. Nilai gizi
makanan ini adalah 2046 kalori, mengandung 76 g protein, 64 g lemak, 295 g karbohidrat.

Makanan pasca bedah V merupakan perpindahan dari makanan pasca bedah IV. Diberikan
kepada pasien dengan kapasitas lambung dan usus yang terbatas, seperti pada penyakit saluran cerna
tertentu. Makanan ini diberikan sebagai makanan lunak yang dibagi dalam 6 kali makan dalam porsi kecil
yang sama. Jumlah cairan bebas.

f. Gizi pada diet penyakit lambung

Tujuan diet pada penyakit lambung adalah memberikan makanan adekuat, tidak merangsang,
dapat mengurangi pengeluaran cairan lambung, dan menetralkan kelebihan asam lambung. Syarat diet ini
adalah mudah dicerna, porsi makanan kecil, dan diberikan sering, protein cukup untuk menggantikan
jaringan yang rusak, serta makanan secara berangsur harus memenuhi kebutuhan gizi normal.

Diet lambung I diberikan kepada pasien ulkus peptikum akut, ulkus peptikum dengan
perdarahan, esofagitis, gastritis akut, dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan berupa susu dan
bubur susu, hanya diberikan selama 2 hari dalam porsi kecil tiap 3 jam. Nilai gizi makanan ini adalah
1.630 kalori, 58 g protein, 63 g lemak, dan 213 g karbohidrat.

Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan diet lambung I setelah fase akut dapat diatasi,
pada tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi, dan sesudah operasi saluran cerna tertentu. Makanan
diberikan selama beberapa hari saja, berbentuk saring atau cincang tiap 3 jam. Nilai gizi makanan ini
adalah 1.990 kalori, 73 g protein, 84 g protein, 84 g lemak, dan 236 g karbohidrat.

Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II atau pada pasien ulkus
peptikum ringan, tifus abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali normal. Makanan berbentuk
lunak, diberikan 6 kali sehari dalam porsi kecil. Makanan ini cukup kalori, protein, mineral, vitamin C,
dan kurang tiamin. Makanan ini mengandung 1.921 kalori, 61 g protein, 74 g lemak, dan 257 g
karbohidrat.

Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung III atau kepada
pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagitis ringan, serta tifus abdominalis yang hampir
sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan biasa tergantung toleransi pasien. Makanan ini
cukup kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi makanan ini adalah 2.080 kalori, 74 g protein, 65 g lemak, dan
303 g karbohidrat.

g. Gizi pada diet penyakit hati

Diet pada penyakit hati bertujuan memberikan makanan secukupnya guna mempercepat
perbaikan faal hati tanpa memberatkan pekerjaannya.

Syarat diet ini adalah kalori tinggi, hidrat arang tinggi, lemak sedang, dan protein disesuaikan
dengan tingkat keadaan klinik pasien. Diet diberikan secara berangsur disesuaikan dengan nafsu makan
dan toleransi pasien terhadap protein. Diet ini harus cukup mineral dan vitamin ; garam rendah bila ada
retensi garam/air, cairan dibatasi bila ada asites hebat, serta mudah dicerna dan tidak merangsang. Bahan
makanan yang menimbulkan gas dihindari.

Diet hati I berupa cairan mengandung karbohidrat sederhana dengan cairan kurang lebih 2 liter
sehari bila tidak ada acites. Diet ini diindikasikan untuk sirosis hepatis berat, hepatitis infeksiosa akut
dalam keadaan prekoma atau segera sesudah pasien dapat makan kembali. Bila acites dan diueresis belum
sempurna, cairan maksimum 1 liter sehari. Makanan ini rendah dalam kalori (1.025 kalori), protein (7 g),
kalsium (0,2 g), besi (9,3 mg), dan tiamin (0,6 mg) serta sebaiknya tidak diberikan lebih dari 3 hari.

Diet hati II diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g
sehari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Diet ini diindikasikan bila keadaan akut atau
prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mempunyai nafsu makan. Menurut beratnya retensi garam/
air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam. Bila ada asites hebat dan tanda diueresis belum
baik, diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini rendah kalori (1.475 kalori), kalsium (0,2 g),
besi (9,3 mg), dan tiamin (0,5 mg), dan sebaiknya diberikan beberapa hari saja.

Diet hati III merupakan makanan perpindahan dari diet hati II atau bagi pasien yang nafsu
makannya cukup. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/kg BB, jumlah
lemak sedang dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung kalori (2.013 kalori),
besi (16,6 mg), vitamin A dan C, tetapi kurang kalsium (0,3 mg) dan tiamin (0,8 mg).
Diet hati IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati III atau pada pasien hepatitis
infeksiosa dan sirosis hepatis yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, dan tidak
menunjukkan gejala sirosis hepatis aktif. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini
mengandung kalori tinggi, protein tinggi, lemak cukup, karbohidrat tinggi, serta vitamin dan mineral
cukup. Nilai gizi makanan ini adalah 2.554 kalori, 91 g protein, 64 g lemak, dan 0,7 g karbohidrat.

h. Gizi pada diet diabetes mellitus

Pemberian diet diabetes mellitus (DM) bertujuan menyesuaikan makanan dengan kesanggupan
tubuh untuk menggunakannya agar pasien mencapai keadaan faali normal dan dapat melakukan pekerjaan
sehari-hari seperti biasa.

Syarat diet ini adalah jumlah kalori ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan dan
tinggi badan, aktivitas, suhu tubuh, kelainan metabolik ; jumlah karbohidrat disesuaikan dengan
kesanggupan tubuh untuk menggunakannya, gula murni tidak diperbolehkan. Makanan cukup protein,
mineral, dan vitamin. Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang dipakai.

Sebagai pedoman, dipakai 8 macam diet DM sebagai berikut :

Macam diet Kalori Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)


I 1.100 50 30 160
II 1.300 55 35 195
III 1.500 60 40 225
IV 1.700 65 45 260
V 1.900 70 50 300
VI 2.100 80 55 325
VII 2.300 85 65 350
VIII 2.500 90 65 390

Diet I – III diberikan kepada pasien yang terlalu gemuk. Diet IV – V diberikan kepada pasien
yang mempunyai berat badan normal. Diet VI – VIII diberikan kepada pasien kurus, diabetes remaja
(juvenile diabetes), atau diabetes dengan komplikasi.

i. Gizi pada diet penyakit jantung

Tujuan pemberian diet ini adalah memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan
pekerjaan jantung, menurunkan berat badan bila pasien terlalu gemuk, dan mencegah/menghilangkan
penimbunan garam atau air.

Syarat diet pada penyakit jantung adalah kalori rendah, terutama bagi pasien yang terlalu
gemuk ; protein dan lemak sedang ; cukup vitamin dan mineral ; rendah garam bila ada tekanan darah
tinggi dan/atau edema ; mudah dicerna, tidak merangsang, dan tidak menimbulkan gas, serta dalam porsi
kecil dan diberikan sering.

Diet jantung I diberikan kepada pasien dengan infark miokard akut (IMA) atau gagal jantung
kongestif berat. Diberikan berupa 1-1½ liter cairan sehari selama 1 - 2 hari pertama bila pasien dapat
menerimanya. Makanan ini sangat rendah kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi diet ini adalah 835 kalori,
21 g protein, 24 g lemak, 140 g karbohidrat, dan 304 mg natrium.

Diet jantung II diberikan secara berangsur dalam bentuk lunak setelah fase akut IMA teratasi.
Menurut beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, makanan diberikan sebagai diet
janutng II rendah garam. Makanan ini rendah kalori, protein, dan tiamin. Nilai gizi diet ini adalah 1.325
kalori, 44 g protein, 35 g lemak, 215 g karbohidrat, dan 248 mg natrium.

Diet janutng III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien
penyakit jantung yang tidak terlalu berat. Makanan ini rendah kalori, tetapi cukup zat gizi lain. Menurut
beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, diberikan sebagai diet janutng III rendah garam.
Nilai gizi diet ini adalah 1.756 kalori, 64 g protein, 41 g lemak, 290 g karbohidrat, dan 172 natrium.

Diet jantung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet janutng III atau kepada
pasien penyakit jantung ringan. Diberikan dalam bentuk biasa. Makanan ini cukup kalori dan zat gizi.
Nilai gizi diet ini adalah 2.023 kalori, 67 g protein, 51 g lemak, 329 g karbohidrat, dan 172 mg natrium.

j. Gizi pada diet gagal ginjal

Tujuan pemberian diet ini adalah memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal
ginjal, menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah, mencegah atau mengurangi retensi garam atau air
dalam tubuh. Syaratnya adalah banyak protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal.

Menurut keadaan pasien dan berat penyakit dapat diberikan diet rendah protein I, II dan III.
Karena kebutuhan protein pasien gagal ginjal sangat tergantung pada keadaan perorangan, disamping
ketiga macam diet tersebut di atas, dapat pula diberikan diet rendah protein dengan 30 g protein dan diet
protein sedang dengan 50 g protein.

Diet rendah protein I (20 g protein) diberikan pada pasien gagal ginjal berat dengan kreatinin 5
– 20 ml/menit dan kadar ueum darah diatas 100 mg%. Bentuk makanan tergantung keadaan pasien : dapat
cair, saring, atau lunak. Makanan ini kurang dalam kalori, protein, kalsium, besi dan tiamin. Diet ini
hanya diberikan selama beberapa hari sementara menunggu tindakan yang lebih tepat, misalnya dialysis.

Diet rendah protein II (40 g protein) diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet rendah
protein I atau pada gagal ginjal kronik yang tidak terlalu berat (kreatini 20-30 ml/menit) atau pada gagal
ginjal dengan pengobatan konservatif (tanpa dialysis). Bentuk makanan lunak atau biasa. Makanan ini
cukup kalori dan semua zat gizi kecuali protein dan tiamin.

Diet protein sedang (60 g protein) diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet rendah
protein II atau pada pasien gagal ginjal kronik ringan (kreatinin 30 – 50 ml/menit) atau pada pasien yang
menjalani diasis. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup kalori dan semua
zat gizi.

k. Gizi pada diet sindrom nefrotik (tinggi protein rendah lemak)

Tujuan pemberian diet ini adalah memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faat
ginjal, mencegah atau mengurangi retensi garam atau air, mengganti protein yang keluar bersama urine.
Syaratnya ialah tinggi protein dan rendah garam menurut beratnya retensi garam atau air. Diet ini
diberikan pada pasien sindrom nefrotik. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini
tinggi kalori, tinggi protein, dan cukup zat gizi lain. Nilai gizi yang harus diberikan pada diet ini ialah
kalori 2.304, protein 97 g, lemak 77 g, karbohidrat 310 g, kalsium 0,7 g, besi 26,2 mg, vitamin A 9.379
SI, tiamin 1,2 mg, vitamin C 170 mg, dan natrium 415 mg.

PEMBAHASAN

A. Gizi Makanan Umum Orang Sakit


Makanan umum untuk orang sakit diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan makanan secara
khusus. Makanan umum dapat berupa makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, makanan cair dan
makanan yang diberikan lewat pipa.

Susunan gizi untuk makanan umum orang sakit, biasa sama dengan makanan untuk orang sehat,
cukup kalori, protein, dan zat gizi lainnya sesuai dengan kebutuhan. Nilai gizi untuk orang sakit pada makanan
umum nilai gizi kalori dan proteinnya lebih tinggi dari kebutuhan orang normal yang tidak sakit. Makan lunak
nilai gizinya tidak terlalu jauh beda dengan makanan biasa tapi merupakan perpindahan dari makanan biasa ke
makanan saring karena makanannya berbentuk agak cair seperti bubur. Makanan saring mengandung nilai gizi
yang lebih rendah dari makanan biasa dan lunak sehingga diberikan dalam jangka waktu yang pendek.
Sedangkan nilai gizi untuk makanan cair dan makanan lewat pipa sangat rendah sehingga pemberiannya
dibatasi 1 – 2 hari saja dan hanya khusus diberikan pada pasien dengan kondisi tertentu seperti makanan cair
untuk pasien dengan keadaan mual dan muntah, pasien dengan kesadaran menurun, pasien dengan suhu badan
sangat tinggi atau infeksi akut. Makanan lewat pipa diberikan kepada pasien yang tidak dapat makan melalui
mulut karena gangguan jiwa, prekoma, anoreksia nervosa, kelumpuhan otot-otot menelan atau sesudah operasi
mulut, tenggorokan dan saluran cerna.

B. Gizi makanan khusus untuk penyakit tertentu

Makanan khusus merupakan makanan yang mengandung atau tidak mengandung zat-zat makanan
tertentu untuk penyakit tertentu. Makanan khusus untuk penyakit tertentu adalah diet tinggi kalori tinggi
protein, diet rendah kalori, diet rendah garam, makanan pra bedah, makanan pasca bedah, diet pada penyakit
lambung, hati, diabetes mellitus, penyakit jantung, gagal ginjal dan sindrom nefrotik.

Gizi untuk diet TKTP adalah tinggi kalori dan tinggi protein, sedangkan mineral dan vitamin cukup.
Diet ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein guna menambah berat badan hingga mencapai
normal. Diet TKTP terdiri dari 2 macam, dimana diet TKTP II, mengandung kalori dan protein yang lebih
tinggi dari diet TKTP I. Diet rendah kalori, nilai gizi kalorinya dikurangi 500 - 1.00 kalori dibawah kebutuhan
normal. Untuk diet rendah garam mengandung nilai gizi cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, sedangkan
jumlah natrium (garam) dikurangi atau disesuaikan dengan keadaan penyakitnya.

Makanan prabedah, nilai gizinya disesuaikan dengan penyakitnya, sedangkan nilai gizi pada
makanan pasca bedah diberikan secara bertahap, dimana semakin lama semakin ditingkatkan nilai gizinya
terutama untuk mempercepat proses penyembuhan penyakitnya dan meningkatkan kondisi pasien.

Nilai gizi pada pasien dengan penyakit lambung lebih ditekankan pada kandungan proteinnya yang
cukup untuk mengganti jaringan yang rusak, diberikan secara bertahap dari diet lambung I sampai diet
lambung IV dan tergantung kondisi pasien. Diet lambung I diberikan kepada pasien ulkus peptikum akut, ulkus
peptikum dengan perdarahan, esofagitis, gastritis akut dan tifus abdominalis berat, bila kondisinya semakin
membaik secara bertahap dan berangsur-angsur diberikan diet lambung IV.

Pasien dengan penyakit hati nilai gizi yang dianjurkan adalah kalori yang tinggi, karbohidrat tinggi,
lemak sedang dan nilai gizi protein disesuaikan dengan keadaan penyakit pasien. Untuk mineral dan vitamin
harus cukup, sedangkan kandungan garamnya rendah bila ada retensi garam atau air.

Nilai gizi untuk pasien diabetes mellitus kandungan kalori ditentukan menurut umur, jenis kelamin,
berat badan, tinggi badan, aktivitas, suhu tubuh, kelainan metabolik. Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan
kesangupan tubuh untuk menggunakannya, gula murni tidak diperbolehkan. Makanan yang diberikan harus
cukup protein, mineral, dan vitamin. Nilai gizi pada pasien diabetes mellitus juga disesuaikan dengan macam
obat yang dipakai, bila digunakan PZI, makanan diberikan 4x sehari dalam jumlah yang kurang lebih sama,
sedangkan jika diberikan berupa tablet atau suntikan RI 3x sehari, makanan diberikan 3x sehari.

Untuk pasien dengan penyakit jantung dianjurkan mengandung kalori rendah, terutama bagi pasien
yang terlalu gemuk, protein dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam bila ada tekanan
darah tinggi. Makanan yang diberikan bertujuan memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan
pekerjaan jantung, menurunkan berat badan bila pasien gemuk dan mencegah atau menghilangkan penimbunan
garam.

Nilai gizi untuk pasien dengan gagal ginjal lebih banyak menganudng protein yang disesuaikan
dengan keadaan faal ginjal yang diketahui dari nilai uji penjernihan kreatinin atau laju filtrasi glomerulus,
protein dipilih yang bernilai biologis tinggi seperti susu, telur, dan daging, lemak terbatas diutamakan
penggunaan lemak tak jenuh ganda. Natrium dibatasi pada gagal ginjal dengan hipertensi berat, hiperkalemia,
edema, oliguria atau anuria, sedangkan kalsium dibatasi. Kandungan kalori disarankan adekuat agar protein
tubuh tidak dipecah untuk energi. Menurut keadaan pasien dan berat penyakit dapat diberikan diet rendah
protein I, II, atau III, karena kebutuhan protein pasien gagal ginjal sangat tergantung pada keadaan perorangan.

Pasien dengan sindrom nefrotik disarankan untuk diberikan makanan yang mengandung gizi tinggi
protein dan rendah garam menurut beratnya retensi garam atau air. Makanan yang diberikan bertujuan untuk
memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal, mencegah atau mengurangi retensi garam
atau air, mengganti protein yang keluar bersama urin.

Anda mungkin juga menyukai