Dalam sistem tradisional, tempat hidup dan tempat berlindung musuh alami hama
tanaman dipertahankan melalui pelestarian bagian lingkungan alami. Contohnya di Sri Lanka
yaitu pohon besar dan bedengan tinggi dengan semak-semak secara dibiarkan tumbuh di
sekitar hamparan sawah dan tempat perontokan padi sebagai tempat sarang dan istirahat
burung. Burung ini dianggap pengendalian utama serangga hama. Pada saat ulat menyerbu
tanaman menjelang matahari terbenam diberi sajen dan lampu pada potongan batang pisang
yang ditaruh pada suatu anjang-anjang (rak dari kayu atau bambu). Lampu menarik perhatian
burung. Ketika burung mencoba hinggap, makanan di atas potongan batang pisang itu jatuh.
Burung akan mengejar makan yang jatuh, kemudian akan melihat ulat-ulat pada padi dan
memakannya. Selain itu, petani jeruk di Cina adalah dengan menempatkan sarang semut
predator (Oecaphylla smaragdini) pada pohon jeruk untuk mngurangi kerusakan akibat
serangan hama.
B. Praktek Penyiangan
Para petani memahami bahwa gulma itu dibiarkan tumbuh maka akan menutupi tanah
dan akan mencegah panas dari terik matahari atau kekeringan. Keadaan ini merangsang
pertumbuhan tanaman dan mengurangi erosi selama hujan turun. Namun, berdampak negatif
pula bagi pertumbuhan tanaman. Solusinya dengan mencangkul permukaan tanah secara
dangkal dan membiarkan gulma di permukaan tanah sebagai mulsa pelindung untuk mendaur
ulang unsur hara dan untuk memungkinkan asimilasi nitrogen melalui penguraian tumbuhan
oleh bakteri. Gulma generasi berikutnya dibiarkan menutupi tanah seluruhnya dan
berkembang sampai berbiji untuk menjamin reproduksi di musim-musim yang akan datang.
Pada musim kemarau, lahan ditutupi gulma yang tinggi. Maka tanah akan tetap basah,
gembur dan kaya akan humus sehingga dalam kondisi baik untuk tanam berikutnya. Namun
pengenalan prinsip bebas gulma pupuk buatan diperlukan untuk menggantikan pengaruh
pupuk hijau dari penyiangan selektif.