PENDAHULUAN
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan emosi
[ CITATION Eff09 \l 1033 ]. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12
sampai 24 tahun. Remaja adalah periode peralihan antara masa kanak-kanak dan
dewasa [ CITATION Eff09 \l 1033 ]. Pada masa remaja, seseorang akan mencari
identitas dirinya. Karakteristik remaja yang sedang dalam tahap pencarian identitas
menjadi rentan terhadap timbulnya permasalahan. Salah satu permasalahan yang
muncul pada usia remaja adalah tindakan kenakalan. Bentuk kenakalan remaja antara
lain perilaku seks pranikah, bolos sekolah, terlibat perkelahian, bahkan merampok
serta membunuh. Faktor psikososial yang menyebabkan seorang remaja terlibat
kenakalan berasal dari faktor keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah atau
sosialisasi remaja tersebut [ CITATION Nin12 \l 1033 ].
Dalam menghadapi permasalahan di tahap perkembangan, seorang remaja harus
memiliki kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan
maknanya (Salovey dikutip dalam Henny,2014). Kecerdasan emosional merupakan
sesuatu yang penting bagi remaja. Hal tersebut di dukung oleh pernyataan Goleman
(dikutip dalam Henny 2014) yang menjelaskan bahwa Intellegence Quotient
memberikan kontribusi terhadap kesuksesan hidup sebesar 20 % dan 80 % ditentukan
oleh faktor Emotional Quotient dan Spiritual Quotient. Menurut Goleman (dikutip
dalam Ismaunah, 2010), kecerdasan emosional terdiri dari lima unsur yaitu
kemampuan mengenali emosi diri sendiri (kesadaran diri), kemampuan mengelola
emosi diri sendiri (pengendalian diri), kemampuan memotivasi diri sendiri dan orang
lain, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai faktor yang paling
berpengaruh terhadap kecerdasan emosional pada remaja santri.
Berdasarkan telaah pustaka yang telah peneliti lakukan , belum ada penelitian yang
sama terkait faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional pada remaja
santri. Namun beberapa penelitian sejenis yang memiliki kesamaan diantaranya
2.01.1 Remaja
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, biologis,
dan emosi [ CITATION Sar12 \l 1033 ]. Rentang usia remaja dibagi menjadi dua
bagian, yaitu usia 12 tahun sampai 18 tahun yang disebut remaja awal dan usia 17
sampai 22 tahun yang disebut dengan remaja akhir. Remaja berasal dari bahasa latin
adolescere yang artinya “tumbuh-tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa
primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak
berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.
Tugas perkembang adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode
tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia
dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap yang
kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku secara dewasa. Remaja mempunyai beberapa tugas perkembangan, yaitu
menerima keadaan fisiknya, memperoleh kebebasan emosional, mampu bergaul,
menentukan model untuk identifikasi, mengetahui dan mampu menerima kemampuan
sendiri, memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma, serta
meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak – kanakan [ CITATION Alh12 \l
1033 ].
2.1.2.2 Ciri-ciri Individu dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi dan tingkat
kecerdasan emosional yang rendah
Merupakan kemampuan untuk mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya sendiri,
tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan emosi.
Memotivasi diri sendiri memiliki arti menggunakan hasrat untuk menuntut diri
menuju sasaran, mengambil inisiatif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan.
Menurut Goleman dalam Ismaunah (2010) terdapat empat kecakapan utama dalam
kemampuan memotovasi diri sendiri dan orang lain , yaitu dorongan berprestasi,
komitmen, inisiatif, dan optimis
Faktor bawaaan merupakan faktor yang dibawa dari manusia sejak lahir. Ketika
manusia dilahirkan, manusia telah membawa potensi-potensi emosional seperti
kepekaan dan perasaan-perasaan lainnya, kemampuan mempelajari emosi dan
kemampuan mengelola emosi.
b. Faktor lingkungan
2.01.3 Pesantren
Pondok merupakan tempat tinggal santri dalam menuntut ilmu agama dilingkungan
pesantren. Pesantren merupakan pusat dakwah dan pengembangan muslim di
Indonesia. Jadi pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang terdiri
dari pendidikan umum dan pendidikan agama, namun lebih mengutamakan
pendidikan agama serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup di dunia
[ CITATION Dia11 \l 1033 ]
Elemen dasar yang ada di pondok pesantren yaitu masjid. Masjid merupakan tempat
untuk seorang muslim beribadah. Di dalam pesantren, masjid memiliki berbagai
macam fungsi, selain untuk beribadah masjid juga berfungsi sebagai tempat untuk
belajar dan sebagainya. Elemen kedua yaitu kiai, yang merupakan tokoh ahli agama
yang telah mengerti dan memahami Al-qur’an. Seorang kiai harus mampu untuk
bersikap bijaksana kepada santri santrinya. Elemen selanjutnya yang ada di dalam
pesantren yaitu santri. Santri merupakan elemen yang paling penting dalam
Menurut Person (dikutip dalam Mahmudah, 2010) Model pesantren dapat dibagi
menjadi 4 jenis yang utama yaitu Person :
2.01.4 Santri
Santri berasal dari bahasa sansekerta, shastri yang berarti orang yang memahami
kitab suci agama Hindu. Zaman Islam kata santri dipakai dalam artian yang lebih
luas, yaitu orang yang melaksanakan ajaran islam. Akan tetapi santri dalam orang
Jawa Islam berasal dari pengertian yang lebih khusus, yaitu orang atau murid yang
belajar di pondok.
Santri remaja memiliki kecenderungan untuk melakukan reaksi frustasi yang negatif,
karena keadaan seseorang dimasa remaja masih labil dan belum mampu menunggu
saat yang tepat untuk menungkapkan emosi dengan cara yang dapat diterima
masyarakat, belum memiliki kemampuan menilai situasi secara kritis sebelum
bereaksi secara emosional, cenderung memberi reaksi emosional yang tidak stabil,
serta belum memiliki kematangan emosi [ CITATION Hab13 \l 1033 ].
Kerangka ini dibuat menggunakan teori yang bersumber dari Goleman (2006), Ifham
&Helmi (2002), Dazeva & Tarmidi (2012), dan Ismaunah (2010)
- faktor internal
- faktor keluarga
- faktor teman sebaya
- faktor sekolah
stressor
- Dukungan
keluarga
- Dukungan
sekolah
- Dukungan
2.4 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan suatu dalil atau kaidah, tetapi kebenaran maknanya belum
terujikan. Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian yang
melakukan identifikasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Dalam hal ini
peneliti mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kecerdasan
emosional pada santri di pondok Al Ihyaullumadin dalam satu waktu.
3.04 Variabel
Variabel merupakan ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain (Saryono,2013).
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Definisi Operasional
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar-benar
mengukur apa yang di ukur. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh
mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. (Saryono,2011). Peneliti tidak
melakukan uji validitas karena menggunakan alat ukur Kecerdasan Emosional,
dukungan teman sebaya, dukungan keluarga, dan dukungan sekolah yang telah di
lakukan uji validitas dan reabilitas sebelumnya.
a. Analisa Univariat
b. Analisis bivariat
c. Analisis Multivariat
Penelitian ini memperhatikan berbagai macam hal yang menyangkut etika penelitian.
Berikut merupakan etika dalam penelitian :
a. The right to full disclosure, yang mengandung artian bahwa peneliti telah
menjelaskan secara penuh tentang sifat dari penelitian, dan adanya hak
seseorang untuk menolak menjadi responden [ CITATION Swa12 \l 1033 ]
b. Freedom from harm, yaitu peneliti harus berusaha meminimalisir segala
bentuk kerugian dan ketidaknyamanan responden
c. Confidentiality, yaitu penulis menjamin semua informasi yang dikumpulkan
dalam penelitian tidak dibuka di depan public, kecuali data ilmiah yang
Dazeva, V., & Tarmidi. (2012). Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa Ditinjau
Dari Jenis Kegiatan Ekstrakulikuler. Psikologia-onlen , 81-92.
Effendy, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Preaktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Krisnatuti, D., Herawati, T., & Dini, N. R. (2011). Hubungan Antara Kecerdasan
Emosi Dengan Kepatuhan Dan Kemandirian Santri Remaja. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Novita, N. P., & Margaretha. (2012). Hubungan antara Kekerasan Emosional pada
Anak terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental , 1-9.
Paramitasari, R., & Alvian. (2012). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan
Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir. Psikologi Pendidikan
dan Perkembangan , Vol.1 No.02.
Sasono, A. (1998). Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan, dan
Dakwah). Jakarta: Gema Insani Press.
Sunarti, E., T, L., & Florence. (2004). Pengembangan Kecerdasan Alat Ukur
Kecerdasan Emosi Remaja. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Instrumen
Kecerdasan Emosional
Nama siswa :
PETUNJUK
TS : tidak setuju
TK : tidak komentar
S : setuju
SS : sangat setuju
No ASPEK STS TS TK S SS
1. Saya memiliki kepercayaan diri yang
tinggi
Lampiran
Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama, kemudian berikan jawaban
anda dengan cara memberikan tanda (v) pada kolom,yang sesuai dengan pilihan anda
saat ini bukan berdasarkan pendapat umum
Lampiran
Nama :
Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama, kemudian berikan jawaban
anda dengan cara memberikan tanda (v) pada kolom,yang sesuai dengan pilihan anda
saat ini bukan berdasarkan pendapat umum.