Anda di halaman 1dari 10

HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

Mulyadi
ajomulyadi@gmail.com
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Abstrak: Konsep manusia dalam pandangan Islam adalah konsep sentral bagi setiap
disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan
materialnya. Agar konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata merupakan
konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada zat yang mencipta dan
mengerti manusia, yaitu Allah SWT, melalui al-Qur’an. Lewat al-Qur’an Allah
memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Secara etimologi istilah manusia di
dalam al-Qur’an ada empat kata yang dipergunakan, yakni al-Insan, al-Basyar,
BaniAdam, Dzurriyat Adam, al-Nas. Para ahli kerohanian Islam atau lebih populer
para ahli ilmu tasawuf, memandang manusia bukan sekedar makhluk lahir yang
berakal, akan tetapi manusia mereupakan seorang hamba Allah Ta’ala yang
mempunyai dua dimensi lahiriyah dan bathiniyah. Berbicara masalah pertumbuhan
dan perkembangan, kata kunci utamanya yaitu perubahan. Perubahan dalam diri
manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis, dan perubahan
kuantitatif akibat dari perubahan fisik.
Kata Kunci: Manusia, Pertumbuhan

A. Pendahuluan tidak pernah tuntas dan berakhir.


Dalam al-Quran banyak Manusia dalam persektif Islam
sekali ditemukan gambaran tentang berbeda dengan konsep manusia
manusia dan makna filosofis dari dalam pandangan-pandangan agama
penciptaanya. Manusia merupakan selain Islam.
makhluk yang paling sempurna dan Konsep manusia dalam
sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi pandangan Islam adalah konsep
dengan akal pikiran. sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial
Dalam hal ini Ibn’Arabi kemanusiaan yang menjadikan
misalnya melukiskan hakikat manusia sebagai objek formal dan
manusia dengan mengatakan bahwa, materialnya.Agar konsep manusia
“Tidak ada makhluk Allah yang yang kita bangun bukan semata-mata
paling bagus dari pada manusia, yang merupakan konsep yang spekulatif,
memiliki daya hidup, mengetahui, maka kita mesti bertanya pada zat
berkehendak, berbicara, yang mencipta dan mengerti
melihat,mendengar, berpikir dan manusia, yaitu Allah SWT, melalui
memutuskan. al-Qur’an.Lewat al-Qur’an Allah
memberikan rahasia-rahasia tentang
Manusia adalah makhluk manusia (Shaleh, 2004:52).
kosmis yang sangat penting, karena Oleh kaena itu tulisan ini
dilengakapi dengan semua akan mencoba memperbincangkan
pembawaan dan syarat-syarat yang hakikat manusia dalam ajaran Islam
diperlukan bagi pengemban tugas yang nantinya berkontribusi dengan
dan fungsinya sebagai makhluk Allah kajian bimbingan dan Konseling
di muka bumi (Ramayulis dan Nizar, Islam yang bertujuan memuliakan
2009:57). Pembicara tentang manusia kemuliaan manusia yang mulia.
adalah pembicaraan tentang diri kita Kemulian manusia yang muliav
sendiri, suatu pembicaraan yang ditandai dengan prinsip iman dan

29
Islam yang menjadi dasar satu dengan yang lain, dan sebagai
ketertlaksanaan proses konseling makhluk yang dinamis, sehingga
antara konselor dengan klien atau mampu menyandang predikat
siterbimbing dalam rangka upaya khalifah Allah di muka bumi
membantu menyelesaikan (Ramayulis dan Nizar, 2009:52).
permasalahan yang dihadapinya. 1. Sedangkan kata-kata ins dan
unas, hal itupun menunjukkan
B. Pemaknaan Manusia Dalam Islam makna, al-Insan
Secara etimologi istilah 2. al-Basyar
manusia di dalam al-Qur’an ada bahwa sifat dasar manusia adalah
empat kata yang dipergunakan, fitri yang terpancar dari alam
yakni: rohaninya, yaitu gemar
Penggunaan kata al-Insan bersahabat, ramah, lemah lembut,
pada umumnya digunakan untuk dan sopan santun serta taat
menggambarkan keistimewaan kepada Allah Ta’ala.
manusia penyandang predikat Secara etimologi al-Basyar
khalifah dimuka bumi. Sekaligus merupakan bentuk jamak dari kata
dihubungkan dengan proses al-Basyarat yng berarti kulit kepala
penciptaannya. Keistimewaan wajah dan tubuh menjadi tempat
manusia tersebut karena manusia tumbuhnya rambut.Pemaknaan
merupakan makhluk psikis manusia dengan al-Basyar
disamping makhluk pisik. Psikis memberikan pengertian bahwa
manusia sebagai makhluk Allah yang manusia adalah makhluk biologis
mulia dan tertinggi derajatnya serta memiliki sifat-sifat yang ada
dibandung makhluknya yang lain. didalamnya, seperti membutuhkan
Dengan membangun nilai-nilai makan, minum, perlu hiburan,
tersebut, akhirnya manusia mampu hubungan seks, dan lain
mengemban amanah Allah dimuka sebagainya.Kata al-Basyar
bumi (Ramayulis dan Mulyadi, ditunjukan pada seluruh manusia
2016:16). tanpa terkecuali.Penggunaan kata al-
Allah SWT dalam QS. At-Tin, 95:4. Basyar mempunyai makna bahwa
manusia secara umum mempunyai
 
perasaan dengan cirri pokok makhluk
Artinya: Sesungguhnya Kami telah Allah lainnya secara umum seperti
menciptakan manusia dalam bentuk hewan dan tumbuh tumbuhan. Secara
yang sebaik-baiknya . biologis manusi memiliki
Sesungguhnya Kami telah ketergantungan yang sama dengan
menciptakan manusia artinya semua hewan dan tumbuh-tumbuhan
manusia (dalam bentuk yang sebaik- terhadap alam seperti makanan dan
baiknya) artinya baik bentuk atau lain sebagainya, dengan demikian
pun penampilannya amatlah baik. pengunaan kata al-Basyar pada
Kata al-insan digunakan Al- manusihanya menunjukkan
Qur’an untuk menunjukkan totalitas persamaan dengan makhluk Allah
manusia sebagai makhluk jasmani lainnya maka paad aspek material
dan rohani.Harmonisasi kedua aspek atau dimensi alamiahnya (Ramayulis
tersebut dengan berbagai potensi dan Nizar, 2009:18).
yang dimilikinya mengantarkan Secara terminology Al-
manusia sebagai makhluk Allah yang Ghazali menyatakan bahwa, manusi
unik, istimewa, sempurna dan merupaka ciptaan Allah yang terdiri
memiliki referensi individual antara atas unsur jasmani dan rohani.

30
Namun jika manusia ingin hidup menyungkur dengan bersujud dan
sesuai dengan fitrahnya, sehingga menangis (Depertemen agaama al-
akan membedakan dirinya dengan Quran dan Terjemahnya, 1984:30).
makhluk Allah lainnya maka Ayat di atas menjelaskan
hendaklah ia mempergunakan unsur baahwa Orang-orang yang Kami
psikisnya secara dominan. Jika berikan berbagai kenikmatan dunia
manusia tidak kehilangan esensinya dan akhirat yang telah disebutkan
sebagai manusia (Ramayulis dan tadi, yaitu para nabi dari keturunan
Nizar, 2009:19). Adam dan keturunan orang-orang
yang telah diselamatkan melalui
3. Bani Adam bahtera Nûh, keturunan Ibrâhîm
Kata Bani Adam terdiri dari seperti Ismâ'îl, keturunan Ya'qûb
dua kata, Bani dan Adam. Bani seperti nabi-nabi Bani Isrâ'îl, dan
artinya anak keturunan Nabi Adam orang-orang yang Kami beri petunjuk
as, artinya tampak dari segala kepada kebenaran dan Kami pilih
manusia yang ada baik yang masih untuk meninggikan kalimat Allâh,
hidup ataupun yang sudah adalah orang-orang yang apabila
meninggal, umat terdahulu dan umat mendengar ayat-ayat Allah yang
yang terakhir adalah berasal dari dibacakan kepada mereka, mereka
dirinya. Bani Adam menunjukkan segera sujud dan tunduk kepada
bahwa manusia itu keturunan dari Allah dengan penuh kekhusyukan
Nabi Adam as dan pengakuannya (Shihab, 2004:32).
kepada Tuhan. Dan manusia
diistimewakan dari makhluk lain dan Para ahli kerohanian Islam atau
dijamin Keselamatannya bila lebih populer para ahli ilmu tasawuf,
memenuhi aturan penciptanya memandang manusia bukan sekedar
(Ramayulis dan Nizar, 2009:20). makhluk lahir yang berakal, akan
4. Dzurriyat Adam tetapi manusia mereupakan seorang
Firman Allah dalam QS. Maryam, hamba Allah Ta’ala yang mempunyai
19:58: dua dimensi lahiriyah dan bathiniyah.
Esensi dasarnya adalah makhluk
   yang ta’at dan patuh pada Tuhannya,
bercahaya, cantik, bersih dan wangi.
      Akan tetapi kondisi esensi itu
menjadi memudar bahkan
  menghilang dari eksistensi
kediriannya (Langgulung, 1995:20).
 Oleh karena itu kaum sufi dan
ahli kerohanian Islam melatih diri
Artinya: mereka itu adalah orang- dengan keras dan disiplin yang
orang yang telah diberi nikmat oleh sangat tinggi dengan menjalankan
Allah, Yaitu Para Nabi dari keta’atan pada Allah dengan tujuan
keturunan Adam, dan dari orang- mengembalikan defenisi manusia
orang yang Kami angkat bersama dalam makna yang lebih lengkap dan
Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan sempurna dimata Tuhannya maupun
Israil, dan dari orang-orang yang makhluknya (Langgulung, 1995:22).
telah Kami beri petunjuk dan telah 5. al-Nas
Kami pilih. apabila dibacakan ayat- Kata ini dinyatakan dalam al-
ayat Allah yang Maha Pemurah Quran sebanyak 240 kali yang
kepada mereka, Maka mereka tersebar dalam 53 surat. Kata al-Nas,

31
menunjukkan pada hakikat manusia dan Allah akan membalas tipuan
sebagai makhluk sosial dan mereka. dan apabila mereka
ditunjukkan kepada seluruh manusia berdiri untuk shalat mereka
secara umum tanpa melihat statusnya berdiri dengan malas. mereka
apakah beriman atau kafir bermaksud riya (dengan shalat)
(Ramayulis dan Mulyadi, 2016:18). di hadapan manusia. dan
Kata al-Nas juga dipakai dalam tidaklah mereka menyebut Allah
al-Quran untuk menunjukkan bahwa kecuali sedikit sekali (Djaliel,
karakteristik manusia senantiasa 2005:53).
berada dalam keadaan Ayat di atas menjelaskan
labil.Meskipun telah dianugerahkan bahwa Allah membiarkan mereka
untuk mengenal tuhannya, namun dalam pengakuan beriman, sebab itu
hanya sebagian manusia yang mau mereka dilayani sebagai melayani
menggunakannya sesuai dengan Para mukmin. dalam pada itu Allah
ajaran tuhannya. Sedangkan bagian telah menyediakan neraka buat
yang lain tidak menggunakan potensi mereka sebagai pembalasan tipuan
tersebut bahkan ada yang mereka itu.Riya Ialah: melakukan
menggunakan untuk menentang ke sesuatu amal tidak untuk keridhaan
mahakuasaan Tuhan. Penunjukkan Allah tetapi untuk mencari pujian
sifat ini dikatakan Allah SWT atau popularitas di masyarakat.
dengan menggunakan kata wamin al- Maksudnya: mereka sembahyang
Nas, dengan berpijak pada hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu
pemaknaan tersebut, dapat bila mereka berada di hadapan orang
dikategorikan manusia sebagai (Djaliel, 2005:54).
makhluk yang berdimens ganda, Karakter munafik juga Allah
yaitu sebagai makhluk yang mulia sebutkan tanpa menyebutkan
dan tercela Ramayulis dan Mulyadi, personnya. Manusia sekalipun
2016:19). memiliki latar belakang peradaban
C. Karakteristik Manusia yang berbeda. Makanan dan asal
Al-Qur’an banyak berbicara negara yang berbeda pula, tetapi
mengenai karakter suatu kaum. Al- memiliki watak dasar yang sama.
Qur’an benar-benar menelanjangi Sifat ini akan kita temukan pada
karakter orang munafik baik secara setiap individu manusia. Allah SWT
eksplesit maupun implisit baik dalam berfirman dalam surat Yunus: 12:
banyak surat. Dalam awal-awal surat
   
Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa
Ta’ala mendeskripsikan tiga
golongan manusia: muslim, kafir dan  
terpanjang kemudian adalah
golongan munafik. Dalam surat An-     
Nisa’: 142,

 
Artinya: dan apabila manusia
  ditimpa bahaya Dia berdoa
kepada Kami dalam Keadaan
 berbaring, duduk atau berdiri,
tetapi setelah Kami hilangkan
Artinya : Sesungguhnya orang- bahaya itu daripadanya, Dia
orang munafik itu menipu Allah, (kembali) melalui (jalannya yang

32
sesat), seolah-olah Dia tidak Allah, serta memohon ampun kepada
pernah berdoa kepada Kami Allah dalam kondisi apapun dan
untuk (menghilangkan) bahaya bagaimana pun dia melakukan. Yang
yang telah menimpanya. ada dalam pikirannya adalah, agar
Begitulah orang-orang yang kondisi buruk tadi lepas dari
melampaui batas itu memandang pundaknya ((Sapuri, 2009:69)
baik apa yang selalu mereka Kedua, keadaan berikutnya
kerjakan (Djaliel, 2005:55). justru berbalik. Ketaatan sementara
Apabila manusia mendapat tadi menjadi keadaan semula.
musibah yang menimpa diri, harta, Keadaan dimana ia berada diposisi
atau apa saja yang berkaitan dengan nyaman tanpa ada beban. Kalaupun
dirinya, seketika dirinya merasa ia masih mengingat Allah SWT,
lemah. Dia lalu berdoa kepada namun tentunya akan berkurang jika
Tuhannya dalam segala keadaan, dibandingkan keadaan pertama tadi
dengan berbaring, duduk atau berdiri, (Sapuri, 2009:70).
agar Allah menghilangkan cobaan D. Dimensi Kemanusiaan
itu. Tetapi, ketika Allah Asal manusia secara esensial
mengabulkannya dengan berasal dari Allah Ta’ala, bersifat nur
menghilangkan cobaan yang (cahaya), ruh (hidup) dan ghaib
menimpa darinya, ia segera (tidak tampak oleh mata kasar). Ia
meninggalkan Allah dan meneruskan tidak dapat didefinisikan oleh kata-
kedurhakaannya serta lupa akan kata, huruf, bunyi, ataupun sesuatu,
karunia Allah pada dirinya. Seakan- melainkan hanya Dialah yang
akan ia tidak pernah tertimpa mengetahui dan memahaminya.
musibah dan tidak pernah berdoa Sedangkan usul dari manusia adalah
meminta kepada Allah untuk berasal dari air dan tanah. Atau
menghilangkannya. Dengan cara dengan kata lain, jika seseorang
seperti inilah setan menghias ditinjau secara asalnya, maka ia
perbuatan jelek dan kebatilan yang bersifat rohaniyah, sedangkan secara
orang-orang kafir lakukan (Sapuri, usulnya bersifat jasmaniyah (Sapuri,
2009:66). 2009:73).
Penjelasan di atas Sebagai makhluk yang
memberikan pemahaman bahwa memiliki dua unsur yang utama,
Pertama, kondisi dimana Allah jasad dan roh, menjadikan manusia
selalu akan memberikan ujian atau dikenal dengan makhluk dua
musibah kepada manusia dan itu dimensi. Dimensi pertama,
merupakan satu keniscayaan. Dalam jasmani/tubuh kasar, menjalani
kondisi ini, manusia akan ingat perubahan dan pertumbuhan secara
kepada allah SWT. Bahkan orang biologis. Secara normal pertumbuhan
yang ingkar kepada Allah sekalipun, embrio manusia dimulai dari sel
hati nuraninya akan mengakui kelamin pria (spermatozoa) dan sel
keberadaan dan kekuasaan Allah. kelamin wanita (ovum), menjadi
Dalam hal ini, kita bisa mengambil segumpal darah, segumpal daging,
ibrah dari kisah Fir’aun di akhir tulang yang dibungkus daging hingga
hayatnya ketika ditenggelamkan di sempurna bentuk, lahir, anak-anak,
laut merah (Sapuri, 2009:68). remaja, dewasa, tua dan wafat
(Marliani, 2015:40)
Dalam kondisi manusia Jasad merupakan tubuh kasar
ditimpa musibah, manusia akan manusia memiliki potensi
mengingat dan menyebut asma berkembang sampai batas tertentu, ia

33
merupakan bagian penting dari sa’at tubuh manusia telah siap
manusia. Kesempurnaan jasad menerimanya menurut hadits nabi,
manusia bukan menjadi indikasi bahwa kesiapan itu ketika manusia
kesempurnaan manusia, sehingga berumur empat bulan dalam
penilaian terhadap jasad tidak sama kandungan. Pada sa’at inilah ruh
(Marliani, 2015:42). Perkembangan berubah nama menjadi al-nafs
jasad manusia telah dijelaskan Allah (gabungan antara ruh dan jasad)
SWT dalam Al-Qur’an. (Mujib, Abdul,Mudzakir, 2001:52)
Dimensi kedua, manusia Kedua, al-‘aql, akal secara
adalah rohaniah. Dimensi yang sulit etimologi memiliki al;imsak
untuk dideskripsikan dan (menahan), al-ribath (ikatan), ahl-
diverbalisasikan, namun dapat hajr (menahan), al-nahyi (melarang),
dipahami dan diterima man’u yang berakal (al-‘aqil) adalah
keberadaannya (Jemkhairil, orang yang mampu menahan dan
2010:97). mengikat hawa nafsu. Jika hawa
Rohani adalah nama bagi nafsunya terikat maka jiwa
keseluruhan yang ada pada bagian rasionalitasnya mampu bereksistensi
bathin manusia, sebagaimana jasmani Dimensi akal adalah dimensi
adalah nama bagi keseluruhan yang psikis yang berada diantara nafsu dan
ada pada bagian lahir manusia. Jadi qalbu. Akal menjadi perantara dan
dalam rohani manusia terdapat ruh penghubung antar kedua dimensi
sebagai alat untuk membuat manusia tersebut berupa fungsi pikiran yang
bisa hidup, akal sebagai alat merupakan kualitas insaniyah pada
penimbang dalam menghadapi psikis manusia. Akal merupakan
sesuatu, nafsu sebagai alat pendorong bagian dari daya insani yang
dan qalbu sebagai alat pemutus memiliki dua makna. Ada jasmani,
(Jemkhairil, 2010:98). Untuk lebih yang lazim disebut sebagai otak dan
jelasnya diuraikan dibawah ini akal rohani yaitu cahaya rohani dan
sebagai berikut : daya nafsani yang dipersiapkan untuk
Pertama, al-ruh, ruh yang memperoleh pengetahuan.Akal juga
menyebabkan daging, tulang, darah, memiliki daya untuk membedakan
kulit, seluruh tubuh bergerak, mana yang baik dan mana yang
tumbuh, berketurunan, dan buruk bagi dirinya (Hikmawati,
berkembang biak. Unsur roh inilah 2005:33).
yang menyebabkan manusia melihat, Ketiga, al-qalb (qalbu), al-qalb
mendengar, merasa, berpikir, (kalbu) bermakna hati dalam bentuk
berkesadaran. Dengan demikian roh fisik maupun dalam bentuk non fisik.
merupakan sumber kemanusiaan, Kalbu dalam bentuk fisik adalah
manusia merasa senang dan cinta, membuat manusia itu mengetahui
marah dan benci, bahagia dan /merasakan sesuatu, sehingga
gembira, dan sebagainya, semua itu memperoleh pengetahuan ghaib dan
konsekwensi dari pada “roh” yang mukhsyafah. Al-Ghazali berpendapat
ditiupkan Allah pada manusia. Roh bahwa qalbu memiliki insting yang
multi dimensi yang tidak dibatasi disebut al-nur al-ilahiy dan al-
ruang dan waktu. Roh dapat keluar basyirah al-bathiniah yang
masuk ke dalam tubuh manusia. Roh memancarkan keimanan dan
ada sebelum tubuh manusia keyakinan. Kalbu memiliki daya
diciptakan. Kematian jasad bukan positif dan negatif, emosi positif
berarti kematian dan kehancuran roh. seperti senang, riang, tulus (ikhlas),
Roh masuk ke dalam tubuh manusia

34
emosi negatif seperti benci, marah, “kepribadian” sebenarnya. Kedua,
inkar (kufur) (Hikmawati, 2005:34). eksistensi struktur dalam
Keempat, al-nafs, al-nafs juga kepribadian manusia memiliki ciri
memiliki makna ganda. Pertama nafs relatif stabil, menetap dan abadi.
dalam pengertian jelek, yakni al- Maksud dari ciri ini adalah bahwa
hawa, dalam bahasa Indonesia sering secara proses psikologis aspek-
digabungkan menjadi satu yakni aspek yang terdapat pada
hawa-nafsu, peran ini biasanya kepribadian itu memiliki sunnah
berpusat pada perut dan kemaluan. yang menetap sesuai irama dan pola
Tugas kita adalah membersihkan hati perkembangannya. Secara potensial
kita dari nafsu. Hati yang bersih masing-masing aspek kepribadian
dalam Al-Qur’an disebut qalbu al- ini menetap dan tidak ada
salim. Kedua nafs yang berarti perubahan, tetapi secara aktual
manusia secara keseluruhan. aspek-aspek ini berubah sesuai
lingkungan yang mempengaruhinya.
E. Struktur Kepribadian Manusia Pola seperti ini merupakan
Dalam Konseling Islam sunnatullah yang ditetapkan oleh
Dalam dunia psikologi Allah SWT. Ketiga, kepribadian
belum ada kesepakatan para ahli individu merupakan aktualisasi dari
mendefinisikan struktur kepribadian. proses integrasi dari sistem-sistem
Dalam pemahaman lain, ditemukan atau aspek-aspek struktur yang
bahwa kepribadian atau personality berbentuk seperti berpikir,
merupakan artikulasi dari totalitas berperasaan, bertindak dan
kerja aspek psikis dan emosional sebagainya (Mujib, 2010:67).
manusia. Kepribadian merupakan Dalam Islam penentuan struktur
keadaan internal individu, sebagai kepribadian tidak dapat terlepas dari
organisasi proses dan struktur yang pembahasan substansi manusia,
terdapat dalam diri seseorang, sebab dengan pembahasan substansi
“kepribadian adalah apa yang tersebut dapat diketahui dan
menentukan prilaku dalam sesuatu dinamika prosesnya.substansi
yang ditetapkan dan di dalam manusia terdiri dari aspek fisik yang
kesadaran jiwa yang ditetapkan”. disebut dengan struktur jismiyah dan
Kepribadian terletak dibalik jasadiyyah; aspek psikis yang disebut
individu; dan, “system yang dengan struktur ruhaniyah; dan aspek
menyusun kepribadian dalam segala psikofisik yang disebut dengan
hak adalah kecenderungan yang struktur nafsaniyyah. Masing-masing
menentukan” (Hikmawati, 2005:35). aspek ini memiliki natur, potensi,
Kurt Lewin dari Psikologi hukum dan ciri-ciri tersendiri.
Medan menyatakan struktur Adalah:
kepribadian adalah cara melukiskan 1. Struktur Jisim
sebagai entitas yang terpisah dari Jisim adalah aspek diri
hal-hal lainnya yang ada di dunia. manusia yang terdiri atas struktur
Pada pengertian tersebut organisme fisik. Organisme fisik
menunjukkan tiga elemen pokok, manusia lebih sempurna
yang terdapat dalam kepribadian dibanding dengan organisme fisik
yaitu: makhluk-makhluk lain.Dalam
Pertama, struktur kapasitasnya sebagai bagian dari
kepribadian adalah suatu komponen keseluruhan sistem totalitas fisik-
yang mesti ada dalam setiap pribadi, psikis, maka aspek jismiyah
yang menentukan konsep memainkan peranan penting

35
sebagai sarana untuk kehidupannya menjadi baik dan
mengaktualisasikan fungsi aspek selamat (Rahayu dan Tri,
nafs dan aspek rohaniyah dengan 2009:54).
berbagai dimensinya. Dalam al- F. Faktor Yang Mempengaruhi
Qur’an dijelaskan beberapa Pertumbuhandan Perkembangan
fungsi aspek jisim yang Manusia
membantu cara kerja aspek psikis Berbicara masalah
lainnya. Kulit sebagai alat peraba, pertumbuhan dan perkembangan,
hidung sebagai alat pencium kata kunci utamanya yaitu
(Mujib, 2010:69). perubahan. Perubahan dalam diri
2. Struktur Ruh manusia terdiri atas perubahan
Pendapat para ahli tentang kualitatif akibat dari perubahan
ruh dapat diklasifikasikan psikis, dan perubahan kuantitatif
menjadi tiga bagian, yaitu: akibat dari perubahan fisik.
a. Pertama, materialisme. Ruh Perubahan kualitatif sering disebut
merupakan jisim atau materi, dengan “perkembangan”, seperti
sekalipun berbeda dengan jisim perubahan dari tidak mengatahui
jasmani. Ruh bukanlah bersifat menjadi mengetahui, dari kekanak-
ruhani, sebab ruh adalah ‘aradh kanakan menjadi dewasa, dan
(sifat yang baru datang). Jika seterusnya, sedangkan perubahan
badan hancur, ruhpun ikut kuantitatif sering disebut dengan
lenyap. “pertumbuhan”, seperti perubahan
b. Kedua, spritualisme (ruh tinggi, dan berat badan. Faktor yang
merupakan substansi yang bersifat mempengaruhi pertumbuhan seperti
ruhani dan tak satupun sirinya kelalaian, faktor politik, faktor
bersifat jasmani). Mazhab ini ekonomi dan lain sebagainya.
menyatakan bahwa ruh itu adalah Sementara itu faktor yang
jawhar ruhani (substansi yang mempengaruhi perkembangan
bersifat ruhani). Ruh tidak manusia ada tiga aliran yang berbeda
tersusun dari materi, sebab ia pendapat (Rahayu dan Tri, 2009:55)
abstrak dan dapat merangkap Pertama, aliran Nativisme, aliran ini
beberapa bentuk sekaligus. Tidak lebih menitik beratkan yang
mengikuti proses seperti proses mempengaruhi perkembangan
penciptaan biologis. Ia bukan manusia adalah sifat bawaan,
gabungan dari beberapa unsur, keturunan dan kebakaan. Persepsi
walaupun memiliki beberapa daya. tentang ruang dan waktu tergantung
Ia tidak hancur dengan kehancuran pada faktor-faktor alamiah atau
badan, bahkan keberadaannya ada pembawaan dari lahir. Aliran
sebelum badan terbentuk. Nativisme memandang hereditas
3. Struktur Nafs (heredy) sebagai penentu tingkah
Dalam konteks ini nafs laku. James Drever menyebut
memiliki arti psikofisik manusia, hereditas sebagai anugrah alam yang
yang mana komponen jasad dan mempunyai hukum-hukum
ruh telah bersinerji. Nafs tersendiri.
memiliki natur gabungan antara Asumsi yang mendasari
natur jasad dan ruh. Apabila ia aliran ini adalah bahwa pada diri
berorientasi pada natur jasad anak dan orang tua terdapat banyak
maka tingkah lakunya menjadi kesamaan, baik fisik maupun psikis.
buruk dan celaka, tetapi apabila Setiap manusia memiliki gen. Gen
mengacu pada natur ruh maka adalah butiran kecil yang terdapat di

36
dalam sel-sel kelamin manusia yang
dipindahkan dari orang tua atau G. Kesimpulan
nenek moyang kepada keturunannya Secara etimologi istilah
dan merupakan sifat-sifat yang manusia di dalam Al-Qur’an ada
diwariskan. empat kata yang dipergunakan yakni:
Uraian di atas dapat dipahami Ins, Insan dan Unas, al-Basyar, Bani
bahwa aliran Nativisme yang Adam, Dzurriyat Adam. Karakteristik
dikembangkan dalam psikologi Barat manusia pada umumnya dapat dilihat
sebenarnya masih dangkal, karena ketika manusia mendapat musibah.
bercorak antroposentris. Selain Ketika itulah manusia akan ingat
teorinya terlepas dari ikatan agama pada Allah. Sebaliknya ketika
yang transendental (teosentris). manusia dapat kesenangan
Aliran ini sebenarnya masih satu kebanyakan manusia lupa pada
rumpun dengan aliran Empirisme. Allah, sehingga lupa diri, tercaranbut
Kedua, aliran empirisme dari keprtibadian yang semula baik.
disebut juga aliran Begitu juga halnya dengan
environmentalisme, yaitu aliran yang dimensi manusia, Dimensi manusia
menitik beratkan pandangan pada terbagi dua, yaitu dimensi jasmaniah
peranan lingkungan sebagai penentu dan dimensi rohaniah. Dalam Islam
perkembangan tingkah laku (Mujid, penentuan struktur kepribadian tidak
2010:88). dapat terlepas dari pembahasan
Asumsi psikologis yang substansi manusia, sebab dengan
mendasari aliran ini adalah bahwa pembahasan substansi tersebut dapat
manusia terlahir dalam keadaan diketahui hakikat dan dinamika
netral, tidak memiliki bawaan prosesnya. Substansi manusia terdiri
apapun. Ia sebagai kertas putih dari aspek fisik yang disebut dengan
(tabula rasa) yang dapat ditulisi apa struktur jismiyyah atau jasadiyyah;
saja yang dikehendaki. Perwujudan aspek psikis yang disebut dengan
tingkah laku ditentukan oleh luar diri struktur ruhaniyah; dan aspek
yang disebut lingkungan, dengan psikofisik yang disebut dengan
kiat-kiat rekayasa yang bersifat struktur nafsaniyyah. Masing-masing
impersonal dan direktif. aspek ini memmeiliki natur, potensi,
Ketiga, aliran konvergensi, hukum, dan ciri-ciri tersendiri.
aliran ini menggabungkan dua aliran Perubahan dalam diri
dia tas. Faktor yang mempengaruhi manusia terdiri atas perubahan
perkembangan manusia adalah faktor kualitatif akibat dari perubahan
keturunan dan faktor lingkungan. psikis, dan perubahan kuantitatif
Manusia dalam pandangan akibat dari perubahan fisik.
psikologi Islam telah memiliki Perubahan kualitatif sering disebut
seperangkat potensi, disposisi, dan dengan “perkembangan”, seperti
karakter unik. Potensi itu paling tidak perubahan dari tidak mengetahui
mencakup keimanan, ketauhidan, menjadi mengetahui, dari kekanak-
keislaman, keselamatan, keikhlasan, kanakan menjadi dewasa, dan
kesucian, kecenderungan menerima seterusnya, sedangkan perubahan
kebenaran dan kebaikan, dan sifat kuantitatif sering disebut dengan
baik lainnya. Semua potensi itu “pertumbuhan”,seperti perubahan
bukan diturunkan dari orang tua tinggi, dan berat badan.
melainkan diberikan Allah SWT
sejak dari alam perjanjian (mitsq) DAFTAR KEPUSTAKAAN
(Mujid, 2010:89).

37
Abdul Rahman. 2004. Psikologi Suatu Zakia Drajat. 2014. Ilmu Pendidikan
Pengantar dalam Persektif Islam. Jakarta Bumi Aksara.
Islam.Jakarta:KencanaPrenada
Media Grup.

Departemen Agam RI, 1984 Al-qur’an


dan Terjemahnya Jakarta Toha
Putera

Fenti Hikmawati. 2005. Bimbingan


Konseling. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Hasan Langgulung. 1995. Manusia dan


Pendidikan. Jakarta: Al- Husnah
zikra.

Jemk Hairil. 2010. Psikoterapi Islam.


Padang: Universitas
Baiturrahmah.
Maman Abdul Djaliel, .2005. Psikologi
Dalam Al-Qur’an. Bandung:
Pustaka Setia.

Mudzakir. 2001. Nuansa-Nuansa


Psikologi Islam. Jakarta: Raja
Grafindo.

M. Qurasy Shihab, 2004, Kesan dan


Pesan Serta Keserasian al-
Qur;an. Jakarta: Lentera Hati

Rahayu, Iin Tri. 2009. Psikoterapi


Perspektif Islam dan Psikologi
Kontemporer. Malang: Anggota
IKAPI
.
Rafy Sapuri, 2009. Psikologi Islam.
Jakarta: Raja Wali press.

Ramayulis dan Mulyadi. 2016.


Bimbingan Konseling dan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia.

Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009.


Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia.

Rosleni Marliani. 2015. Psikologi Islam.


Bandung: Pustaka Setia.

38

Anda mungkin juga menyukai