Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gout Arthritis


di Desa Tanjungrejo Kecamatan Tongas
Kabupaten Probolinggo

Oleh:

Siti Afiyah
0320047

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gout Arthritis di


Desa Tanjungrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo:

Nama Mahasiswa : Siti Afiyah


Telah disetujui pada,
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Nuris Kushayati, S.Kep,. Ns,. M.Kep


1. Konsep Dasar Gout Arthritis

A. Pengertian Gout

Gout Arthritis adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolism purin

yang ditandai dengan hiperurisemi dan serangan sinovitis akut berulang- ulang.

Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan

wanita pasca menopause (Amin & Hardhi 2015). Penyakit ini berhubungan

dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Asam urat merupakan hasil

metabolisme yang tidak boleh berlebihan di dalam tubuh, setiap manusia memiliki

kadar asam urat di dalam tubuhnya yang merupakan hasil dari metabolisme

sedangkan pemicu lainnya yang menyebabkan kadar asam urat tinggi adalah

senyawa yang banyak mengandung purin . Penyakit ini terjadi jika timbunan

kristal asam urat yang mengendap dalam persendian meningkat. Peningkatan

tersebut dapat disebabkan ginjal yang mengalami gangguan membuang asam urat

dalam jumlah yang banyak. Gout arthritis dapat bersifat primer maupun sekunder.

Gout arthritis primer terjadi secara langsung akibat pembentukan asam urat tubuh

yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat. Gout arthritis sekunder terjadi

akibat pembentukan asam urat berlebih atau ekskresi asam urat berkurang,

disebabkan oleh proses penyakit lain atau pemakaian obat - obatan tertentu (Price

& Wilson, 2014).

Gout arthritis merupakan kelompok keadaan heterogenous atau beraneka

ragam yang berhubungan dengan efek genetik pada proses metabolisme purin atau

hiperurisemia. Pada keadaan yang dapat terjadi oversekresi asam urat atau defek

renal yang mengakibatkan menurunnya ekskresi asam urat, atau kombinasi dari

keduanya, ditandai dengan meningkatnya kristal asam urat didalam plasma. Kadar
normal asam urat pada pria : 3,0 - 7,1 mg/dL dan wanita : 2,6 - 6,0 mg/dL

(Smeltzer & Bare, 2013)

B. Etiologi

Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini

ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, gout)

dan kalsium pirofosfat dihidrat (CPPD, pseudogout) dan pada tahap yang lebih

lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.

Klasifikasi gout dibagi 2 yaitu :

1. Gout Primer : Dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi atau

sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.

2. Gout Sekunder

a. Pembentukan asam urat yang berlebihan asam urat

- Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukemia, mieloma

retikularis)

- Sindrom Lech-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi

hipoxantin guanine fosforibosil transferase yang terjadi pada anak

anak dan pada sebagian orang dewasa

- Gangguan penyimpanan glikogen

- Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karnea maturasi sel

megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat

b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada

- Kegagalan ginjal kronik

- Pemakaian obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretik dan

sulfonamid
- Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidisme dan

pada miksedema

Faktor predisposisi terjadinya gout arthritis yaitu umur, jenis kelamin lebih

sering terjadi pada pria, iklim, herediter, dan keadaan- keadaan yang

menyebabkan timbulnya hiperurisemia.


C. Patofisiologi

Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan Asam urat dalam serum


sel

Katabolisme purin Asam urat dalam sel Tidak di ekskresi melalui


keluar urine

Asam urat dalam serum Kemampuan ekskresi Penyakit ginjal


(hiperuresemia) asam urat terganggu/ (glomerulonefritis dan
gagal ginjal

Hipersaturasi asam urat Peningkatan asam laktat Konsumsi alkohol


dalam plasma dan garam sebagai produk
urat di cairan tubuh sampingan metabolism

Dibungkus oleh berbagai Merangsang neutrofil


Terbentuk kristal protein (termasuk igG) (leukosit PMN)
monosodium urat (MSU)

Di ginjal Dijaringan lunak dan Terjadi fagositosis kristal


persendian oleh leukosit

Penumpukan dan Penumpukan dan Terbentuk fagolisosom


pengedapan MSU pengedapan MSU

Pembentukan batu ginjal Pembentukan thopus Merusak selaput protein


asam urat kristal

Terjadi ikatan hydrogen


Protenuria, hipertensi Respon inflamasi
antara permukaan kristal
ringan, urin asam & pekat meningkat
dengan membran lisosom
Hipertermi Pembesaran dan Membran lisosom robek
penonjolan sendi terjadi pelepasan enzim
dan oksida radikal
kesitoplasma (synovial)

Nyeri hebat Deformitas sendi

Gangguan rasa nyaman Peningkatan kerusakan


jaringan
Gangguan pola tidur

Kontaktur sendi Kekauan sendi

Kerusakan integritas Fibrosis atau ankilosis Gangguan mobilitas


jaringan tulang fisik
D. Manifestasi Klinis

Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout arthritis yang tidak diobati :

1. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini

asam urat serum laki- laki meningkat dan tanpa gejala selain dari

peningkatan asam urat serum.

2. Stadium kedua athritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan

dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi

metatarsofalangeal.

3. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak

terdapat gejala- gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari

beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan

gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

4. Stadium empat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat

yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.

Peradangan kronik akibat kristal- kristal asam urat mengakibatkan sakit,

dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi bengkak.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Kadar asam urat serum meningkat

2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat

3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat

4. Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukkan

kristal urat monosodium yang membuat diagnosis

5. Sinar X sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang dan

perubahan sendi
F. Penatalaksanaan

Penanganan gout arthritis biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut

dan penanganan hiperurisemia pada pasien gout atritis kronik. Ada 3 tahapan

dalam terapi penyakit ini :

1. Mengatasi serangan akut

2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada

jaringan, terutama persendian

3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik

 Terapi Non Farmakologi

Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout.

Intervensi seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi

diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.

 Terapi Farmakologi

Serangan Akut

Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya indometasin

200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi pertama dalam

menangani serangan akut gout arthritis, asalkan tidak ada kontra indikasi

terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin berkompetisi

dengan asam urat dan dapat memperparah serangan akut gout. Keputusan

memilih NSAID atau kolkisin tergantung pada keadaan pasien, misalnya ada

penyakit penyerta lain atau komorbid, obat lain yang juga diberikan pada

pasien pada saat yang sama, dan fungsi ginjal. Kolkisin merupakan obat

pilihan jika pasien juga menderita penyakit kardiovaskuler, termasuk

hipertensi, pasien yang mendapat diuretik untuk gagal jantung dan pasien
yang mengalami toksisitas gastrointestinal, kecenderungan perdarahan atau

gangguan fungsi ginjal.

Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat

urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada

serangan akut.

Penggunaan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX-2), Kolkisin dan

kortikosteroid untuk serangan akut adalah sebagai berikut :

1. NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien

yang mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang

menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih

melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID

harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam

pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin banyak diresepkan

untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari.

Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan

meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain

pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis

obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi

Gout Arthritis Akut adalah :

- Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.

- Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.

- Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48

jam. Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.


2. COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor

yang dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini

efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak

tahan terhadap efek Gastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2

Inhibitor mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal bagian atas

yang lebih rendah dibanding NSAID non selektif.

3. Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk

serangan Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer

karena awal kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering

dijumpai.

4. Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian

Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat

ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan

dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout Arthritis Sepsis dan

Gout Arthritis Akut karena pemberian Steroid Intra-Articular akan

memperburuk infeksi.

Penatalaksanaan Gout Kronik

Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk

mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis,

keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan

obat penurun kadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan Allopurinol,

Urikourik dan Feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi Gout

Arthritis Kronis akan dijelaskan berikut ini:


1. Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis

adalah Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi

fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan cara

menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi

ginjal normal dosis awal Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam.

Respon terhadap Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam

Urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum

setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam serum harus dicek setelah 2-3

minggu penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar Asam

Urat.

2. Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang sedikit

mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik.

Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon

(100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative Allopurinol. Urikosurik harus

dihindari pada klien Nefropati Urat yang memproduksi Asam Urat

berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien dengan fungsi ginjal yang

buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar 5% klien yang

menggunakan Probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati,

kembung atau konstipasi (Nurarif, 2015).


2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ARTHRITIS

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam

mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang

diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).

Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis :

1. Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan

terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari

nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri

yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan

sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu

pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atau Tofi pada

sendi atau jaringan sekitar.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit

Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan

sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.


6. Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien

dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan

individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan

berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik

akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan

perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri

dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang

maladaptif.

7. Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi Purin.

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari

ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah

sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan

mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan

posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada

kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah

sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan

beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan

tersebut aktif, pasif atau abnormal.

9. Pemeriksaan Diagnosis

1) Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.


2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

3) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

4) Pemeriksaan Radiologi.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti

tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan

masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran

tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang

mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011). Menurut NANDA (2015) diagnosa

yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI

(2017) adalah:

1) Nyeri akut

2) Gangguan mobilitas fisik

3) Hipertemia

4) Gangguan rasa nyaman

5) Gangguan integritas jaringan

6) Gangguan pola tidur

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis

keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

(Iqbal dkk, 2011).


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi

asuhan keperawatan
1. Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri hilang
karakteristik, durasi,
atau terkontrol dengan
frekuensi, kualitas,
kriteria hasil :
intensitas nyeri, skala
1. Kemampuan
nyeri.
menuntaskan aktivitas
2. Identifikasi faktor
meningkat
yang memperberat
2. Keluhan nyeri
dan memperingan
menurun
nyeri.
3. Meringis menurun
3. Identifikasi skala

nyeri

4. Identifikasi

pengetahuan dan

keyakinan tentang

nyeri

5. Indentifikasi respons

nyeri non verbal

Teraupetik

1. Berikan tekhnik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

(misalnya: terapi
pijat, aroma terapi,

kompres hangat atau

dingin).

2. Kontrol lingkungan

yang memperberat

rasa nyeri (misalnya

suhu ruangan,

pencahayaan,

kebisingan).

3. Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

strategi meredakan

nyeri.

4. Fasilitasi istirahat dan

tidur

Edukasi

1. Jelaskan penyebab

periode dan pemicu

nyeri.

2. Jelaskan strategi

meredakan nyeri.

3. Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri.


4. Anjurkan

menggunakan

analgesik secara tepat.

5. Ajarkan tekhnik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa

nyeri.

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

analgesik, jika perlu.


2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Observasi

mobilitas keperawatan diharapkan klien


1. Identifikasi adanya
fisik mampu melakukan rentan
nyeri atau keluhan
gerak aktif dan ambulasi
fisik lainnya
secara perlahan dengan
2. Identifikasi toleransi
kriteria hasil :
fisik melakukan
1. Pergerakan ekstermitas
pergerakan.
meningkat
3. Monitor frekuensi
2. Kekuatan otot meningkat
jantung dan tekanan
3. Rentang gerak (ROM)
darah sebelum
meningkat
memulai mobilisasi
4. Nyeri menurun
4. Monitor kondisi

umum selama

melakukan mobilisasi
Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas

mobilisasi dengan alat

bantu ( misalnya

pagar tempat tidur )

2. Fasilitasi melakukan

pergerakan

3. Libatkan keluarga

untuk membantu

pasien dalam

meningkatkan

pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi

2. Anjurkan melakukan

mobilisasi dini

3. Ajarkan mobilisasi

sederhana yang harus

dilakukan ( misalnya

duduk ditempat tidur,

duduk disisi tempat

tidur, pindah dari

tempat tidur ke kursi )


Kolaborasi

3. Hipertermia Setelah dilakukan Observasi

asuhan keperawatan 1. Identifikasi penyebab

diharapkan suhu tubuh hipertermia (misalnya

klien dalam batas dehidrasi, terpapar

normal dengan kriteria lingkungan panas,

hasil : penggunaan

1. Suhu tubuh dalam rentan inkubator)

normal. 2. Monitor suhu tubuh

2. Nadi dan pernapasan 3. Monitor kadar

dalam rentan normal. elektrolit

3. Tidak ada perubahan 4. Monitor haluaran

warna kulit dan tidak ada urine

pusing. 5. Monitor komplikasi

akibat hipertermia.

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan

yang dingin

2. Longgarkan atau

lepaskan pakaian

3. Basahi dan kipasi

permukaan tubuh

4. Berikan cairan oral


5. Hindari pemberian

antipiretik atau

aspirin

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

cairan dan elektrolit

intravena jika perlu


4. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Observasi

rasa nyaman keperawatan diharapkan 1. Monitor status

status kenyamanan meningkat oksigenasi sebelum

dengan kriteria hasil : dan sesudah

1. Kesejahteraan fisik mengubah posisi

meningkat 2. Monitor alat traksi

2. Kesejahteraan agar selalu tepat

psikologis meningkat Terapeutik

3. Keluhan tidak nyaman 1. Tempatkan pada

menurun posisi terapeutik

4. Gelisah menurun 2. Atur posisi tidur yang

disukai, jika tidak ada

kontraindikasi

3. Atur posisi yang

meningkatkan

drainage
4. Motivasi melakukan

ROM aktif dan pasif

5. Hindari menempatkan

pada posisi yang

dapat meningkatkan

nyeri

Edukasi

1. Informasikan saat

akan dilakukan

perubahan posisi

2. Ajarkan cara

menggunakan postur

yang baik dan

mekanika tubuh yang

baik selama

melakukan perubahan

posisi.

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

premedikasi sebelum

mengubah posisi, jika

perlu
5. Gangguan Setelah dilakukan Observasi

integritas asuhan keperawatan 1. Identifikasi penyebab

jaringan diharapkan ketebalan gangguan integritas


dan tekstur jaringan kulit (misal.

normal dengan kriteria Perubahan sirkulasi,

hasil : perubahan status

1. Elastisitas meningkat nutrisi, penurunan

2. Kerusakan jaringan kelembaban, suhu

menurun lingkungan ekstrem,

3. Kerusakan lapisan penurunan mobilitas)

kulit menurun Terapeutik

4. Nyeri menurun 1. Ubah posisi tiap 2

jam jika tirah baring

2. Lakukan pemijatan

pada area penonjolan

tulang, jika perlu

3. Hindari produk

berbahan dasar

alkohol pada kulita

kering

4. Gunakan produk

berbahan ringan/alami

dan hipoalergik pada

kulit sensitif

Edukasi

1. Anjurkan

menggunakan
pelembab

2. Anjurkan

meningkatkan asupan

nutrisi

3. Anjurkan

meningkatkan asupan

buah dan sayur

Kolaborasi

-
6. Gangguan Setelah dilakukan Observasi

pola tidur asuhan keperawatan 1. Identifikasi pola

diharapkan jumlah jam aktivitas dan tidur

tidur klien dalam batas 2. Identifikasi faktor

normal dengan kriteria penganggu tidru (fisik

hasil : dan atau psikologis)

1. Kesulitan tidur 3. Identifikasi makanan

menurun dan minuman yang

2. Keluhan tidak puas menganggu tidur

tidur menurun (misal. Kopi, teh,

3. Keluhan istirahat tidak alkohol, makan

cukup menurun mendekati waktu

tidur, minum banyak

air sebelum tidur)

4. Identifikasi obat tidur

yang dikonsumsi.
Terapeutik

1. Modifikasi

lingkungan

2. Batasi waktu tidur

siang, jika perlu

3. Fasilitasi

menghilangkan stres

sebelum tidru

4. Tetapkan jadwal tidur

rutin

Edukasi

1. Jelaskan pentingnya

tidur cukup selama

sakit

2. Anjurkan menepati

kebiasaan waktu tidur

3. Anjurkan

menghindari

makanan/minuman

yang menganggu

tidur

4. Ajarkan relaksasi otot

autogenik atau cara

nonfarmakologi
lainnya.

Kolaborasi ‘

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke

status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
ASUHAN KEPEAWATAN PADA Ny. S DENGAN GOUT ARTHRITIS

Nama : Siti Afiyah

NIM : 0320047

Pengkajian di ambil : 11 Januari 2021 Jam : 18.30 WIB

I. IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 84 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : Belum tamat SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Dusun.Krajan, RT/RW.005/001, Ds.Tanjungrejo,

Kec.Tongas, Kab.Probolinggo.

II. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan merasa nyeri pada kaki kiri.

Pengkajian nyeri :

P : mengatakan nyeri.

Q : rasanya sengkring-sengkring.

R : Nyeri di lutut bagian kiri.

S : Skala 4

T : Saat melakukan aktivitas, terkadang secara mendadak.


2. Riwayat Keperawatan Sekarang

Beberapa hari yang lalu pasien mengeluh kakinya sakit dan pasien sulit

untuk menggerakkan kakinya sehingga tidak terlalu melakukan aktivitas

dan pasien juga melakukan sholat dengan posisi duduk. Kemudian pada

sore hari jam 17.00 WIB pasien dibawa ke tempat praktik perawat

setempat. Setelah di periksa, kadar asam urat pasien tinggi tetapi pasien

lupa berapa hasilnya. Pada tanggal 11 Januari 2021 pada saat dilakukan

pengkajian, pasien masih mengeluh sakit pada kakinya. Kemudian setelah

diperiksa asam uratnya, didapatkan hasil 8 mg/dL.

3. Riwayat Keperawatan Dahulu

Pasien mengatakan belum pernah dirawat di RS. Pasien memiliki riwayat

hipertensi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : Composmetntis

c. Tanda-tanda vital :

- Nadi : 110x/menit

- Temp : 36,80C

- RR : 20x/menit

- Tensis : 180/100 mmHg

d. Pemeriksaan Kepala dan Leher

- Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, rambut beruban.

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

- Leher

Inspeksi : tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

e. Pemeriksaa Mata

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada anemis, sklera unikterik.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

f. Pemeriksaan Telinga

Inspeksi : bentuk simetris, tidak memakai alat bantu pendengaran, tidak

ada kotoran.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

g. Pemeriksaan Hidung

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung, bersih.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

h. Pemeriksaat Mulut

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada sianosis, terdapat karang gigi, bibir

sedikit kering.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

i. Pemeriksaan Integumen

Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

j. Pemeriksaan Thorax

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada bantu otot pernapasan.
Perkusi : suara sonor diseluruh lapang paru.

Palpasi : ictus cordis teraba, getaran paru normal antara kanan dan kiri.

Auskultasi : terdengar vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

k. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi.

Auskultasi : Suara peristaltik usus terdengar 12x/menit.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : tidak terkaji

l. Ekstremitas atas & bawah

- Ekstremitas atas

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

- Ektremitas bawah

Inspeksi : kaki terlihat sulit digerakkan.

Palpasi : terdapat nyeri tekan di dengkul sebelah kiri.

m. Genetalia : Tidak terkaji

n. Muskuloskeletal : Kekuatan otot menurun

5 5

3 3
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tanggal 12 januari 2021

Pemeriksaan kadar asam urat : 8 mg/dL

V. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

1. Allopurinol 100 mg 3x1


VI. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Agen pencedera Nyeri Akut


fisik.
1. Pasien mengatakan merasa (D.0077)

nyeri pada kaki kiri.

P : mengatakan nyeri.

Q : rasanya sengkring-

sengkring.

R : Nyeri di lutut bagian

kiri.

S : Skala 4

T : Saat melakukan

aktivitas, terkadang secara

mendadak.

DO :

1. Klien tampak menyeringai

2. Pasien sulit tidur

3. Kadar Asam urat 8 mg/dL

4. TTV:

TD : 180/100 mmHg

N : 110x/menit
2. DS : Nyeri Gangguan

1. Pasien mengatakan sulit mobilitas fisik


untuk menggerakkan (D.0054)

kakinya sehingga tidak

terlalu melakukan aktivitas.

2. Pasien mengatakan

melakukan sholat dengan

posisi duduk.

DO :

1. Kekuatan otot menurun

5 5

3 3

2. Ektremitas bawah

- Kaki terlihat sulit

digerakkan.

- Terdapat nyeri tekan di

dengkul sebelah kiri.

VII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik.

2. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri.

VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx Tujuan & Kriteria Interverensi


Keperawatan Hasil

Nyeri Akut Tujuan : Setelah Manajemen Nyeri

(D.0077) dilakukan asuhan Observasi:

keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

3x24 jam nyeri menurun. durasi, frekuensi, kualitas, intesitas

Kriteria Hasil : nyeri.

1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi nyeri.

menurun. 3. Identifikasi faktor yang

2. Kesulitan tidur memperberat dan memperingan

menurun. nyeri.

3. Frekuensi nadi Terapeutik:

membaik. 1. Berikan teknik nonfarmakologis

4. Tekanan darah untuk mengurangi rasa nyeri

membaik. (relaksasi nafas dalam).

5. Pola tidur membaik. 2. Pertimbangkan jenis dan sumber

nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri.

Edukasi:

1. Jelaskan penyebab, periode, dan

pemicu nyeri.

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

3. Anjurkan menggunakan analgesik

secara tepat.

4. Ajarkan teknik non farmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

(relasasi nafas dalam).

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian analgetik,

jika perlu.

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari, tgl/jam No.Dx Implementasi TTD


1. Selasa, 12 1 1. Mengidentifikasi nyeri.

januari 2021 / P : nyeri pada lutut sebelah kiri.

10.00 WIB Q : rasanya sengkring-sengkring.

R : nyeri dilutut bagian kiri.

S : skala 4

T : saat melakukan aktivitas / secara

mendadak.

2. Mengobservasi TTV:

TD : 160/110 mmHg

N : 106x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,80C

3. Mengidentifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan

nyeri. (yang memperberat nyeri

yaitu dari penyakit asam urat yang

tinggi).
4. Menjelaskan strategi meredakan

nyeri. (dengan cara relaksasi nafas

dalam dan pemberian obat).


2. Rabu, 13 1 1. Mengidentifikasi nyeri.

Januari P : nyeri pada lutut sebelah kiri.

2021 / 16.00 Q : rasanya sengkring-sengkring.

WIB R : nyeri dilutut bagian kiri.

S : skala 4

T : saat melakukan aktivitas / secara

mendadak.

2. Mengobservasi TTV:

TD : 140/90 mmHg

N : 97x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,50C

3. Menganjurkan menggunakan

analgesik secara tepat. (pasien

mengkonsumsi obat allopurinol 100

mg 3x1).

4. Mengajarkan teknik non

farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (dengan cara mengajarkan

relaksasi nafas dalam).


3. Kamis, 14 1 1. Mengidentifikasi nyeri.

januari 2021 / P : nyeri pada lutut sebelah kiri.


08.30 WIB Q : rasanya sengkring-sengkring.

R : nyeri dilutut bagian kiri.

S : skala 3

T : saat melakukan aktivitas / secara

mendadak.

2. Mengobservasi TTV:

TD : 140/100 mmHg

N : 89x/menit

RR : 20x/menit

S : 370C

3. Mengajarkan teknik non

farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (dengan cara mengajarkan

relaksasi nafas dalam).

X. EVALUASI KEPERAWATAN

No Tgl Dx Evaluasi TTD


1. 12 januari 1 S : pasien mengatakan lutut sebelah kiri

2021 masih terasa sakit.

P : Nyeri lutut

Q : Rasanya sengkring-sengkring

R : Nyeri di lutut sebelah kiri


S : Skala 4

T : saat beraktivitas / secara mendadak

O:

- K/U : Baik

- TTV :

TD : 160/110 mmHg

N : 106x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,80C

- Pasien belum mengerti strategi

meredakan nyeri.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan:

- Mengidentifikasi nyeri

- Mengobservasi TTV

- Menganjurkan menggunakan analgesik

secara tepat.

- Mengajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri.


2. 13 januari 1 S : pasien mengatakan lutut sebelah kiri

2021 masih terasa sakit.

P : Nyeri lutut

Q : Rasanya sengkring-sengkring

R : Nyeri di lutut sebelah kiri

S : Skala 4
T : saat beraktivitas / secara mendadak

O:

- K/U : Baik

- TTV :

TD : 140/90 mmHg

N : 97x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,50C

- Pemberian obat per oral allopurinol 100

mg 3x1.

- Pasien mulai mengerti teknik non

farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (dengan cara relaksasi nafas

dalam).

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan:

- Mengidentifikasi nyeri.

- Mengobservasi TTV

- Mengajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri.


3. 14 januari 1 S : pasien mengatakan lutut sebelah kiri

2021 masih terasa sakit.

P : Nyeri lutut

Q : Rasanya sengkring-sengkring

R : Nyeri di lutut sebelah kiri


S : Skala 4

T : saat beraktivitas / secara mendadak

O:

- K/U : Baik

- TTV :

TD : 140/100 mmHg

N : 89x/menit

RR : 20x/menit

S : 370C

- Pemberian obat per oral allopurinol 100

mg 3x1.

- Pasien mulai bisa melakukan tekhnik

relaksasi nafas dalam meskipun masih

bingung.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan:

- Mengidentifikasi nyeri.

- Mengobservasi TTV

- Pemberian obat

- Mengajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri.


DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda NIC-NOC. Percetakaan Mediaction Publishing: Jogjakarta

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG.

Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:

Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: AGC.

Perry, Potter. (2011). Fundamental Keperawatan buku 1 edisi 7. Jakarta: Salemba

Medika.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta Selatan :

DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta Selatan :

DPP PPNI

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta Selatan :

DPP PPNI

Prince & Wilson. 2014. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Volume 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan.

Yogyakarta: Buku Pintar.

Anda mungkin juga menyukai