Anda di halaman 1dari 7

Hana Setiastari

2017101014
UAS Manajemen Konstruksi

Keselamatan dan kesehatan kerja proyek konstruksi

Perkembangan mengenai pembangunan infrastruktur di berbagai negara


sangat bermacam-macam, salah satunya di Indonesia yang seiring berjalannya
waktu memiliki pembangunan infrastruktur yang sangat cepat dan terus
berkembang kedepannya. Dalam pembangunan infrastruktur ini, khususnya pada
proyek tentu memerlukan jasa konstruksi. Jasa konstruksi dibutuhkan guna
menunjang pembangunan infrastruktur yang cepat dan tepat. Pembangunan
infrastruktur tentu memiliki kendala dan hambatan yang kadang pengerjaan
proyek konstruksi menjadi terhambat. Kendala dan hambatan tersebut mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
persoalan yang perlu diutamakan karena menyangkut pelaksanaan proyek
konstruksi. Dalam keselamatan kerja yang sering kali terjadi yaitu mengenai
kecelakaan kerja serta pada kesehatan kerja yaitu seringkali mengalami kendala
soal gangguan kesehatan.
Setiap tahun sering kali kecelakaan terjadi di tempat kerja yang
menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Dalam
Jawat (2017) bahwa data kecelakaan secara nasional pada sektor konstruksi
mencapai 31.9 %, industri 31.6 %, transportasi 9.3 %, pertambangan 2.6 %,
kehutanan 3.8 %, lain-lain 20 %. Hal ini membuktikan dalam pengerjaan proyek
konstruksi dibutuhkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegritas. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan
tentang keteknikkan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan
tenaga kerja, dan lingkungan untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi. Tahun 2007 tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451
orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data
kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota
jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari
seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian angka kecelakaan mencapai 930
kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu jumlah
kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut
penelitian world economic forum pada tahun 2006, angka kematian akibat
kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja. ( Kani,
Bobby Rocky et al, 2013)
Persoalan semacam ini adalah salah satu yang harus di utamakan oleh
perusahan jasa konstruksi, yang tentunya akan menambah biaya pengeluaran
anggaran bagi pihak perusahaan. Dalam hal ini tidak semua perusahaan jasa
konstruksi memperhatikannya, dan bahkan ada yang belum bersedia
mengalokasikan dana untuk kepentingan menanggulangi kecelakaan kerja.
Sebagai dampak lingkungan yang terjadi tentunya masyarakat dan pemerintah
setempat yang akan menanggungnya. Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan
rangkaian jenis kegiatan yang melibatkan manajemen perusahaan, tenaga kerja,
peralatan teknik, dan bahan konstruksi. Pada skala besar maupun kecil dalam hal
pengadaan bahan konstruksi, kecelakaan dan gangguan kesehatan juga dapat
terjadi. Apabila hal ini tidak dapat dihindari maka berakibat fatal yaitu akan
kehilangan sumber daya tenaga kerja. Kehilangan sumber daya tersebut maka
akan merugikan semua pihak yang berkepentingan, pihak tersebut diantaranya:
 pemilik proyek
 penyandang dana
 konsultan
 penyedia jasa/ kontraktor
 pihak tenaga kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan mencegah, mengurangi,
bahkan meminimailkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep
ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang. Keselamatan dan kesehatan kerja harus
dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi,
produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek
tersebut berpengaruh satu sama lain dan akan menunjang kinerja dari
pembangunan proyek tersebut. Perkembangan peralatan teknologi yang digunakan
dalam proyek konstruksi tentu harus diimbangi dengan skill dan tingkat
manajemen resiko yang tinggi, solusi yang paling tepat dengan mengedepankan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja agar aset dan tenaga kerja
yang merupakan investasi bagi pengusaha dapat terselamatkan dengan baik.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis konstruksi. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Upaya menghindari dan mengurangi kecelakaan terhadap
tenaga kerja di bidang konstruksi, maka perlu diutamakan penerapan peraturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K-3 ). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
menurut Armanda (2006) sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selain itu Menurut zuma’mur
(1981), keselamatan kerja yaitu :
a. Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaannya.
b. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang
lain, dan juga masyarakat pada umumnya.
c. Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang utama bagi
keamanan tenaga kerja.
d. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik
barang, maupun jasa.
e. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko
bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan
mutakhir.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
(Ramli, 2010). Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6 Tentang
Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:
1) Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal.
2) Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Dalam hal ini, kesehatan kerja proyek konstruksi juga perlu diperhatikan.
Spesialisasi dalam kesehatan dan kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan
agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umumnya. Hakikat dari
kesehatan kerja :
a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setingginya
baik; buruh, petani, nelayan, pegawai negri atau pekerja bebas, dengan demikian
dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada
meningginya efisiensi dan daya dukung produktifitas faktor manusia dalam
produksi.
Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah pencegahan dan pemberantasan
penyakit-penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi
efisiensi dan daya daya produktifitas tenaga manusia, pemberantasan kecelakaan
kerja dan melipat gandakan kegairahan serta kenikmatan kerja, perlindungan
masyarakat luas demi bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk
industri. Disimpulkan tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Program keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi
memiliki banyak fungsi, menurut Parker dan Oglesby (1972), secara garisbesar
telah mengkategorisasikan hal ini sebagai berikut :
a. Faktor kepribadian atau perilaku
- Pekerja : latihannya, kebiasaan, kepercayaan, kesan, latar belakang pendidikan
dan kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik fisik.
- Lingkungan pekerjaan : sikap dan kebijaksanaan dari para pengusaha serta
manajer, pengawas, penyedia serta kawan sekerja pada proyek.
b. Faktor fisik
- Kondisi pekerjaan : ditentukan oleh jenis bahaya yang melekat tidak terpisahkan
dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, maupun oleh bahaya terhadap
kesehatan kerja yang ditimbulkan oleh metode dan material serta lokasi dari
pekerjaan itu.
- Penyikiran bahaya mekanis : pemakaian pagar/batas, peralatan serta prosedur
untuk melindungi pekerjaan secara fisik terhadap daerah atau situasi yang
berbahaya.
- Perlindungan : pemakaian dari variabel sedemikianseperti helm (topi pelindung
proyek), kaca mata pengaman, penyumbat telinga, tali sabuk tempat duduk serta
perangkat lainnya untuk melindungi kesehatan dan keamanan kerja dari individu.
Semua faktor ini penting untuk menyusun suatu progam keselamatan kerja
seutuhnya.
Permasalahan K-3 dalam bidang konstruksi bahwasanya bidang konstruksi
merupkan industri yang berbahaya dikarenakan sangatlah penting bagi organisasi
yang terlibat dalam bidang konstruksi untuk selalu mengikuti jalannya
perkembangan aspek kesehatan kerja serta metode penerapan yang telah teruji
secara baik, dalam usaha untuk mengurangi bahaya berupa kecelakaan kerja.
Fakta telah memperlihatkan bahwa bidang konstruksi ini memang benar-benar
merupakan industri yang berbahaya. Departemen Tenaga Kerja dan Statistik
dewan keselamatan kerja Amerika ( National Safety Council ) menunjukkan
bahwa walaupun para pekerja bidang konstruksi hanya meliputi sekitar 6% dari
jumlah tenaga kerja keseluruhannya. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja
juga sama-sama merupakan bagiaan dari upaya perencanaan dan pengendalian
proyek, sebagai hal hanya meliputi : biaya, perencanaan, pengadaan, serta
kualitas. Hal semacam itu memang mempunyai saling keterkaitan yang sangat
erat. (Wijono, 1999).
Terkait dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) memiliki
pengaruh yang sangat baik, penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)
yang mencapai tingkat secara baik akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dalam segala bentuknya. Di samping mencegah adanya korban manusia juga
termasuk upaya meniadakan sekaligus mengurangi kerugian harta benda;
gangguan pengembangan potensi ekonomi, ketidakteraturan proses kegiatan
konstruksi. Kelancaran pelaksanaan proyek konstruksi di lapangan tidak selalu
menitikberatkan pada progam Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Namun
demikian, rangkaian kegiatan proyek yang sedang dilaksanakan dapat berhasil
dikarenakan adanya pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara baik
oleh semua pihak pelaksana proyek konstruksi. Mentaati penerapan program K-3
secara baik dapat menekan pengeluaran biaya proyek yang besar. Sebaliknya,
tidak menerapkan progam K-3 akan menambah pengeluaran yang cukup besar
jika terjadi kecelakaan kerja dibandingkan dengan biaya pencegahan yang relatif
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Armanda D, Penerapan SMK3 Bidang Konstruksi Medan, Jakarta
Jawat, I Waya. 2017. Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Proyek Pembangunan Hotel. PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni
2017.
Kany, Bobby Rocky., R.J.M Mandagi., J.P Rantung., dan G.Y Malingkas. 2013.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi
( Studi Kasus: Proyek PT. TRAKINDO UTAMA). Jurnal Sipil Statik
Vol.1 No.6, Mei 2013 (430-433) ISSN: 2337-6732
Parker, Oglesby, 1972, Methods Improvement for Contruction Man ager, Mc
Graw, Hill Book Commpany, New York.
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, OHSAS
18001, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta
Suma’mur .P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT. Gunung
Agung, Jakarta : 1981
Wijono, Djoko, Manajemen Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas
Airlangga Press, Surabaya, 1999.

Anda mungkin juga menyukai