Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULAAN

KANKER SERVIK
STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH
ESTERMILA
NIM 113063J1260080

PRESEPTOR AKADEMIK
DANIA RELINA SITOMPUL, S.Kep.,Ners.,M.Kep

PRESEPTOR KLINIK
NORMA ARIEATI, S.Kep.,Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJAMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR

Laporan Pendahuluan Kanker Servik disusun oleh Estermila NIM 113063J60080. Laporan
pendahulan ini telah diperiksa dan di setujui oleh preceptor klnik maupun akademik.

Banjarmasin, Febuari 2021

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

Dania Relina Sitompul, S.Kep.,Ners.,M.Kep Norma Arieati, S.Kep.,Ners

Mengetahui
Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan

Sr. Margaretha Martini, SPC.,BSN.,MSN


I. Konsep Teori
a. Anatomi dan Fisiologi

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah
sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke
bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks,
rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks
terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar
1 inci. Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenal
sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal,
membuka untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal
endoserviks, adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton, dan
Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut zona
transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau kekentalannya
berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnar
digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan

1
prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel
rendah (Rahayu, 2015).

b. Definisi
Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker leher rahim merupakan
keganasan yang berasal dari sel serviks. Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks
mengalami pertumbuhan yang tidak normal serta menginvasi jaringan atau organ organ
lain disekitar serviks (Arisusilo, 2012).

c. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi pada leher rahim yang disebabkan
oleh virus HPV (Human Papillomavirus) tipe onkogenik yang ditularkan melalui
hubungan seksual (Petignat, 2007 dalam Swari, 2014). Infeksi dapat terjadi setelah
terjadinya lesi squamosa intraephitelial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10-30%
wanita pada usia 30 tahun keatas yang telah aktif secara seksual pernah terinfeksi HPV.
Presentasi tersebut akan lebih meningkat apabila wanita tersebut memiliki banyak
pasangan seksual. Pada umumnya sebagian besar infeksi HPV terjadi tanpa gejala dan
bersifat menetap (Kumar,2007). Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks antara lain adalah :
a. Usia f. Status ekonomi
b. Paritas g. Riwayat kanker serviks
c. Merokok h. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang
d. Diet i. Gangguan sistem kekebalan tubuh
e. Personal hygiene

d. Tanda dan Gejala


Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda
yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar darivagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. 

2
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding ) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
c. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
d. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Kelemahan pada ekstremitas bawah
g. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
h. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.

e. Epidemiologi
Kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab kematian tertinggi pada
wanita di dunia. Kanker serviks menduduki peringkat ketiga dari 10 jenis kanker paling
banyak pada wanita setelah kanker payudara dan kolorektum (ICO, 2016).  Sementara
itu, data tahun 2017 mencatat terdapat 12.820 kasus baru dengan angka kematian
mencapai 4.210 jiwa ( American Cancer Society, 2017).
Berdasarkan Information Centre of HPVand Cancer  (ICO,2016) jumlah kejadian
kanker serviks di negara berkembang mencapai 444.456 kasus baru dan sebanyak
230.180 kematian tiap tahunnya. Prevalensi kematian akibat kanker serviks dinegara
berkembang mencapai hampir 87% kasus (IARC, 2012).Berdasarkan estimasi Data
Riskesdas 2013 kanker serviks menempati urutan pertama penyakit kanker
paling banyak pada wanita Indonesia dengan jumlah 98.692 kasus disusul oleh kanker
payudara pada urutan kedua sebanyak 61.682kasus (Kemenkes RI, 2015). Jumlah
wanita di Indonesia yang terdiagnosa kanker serviks mencapai 20.928 dengan angka
kematian mencapai 9.498 jiwasetiap tahunnya (ICO, 2016).

3
f. Patofisiologi
Terjadinya kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang onkogenik
umumnya adalah HPV tipe 16 dan 18 (Dethan, 2015). Risiko terinfeksi HPV dapat
meningkat pada wanita yang telah melakukan aktivitas seksual. Pada umumnya, infeksi
virus ini akan menghilang dengan sendirinya, namun apabila infeksi bersifat persisten
akan menyebabkan integrasi genom dari virus kedalam genom sel serviks. Akibatnya
pertumbuhan sel dan ekspresi onkoprotein E6 atau E7 yang bertanggung jawab terhadap
perubahan maturasi dan diferensiasi dari epitel serviks menjadi tidak normal atau
disebut dengan mutasisel (Nurwijaya, 2010). Terjadinya mutasi sel inilah berkembang
menjadi kanker serviks. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,
diawali adanya perubahan displasia yang perlahan - lahan menjadi progresif. Displasia
ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7– 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi kekanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Karsinoma serviks dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan
kavum uterus.Penyebaran kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis
histologic dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan adanya
demam. Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatikdanhematogen.
Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah be
ning pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening obtupator, iliakaeksterna dan
kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar kekelenjar getah bening
iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran terutama adalah
paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dansupravesikuler, tulang, hepar,
empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997).

4
g. Pemeriksaan Diagnostik
a. PAP Smear Test
Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun laboratorium.
Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa menit) dan tidak
menimbulkan rasa sakit. Test Pap smear dapat dilakukan bila tidak dalam
keadaan haid ataupun hamil. Untuk hasil terbaik, sebaiknya tidak berhubungan
intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan. Pap smear merupakan salah satu cara
deteksi dini kanker leher rahim.
b. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap Smear, metoda lain yang dapat
menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA digunakan
untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks setelah mengoleskan larutanasam asetat
(asam cuka 3-5%) pada leher rahim.
c. Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensaekstansi
50 mm. Servikografi dapat digunakan sebagai metode yang baik un tuk skrining
massal, lebih-lebih didaerah dimana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka
kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker
serviks.
d. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x
dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau
pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih
dengan pulasan asam asetat.
e. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif dalam
kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya perkembangan kenker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah
> 5 uL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5 ng/ml.

5
f. Biopsy Kerucut
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar
untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
g. MRI /CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal
dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
h. Tes Schiller
Tes schiller dilakukan dengan cara servik diolesi dengan larutan yodium, sel yang
sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal
warnanya menjadi putih atau kuning.
i. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang
terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin,
hamatokrit, trombasit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-
sel tubuh.

h. Penatalaksanaan
a) Penanganan non bedah kanker serviks. Apabila kanker termasuk lesi intra-epitel
skuamosa tingkat rendah (LGSIL) atau lesi intra-epitel skuamosa tingkat tinggi
(LGSIT) deitemukan melalui kolposkopi dan biopsy, pengangkatan non bedah
konservasif memungkinkan untuk dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).
1. Krioterapi . Pembekuan dengan oksida nitrat.
2. Terapi laser
Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian
kecil dari jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan
sebagai pengobatan untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
b) Penanganan bedah kanker serviks, apabila pasien mempunyai kanker serviks invasif,
radiasi atau histerektomi radikal atau keduanya dapat dipilih. Bedah radikal
disarankan ketika pasien tidak dapat menahan efek radiasi atau mempunyai kanker

6
yang resisten terhadap radiasi. Prosedur bedah yang mungkin dilakuakn sebagai
berikut :
1. Histerektomi.
Histerektomi sederhana rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan
yang berada di dekatnya. Baik vagina maupun  kelenjar getah bening panggul
tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut
(perut) atau melalui vagina. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa
kanker serviks stadium awal (I).
2. Ekstenterasi Panggul
Pengangkatan organ-organ pelvis, termasuk nodus limfe kandung kemih
dan rectum serta konstruksi conduit diversional, kolostomi dan vagina.
3. Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke
dalam vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara
membekukan mereka. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks
yang hanya ada didalam leher rahim (stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang
telah menyebar ke luar leher rahim.
4. Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal
ini dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser atau menggunakan
kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk
menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I).
5. Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan
wanita muda tertentu dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih
dapat mempunyai anak. Metode ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian
atas vagina dan meletakkannya pada jahitan berbentuk seperti kantong
yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah
bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini dilakukan baik melalui vagina
ataupun perut.
6. Radioterapi untuk Kanker Serviks

7
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti
sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya.
Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya pasien akan menjalani pemeriksaan
darah untuk mengetahui apakah menderita anemia. Pada kanker serviks stadium
awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external maupun internal).
Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh (area panggul) melalui
sebuah mesin besar. Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan
radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim selama beberapa waktu untuk
membunuh sel-sel kankernya.
7. Kemoterapi untuk Kanker Serviks
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau
melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh
tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan dalam satu waktu.
8. Manajemen Nyeri Kanker
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat,yaitu :
a. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen,
OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
b. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid
ringan seperti kodein dan tramadol.
c.  Nyeri berat (VAS 7- 10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat
seperti morfin dan fentanil

II. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

8
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian. Pasien dengan
kanker serviks biasanya mengeluh gangguan pada menstruasi, keputihan dan
perdarahan pada vagina di luar masa haid, sakit perdarahan sewaktu melakukan
hubungan seks, dan adanya infeksi pada saluran dan kandung kemih.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
c. Pola Fungsional Kesehatan 
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh hygiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung
za-zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada pasien dengan kanker serviks biasanya pasien mengalami penurunan nafsu
makan, ketidaknyamanan bau dan rasa, bau mukosa mulut, mengalami mual dan
muntah akibat efek samping kemoterapi.
c. Pola eliminasi
Pada pasien kanker serviks dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus
yang menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria.Selain
itu bisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot
abdominal.
d. Pola aktivitas dan latihan

9
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor
kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3=
dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
e. Pola istirahat dan tidur
Penggunaan obat-obatan untuk mempermudah tidur,gejala dari perubahan pola
tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi misalnya nyeri. Kemungkinan pasien
dengan kanker serviks mengalami gangguan pada pola istirahat dan tidur akibat
progresivitas dari kanker serviks.
f. Pola kognitif perseptual
Kaji gambaran pengindraan khusus : penglihatan, pendengaran, rasa,sentuh, dan
bau. Pada pasien dengan kanker serviks biasanya pasien akan mengalami nyeri
yang lama lebih dari 6 bulan. Masalah yang mungkin muncul : Nyeri kronik 
g. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan kanker serviks kadang pasien merasa malu terhadap orang
sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang
salah dari masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah
akibat dari sering berganti ganti pasangan seksual.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Pada pola seksualitas pada pasien kanker serviks biasanya akan terganggu akibat
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan
encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. 
j. Pola peran –  Hubungan
Pasien dengan kanker serviks harus mendapatkan dukungan dari suami serta
orang orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan
pasien. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya adayang menderita penyakit kanker serviks.
k. Pola keyakinan dan nilai

10
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
1) Perdarahan vagina 
2) Keputihan berwarna putih atau purulen yang berbau dan tidak gatal
3) Adanya bau busuk yang khas
4) Raut wajah pucat
5) Ekspresi wajah meringis dan posisi tubuh menahan nyeri
6) Tanda-tanda anemia, hematuri
7) Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atausudah sampai
vagina
2. Palpasi
1) Nyeri tekan pada abdomen
2) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak
3) Nyeri punggung bawah
4) Obstruksi ureter, periksa hidronefrosis dengan tes balotemen
5) Palpasi fundus arteri
6) Perubahan denyut nadi
7) Perubahan tekanan darah
8) Peningkatan suhu tubuh
c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri kronik berhubungan dengan tumor infiltrasi kanker serviks
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat (mual akibat kemoterapi)
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (kanker serviks)

11
4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan informasi terkait
penatalaksanaan kanker serviks (kemoterapi)
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
(perdarahan)
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
7) Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat
d. Intervensi

Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
Nyeri kronik berhub NOC : NIC :
ungan dengan tumor  - Tingkat
1. Obsevasi TTV 1. Mengetahui
infiltrasi kanker serv kenyamanan
2. Kaji nyeri yang di perubahan tanda
iks - Pengendalian
rasakan pasien tanda vital dan
nyeri
dengan (PQRST) sistem pernapasan
- Tingkat nyeri
3. Mendeskripsikan 2. Untuk mengetahui
Kriteria Hasil :
tentang efek yang tingkat,jenis serta
1. Menurunkan
merugikan dari lokasi nyeri yang
level nyeri
nyeri yang tidak dirasakan pasien
2. Mengntrol nyeri
tertahankan 3. Intensitas dari
3. Meningkatkan
4. Gunakan nyeri dan
rasa nyaman
pendekatan yang ketidaknyamanan
menenangkan harus dikaji untuk
5. Bantu pasien mengetahui
mengenal situasi keadaan klien
yang menimbulkan 4. Untuk
kecemasan menenangkan
6. Dorong pasien pasien dan pasien
untuk tidak merasa
mengungkapkan terganggu pada
perasaan, saat di ajak bicara

12
ketakutan, persepsi
5. Untuk mengetahui
7. Ajarkan pasien
hal apa saja yang
menggunakan
dapat
teknik relaksasi
menimbulkan
8. Kolabarosi terapi
kecemasan yang
medikasi
berlebihan
6. Untuk membantu
mengurangi
perasaan
ketakutan dan
persepsi
berlebihan
7. Untuk mengontrol
nyeri
8. Untuk
mengurangi nyeri

Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari - Nutritional Status
1. Auskultasi bising 1. Bising usus
kebutuhan tubuh - Weight Control
usus hiperaktif
berhubungan dengan
Kriteria Hasil : 2. Catat dan laporkan mencerminkan
intake nutrisi yang
adanya anoreksia peningkatan
tidak adekuat (mual 1. Adanya
3. Pantau masukan motilitas lambung
akibat kemoterapi) peningkatan BB
makanan setiap yang menurunan
2. Mampu
hari dan timbang atau mengubah
mengidentifikasi
BB setiap hari fungsi absorbsi
kebutuhan nutrisi
serta laporkan 2. Peningkatan
3. Tidak ada tanda-
adanyan penurunan

13
tanda malnutrisi 4. Dorong klien
aktivitas
untuk makan dan
adrenergik dapat
meningkatkan
menyebabkan
jumlah makan
gangguan sekresi
5. Hindari pemberian
insulin
makanan yang
3. Untuk mengetahui
dapat
keadaan BB klien
meningkatkan
4. Membantu
peristaltik usus
menjaga
6. Konsultasikan
pemasukan kalori
dengan ahli gizi
agar tetatp tinggi
untuk memberikan
5. Peningkatan
diet tinggi kalori,
motilitas saluran
protein,
cerna dapat
karbohidrat, dan
meningkatkan
vitamin.
diare dan
gangguan absorbsi
nutrisi
6. Menjamin
pemasukan zat-zat
makanan yang
adekuat

Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
Gangguan citra NOC : NIC :
tubuh berhubungan - Body image
1. Kaji secara verbal 1. Untuk mengetahui
dengan penyakit
Kriteria Hasil : dan nonverbal perasaan pasien
(kanker serviks)
respon klien mengenai proses
1. Body image positif

14
2. Mampu terhadap tubuhnya
penyakitnya
mengidentifikasi 2. Monitor frekuensi
2. Untuk mengetahui
kekuatan personal mengkritik dirinya
apakah pasien
3. Mendeskripsikan 3. Jelaskan tentang
menerima akan
secara faktual pengobatan,
penyakit yang
perubahan fungsi perawatan,
dirasakan
tubuh kemajuan dan
3. Agar pasien
4. Mempertahankan prognosis penyakit
mengetahui
interaksi sosial 4. Dorong klien
perkembangan
mengungkapkan
pengobatan yang
perasaannya
dijalankan
4. Agar mengetahui
apakah pasien
menerima atau
tidak akan
penyakit yang
dirasakan

Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
Defisiensi NOC : NIC :
pengetahuan - Knowledge :
1. Identifikasi 1. Untuk melakukan
berhubungan dengan disease process
kemungkinan tindakan
kurang paparan
Kriteria Hasil : penyebab yang selanjutnya
informasi terkait
terjadi 2. Mencegah
penatalaksanaan 1. Pasien dan
2. Gambarkan tanda terjadinya hal-hal
kanker serviks keluarga
dan gejala yang yang tidak
(kemoterapi) menyatakan
biasa muncul pada diinginkan
pemahaman
penyakit, dengan 3. Untuk membantu
tentang penyakit,
cara tepat menemukan
15
kondisi, 3. Jelaskan proses
tindakan
prognosis dan penyakit, dengan
selanjutnya
program cara yang tepat
4. Untuk mengetahui
pengobatan 4. Berikan penilaian
apakah pasien
2. Pasien dan tentang tingkat
sudah mengerti
keluarga mampu pengetahuan
menegnai
melaksanakan pasien tentang
penyakitnya
prosedur yang proses penyakit
5. Supaya pasien dan
dijelaskan secara 5. Diskusikan pilihan
keluarga tau
benar terapi atau
tindakan yang
3. Pasien dan penanganan
ingin dilakukan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaksan
perawat/tim
kesehatan lainnya

Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
Kekurangan volume NOC : NIC :
cairan berhubungan - Keseimbangan
1. Observasi TTV 1. TTV merupakan
dengan kehilangan elektrolit dan
2. Monitor tanda- parameter
volume cairan aktif asam basa
tanda dehidrasi peningkatan
(perdarahan) - Keseimbangan
3. Kaji penyebab respon fisiologis
cairan
gangguan dari kekurangan
Kriteria Hasil : keseimbangan cairan dan
cairan dan elektrolit
1. Menunjukkan
elektrolit 2. Mengetahui
keseimbangan
4. Berikan klien tingkat dan

16
eletrolit dan asam banyak minum
kekurangan cairan
basa 5. Kolaborasi dengan
elektrolit tubuh
2. Menunjukkan tim medis dalam
mempermudah
keseimbangan pemberian cairan
dalam memberi
cairan infus
pengobatan
3. Sebagai dasar
dalam menetukan
tindakan yang
tepat untuk klien
dalam memenuhi
kebutuhan cairan
dan elektrolit
4. Asupan cairan dan
elektrolit yang
cukup akan
membantu
mempercepat
proses
metabolisme tubuh
5. Tindakan yang
terdapat dalam
pemberian infus
dapat membantu
mempercepat
kebutuhan cairan
dan elektrolit

17
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan
- Activity control 1. Observai TTV 1. Untuk melanjutkan
imobilitas
Kriteria Hasil : 2. Catat respon intervensi
1. Berpartisipasi kardiopulmonal selanjutnya
dalam aktivitas terhadap 2. Penurunan atau
fisik tanpa aktivitas, catat ketidakmampuan
disertai takikardi miokardium untuk
peningkatan 3. Evaluasi meningkatkan
tekanan darah, peningkatan volume sekuncup
nadi, RR intoleran selama aktivitas
2. Mampu aktivitas 3. Dapat
melakukan 4. Kolaborasi menunjukkan
aktivitas sehari- pemberian dekompensasi
hari (ADLs) program jantung daripada
secara mandiri rehabilitasi kelebihan aktivitas
3. Tanda-tand vital jantung/aktivita 4. Peningkatan
normal s bertahap pada
4. Status aktivitas
kardiopulmonari menghindari kerja
adekuat jantung/ konsumsi
oksigen berlebihan.

18
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan - Immune status
1. Pantau TTV 1. Untuk melanjutkan
imunitas tidak
Kriteria Hasil : 2. Tempatkan klien tindakan
adekuat
pada lokasi yang selanjutnya
1. Klien bebas dari
tersedia 2. Untuk mencegah
tanda dan gejala
3. Bantu klien dalam infeksi yang
infeksi
menjaga hygiene berlebihan
2. Menunjukkan
perorangan
kemampuan 3. Untuk mengurangi
4. Anjurkan klien
untuk mencegah infeksi dan
istirahat sesuai
timbulnya infeksi penyebarannya
kebutuhan
4. Untuk
5. Kolaborasi dalam
memberikan rasa
pemeriksaan kultur
nyaman pada klien
dan pemberian
5. Untuk
antibiotik
menghambat
pemyebaran
infeksi

e. Evaluasi
Penilaian keperawatan merupakan kegiatan pelaksanaan rencana tindakan yang
telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil. Hasil evaluasi didapatkan bahwa klien mampu menunjukkan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hamilton, Persis. 2014. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC

Nurarif. H. Amin dan Kusuma. H, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Penerbit Mediaction
Jogja

Brunner and Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2016. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika

20
21

Anda mungkin juga menyukai