Anda di halaman 1dari 37

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan emosi
[ CITATION Eff09 \l 1033 ]. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12
sampai 24 tahun. Remaja adalah periode peralihan antara masa kanak-kanak dan
dewasa [ CITATION Eff09 \l 1033 ]. Pada masa remaja, seseorang akan mencari
identitas dirinya. Karakteristik remaja yang sedang dalam tahap pencarian identitas
menjadi rentan terhadap timbulnya permasalahan. Salah satu permasalahan yang
muncul pada usia remaja adalah tindakan kenakalan. Bentuk kenakalan remaja antara
lain perilaku seks pranikah, bolos sekolah, terlibat perkelahian, bahkan merampok
serta membunuh. Faktor psikososial yang menyebabkan seorang remaja terlibat
kenakalan berasal dari faktor keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah atau
sosialisasi remaja tersebut [ CITATION Nin12 \l 1033 ].
Dalam menghadapi permasalahan di tahap perkembangan, seorang remaja harus
memiliki kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan
maknanya (Salovey dikutip dalam Henny,2014). Kecerdasan emosional merupakan
sesuatu yang penting bagi remaja. Hal tersebut di dukung oleh pernyataan Goleman
(dikutip dalam Henny 2014) yang menjelaskan bahwa Intellegence Quotient
memberikan kontribusi terhadap kesuksesan hidup sebesar 20 % dan 80 % ditentukan
oleh faktor Emotional Quotient dan Spiritual Quotient. Menurut Goleman (dikutip
dalam Ismaunah, 2010), kecerdasan emosional terdiri dari lima unsur yaitu
kemampuan mengenali emosi diri sendiri (kesadaran diri), kemampuan mengelola
emosi diri sendiri (pengendalian diri), kemampuan memotivasi diri sendiri dan orang
lain, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan

Universitas Jendral Soedirman


dengan orang lain (ketrampilan sosial). Menurut Goleman (dikutip dalam Dazeva &
Tarmidi, 2012), apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati
individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat
emosionalitas yang baik dan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial
serta lingkungannya. Pada dasarnya tidak semua remaja memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi. Remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah
cenderung keras kepala , sulit bergaul, mudah frustasi tidak mudah percaya dengan
orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa. Kondisi
sebaliknya akan dialami oleh remaja yang memiliki tingkat kecerdasan emosional
yang tinggi [ CITATION Vet12 \l 1033 ]. Menurut Mahony (dikutip dalam Dazeva,
2012), pada siswa dan siswi di Amerika menunjukan hasil bahwa siswa yang
melakukan aktivitas-aktivitas yang positif antara sepuluh sampai dua puluh jam setiap
minggu, memiliki kecerdasan emosional yang positif serta terhindar dari kenakalan
remaja seperti penggunaan rokok, ganja, dan alkohol. Namun menurut penelitian
Maryati (dikutip dalam Dazeva 2012 ) pengisian waktu luang yang baik dengan cara
menyesuaikan dengan umur remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyakan
remaja. kebosanan dan perasaan enggan untuk melakukan apa saja merupakan
fenomena yang sering di jumpai.
Perkembangan emosi pada remaja dipenuhi oleh ketegangan akibat adanya
perubahan fisik dan hormon. Remaja akan cepat merasa gelisah, mudah marah, dan
cenderung agresif. Kematangan emosi pada remaja ditandai dengan kemampuan
remaja mengenali situasi sebelum memberi respon emosional. Idealnya untuk
mencapai kecerdasan emosi yang tinggi remaja tinggal bersama keluarganya. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Ibid (dikutip dalam Ismaunah, 2010) yang
menyatakan bahwa keluarga merupakan faktor penentu atau Determinan factor yang
sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Keluarga yang berpegang
teguh pada nilai-nilai luhur dan ahlak mulia akan menghasilkan generasi yang cerdas
baik intelektual, emosional,maupun spiritual. Namun terdapat beberapa remaja yang
ingin memperdalam ilmu agama Islam sehingga mereka harus jauh dari keluarga dan
tinggal di pesantren untuk menjadi santri.

Universitas Jendral Soedirman


Santri merupakan murid yang sedang mencari ilmu atau menjalani aktifitas di
pesantren untuk menuntut ilmu[ CITATION Nih09 \l 1033 ]. Kata santri berasal dari
kata “al-muta’alim” yang bermakna siswa atau murid . Santri remaja adalah murid
pesantren yang berusia remaja yang tinggal di asrama atau di pondok pesantren
Khobir (dikutip dalam Sangadah 2009). Setiap remaja memiliki tujuan hidup yang
berbeda beda. Terdapat berbagai macam pendidikan yang mengajarkan ilmu duniawi,
namun di pondok pesantren remaja dituntut untuk mendalami ilmu agama Islam.
Pesantren merupakan suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan
pelajaran agama Islam dan di dukung oleh asrama sebagai tempat tinggal. Remaja
yang tinggal di pesantren memiliki dilematika permasalahan remaja yang relatif
berbeda pada remaja umumnya [ CITATION Mah10 \l 1033 ]. Ketidakmampuan
menyelesaikan permasalahan dengan baik dan minimnya penyesuaian diri dengan
lingkungan pesantren, dapat menyebabkan kekacauan dalam kejiwaan remaja, serta
menghambat kematangan diri remaja. Akan tetapi, menurut Krisnatuti, Herawati, &
Dini (2011), kehidupan pesantren yang menuuntut kepatuhan dan kemandirian santri
dapat diimbangi jika santri memiliki kecerdasan emosi yang baik. Berdasarkan
penelitian Sangadah (2008), remaja santri memiliki kecerdasan emosional yang lebih
tinggi dibandingkan remaja dengan sekolah formal.
Pondok pesantren Al Ihya ‘Ullumaddin adalah pondok yang terletak di
Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Pondok Pesantren Al Ihya Ullumaddin
memiliki 600 santri yang terdiri dari 300 santri perempuan dan 300 santri laki laki.
Penempatan ruangan untuk santri dibagi berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu
SMP dengan Madrasah tsanawiyah, SMA dengan Madrasah Aliyah, dan Mahasiswa
dengan takhosus atau santri yang tidak mengikuti pendidikan formal. Santri yang
tinggal dan bersekolah diwajibkan untuk bersekolah di sekolah yang telah ditentukan
yaitu, SMP Yaa Baki, SMA Yaa Baki, SMA Minat dan Madrasah Aliyah. Selain itu
santri yang tinggal di Pondok Al Ihya Ullumaddin diwajibkan untuk mengikuti
kegiatan pondok pesantren dari pagi hingga malam hari. Pondok Pesantren Al Ihya
Ullumaddin memiliki berbagai macam peraturan yang berlaku. Peraturan yang ada di
dalam Pondok Pesantren Al Ihya Ullumaddin harus ditaati sepenuhnya oleh santri.

Universitas Jendral Soedirman


Apabila santri tidak mematuhi peraturan yang ada, atau melanggar peraturan maka
akan diberikan hukuman sesuai berat sanksi yang telah dilakukan. Jenis pelanggaran
tingkat ringan yaitu apabila santri tidak mengikuti jadwal pengajian di pesantren,
keluar wilayah pesantren tidak menggunakan seragam, keluar tanpa ijin, dan lain
sebagainya. Hukuman untuk pelanggaran tingkat ringan adalah santri diwajibkan
untuk membaca shalawat 33 kali, membaca shalawat nariyah 33 kali, membaca
istighfar 33 kali, serta melakukan kerja bakti di sekitar lingkungan pesantren.
Hukuman tingkat sedang yaitu apabila santri mengulangi pelanggaran tingkat ringan.
Hukuman yang diberikan pada santri yang melanggar peraturan tingkat sedang yaitu
melakukan dua kali lipat dari hukuman pelanggaran ringan. Hukuman tingkat berat
yaitu apabila santri membawa telefon genggam, bermain dengan lawan jenis yang
bukan muhrim, mencuri , dan lain sebagainya. Untuk hukuman tingkat berat, santri
akan di pulangkan melalui keputusan dewan di pesantren terlebih dahulu. Awalnya
santri mengatakan tidak betah tinggal di pesantren karena jauh dari keluarga. Selain
itu dengan adanya peraturan yang berlaku santri merasa takut dan malu apabila
melanggarnya. Mereka merasa malu karena dihukum di depan semua santri. Santri
mengatasi rasa takut dan malu tersebut, dengan cara bercerita dengan teman dekatnya
sampai rasa takut tersebut hilang. Selama ini masyarakat beranggapan bahwa santri
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, namun berdasarkan studi pendahuluan
beberapa santri mengatakan bahwa pada awalnya mereka mengalami tekanan
emosional karena adanya peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren Al Ihya
Ullumaddin. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk membuat penelitian tentang
faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional pada remaja santri di Pondok
Pesantren Al Ihya Ullumaddin.

Universitas Jendral Soedirman


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai


berikut : Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional pada
remaja santri di Pondok Pesantren Al Ihya Ullumaddin ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


berhubungan dengan kecerdasan emosional pada remaja santri di Pesantren Al Ihya
Ullumaddin Kesugihan Kabupaten Cilacap.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui karakteristik demografi santri di Pondok Pesantren Al Ihya


ullumaddin
b. Untuk mengetahui dukungan keluarga pada remaja santri di Pondok Pesantren Al
Ihya Ullumaddin
c. Untuk mengetahui dukungan teman sebaya pada remaja santri di Pondok
Pesantren Al Ihya Ullumaddin
d. Untuk mengetahui dukungan sekolah pada remaja santri di Pondok Pesantren Al
Ihya Ullumaddin
e. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kecerdasan emosional
remaja santri di Pondok Pesantren Al Ihya Ullumaddin
f. Untuk mengetahui hubungan dukungan teman sebaya dengan kecerdasan
emosional remaja santri di Pondok Pesantren Al Ihya Ullumaddin
g. Untuk mengetahui hubungan dukungan sekolah dengan kecerdasan emosional
remaja santri

Universitas Jendral Soedirman


1.4 Manfaat Penelitian

1.04.1 Bagi Pondok Pesantren

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi terkait kecerdasan emosional


pada santri agar dapat mengembangkan pendidikan lain yang dapat meningkatkan
kecerdasan emosional pada santri yang sangat berpengaruh pada perilaku sosial
mereka

1.04.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai faktor yang paling
berpengaruh terhadap kecerdasan emosional pada remaja santri.

1.04.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini berguna untuk menambah informasi masyarakat tentang manfaat


lingkungan pesantren yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional pada remaja

1.04.4 Masyarakat Bagi Perawat

Memberikan informasi terkait kecerdasan emosional pada santri dan memberikan


peluang untuk penelitian lebih lanjut.

1.04.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan telaah pustaka yang telah peneliti lakukan , belum ada penelitian yang
sama terkait faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional pada remaja
santri. Namun beberapa penelitian sejenis yang memiliki kesamaan diantaranya

a. Faktor – faktor yang mempengaruhi pentingnya Emotionsl Quotient (EQ) dalam


mempelajari akuntansi keuangan menengah (studi mahasiswa akutansi

Universitas Jendral Soedirman


Universitas Brawijaya) oleh Kurniasari (2009). Hasil analisis menunjukan
bahwa terdapat pengaruh parsial dari faktor pengetahuan, pengalaman, dan
motif yang mempengaruhi persepsi seseorang sehingga orang akan beranggapan
bahwa EQ itu penting. Penelitian ini memiliki kesamaan dalam variabel
kecerdasan emosional, namun terdapat perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu pada pemilihan populasi. Penelitian
yang dilakukan Kurniasari (2009), populasi yang di ambil yaitu mahasiswa.
Pada penelitian yang akan peneliti lakukan, populasi yang di ambil yaitu remaja
santri. Selain itu perbedaan terletak pada variabel terikat dan variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian tersebut yaitu faktor faktor pengetahuan,
pengalaman dan motivasi. Variabel terikatnya yaitu pentingnya EQ dalam
mempelajari Akuntansi Keuangan Menengah. Variabel terikat pada penilitian
yang peneliti lakukan yaitu faktor –faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional, meliputi dukungan keluarga, dukungan teman sebaya dan dukungan
sekolah. Sedangkan variabel bebasnya yaitu tingkat kecerdasan emosional
remaja santri.
b. Hubungan Emotional Quotient (EQ) dengan Derajat Depresi pada Siswi Kelas
XI Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Islam Al- mukmin Ngruki Sukoharjo
oleh Mahmudah (2010). Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan
negatif yang signifikan terhadap Emotional Quotient (EQ) dengan depresi.
Persamaan dengan penelitian ini adalah Metode penelitian. Metode yang di
gunakan yaitu cross sectional dengan pendekatan deskriptif analitik. Penelitian
ini memiliki responden yang sejenis yaitu remaja santri dengan penelitian yang
peneliti lakukan. Perbedaan terletak pada veriabel bebas, pada penelitian
tersebut variabel bebasnya yaitu Emotional Quotient (EQ), dalam penelitian
variabel bebas nya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi variabel terikatnya
adalah depresi. Sedangkan variabel terikatnya adalah Emotional Quotient.

Universitas Jendral Soedirman


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.01.1 Remaja

2.01.1.1 Pengertian Remaja

Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, biologis,
dan emosi [ CITATION Sar12 \l 1033 ]. Rentang usia remaja dibagi menjadi dua
bagian, yaitu usia 12 tahun sampai 18 tahun yang disebut remaja awal dan usia 17
sampai 22 tahun yang disebut dengan remaja akhir. Remaja berasal dari bahasa latin
adolescere yang artinya “tumbuh-tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa
primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak
berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.

2.01.1.2 Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembang adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode
tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia
dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap yang
kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku secara dewasa. Remaja mempunyai beberapa tugas perkembangan, yaitu
menerima keadaan fisiknya, memperoleh kebebasan emosional, mampu bergaul,
menentukan model untuk identifikasi, mengetahui dan mampu menerima kemampuan
sendiri, memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma, serta
meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak – kanakan [ CITATION Alh12 \l
1033 ].

Universitas Jendral Soedirman


2.01.1.3 Emosional Pada Remaja

Emosi merupakan suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan


perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung
kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-
perangsang internal maupun eksternal. Masa remaja merupakan masa yang paling
banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebaya. Emosi yang timbul di masa
remaja sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional namun dapat mengalami
perbaikkan kedepannya. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak
tenang, dan khawatir kesepian. Untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat
merugikan dirinya tentunya remaja harus dapat mengendalikan emosinya.
Kematangan emosi merupakan kondisi dimana seseorang mampu mencapai tingkat
kedewasaan dalam perkembangan emosi seseorang. Remaja yang menunjukkan
kontrol emosi yang baik memiliki kapasitas perilaku yang dapat menangani
kemarahannya.[ CITATION Par12 \l 1033 ]

2.01.2 Kecerdasan Emosional

2.1.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecedasan emosional atau emosional quotient adalah kemampuan individu dalam


mengenali, memahami perasaan dirinya dan orang lain, mengendalikan perasaannya
sendiri, menjalin hubungan serta memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik
[ CITATION Ism10 \l 1033 ]. Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena
kecerdasan emosional dapat mempengaruhi arus pikiran, perkataan, maupun perilaku,
termasuk dalam pekerjaan.

2.1.2.2 Ciri-ciri Individu dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi dan tingkat
kecerdasan emosional yang rendah

Universitas Jendral Soedirman


Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengetahui kondisi
emosionalnya dan cara mengekspresikan emosinya secara tepat sehingga emosinya
dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut Goleman (dikutip dalam Dazeva 2012), Apabila seseorang memiliki tingkat
kecerdasan emosional yang rendah maka cenderung akan terlihat sebagai seseorang
yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya dengan orang
lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan, dan cenderung putus asa. Namun apabila
seseorang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi maka seseorang
tersebut akan dengan mudah mengatur emosinya dan mengalihkannya untuk hal yang
lebih baik dan bermanfaat. Menurut Ifham & Helmi (2002) ciri-ciri kecerdasan emosi
yang tinggi yaitu optimal dan selalu positif pada saat menangani masalah, trampil
dalam membina emosinya, optimal pada kecakapan kecerdasan emosi, optimal pada
nilai-nilai empati, dan optimal pada kesehatan dan kualitas hidup.

2.01.2.1 Unsur-unsur Kecerdasan Emosional

a. Kemampuan mengenali emosi diri sendiri (Kesadaran Diri)

Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu


perasaan itu terjadi, hal tersebut merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Untuk
dapat mengenali emosi diri dibutuhkan adanya kesadaran akan perasaan diri sendiri
sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri atau self awareness berati waspada baik
terhadap suasana hati maupun pikiran kita tentang suasana hati [ CITATION Sun04 \l
1033 ]Menurut Goleman dalam Ismaunah (2010) terdapat tiga kemampuan yang
merupakan ciri – ciri mengenali emosi diri yang pertama adalah kesadaran emosi,
yang memiliki arti mengenali dan mengetahui pengaruh emosi terhadap diri sendiri .
kedua yaitu penilaian diri secara teliti, yang memiliki arti mampu mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari diri sendiri serta mampu belajar untuk mengatasinya.
Ketiga yaitu percaya diri, yang memiliki arti mampu untuk menunjukan keberanian
yang datang dari diri sendiri.

Universitas Jendral Soedirman


b. Kemampuan mengelola emosi diri sendiri ( Pengendalian Diri)

Merupakan kemampuan untuk mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya sendiri,
tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan emosi.

c. Kemampuan emotivasi diri sendiri dan orang lain

Memotivasi diri sendiri memiliki arti menggunakan hasrat untuk menuntut diri
menuju sasaran, mengambil inisiatif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan.
Menurut Goleman dalam Ismaunah (2010) terdapat empat kecakapan utama dalam
kemampuan memotovasi diri sendiri dan orang lain , yaitu dorongan berprestasi,
komitmen, inisiatif, dan optimis

d. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain (Empati)

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti kondisi orang lain.


Empati adalah kemampuan merespon perasaan orang lain dengan respon emosi yang
sesui keinginan orang tersebut. Membangun rasa empati pada diri sendiri merupakan
pondasi untuk berhubungan baik dengan orang lain.

e. Kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain (Ketrampilan Sosial)

Ketrampilan sosial merupakan kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik


saat berhubungan dengan orang terdapat beberapa cirri ketrampilan sosial pertama
pengaruh yaitu, ketrampilan menggunakan perangkat persuasi secara aktif untuk
mempengaruhi orang lain ke arah yang positif. Kedua komunikasi, yaitu
mendengarkan secara terbuka, lugas, padat, dan meyakinkan. Ketiga anajemen
konflik, yaitu merundingkan dan menyelesaikan ketidaksepakatan. Keempat
kepemimpinan yaitu membimbing individu atau kelompok. Kelima katalisator
perubahan yaitu mengawali adanya perubahan. Keenam kolaborasi dan kooperatif

Universitas Jendral Soedirman


yaitu mampu bekerja dengan orang lain untuk tujuan bersama. Ketujuh kemampuan
tim yaitu menciptakan kebersamaan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

2.01.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dapat diasah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang


positif. Pada dasarnya kegiatan di masa remaja hanya seputar sekolah dan kegiatan
yang berada di rumah. Tentunya selain kegiatan tersebut remaja memiliki waktu
luang yang cukup banyak. Hal tersebut akan memungkinkan remaja untuk melakukan
berbagai macam hal. Apabila remaja melakukan hal yang positif, tentunya akan
memiliki banyak manfaat. Menurut penelitian [ CITATION Vet12 \l 1033 ] siswa-
siswi di Amerika menunjukan hasil bahwa siswa yang dapat memanfaatkan waktu
luangnya dengan hal-hal yang positif antara sepuluh sampai dua puluh jam setiap
minggu, memiliki kecerdasan emosional yang positif serta terhindar dari ancaman
kenakalan remaja. Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh dua faktor [ CITATION
Ism10 \l 1033 ] yaitu :

a. Faktor bawaan atau bakat

Faktor bawaaan merupakan faktor yang dibawa dari manusia sejak lahir. Ketika
manusia dilahirkan, manusia telah membawa potensi-potensi emosional seperti
kepekaan dan perasaan-perasaan lainnya, kemampuan mempelajari emosi dan
kemampuan mengelola emosi.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan emosional. Faktor


lingkungan yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional dapat dibagi menjadi
tiga yang pertama yaitu lingkungan keluarga, keluarga sangat berperan dalam
mengembangkan pribadi dan kecerdasan emosional anak. Keluarga yang harmonis
dan bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para

Universitas Jendral Soedirman


anggotanya. Keluarga merupakan faktor penentu (determinan factor) yang
mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Kedua yaitu lingkungan sekolah,
sekolah merupakan lembaga pendidikan yang difasilitasi oleh guru sebagai
pendidiknya. Keberhasilan seorang guru mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk mengendalikan emosinya akan menghasilkan perilaku dan akhlak peserta didik
yang baik. Ketiga yaitu teman sebaya, teman sebaya memiliki peranan yang penting
bagi mengembangkan kecerdasan emosional, karena dengan teman sebaya, remaja
dapat belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bagaimana
mengontrol emosi dan tingkah laku sosial, saling mengembangkan minat dan
ketrampilan, serta dapat saling bertukar perasaan dan masalah.

2.01.3 Pesantren

2.01.3.1 Pengertian Pesantren

Pondok merupakan tempat tinggal santri dalam menuntut ilmu agama dilingkungan
pesantren. Pesantren merupakan pusat dakwah dan pengembangan muslim di
Indonesia. Jadi pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang terdiri
dari pendidikan umum dan pendidikan agama, namun lebih mengutamakan
pendidikan agama serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup di dunia
[ CITATION Dia11 \l 1033 ]

2.01.3.2 Elemen-elemen pada pondok pesantren

Elemen dasar yang ada di pondok pesantren yaitu masjid. Masjid merupakan tempat
untuk seorang muslim beribadah. Di dalam pesantren, masjid memiliki berbagai
macam fungsi, selain untuk beribadah masjid juga berfungsi sebagai tempat untuk
belajar dan sebagainya. Elemen kedua yaitu kiai, yang merupakan tokoh ahli agama
yang telah mengerti dan memahami Al-qur’an. Seorang kiai harus mampu untuk
bersikap bijaksana kepada santri santrinya. Elemen selanjutnya yang ada di dalam
pesantren yaitu santri. Santri merupakan elemen yang paling penting dalam

Universitas Jendral Soedirman


pesantren, karena langkah yang paling utama dalam membangun sebuah pesantren
adalah adanya perkumpulan santri-santri yang datang untuk belajar. Elemen dasar
yang terakhir yaitu pengajian kitab-kitab klasik. Kitab klasik atau kitab kuning adalah
kitab yang ditulis oleh ulama klasik islam secara berkelanjutan dijadikan referensi
yang dipedomani oleh ulama di Indonesia.
Pondok Pesantren memiliki unsur-unsur pendidikan yang penting. Pertama yaitu
ibadah untuk menanamkan iman dan takwa terhadap Allah SWT. Kedua yaitu tablig
untuk penyebaran ilmu. Ketiga yaitu amal untuk mewujudkan kemasyarakatan dalam
kehidupan sehari-hari.

2.01.3.3 Jenis-Jenis Pesantren

Menurut Person (dikutip dalam Mahmudah, 2010) Model pesantren dapat dibagi
menjadi 4 jenis yang utama yaitu Person :

a. Pesantren Tipe-A, yaitu suatu bentuk pesantren yang memiliki karakteristik


khas dalam pemertahanan cirri dasar perkembangan pesantren yang masih
bertahan pada corak generasi pertama (tradisional)
b. Pesantren Tipe-B, yaitu tipe pesantren dimana santri melaksanakan proses
belajar mengajar di Madrasah, yang membebankan mata pelajaran keagamaan
dan mata pelajaran umum dari Departemen Agama ( seperti matematika,
sejarah, fisika, bahasa Inggris dan sebagainya) secara berimbang.
c. Pesantren Tipe-C , yaitu dimana santri diberikan kesempatan untuk memilih
belajar di madrasah ataupun sekolah menengah yang langsung berada dalam
pengelolaan Departemen Pendidikan Nasional, yang mengutamakan mata
pelajaran umum.
d. Pesantren Tipe-D, yaitu pesantren yang memberikan kebebasan penuh kepada
santrinya untuk memilih sendiri sekolah yang mereka kehendaki. Fungsi
pesantren ini hanya sebagai asrama dengan peraturan yang tidak sedemikian

Universitas Jendral Soedirman


ketat jika dibandingkan dengan tipe-tipe pesantren yang telah disebutkan
sebelumnya.

2.01.4 Santri

2.01.4.1 Pengertian santri

Santri berasal dari bahasa sansekerta, shastri yang berarti orang yang memahami
kitab suci agama Hindu. Zaman Islam kata santri dipakai dalam artian yang lebih
luas, yaitu orang yang melaksanakan ajaran islam. Akan tetapi santri dalam orang
Jawa Islam berasal dari pengertian yang lebih khusus, yaitu orang atau murid yang
belajar di pondok.

2.01.4.2 Kondisi emosional santri

Santri remaja memiliki kecenderungan untuk melakukan reaksi frustasi yang negatif,
karena keadaan seseorang dimasa remaja masih labil dan belum mampu menunggu
saat yang tepat untuk menungkapkan emosi dengan cara yang dapat diterima
masyarakat, belum memiliki kemampuan menilai situasi secara kritis sebelum
bereaksi secara emosional, cenderung memberi reaksi emosional yang tidak stabil,
serta belum memiliki kematangan emosi [ CITATION Hab13 \l 1033 ].

Universitas Jendral Soedirman


2.2 KERANGKA TEORI

Kerangka ini dibuat menggunakan teori yang bersumber dari Goleman (2006), Ifham
&Helmi (2002), Dazeva & Tarmidi (2012), dan Ismaunah (2010)

- faktor internal
- faktor keluarga
- faktor teman sebaya
- faktor sekolah

stressor

Tingkat kecerdasan Tingkat kecerdasan emosional


emosional tinggi rendah

- Trampil dalam - Keras kepala


membina emosinya - Sulit bergaul
- Empati - Mudah frustasi
- Selalu positif saat - Tidak mudah
menangani masalah percaya
- Optimal pada - Tidak peka
kesehatan dan dengan kodisi
Universitas Jendral Soedirman
kualitas hidup
2.3 KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Terikat


Faktor-faktor yang
Kecerdasan Emosional
mempengaruhi:

- Dukungan
keluarga
- Dukungan
sekolah
- Dukungan

- Santri yang memiliki


pekerjaan diluar pesantren
- Santri yang memiliki aktivitas
yang berlebih di pondok
pesantren

2.4 HIPOTESIS

Hipotesis merupakan suatu dalil atau kaidah, tetapi kebenaran maknanya belum
terujikan. Hipotesis dari penelitian ini adalah :

a. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecerdasan emosional santri


b. Ada hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kecerdasan emosional
santri

Universitas Jendral Soedirman


c. Ada hubungan antara dukungan sekolah dengan kecerdasan emosional santri
d. Dukungan keluarga adalah faktor yang paling dominan dalam kecerdasan
emosional santri.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.01 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian yang
melakukan identifikasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Dalam hal ini
peneliti mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kecerdasan
emosional pada santri di pondok Al Ihyaullumadin dalam satu waktu.

3.02 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September Di Pondok Pesantren Al-Ihya


Ullumaddin Kesugihan Cilacap.

3.03 Populasi dan Sempel

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang di perlukan dalam suatu


penelitian. Penentuan sumber data merupakan hal yang penting dan menentukan
keakuratan hasil penelitian (Saryono,2009). Populasi dalam penelitian ini adalah
santri di Pondok Pesantren Al Ihyaulumaddin. Jumlah populasi sebanyak 600.
Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang di ambil menggunakan teknik
simple random sampling. Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk
pengambilan sampel [ CITATION Dah09 \l 1033 ]
n = Banyaknya faktor x 5-50
yang ingin diteliti
= 3 x 10
= 30

Universitas Jendral Soedirman


Keterangan
n = perkiraan besar sampel
Jadi jumlah sampel yang ingin diteliti adalah 30 sampel. Sampel diambil dari
keseluruhan subjek yang ada serta memenuhi criteria. Pemilihan sampel didasarkan
pada kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Criteria inklusi dari penelitian ini yaitu
bersedia menjadi responden, mampu membaca dan manulis, memiliki kedua orang
tua, santri yang bersekolah. Criteria eksklusi pada penelitian ini yaitu santri yang
tidak selalu menetap di pesantren, dan santri yang tinggal di rumah kiai

3.04 Variabel

Variabel merupakan ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain (Saryono,2013).
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas : faktor-faktor yang mempengaruhi (dukungan keluarga,


dukungan teman sebaya, dan dukungan sekolah
Variabel terikat : kecerdasan emosional

3.05 Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindari


perbedaan intepretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Saryono,2011).
Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

Universitas Jendral Soedirman


Tabel 3.1

Definisi Operasional

N Variabel Definisi Cara Hasil Ukur Skala


o Variabel Ukur Data
1 Variabel terikat: Kemampuan Diukur Nilai kecerdasan Ordinal
Kecerdasan untuk dengan emosional
Emosional memahami menggunak dinyatakan
perasaan dan an quisioner dengan
mengendalik kecerdasan
an perasaan emosional 1. Kurang
Azuarjulian baik :
di (dikutip <35
dalam 2. Baik :
Samiyati 35 – 64
2010) 3. Baik
sekali :
>64
2 Variabel bebas:
1. Dukungan Dukungan Diukur Hasil ukur Ordinal
keluarga yang menggunak dinyatakan
diberikan an kuisioner dengan :
oleh kedua dukungan 1. Tinggi :
orang tua keluarga <90
atau anggota oleh 2. Sedang :
keluarga Purnama 24-90
(2013) 3. Rendah :

Universitas Jendral Soedirman


<24
2. Dukungan Dukungan Diukur Hasil ukur Ordinal
sekolah yang dengan dinyatakan :
diberikan menggunak 1. Tinggi
oleh lembaga an quisioner 2. Sedang
pendidikan 3. Rendah
formal yang
difasilitasi
oleh guru

4. Dukungan Dukungan Diukur Hasil ukur Ordinal


teman yang dengan dinyatakan :
sebaya diberikan menggunak 1. Tinggi :
oleh teman an kuisioner 83
di pesantren dukungan 2. Sedang :
teman 45-66
sebaya oleh 3. Rendah :
Sugiyono 37
(dikutip
dalam
Minarsih,
2014)

3.06 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data .


Instrument penelitian pada variabel terikat menggunakan kuisioner kecerdasan
emosional dari Azuarjuliandi (dikutip Samiyati,2010), kuisioner dukungan teman
sebaya oleh Minarsih (2014), kuisioner dukungan keluarga oleh Purnama (2013),
kuisioner tipe kepribadian oleh Sugiyarti(2010), Metode kuisioner yang digunakan

Universitas Jendral Soedirman


adalah kuisioner tertutup. Responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan
oleh peneliti.

3.07 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar-benar
mengukur apa yang di ukur. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh
mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. (Saryono,2011). Peneliti tidak
melakukan uji validitas karena menggunakan alat ukur Kecerdasan Emosional,
dukungan teman sebaya, dukungan keluarga, dan dukungan sekolah yang telah di
lakukan uji validitas dan reabilitas sebelumnya.

3.08 Jalannya Penelitian

Penelitian dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Mempersiapkan materi melalui studi pustaka


b. Pengajuan surat rekomendasi dari kampus untuk melakukan studi pendahuluan
di Pondok Pesantren Al Ihya ullumaddin
c. Pengumpulan data
d. Apabila responden memenuhi kriteria inklusi , maka nama dan umur responden
dicatat pada lembar observasi
e. Menyusun proposal
f. Mencari instrumen yang sesuai dengan penelitian
g. Menguji validitas dan reabilitas instrumen apabila instrumen belum di uji
sebelumnya
h. Membagikan instrumen kepada responden dengan memperhatikan etika
penelitian
i. Melihat kelengkapan pengisian quisioner

Universitas Jendral Soedirman


j. Semua data direkap, dihitung kemudian dilakukan analisa statistik dengan
menggunakan komputer
k. Setelah analisa statistik selesai kemudian dibuat pembahasan dan kesimpulan
yang disusun ke dalam laporan hasil penelitian

3.09 Analisa data

Langkah-langkah dalam memproses data adalah sebagai berikut :

a. Editing, merupakan kegiatan penyusunan data yang telah turkumpul dan


melakukan pengecekan kelengkapan. Editing yang berasal dari angket akan
diteliti kembali, terutama yang berhubungan dengan kelengkapan pengisian,
keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, keajegan dan kesesuaian jawaban
satu sama lain, relevansi jawaban dan keseragaman satuan data.

b. Coding, merupakan kegiaan penggunaan kode pada setiap variabel yang


bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data yang masuk ke dalam
computer
c. Entry, merpakan kegiatan memasukkan data ke computer
d. Tabulating, merupakan kegiatan mengelompokan data sesuai variabel yang akan
diteliti
e. Pengolahan data menggunakan komputer dan di analisis menggunakan uji
statistik.

Analisis data dilakukan menggunakan komputer yang dilakukan secara bertahap


yaitu:

a. Analisa Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mendeskripsikan semua


variabel yang di teliti [ CITATION Sar111 \l 1033 ]. Variabel yang diteliti yaitu

Universitas Jendral Soedirman


dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, dan dukungan sekolah yang berupa data
ordinal dengan menghitung distribusi frekuensi.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan


tingkat kecerdasan emosional remaja santri, hubungan dukungan sekolah dengan
tingkat emosional remaja santri, serta hubungan dukungan teman sebaya dengan
tingkat kecerdasan santri. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas setiap variabel menggunakan kolmogorov-smirnov. Semua
faktor yang dilakukan uji bivariat menggunakan skala ordinal. Oleh sebab itu analisa
bivariat yang digunakan adalah chi square.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor dengan tiingkat


kecerdasan emosi, dan mengetahui faktor yang paling dominan. Analisa multivariat
pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik.

3.010 Etika Penelitian

Penelitian ini memperhatikan berbagai macam hal yang menyangkut etika penelitian.
Berikut merupakan etika dalam penelitian :

a. The right to full disclosure, yang mengandung artian bahwa peneliti telah
menjelaskan secara penuh tentang sifat dari penelitian, dan adanya hak
seseorang untuk menolak menjadi responden [ CITATION Swa12 \l 1033 ]
b. Freedom from harm, yaitu peneliti harus berusaha meminimalisir segala
bentuk kerugian dan ketidaknyamanan responden
c. Confidentiality, yaitu penulis menjamin semua informasi yang dikumpulkan
dalam penelitian tidak dibuka di depan public, kecuali data ilmiah yang

Universitas Jendral Soedirman


dijadikan variabel dalam penelitian tanpa mendeskripsikan identitas responden
dengan tujuan merugikan responden.
d. Justice, yaitu peneliti menjunjung tinggi keadilan manusia.

Universitas Jendral Soedirman


Daftar Pustaka

Alhamri, A. (2012). Kecerdasan Emosi Pada Remaja Pelaku Tawuran. Jurnal


Penelitian Kualitatif Psikologi , 1-18.

Dahan, S. (2009). Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang


kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Dazeva, V., & Tarmidi. (2012). Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa Ditinjau
Dari Jenis Kegiatan Ekstrakulikuler. Psikologia-onlen , 81-92.

Efendy Ferryi, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik


dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Effendy, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Preaktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Habibah. (2013). Pengaruh Religiusitas dan Dukungan Sosial Teman Sebaya


Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja Siswa SMPIT AL Khafli
Bogor. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ifham, A., & Helmi, A. F. (2002). Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan


Kewirausahaan Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi , 89-111.

Ismaunah. (2010). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Sosial Santri


di Pondok Pesantren Tahaffuzdul Qur'an Ngaliyah Semarang .
Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Krisnatuti, D., Herawati, T., & Dini, N. R. (2011). Hubungan Antara Kecerdasan
Emosi Dengan Kepatuhan Dan Kemandirian Santri Remaja. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Mahmudah, H. (2010). Hubungan Emotional Quotient (EQ) Dengan Derajat Depresi


pada Siswi Kelas XI Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Islam Al-

Universitas Jendral Soedirman


Mukmin Ngruki Sukoharjo. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.

Minarsih, S. (2014). Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Kecemasan


Mahasiswa Baru Angkatan 2013 Jurusan Keperawatan Universitas
Jendral Soedirman. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.

Novita, N. P., & Margaretha. (2012). Hubungan antara Kekerasan Emosional pada
Anak terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental , 1-9.

Paramitasari, R., & Alvian. (2012). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan
Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir. Psikologi Pendidikan
dan Perkembangan , Vol.1 No.02.

Samiyati. (2010). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Sosialisasi


Pada Pra Sekolah di TK Kristen 1 Purwokerto. Purwokerto: Universitas
Jendral Soedirman.

Sangadah, N. (2009). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Reaksi


Frustasi Pada Santri Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen. Yogyakarta:
UIN Sunan Kali Jaga .

Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Purwokerto: UPT. Percetakan


dan Penerbitan Universitas Jendral Soedirman.

Sasono, A. (1998). Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan, dan
Dakwah). Jakarta: Gema Insani Press.

Sunarti, E., T, L., & Florence. (2004). Pengembangan Kecerdasan Alat Ukur
Kecerdasan Emosi Remaja. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Universitas Jendral Soedirman


Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi
Offset.

Universitas Jendral Soedirman


Lampiran

Instrumen

Kecerdasan Emosional

Nama siswa :

Jennis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

PETUNJUK

Berikut ini merupakan pernyataan-pernyataan tentang kecerdasan emosional. Remaja


santri diminta untuk memilik dengan cara memberikan tanda (v) pada jawaban yang
tersedia sesuai dengan yang di alami

STS : sangat tidak setujju

TS : tidak setuju

TK : tidak komentar

S : setuju

SS : sangat setuju

No ASPEK STS TS TK S SS
1. Saya memiliki kepercayaan diri yang
tinggi

2 Saya sadar baikk buruknya perbuatan


yang anda lakukan
3 Saya tegas terhadap diri sendiri
4 Saya tidak selalu tergantung dengan
orang lain
5 Dalam bertindak saya

Universitas Jendral Soedirman


mempertimbangkan perasaan orang
lain
6 Saya suka membantu orang lain yang
kesusahan
7 Saya dapat memahami kesalahan
orang lain dan memaafkannya
8 Saya dapat memahami kesalahan
orang lain dan memaafkannya
9 Saya dapat bersikap jujur
10 Saya dapat memecahkan masalah
yang dihadapi
11 Saya tidak mudah putus asa
12 Saya yakin akan masa depan anda
13 Saya mau mengakui kesalahan
14 Saya dapat menenangkan diri bila
marah

Azuarjuliandi (dikutip dalam Samiyati 2010)

Lampiran

Kuisioner Dukungan Keluarga

Universitas Jendral Soedirman


Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama, kemudian berikan jawaban
anda dengan cara memberikan tanda (v) pada kolom,yang sesuai dengan pilihan anda
saat ini bukan berdasarkan pendapat umum

no pernyataan Ss S tss ts Sts


1 Keluarga memberikan
semangat pada saya ketika
saya mulai belajar di
pondok pesantren
2 Keluarga tidak pernah
menanyakan apa yang saya
butuhkan selama di
pesantren
3 Keluarga tidak pernah
membantu pemecahan
masalah saya selama saya
berada di pesantren
4 Keluarga memberikan uang
saku yang sesuai dengan
kebutuhan saya selama
berada di pesantren
5 Keluarga mempermalukan
saya di depan teman-teman
saya saat berkunjung ke
pesantren
6 Komunikasi saya dengan
keluarga lancar sejak saya
berada di pesantren
7 Keluarga memberikan
informasi mengenai sesuatu

Universitas Jendral Soedirman


yang berhubungan dengan
proses belajar saya di
pesantren
8 Keluarga mengacuhkan
saya ketika bertanya
mengenai diri saya ketika di
panti
9 Bagi keluarga saya adalah
anak yang membanggakan
10 Keluarga menawarkan
bantuan kepada saya ketika
saya mengalami kesulitan
selama berada di pesantren
11 Keluarga selalu
membanding bandingkan
prestasi saya dengan santri
lainya
12 Keluarga menganggap
remeh masalah yang saya
hadapi selama di peantren
13 Keluarga membantu
memberikan saran
mengenai permasalahan
yang saya hadapi selama di
pesantren
14 Keluarga merupakan teman
yang baik bagi saya selama
saya berada di pesantren
15 Keluarga tidak mengunjungi
saya secara rutin selama
saya berada di pesantren
16 Keluarga dan saya
mendiskusikan secara

Universitas Jendral Soedirman


bersama-sama untuk
menentukan kegiatan yang
dapat menyenangkan saya
selama saya berada
dipesantren
17 Keluarga mengerti atas apa
yang saya rasakan selama
saya berada di pesantren
18 Keluarga mengabaikan
keadaan saya di pesantren
19 Keluarga melarang saya
bercerita masalah saya
dengan teman-teman di
pesantren
20 Sikap orang tua saya saat
berkunjung dan
berkomunikasi selama
berada di pesantren
membuat saya merasa segan
menceritakan masalah saya
dengan keluarga
21 keluarga tidak pernah
menanyakan pendapat saya
ketika saya akan di antar ke
pesantren
22 Keluarga tidak pernah
membesarkan hati saya saat
saya mengalami kegagalan
dalam menjalani kegiatan di
pesantren
22 Keluarga menasehati saya
jika saya melakukan

Universitas Jendral Soedirman


kesalahan selama saya
berada di pesantren
24 Keluarga merendahkan
prestasi yang saya raih di
pesantren
25 Keberadaan keluarga
membuat saya merasa
nyaman melaksanakan
kegiatan belajar di pesantren

Lampiran

Kuisioner Dukungan Teman Sebaya

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama, kemudian berikan jawaban
anda dengan cara memberikan tanda (v) pada kolom,yang sesuai dengan pilihan anda
saat ini bukan berdasarkan pendapat umum.

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah
1 Teman saya mengejek saya
2 Teman saya tidak pernah
memberikan saran pada masalah
saya

Universitas Jendral Soedirman


3 Teman saya
memberikan/meminjamkan
barang yang saya butuhkan
4 Teman-teman saya mengerti apa
yang saya rasakan saat ini
5 Teman saya ada waktu untuk
menemani saya jika saya dalam
permasalahan
6 Teman saya
memberikan/meminjamkan uang
ketika saya membutuhkan
7 Teman saya bersedia membantu
saya ketika saya kesulitan
mengerjakan suatu hal
8 Teman saya menunjukan adanya
perhatian dan sikap kasih saying
setiap kali saya ada masalah
9 Teman-teman saya mengerti
kondisi saya saat ini
10 Teman saya merasa percaya
ketika saya mengeluh suatu hal
11 Teman saya mau membagi
pengalamannya dengan saya
12 Teman saya mengingatkan
tentang perilaku-perilaku yang
memperburuk masalah yang
sedang saya hadapi
13 Teman saya tidak peduli terhadap
saya
14 Teman saya meyakinkan saya
bahwa semuanya akan baik-baik
saja, sehingga tidak perlu
khawatir ketika berada di dalam

Universitas Jendral Soedirman


kesulitan
15 Teman saya mendukung usaha
saya dalam suatu hal
16 Teman saya mau bersikap terbuka
ketika saya berbagi/menceritakan
masalah
17 Teman saya memberikan
informasi yang jelas mengenai
permasalahan yang sedang saya
hadapi
18 Teman saya paham mengenai
masalah yang saya hadapi
19 Teman saya membuat saya
tersenyum/tertawa ketika saya
ada masalah
20 Teman saya menjelaskan kepada
saya setiap saya bertanya tentang
masalah yang saya hadapi
21 Teman saya memberikan pujian
terhadap apa yang saya kerjakan
22 Teman saya siap mengantar saya
pergi pada saat saya memintanya

Universitas Jendral Soedirman


Universitas Jendral Soedirman

Anda mungkin juga menyukai