Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HERBAL SEBAGAI BAHAN OBAT

OLEH ;

NAMA : ITA PRIATI TAHIS

KELAS : A1/FARMASI

NIM : F202001040

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemakaian herbal sebagai obat-obatan tradisional telah diterima luas di negara-


negara maju maupun berkembang sejak dahulu kala, bahkan dalam 20 tahun terakhir
perhatian dunia terhadap obat-obatan tradisional meningkat, baik di negara yang
sedang berkembang maupun negara-negara maju. World Health Organization (WHO)
atau Badan Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara
maju menggunakan pengobatan tradisional dan obat-obat dari bahan alami
(Kemenkes RI, 2007).

Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya,


salah satunya adalah keanekaragaman hayati (megabiodiversity) khususnya
tumbuhan. Selain itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki
berbagai macam pengetahuan tentang obat tradisional yang menggunakan bahan-
bahan dari tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan itu telah ribuan tahun digunakan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan dokter sebagai bahan obat atau jamu
tradisional untuk berbagai macam penyakit dan memberikan hasil yang baik bagi
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan (Mills, 1996). Di bumi ini diperkirakan
terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 30.000 spesies hidup
di kepulauan Indonesia dan sekurang-kurangnya 9.600 spesies diketahui berkhasiat
obat, tetapi baru 300 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat
tradisional dan industri obat tradisional (Kemenkes RI, 2007).
Keragaman zat kimia penyusun tumbuh-tumbuhan atau zat yang dihasilkan
tumbuhan merupakan kelebihan tanaman, sehingga sebagai tanaman obat dapat
menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki sisi positif pada tubuh karena tidak
memiliki efek samping seperti halnya obatobat kimiawi (Mills, 1996). 2 Obat-obat
kimiawi seringkali dapat membahayakan kesehatan dan tidak berhubungan langsung
dengan hasil pengobatan yang diharapkan (Mills, 1996).

Itulah salah satu alasan Menteri Kesehatan melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.381/MENKES/SK/III /2007 menetapkan kebijakan
obat tradisional nasional (Kotranas) yang antara lain bertujuan untuk mendorong
pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan
(sustainable use) untuk digunakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan.
Sebagai implementasi dari kebijakan tersebut Menteri Kesehatan melalui Peraturan
Menteri Kesehatan No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang saintifikasi jamu dalam
penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Menurut peraturan tersebut pada pasal 1
diterangkan bahwa saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui
penelitian berbasis pelayanan kesehatan, sedangkan jamu diartikan sebagai obat
tradisional Indonesia. Sementara itu obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang ada. Indonesia
merupakan negara tropis, di mana infeksi merupakan penyumbang nomor satu angka
morbiditas dan mortalitas. Oleh karena itu penggunaan antibakteri merupakan hal
dominan dalam pelayanan kesehatan (Priyanto, 2008).

Selain itu masalah resistensi mikroorganisme terhadap antimikroba


merupakan masalah global akibat berkurangnya penemuanpenemuan antimikroba
baru, khususnya di rumah sakit negara-negara AsiaPasifik (Rizal, 2009). Salah satu
tanaman berkasiat obat Indonesia yang banyak digunakan di masyarakat adalah
meniran (Phyllantus niruri Linn). Tumbuhan meniran banyak mengandung senyawa
kimia yang memiliki berbagai macam khasiat, salah satu potensinya adalah sebagai
antibakteri. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunawan, dkk
(2008) telah berhasil menganalisis, mengisolasi, dan mengidentifikasi senyawa
antibakteri di 3 dalam tumbuhan ini. Senyawa yang dimaksud adalah senyawa
terpenoid dengan metode Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa.

Hasil uji fitokimia menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard tumbuhan


meniran yang diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dan sohkletasi
pelarut nheksana menunjukkan bahwa kedua ekstrak tersebut positif mengandung
senyawa terpenoid. Harborne (1996) mengatakan bahwa secara kimia, terpenoid
umumnya larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan.
Biasanya terpenoid diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan memakai eter minyak
bumi, eter atau kloroform dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel
atau alumina memakai pelarut di atas. Pendapat ini berbeda dengan yang dilakukan
oleh Gunawan, dkk (2008) di atas, sehingga sangat mungkin bahwa zat yang berhasil
diisolasi berbeda konsentrasinya jika menggunakan metode Harborne (1996). Atas
dasar itulah untuk melengkapi bukti secara empirik saintifikasi kandungan dan efek
antibakteri tumbuhan meniran (Phyllantus niruri L.) perlu dilakukan penelitian
menggunakan pelarut lain, yaitu kloroform dan etil asetat. Hasil ekstraksi
menggunakan pelarut ini kemudian diuji efek antibakterinya terhadap bakteri
Escherichia coli yang mewakili gram negatif dan Staphylococcus aureus yang
mewakili gram positif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah ada pengaruh tanaman herbal bagi kesehatan ?
2.      Apa sajakah kelebihan Tanaman herbal ketimbang obat – obatan dari bahan Kimia
untuk kesehatan?
3.      Tanaman herbal apa sajakah yang dapat kita gunakan sebagai obat ?        
C.    Tujuan
1.      Memberikan penjelasan tentang kelebihan obat herbal dari pada obat kimia.
2.      Menjelaskan kepada kita lebih menghargai obat – obatan herbal.

D.    Manfaat
1.      Memberikan wawasan tentang manfaat tanaman herbal yang dapat di gunakan
manusia untuk menyebuhkan penyakit.
2.      Membuat kita lebih mengoptimalkan potensi negri ini seperti tanaman obat, baik
dalam pemanfaatannya maupun kelestariannya.
BAB II
PEMBAHASAN

                  
Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu pada
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman
obat yaitu Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi ) membuat himpunan keterangan
terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica. Orang- orang
Yunani kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Zaman Mesir kuno ( tahun
2500 sebelum masehi ) yang ditulis dalam Papyrus Ehers meyebutkan Sejumlah besar
resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala
penyakit dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan
dan mempraktekkan pengobatan Herbal. Dalam kepercayaan agama Islam tentang
pengobatan, telah disabdakan oleh Rasullullah SAW “Setiap kali Allah menurunkan
penyakit, pasti Allah menurunkan (pula) obatnya.” (HR. Bukhari-Muslim).
SKN (Sistem Kesehatan Nasional) juga menyatakan bahwa pengobatan
tradisional yang terbukti berhasil guna dan berdayaguna terus dilakukan pembinaan
dan bimbingan serta dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. UU
kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang
mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat
dipertanggung jawabkan maknanya. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga
sektor yang saling terkait, (Young, 1980) Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga
sektor, yaitu pengobatan rumah tangga/ pengobatan sendiri menggunakan obat, obat
tradisional, atau cara tradisional, pengobatan medis yang dilakukan oleh oleh
perawat, dokter, puskesmas, atau rumah sakit, serta pengobat tradisional. Dalam
pemilihan sumber pengobatan di susunlah suatu criteria tentang sumber pengobatan
tersebut. (Young, 1980), Kriteria yang digunakan untuk memilih sumber pengobatan
adalah pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap obat/
pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya dan jarak. Dari empat kriteria
tersebut, keparahan sakit menduduki tempat yang dominan. Sebagaimana diketahui
bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari
penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit
metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang).
Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban
manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan
berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan
kesejahteraan umat manusia. Dalam data statistik tentang kematian akibat efek
samping obat-obatan yang diperoleh, Isa (2009:1) mengatakan, Untuk mengatasi
penyakit mereka mengutamakan cepat sembuh walaupun cuma sesaat. Pola hidup ini
harus di bayar mahal. Di Amerika saja, efek samping obat – obatan bertanggung
jawab atas kematian 100.000 pasien setiap hari.
Menurut WHO, negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan
obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat
herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat
prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern
untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi
mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar EY,2006).
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung
upaya- upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO,
2003). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek
samping yangrelatif lebih sedikit dari pada obat modern.
       I.  Tanaman herbal bagi kesehatan
Ada masyarakat yang berpendapat kalau reaksi obat kimia lebih cepat dibanding
obat dari tanaman herbal, padahal reaksi yang lama dalam pengobatan hal tersebut
sangatlah wajar karena obat bukanlah cabai yang saat dimakan makan rasa pedasnya
akan dirasakan saat itu juga sehingga ada beberapa orang yang bertanya adakah
Pengaruh tanaman herbal bagi kesehatan.
Berikut ini adalah kasus yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak pasien
di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah yang sebelumnya mengkonsumsi daun keji
beling. Pada pemeriksaan laboratorium dalam urine-nya ditemukan adanya sel-sel
darah merah (dalam jumlah) melebihi normal. Hal ini sangat dimungkinkan karena
daun keji beling merupakan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada
saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun kumis kucing
(Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya lebih ringan dan dikombinasi dengan
daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi
dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.
Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang
memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (obat
modern). Pada saat itu jika hanya mengunakan Obat herbal atau Jamu yang efeknya
lambat, tentu kurang bermakna dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada
periode berikutnya hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan
antibiotika baru yang potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai
penyebab penyakit infeksi.
Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik,
melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis
makanan yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses
degenerasi. Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif.
Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes, hiperlipidemia, asam urat,
batu ginjal dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik, asma,
ulser, haemorrhoid dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan
pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika mengunakan obat modern
dikawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan
kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat alam/OT, walaupun
penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang ditimbulkan relatif kecil
sehingga dianggap lebih aman.
      Dari dua kasus yang terjadi diatas dapat disimpulkan
Dari dua kasus yang terjadi diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman herbal
berpengaruh terhadap kesehatan manusia, meskipun telah ditemukan antibiotik
terbaru yang efektif untuk meyembuhkan penyakit. Namun peran tanaman herbal
yang sedikit memiliki efek samping bagi tubuh sulit digantikan.
    II.  Kelebihan Obat Herbal dalam Penyembuhan Penyakit
1. Tidak Menimbulkan Efek Samping
Obat herbal benar-benar merupakan produk alami yang telah tersedia di alam.
Pengolahan obat ini pun dilakukan secara alami, bahkan tradisional, tanpa
pencampuran bahan kimia atau sintetis. Oleh sebab itulah, dapat dipastikan bahwa
obat-obatan herbal sama sekali tidak memiliki efek samping sehingga sangat aman
digunakan.
2. Bebas Racun
Obat-obatan kimia atau obat farmasi merupakan racun sehingga tidak boleh
dikonsumsi secara sembarang. Namun, ada yang berbeda dari obat herbal. Yaitu,
bebas racun. Dengan demikian, obat herbal sangat aman dikonsumsi oleh siapa pun.
Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun di dalam tubuh atau
detoksifikasi.
3. Menghilangkan Akar Penyakit
Umumnya, obat-obatan kimia hanya bekerja untuk menyembuhkan gejala
penyakit. Namun, tidak demikian dengan obat-obatan herbal. Selain menyembuhkan
gejala penyakitnya, obat-obatan herbal bekerja hingga menghilangkan akar
penyakitnya.
Cara kerja yang berbeda ini disebabkan efek obat herbal yang bersifat menyeluruh
(holistik). Akhirnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada penghilangan penyakit,
tetapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk melawan
penyakit
4. Mengandung Banyak Khasiat
Misalnya, jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan
habbatussauda yang dapat menyembuhkan asam urat, migren, diabetes, hepatitis,
bahkan kanker. Contoh lain, bawang putih yang bersifat antivirus serta mampu
menguatkan jantung dan menurunkan kolesterol.
    I11.    Jenis tanaman herbal, Kandungan dan Manfaatnya

Berikut ini kandungan dalam beberapa tanaman herbal yang sering di manfaatkan
didalam tanaman herbal 
N Nama Nama Ilmiah Bagian Cara Manfaat
O Tumbuha Tumbuhan yang pengelola
n digunak han
an

1 Jahe Zingiber Umbi Direbus Menghangatka


officinale Rosc atau dan n Badan
Rimpan ditumbuk
g

2. Kencur  Kaempferia Umbi Direbus Obat Batuk,


galanga L. atau sakit kepala,
Rimpan melancarkan
g dahak

3. Kunyit  Curcuma Umbi Ditumbuk Mengobati


domestica Val atau atau diare dan
Rimpan direbus masuk angin
g

4. Lengkuas  Languas Umbi Ditumbuk Menghilangka


galangal L. atau n panu dan
Stunzt Rimpan bersifat anti
g bakteri.

5. Temulaw Curcuma Umbi Direbus Mengatasi


BAB III
PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan dapat saya tarik kesimpulan :
a.       Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai
obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
b.      Bagian dari tumbuh tumbuhan yang paling sering dijadikan obat adalah daun. Namun
akar juga terkadang digunakan dalam pembuatan obat tradisional.
c.       Cara pengolahan obat tradisional masih sederhana, yaitu sengan cara ditumbuk dan
direbus 
d.      Dalam penggunaan tanaman obat tradisional tetap membutuhkan dosis yang tepat.
e.       Penggunaan tanaman obat tradisional harus mempunyai ketepatan waktu
penggunaan. Artinya ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan
tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.
f.       Dalam segi penyembuhan meskipun tanaman herbal umumnya lebih lambat dalam
pengobatan penyakit dibanding penyembuhan menggunakan Obat – obatan kimia,
namun pengobatan secara tradisional menggunakan tanaman herbal jauh lebih aman
bagi tubuh dengan sangat sedikit efek samping yang ditimbulkannya, bebas racun,
mudah di produksi, menghilangkan akar penyakit, mudah diperoleh, murah dan
mempunyai banyak khasiat.
DAFTAR PUSTAKA

‘Ibad, HM. Agus Ibnu, keterampilan khusus di bidang pengobatan dan perawatan


kecantikan tradisional, salatiga, hasil karya putra nusantara, 1991
AR, mb Rahimsyah, pengobatan  cara helbal dan pijat refleksi, lingkar media.
Denia, Ariani, kotak obat tradisional dari peredaran, www.kompas.co.id, pekan
baru, 2003

Anda mungkin juga menyukai