Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH APLIKASI KIMIA ANALISIS

Analisis Kimia Pertanian

Dosen Pengampu Matakuliah :


Surjani Wonohardjo, P.hD

Oleh :
Kelompok 1 Offering G
Fazria Rizqi Maharani (180332616577)
Much Sayfulloh Alwy (180332616564)
Vivi Karmila Yessi (180332616584)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kimia pertanian adalah studi tentang kimia , terutama kimia organik dan biokimia ,
yang berkaitan dengan pertanian atau produksi pertanian , pemrosesan produk mentah
menjadi makanan dan minuman , serta pemantauan dan perbaikan lingkungan. Sebagai
cabang ilmu pertanian, kimia pertanian mempelajari komposisi dan reaksi kimia yang
terlibat dalam produksi, perlindungan, dan penggunaan tanaman dan ternak. Kebutuhan
dasar manusia adalah makanan. Pertanian lah yang mampu memenuhi kebutuhan ini
untuk seluruh penduduk dunia. Tumbuhan disebut produsen karena mereka mensintesis
makanannya sendiri menggunakan CO 2 dari udara dan air dari tanah dengan
memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi melalui proses yang dikenal sebagai
fotosintesis. Rantai makanan lainnya hanya terdiri dari konsumen.
Praktek menghasilkan tanaman dan ternak dari sumber daya alam bumi disebut
pertanian, kegiatan pertanian modern diantaranya meliputi agronomi, hortikultura,
peternakan, dan peternakan sapi perah. Kimia berurusan dengan senyawa, baik organik
maupun anorganik, dan pertanian berurusan dengan produksi produk organik
menggunakan input organik dan anorganik. Dengan demikian kimia merupakan bagian
integral dari pertanian dari tingkat molekuler hingga organ. Tujuan kimia pertanian
adalah untuk memperluas pemahaman tentang sebab dan akibat reaksi biokimia yang
berkaitan dengan pertumbuhan tanaman dan hewan, untuk mengungkapkan peluang
untuk mengendalikan reaksi tersebut, dan untuk mengembangkan produk kimia yang
akan memberikan bantuan atau pengendalian yang diinginkan. Kimia pertanian
seringkali bertujuan untuk melestarikan atau meningkatkan kesuburan tanah ,
memelihara atau meningkatkan hasil pertanian , dan meningkatkan kualitas tanaman.
Peran Kimia dalam pertanian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Fotosintesis
Proses alami ini menyediakan blok bangunan dasar untuk semua produk
pertanian. Proses keseluruhan paling baik ditunjukkan oleh persamaan
reaksi. 6CO 2 + 6H 2 O ==> C 6 H 12 O 6 + 6O 2. Tidak ada proses kimia yang
lebih penting bagi kehidupan di Bumi selain fotosintesis. Tanpa fotosintesis tidak
hanya tidak akan ada tumbuhan, planet ini juga tidak dapat menopang kehidupan
dalam bentuk apa pun.
2) Pupuk
Pupuk adalah bahan organik atau anorganik alami atau sintetis yang ditambahkan
ke tanah untuk memasok satu atau lebih nutrisi tanaman yang penting untuk
pertumbuhan tanaman. Penilaian baru-baru ini menemukan bahwa sekitar 40
hingga 60% hasil panen disebabkan oleh penggunaan pupuk komersial.
3) Pestisida dan Insektisida
Insektisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga atau
hama karena dapat menyebarkan penyakit ternak, dapat memakan biji-bijian yang
disimpan, dan dapat memakan tanaman yang sedang tumbuh. Untuk
meminimalkan kerusakan tanaman oleh hama, berbagai macam bahan kimia yang
dikenal sebagai pestisida digunakan. Subkelasnya adalah herbisida, insektisida,
fungisida, rodentisida, pedikulisida, dan biosida tergantung sasarannya. Dengan
penelitian aktif di bidang ini, pestisida yang lebih aman dan lebih hijau sedang
dikembangkan
4) Pipa plastik untuk irigasi yang lebih baik
Plastik berasal dari kimia dan ini banyak digunakan dalam pertanian. Ini telah
meningkatkan irigasi secara besar-besaran yang menghasilkan lingkungan yang
lebih baik untuk tanaman berkembang.
5) Penyimpanan dan pengawetan hasil pertanian
Sulfur dioksida digunakan untuk menjaga kesegaran biji-bijian dan dapat
digunakan untuk jangka waktu yang lebih lama. Pengawet makanan seperti
natrium benzoat dan asam salisilat digunakan untuk umur simpan yang lebih
lama. Refrigeran generasi baru telah dikembangkan. Bahan kimia ditambahkan
untuk meningkatkan pematangan buah atau perkecambahan biji.
6) Pengolahan Makanan
Pengembangan Sakarin dan Pemanis, Vitamin dan Mineral. Konsumen telah
memperoleh manfaat dari teknologi baru yang meningkatkan rasa, penampilan,
ketersediaan, dan nilai gizi makanan mereka.
7) Bahan kimia dari limbah pertanian
Kemajuan dalam Kimia telah menghasilkan perkembangan teknologi untuk
menghasilkan berbagai bahan kimia dari limbah pertanian. Produksi alkohol dari
ampas tebu yang digunakan sebagai bahan baku bahan kimia adalah contoh yang
baik.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa saja kah teknik yang digunakan dalam kimia pertanian?
2) Bagaimana langkah analisis kimia di bidang pertanian?
1.3 Tujuan
1) Untuk menjelaskan teknik yang digunakan dalam kimia pertanian
2) Untuk menjelaskan langkah analisis kimia di bidang pertanian
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik – Teknik Dalam Analisis Kimia Pertanian


2.1.1 Analisis Tanah
Analisa tanah bertujuan untuk mengungkapkan khuluk (nature), sifat (properties),
dan kelakuan atau tabiat (behaviour) tanah sebagai salah satu anasir habitat. Dalam
identifikasinya dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif.
Analisa tanah dapat digunakan untuk mengidentifikasi hara tanaman karena :
- Cepat dan mudah dilaksanakn untuk jumlah contoh tanah yang sangat banyak
- Uji tanah dapat dilaksanakan setiap saat dalam satu tahun
- Relatif tidak mahal

Hasil uji tanah dapat digunakan untuk :


- Mengetahui status hara yang tersedia bagi tanaman
- Memberikan informasi pada petani tentang kelaparan, kecukupan, dan toksisitas
- Sebagai dasar penentuan takaran pupuk yang digunakan
- Perkiraan produksi dan evaluasi ekonomi
- Membantu penentuan dalam penyusunan suatu kebijakan

Langkah analisa:
a. Persiapan sampel
Persiapan sampel dibedakan untuk tanah kering angin (air dry soil sample) dan tanah
basah (wet soil sample).
b. Pengamatan dan pengambilan sampel profil tanah

Metode analisa tanah dan unsur hara yang digunakan:


1. Distribusi butir primer (pasir, debu, dan liat)
Analisa distribusi butir primer atau analisis tekstur di laboratorium biasanya
menggunakan teknik analisis mekanis.
2. pH (H2O dan KCl) dan juga pengukuran pH khusus seperti pH NaF, pH CaCl2, dan
lain-lain. Pengukuran pH biasanya dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
(metode elektrometrik).
3. Kadar air tanah
Metode analisisnya adalah melalui pengeringan dan penimbangan sampel tanah pada
105oC di dalam oven yang disebut juga dengan metode gravimetrik dan dinyatakan
dalam persen.
4. Unsur hara mikro
Pengamatan unsur mikro ini (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl) menjadi lebih mudah
jika di Laboratorium telah tersedia peralatan yang standar yaitu AAS (atomic
adsorption spectrophotometry) (Jones, 1985).
5. Logam berat (Ni, Cd, Ag, Hg, Co, Pb, As, dll)
Pengukuran total unsur limbah ini dapat dilakukan dengan menggunakan AAS.
2.1.2 Analisis Jaringan Tanaman
Analisa jaringan tanaman digunakan untuk menafsirkan keadaan tanaman.
Kandungan hara yang terdapat di dalam jaringan tanaman sangat menentukan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman/produksi. Analisa tanaman merupakan pengaruh integritas antara
tanah, air, tanaman, iklim, dan variabel – variabel pengelolaan yang merupakan ukuran ideal
ketersediaan hara.
Tahap – tahap analisa tanaman
a. Pengambilan sampel (sampling)
b. Pengeringan sampel (drying)
c. Penghalusan sampel (grinding)
d. Pengambilan subsampel (subsampling)
e. Destruksi tanaman (destruction)
▪ Metode pengabuan kering (ashing), yaitu dengan pemanasan pada suhu tinggi (oven)
hingga menjadi abu. Metode ini dapat menghilangkan unsur-unsur yang mudah
menguap seperti N dan S sehingga cocok untuk menganalisis kandungan kation basa
seperti Ca, Mg, K, Na, dan unsur-unsur logam sejenisnya.
▪ Metode Destruksi Basah, yaitu dengan menggunakan larutan asam-asam kuat seperti
H2SO4, HNO3, HClO3, dan H2O2.
f. Pengenceran (diluting)
g. Pengukuran atau analisa unsur
h. Memperoleh konsentrasi dalam jaringan tanaman
i. Menghitung serapan hara oleh tanaman

2.1.3 Analisis Air


Pada analisa air, air yang dimaksud adalah air hujan dan air pengairan yang masuk ke
petak pertanian dan air yang keluar dari petak pertanian tersebut. Analisa air yang masuk
ditujukan untuk mengetahui peranan air sebagai salah satu sumber hara tanaman dan
peranannya sebagai faktor yang dapat memepengaruhi suasana lingkungan. Dan analisa air
yang keluar ditujukan untuk mengetahui kemungkinan adanya hara atau obat – obatan
pertanian yang dapat menyebabkan kontaminasi atau pencemaran air.
Berdasarkan keputusan menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup nomor : Kep-
02/MENKLH/I/1988, tentang pedoman penetapan Baku Mutu Lingkungan, menggolongkan
air pada sumbernya (sungai, danau, waduk, dan air tanah) menurut kegunaannya menjadi 4
golongan, yaitu :
- Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
penggolongan terlebih dahulu
- Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk diolah sebagai
minuman dan keperluan rumah tangga.
- Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
- Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan tenaga listrik.
Di atas merupakan tabel baku mutu golongan D (keperluan pertanian)
Penilaian kualitas air dibagi menjadi 4 kelas kualitas
berdasarkan skor yang diperoleh dari hasil penilaian, yaitu :
- Kualitas baik sekali, jika skor = 0
- Kualitas baik, jika skor 1 – 10
- Kualitas sedang, jika skor 11 – 30 dan
- Kualitas buruk, jika skor > - 31
Ketentuan penilaian seperti yang tercantum pada tabel dibawah:

Langkah analisa :
1. Pengambilan contoh air (sampling)
Sampling di suatu kawasan sebaiknya dilakukan secara komposit dari beberapa titik
pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya, diambil contohnya kemudian
dijadikan satu contoh untuk dianalisa.
2. Pengukuran/analisis terhadap penentu kualitas air
Pengukuran/analisis ini sebaiknya juga dilakukan di lapangan, namun ada beberapa
yang tidak memungkinkan karena alatnya tidak memungkinkan dibawa-bawa ke
lapangan, seperti spektrofotometer untuk menentukan kadar logam dan untuk ini
terpaksa dilakukan di laboratorium. Parameter yang dapat diamati langsung
dilapangan antara lain suhu, pH dan konduktivitas, bahkan untuk pengukuran suhu
pembacaan alat dianjurkan dilakukan pada saat alat masih berada di dalam air.

2.2 Analisa Kasus


2.2.1 Penjabaran Kasus
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh dan berfungsi
untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Pachyrhizus erosus atau yang lebih dikenal
sebagai bengkuang adalah salah satu buah-buahan yang berasal dari wilayah Amerika tropis
termasuk dalam suku polong-polongan. Bengkuang dapat digunakan untuk pengobatan
diabetes mellitus, sariawan, wasir, demam dan dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian analisis kadar vitamin C pada buah
bengkuang (Pachyrhizus erosus) secara spektrofotometri UV-Vis.
2.2.2 Metode Identifikasi Kasus
A. Penyiapan sampel
• Dicuci dengan bersih buah bengkuang yang akan digunakan
• Dipotong lalu dikupas kulitnya
• Ditimbang sebanyak 50 gram
• Dimasukkan kedalam blender
• Ditambahkan 100 ml larutan asam oksalat 0.4%
• Dihaluskan kembali dengan blender sampai halus
• Disaring untuk memisahkan residu dan filtratnya
• Diambil filtrat dan masukkan dalam labu ukur

B. Pemeriksaan kualitatif Vitamin C


1. Pereaksi iodium
Sampel ditambahkan larutan pereaksi iodium, warna iodium akan hilang jika
mengandung vitamin C.
2. Pereaksi 2,6 - diklorofenol indofenol
Sampel mengandung vitamin C jika sampel ditambahkan dengan larutan pereaksi 2,6
– diklorofenol akan berwarna merah muda atau ungu.
3. Pereaksi Fehling A dan Fehling B
Larutan contoh ditambahkan dengan pereaksi fehling A dan fehling B sama banyak,
lalu dipanaskan terjadi endapan merah bata.
4. Pereaksi besi (III) klorida
Larutan contoh ditambahkan dengan pereaksi Besi (III) klorida terbentuk warna
kuning dibiarkan akan hilang.

C. Standarisasi Vitamin C Secara Spektrofotometri UV-Vis


1. Pembuatan larutan baku vitamin C
Untuk pembuaatan larutan baku dapat dilakukan dengan menimbang dengan
teliti 100,0 mg asam askorbat murni, selanjutnya dimasukkan kedalam labu tentukur
100,0 ml, dilarutkan dengan asam oksalat 0,4% sampai 100,0 ml (1000 bpj).
2. Penentuan panjang gelombang maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan mempipet larutan
baku asam askorbat dan dimasukan kedalam labu ukur 100 ml, yang kemudian
dilarutkan dengan asam oksalat 0,4% sampai tanda garis seingga konsentrasinya
menjadiin100bpj, selanjutnya dipipet 25 ml larutan dan dimasukkan kedalam labu
tebtujur 50 ml , kemudian dilarutkan dengan asam oksalat 0,4% sampai tanda garis
sehingga konsentrasinya didapatkan 50 bpj. Dipipet 1 ml larutan dan dimasukan
kedalam labu ukur 10 ml , kemudian ditambahkan larutan 2,6 diklorofenol indifenol
sampai tanda garis, dikocok dan segera dilakukan pengukuran dengan menggunakan
spekroskopi uv-vis dengan panjang gelombang 516 nm.
3. Pembuatan kurva baku
Larutan asam askorbat 50 bpj dipipet sebanyak 2,3,4 dan 5 ml dimasukkan
kedalam labu ukur 10 ml, pada masing – masing tabung ditambahkan 4 ml 2,6-
diklorofenl indofenol dan dicukupkan volumenya dengan asam oksalat 0,4%, sampai
tanda. Dan diperoleh masing – masing konsentrasi 4,6,8, dan 10 bpj. Kemudian
diukurserapannya pada panjang gelombang 516.
4. Pengukuran kadar vitamin C
Untuk pengukuran kadar disini dilakukan dengan mempipet larutan contoh
sebanyak 1,0 ml kemudian dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml. ditambahkan 2,6-
diklorofenl indofenol hingga tanda batas, dikocok sampai homogen dan diuku
serapannya pada panjang gelombang 516 nm.
5. Perhitungan kadar vitamin C
Perhitungan isini dilakukan dengan mengekstrapolasikan data serapan vitamin
C pada persamaan regresi lnier dari kurva baku vitamin C.
2.2.3. Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Vitamin C Pada Buah Bengkuang (Pachyrhizus
erosus)
No Pereaksi Hasil Pustaka Keterangan

1. P1 Warna iodium hilang Warna iodium hilang Positif (+)

2. P2 Warna merah muda Warna merah muda Positif (+)

3. P3 Warna kuning hilang Warna kuning hilang Positif (+)

4. P4 Warna merah bata Warna merah bata Positif (+)

Keterangan :
Pereaksi (P1) : Iodium
Pereaksi (P2) : 2,6-diklorofenol indofenol
Pereaksi (P3) : Besi (III) klorida
Pereaksi (P4) : Fehling A dan B
Gambar 1. Spektrum Absorban Baku Vitamin C Menggunakan Spektrofotometer
UV-VIS

Vitamin C memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm. Oleh
karena itu pada pengerjaan selanjutnya digunakan panjang gelombang 516 nm.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Serapan Larutan Baku Asam Askorbat Secara


Spektrofotometri UV– Visible Pada Panjang Gelombang 516nm.
No Konsentrasi Absorban

1 4 0,308

2 6 0,538

3 8 0,698

4 10 0,865

Diperoleh Persamaan regresi : y = 0,0916x – 0,0386, dengan koefisien korelasi =


0,996.
Tabel 3. Hasil Analisis Kuantitatif Vitamin C Pada Buah Bengkuang (Pachyrhizus
erosus) Secara Spektrofotometri UV-Vis.

Sampel Berat Absorban Kadar Kadar Kadar rata – rata


contoh (g) (A) (mg/g) (mg/100 g) (mg/100g)

Buah 50,01 0,810 0,9262 92,62 91,97


bengkuang
0,804 0,9197 91,97
(pachyrhizus
0,798 0,9131 91,31
erosus)

2.2.4. Pembahasan
Dalam penelitian disini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada
buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) denga menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
Dimana vitamin C sangat berguna untuk perlindungan terhadap system kekebalan
tubuh, berbagai penyakit kardiovaskuler, masalah mata, dan bahkan kesehatan kulit.
Sebelum melakulakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengambilan dan
pengamatan terhadap sampel buah bengkuang (Pachyrhizus erosus). Buah yang
digunakan adalah buah dengan kualitas yang baik, dalam artian buah yang segar,
tekstur buah keras, bentuk buah normal (tidak mengkerut), tidak cacat, Kulitnya
masih licin, mengkilat,dan tidak kusam serta tidak terinfeksi hama dan penyakit.
Dalam penilitaian disini nantinya akan di dapatkan data kualitatif dan
kuantitatif dengan melakukan uji keduanya. Dengan perlakuan awal dengan
menyiapkan larutan sampel bengkuang (Pachyrhizus erosus) dicuci dengan air suling,
dikupas, daging buahnya dipotong-potong kemudian ditimbang, sampel tersebut
diblender dan dilarutkan dengan menggunakan asam oksalat 0,4 %. Asam oksalat
disisni berguna sebagai pelarut yang mencegah teroksidasinya vitamin C dalam
pengolahan. Vitamin C akan bereaksi dengan pereduksi yang kuat seperti asam
oksalat, sehingga vitamin C yang teroksidasi yakni asam dehidroaskorbat akan
menjadi asam askorbat kembali dengan demikian dapat dilakukan penetapan kadar
vitamin C secara maksimal.
Untuk analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi
yang spesifik untuk mengetahui ada atau tidaknya vitamin C pada buah bengkuang
(Pachyrhizus erosus). Adapun pereaksi spesifik yang digunakan yaitu Iodium, 2,6-
diklorofenol indofenol, Besi (III) klorida dan Fehling A dan B. Hasil yang diperoleh
semuanya positif sesuai dengan pustaka. Pereaksi Iodum memberikan hasil positif
ditunjukkan dengan hilangnya warna iodium. Dengan pereaksi 2,6-diklorofenol
indofenol terbentuk warna merah muda, reaksi ini didasarkan atas tereduksinya 2,6-
diklorofenol indofenol oleh vitamin C membentuk dehidro asam askorbat dan
indofenol tereduksi menjadi dehidro 2,6- diklorofenol indofenol. Dengan pereaksi
besi (III) klorida larutan menjadi kuning yang lama kelamaan akan menghilang, hal
ini disebabkan karena vitamin C mereduksi Fe+3 (ferri) menjadi Fe+2 (ferro).
Pada analisis kuantitatif sampel diblender dan dilarutkan dengan pelarut asam
oksalat 0,4%. Asam oksalat ini berguna untuk mencegah pengaruh ion tembaga
sehingga dapat bereaksi dengan 2,6-diklorofenol indofenol yang akan terukur menjadi
vitamin C, dalam hal ini yang akan teroksidasi setara dengan 2,6-diklorofenol
indofenol, yang tereduksi diperoleh dari hasil pengurangan 2,6- diklorofenol
indofenol awal dengan diklorofenol indofenol yang bereaksi dengan asam oksalat
menjadi tidak berwarna. Penetapan kadar pada analisis ini menggunakan
Spektromotometer Visible dengan pereaksi 2,6-diklorofenol indofenol pada buah
bengkuang (Pachyrhizus erosus), reaksi ini didasarkan atas pengukuran jumlah larutan
2,6-diklorofenol indofenol yang dihilangkan warnanya oleh vitamin C. Intensitas
warna dari 2,6-diklorofenol indofenol sangat tergantung pada waktu, karena hasil
reaksi dari 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C semakin lama semakin
hilang. Hal ini akan mempengaruhi pada absorbansi yang diperoleh dan secara
langsung yang akan mempengaruhi dalam penetapan kadar.
Untuk kadar rata-rata vitamin C yang diperoleh pada buah bengkuang
(Pachyrhizus erosus) sebesar 91,97 mg/100 gr. Sedangkan menurut literatur
kandungan vitamin C pada buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) yaitu 17,7mg/100 g.
hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Perbedaan tersebut
disebabkan karena adanya beberapa faktor diantaranya perbedaan waktu panen, iklim,
tanah dan perbedaan tempat tumbuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa: 1.
Buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) mengandung vitamin C 2. Kadar vitamin C
dari buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) adalah 91,76mg/100 gr.
DAFTAR PUSTAKA

Sufardi, Sufardi. (2020). BAB 6 - DIAGNOSA HARA.


Widiastuti, H. (2015). Standarisasi vitamin c pada buah bengkuang (Pachyrhizus erosus)
secara spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 2(1).
Notohadiprawiro, T. Asas dan Tujuan Analisa Tanah, Air dan Jaringan
Tanaman. Ilmu Pertanian (Agricultural Science), 2(3).
Husnain, H., Kasno, A., & Rochayati, S. (2016). Pengelolaan Hara dan Teknologi
Pemupukan Mendukung Swasembada Pangan di Indonesia. Jurnal Sumberdaya
Lahan, 10(1).
Ir. Gunawan Nawawi, M. (2001). KUALITAS AIR DAN KEGUNAANNYA DI BIDANG
PERTANIAN.

Anda mungkin juga menyukai