Anda di halaman 1dari 9

III.

SENYAWA PENYUSUN SEL

a. Kemampuan Akhir yang direncanakan :


Mahasiswa mampu memahami senyawa penyusun sel, menggambarkan ikatan senyawa, peran dan
fungsinya.
b. Indikator :
Mahasiswa dapat :

Menjelaskan senyawa penyusun sel


Menggambarkan ikatan senyawa penyusun sel
Menjelaskan peran dan fungsi senyawa penyusun sel
c. Gambaran Umum Materi :
Materi ini membahas tentang senyawa-senyawa penyusun sel baik yang an organik maupun
organik, proses masuknya dalam sel maupun pembentukan senyawa tersebut dan peranannya
dalam sel dan pertumbuhan/perkembangan tumbuhan.

SENYAWA PENYUSUN SEL

Salah satu teori sel menyatakan bahwa sel merupakan unit structural makhluk hidup, itu
berarti bahwa semua yang bernama mahkluk hidup tubuhnya terbangun atas sel-sel. Pertanyaan
selanjutnya akan muncul. Lalu sel sendiri terbangun oleh apa? Berdasarkan hasil riset yang
dilakukan oleh para pakar sel, diketahui bahwa sebuah sel hidup terbangun atas
senyawa-senyawa kimia yang “berkolaborasi” membentuk sebuah bangunan yang bernama sel.
 Lalu, senyawa-senyawa kimia apa saja yang membangun sebuah sel itu ? Pada intinya, sebuah
sel tersusun atas 2 komponen kimia, yaitu : senyawa organik dan senyawa organik.
3.1. Senyawa an organik
1. Air ( H​2​O ), yang mempunyai peranan antara lain : sebagai media berlsngsungnya
reaksi-reaksi kimia dalam sel, sebagai pelaruu unsure dan senyawa kimia lainnya,
berperan sebagai transport zat.
2. Garam-garam mineral​, yang sebagian besar terdapat dalam bentuk ion positif ( anion )
ataupun ion negative ( kation ). Dalam protoplasma terdapat berbagai macam garam,
asam, maupun basa yang dapat mengalami ionisasi. Beberapa contoh garam mineral
yang menyusun sel antara lain : NaCL, MgCl, NaHCO​3​, CaSO4 dan lain sebagainya.
3. Gas,​ yang meliputi senyawa-senyawa kimia berbentuk gas seperti : O2, CO​2
3.2. Senyawa Organik
1. Karbohidrat, yang tersusun atas unsure utama C ( karbon ) , H ( hydrogen ) dan O (
oksigen ). Peran utama dari komponen ini adalah sebagai sumber energi utama bagi sel.
Beberapa jenis karbohidrat yang biasa terdapat di dalam sel antara lain :
a. monosakarida ( karbohidrat paling sederhana, tidak dapat dihidrolisis ) seperti :
glukosa, fruktosa dan galaktosa.
b. Disakarida, yang mengandung 2 unit sakarida yang dapat dihidrolisis menjadi
monosakarida. Contoh : disakarida dari jenis sukrosa yang dapar terhidrolisis menjadi
glukosa dan fruktosa, maltosa yang dapat terhidrolisis menjadi 2 glukosa.
c. Polisakarida, yang terdiri atas unit-unit monosakarida. Beberapa jenis polisakarida
yang terdapat dalam sel antara lain : amilum dan selulosa yang umumnya terdapat dalam
sel tumbuhan, glikogen yang umumnya terdapar dalam sel hewan.
2. Lemak (b​ iasa juga disebut lipida)​, yang tersusun atas unsure C (karbon) , H (hydrogen) ,
O (oksigen). Peran utama lemak dalam sel adalah pembentuk membrane sel bersama
protein, mengatur sirkulasi lemak yang lain, dan sumber cadangan energi bagi sel. Dalam
metabolismenya, lemak terbentuk dari asam lemak dan gliserol.
3. Protein, yang tersusun atas unsure utama utama C (karbon), H (hydrogen), O (oksigen)
dan N (nitrogen) ditambah S (sulfur) dan P (phosphor) sebagai unsure tambahan.
Senyawa yang satu ini merupakan unsure organic terbesar yang menyusun sebuah sel.
Protein sendiri di dalam sel berperan dalam : membentuk organel-organel sel,
membentuk selaput / membrane plasma bersa,a lemak dan karbohidrat, membangun
jaringan tubuh dan regenerasi sel, sebagai komponen pembentuk enzim, hormone
maupun antibody. Beberapa protein yang terdaapt di dalam sel antara lain : a). protein
sederhana seperti : albumin, globulin b). protein kompleks seperti : lipoprotein,
nucleoprotein.
4. Asam Nukleat​, mengandung atom Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, dan Fosfor;
Asam Nukleat adalah penyusun bangunan nukleotida. Setiap nukleotida terdiri dari gula
5-karbon (ribosa atau deoksiribosa) kelompok fosfat, dan salah satu dari beberapa basa
organik; nukleotida-nukleotida ini saling berhubungan dalam rantai untuk membentuk
polinukleotida. Ada dua jenis utama asam nukleat yaitu:
● RNA: terdiri dari molekul yang nukleotidanya mengandung gula ribosa; RNA
digunakan dalam sintesis protein
● DNA: tersusun dari nukleotida yang mengandung deoksiribosa; DNA digunakan
untuk menyimpan kode gen.
Begitulah komponen kimiawi sebuah sel baik yang dimiliki oleh hewan maupun
tumbuhan dan juga kemungkinan sel-sel hidup lainnya.

Pertanyaan dan Tugas :


1. Sebut dan jelaskan senyawa-senyawa penyusun sel ?
2. Lengkapilah informasi dan keterangan lebih detil tentang senyawa-senyawa penyusun sel
tersebut sehingga menjadi lebih jelas kemudian presentasikan secara kelompok !
IV. SERAPAN, PENGANGKUTAN DAN TRANSPIRASI AIR

a. Kemampuan Akhir yang direncanakan :


Mahasiswa mampu mema hami proses penyerapan air, unsur hara dan mengu kur kebutuhan air.
b. Indikator :
Mahasiswa dapat :

Menjelaskan mekanisme penyerapan air dan unsur hara


Menjelaskan mekanisme peng angkutan air dan unsur hara
Mengukur kebutuhan air.

c. Gambaran Umum Materi :


Materi ini membahas tentang proses penyerapan air, peranan jaringan xylem dan floem, teori
yang menjelaskan pengangkutan air dari akar sampai pucuk tumbuhan dan proses penguapan
melalui tumbuhan.

SERAPAN, PENGANGKUTAN DAN TRANSPIRASI AIR

Setiap tumbuhan memiliki jaringan pengangkutan yang terdiri dari xylem dan floem.
Kedua jaringan tersebut berperan sangat penting bagi proses kehidupan tanaman dan berperan
untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian
tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses ini yang
dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan. Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai
zat penting untuk melakukan proses metabolisme dalam tubuhnya. Adapun zat-zat yang
dibutuhkan oleh tumbuhan antara lain air, garam mineral, oksigen, dan karbon dioksida yang
bisa diperoleh dari luar tubuh. Tumbuhan dapat memperoleh oksigen dan karbon dioksida
melalui daun, sedangkan air dan garam-garam mineral diserap tumbuhan melalui ujung akar dan
buluh-buluh akar. Penyerapan dan pengangkutan zat ini dilakukan oleh jaringan pengangkut
yang melewati berkas pembuluh. Air tanah mempunyai kepekatan larutan yang lebih encer
dibandingkan dengan cairan sel sehingga air tanah dapat masuk ke rambut akar dengan difusi.

4.1. Mekanisme Penyerapan Air


Pemasukan air dari tanah ke dalam sel-sel akar dengan jalan difusi, osmosis dan imbibisi.
Air berdifusi dari suatu larutan yang encer ke suatu larutan yang lebih pekat. Keadaan semacam
ini terjadi dalam larutan tanah, pada umumnya larutan tanah merupakan larutan yang
konsentrasinya jauh lebih rendah daripada konsentrasi larutan yang ada dalam sel-sel akar. Hasil
penyelidikan menunjukan bahwa nilai osmosis sel-sel suatu tanaman itu mengalami perubahan
sesuai dengan keadaan air di dalam tanah. Jika tanah cukup mengandung air maka nilai osmosis
sel-sel suatu tanaman lebih rendah, sedangkan bila kekurangan air akan menaikkan nilai osmosis
sel-sel suatu tanaman, bahkan nilai osmosis suatu sel pada siang hari itu berbeda dengan nilai
osmosisnya pada malam hari. Hal ini sesuai dengan keadaan air pada siang hari dan malam hari.

Dengan masuknya air dari tanah kedalam sel-sel akar tentulah terbawa juga ion-ion yang
terdapat di dalam tanah, karena larutan tanah memang mengandung ion-ion. Pemasukkan
ion-ion dari tanah kedalam akar itu dipengaruhi oleh suatu hal yang disebut antagonisme ion
yang artinya, bahwa pemasukka ion yang satu mempengaruhi, bahkan kadang-kadang menetang
pemasukkan-pemasukkan ion jenis lain. Sebagai contoh ion-ion Ca²+ meniadakan ion-ion Na+
terhadap kegiatan masuk keluarnya zat tertentu. Konsentrasi ion-ion Na+ yang agak tinggi
menghambat peresapan ion-ion K+ atau ion-ion Ca²​+​.
Adanya suatu kenyataan bahwa kation-kation sangat mempengaruhi permeabilitas sel.
Hal ini menimbulkan dugaan bahwa pada sel ada bagian-bagian tertentu (mungkin sekali
ektoplas) yang mudah berubah menjadi anion; kiranya lapisan itu terdiri dari pospolipida, sebab
zat ini mudah benar mengalami disosiasi dan sebagai hasil disosiasi ini timbullah anion-anion
organik.`
Penyerapan air dapat melalui akar tetapi ada pula tumbuhan yang mampu menyerap air
lewat daun dan batang. Penyerapan air oleh akar akan dilakukan terutama oleh bulu akar yang
selalu terendam di tanah. Air bedifusi masuk ke bulu akar, pada dinding sel masuk ruang bebas,
melewati membran plasma secara osmosis dan kembali bedifusi memasuki plasma. Organela
dibatasi oleh membran yang diferensial permeabel, maka transport air diantaranya harus
menggunakan mekanisme osmosis. Sel akar dapat menyerap air bila mempunyai potensial air
yang negatif lebih besar daripada larutan tanah. Dalam hal ini akar dapat melakukan penyerapan
pasif dengan menyetimbangkan tenaga potensial air, potensial osmotik (tekanan osmotik),
tekanan turgor dan tekanan dinding sel. Air bergerak ke dalam tumbuhan melalui rambut akar,
yang merupakan tonjolan berupa rambut dari sel epidermis, dan melalui epidermis akar muda.
Mekanisme yang beroperan bagi gerakan air tanah kedalam akar belum dipahami sepenuhnya.
Pada saat ini diduga bahawa air diabsorpsi melalui dua mekanisme yang berbeda, yaitu Absorbsi
Aktif dan Absorbsi Pasif.

4.2.​ F
​ aktor-Faktor yang Mempengaruhi Pen​yerapan Air

Faktor-Faktor yang memperngaruhi penyerapan air pada tumbuhan dipengaruhi oleh


faktor luar dan faktor dalam yaitu :

4.2.1. Faktor Dalam


Faktor dalam adalah faktor-faktor yang ada dalam tumbuhan yaitu:
a.​ K
​ ecepatan Transpirasi

Penyerapan air hampir setara dengan transpirasi (penguapan lewat daun) bila penyediaan air
tanah cukup. Hal itu terjadi karena adanya transpirasi menyebabkan terbentuknya daya isap daun
sebagai akibat kohesi yang diteruskan lewat sistem hidrostatik pada xilem. Kecepatan transpirasi
antara lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan keaadan permukaan daun.
b. Sistem Perakaran
Berbagai tumbuhan menunjukan perakaran yang berbeda, baik pada pertumbuhan maupun
kemampuannya menembus tanah. Karena penyerapan terutama berlangsung di bulu akar, maka
percabangan akar menentukan penyerapan. Tumbuhan yang mempunyai akar dengan
percabangan banyak tetapi hanya meliputi daerah perakaran yang sempit disebut mempunyai
perakaran intensif. Sebaliknya yang akarnya sedikit tetapi tumbuh memanjang dan masuk jauh
kedalam tanah disebut perakaran ekstensif.

c. Pertumbuhan Pucuk
Bila bagian pucuk tumbuh baik akan memerlukan banyak air, hal ini menyebabkan
daya serap bertambah.
d. Metabolisme
Penyerapan air memerlukan tenaga metabolisme, maka kecepatan metabolisme terutama
respirasi akan menentukan besarnya penyerapan. Metabolisme yang baik juga memungkinkan
pertumbuhan akar yang lebih baik, sehingga semakin banyak cabang akar / bulu akar yang
terbentuk.

4.2.2.​ ​ Faktor Luar


Faktor-faktor luar merupakan faktor yang ada di lingkungan tumbuh tanaman yaitu:
a.​ K
​ etersediaan air tanah

Tumbuhan dapat menyerap air tanah bila kandungan air tanah terletak antara kapasitas
lapang dan titik layu tetap. Bila air berada pada keadaan diatas kapaistas lapang, penyerapan
akan terhambat karena akar berada dalam lingkungan anaerob.

b. Konsentrasi / potensial osmotik air tanah


Karena kedalam air tanah terlarut berbagai ion dan molekul maka potensial osmotiknya
akan berubah bila yang larut berkurang atau bertambah. Bila ion atau molekul yang larut terlalu
banyak sehingga potensial osmotiknya terlalu tinggi, sel tidak akan mampu menyerap, atau kalau
mampu perlu menggunakan energi lebih besar. Tumbuhan halofit mampu menyerap air dari
larutan dengan potensial osmotik yang lebih besar dari tumbuhan mesofit.
c. Temperatur tanah
Temperatur tanah berpengaruh terhadap penyerapan melalu berbagai cara, yaitu bila
temperatur rendah, air menjadi lebih kental sehingga lebih sukar bergerak, permeabilitas plasma
berkurang dan pertumbuhan akar terhambat.
d. Aerasi
Aerasi yang tidak baik menghambat metabolisme dan pertumbuhan akar. Kurangnya
oksigen akan menghambat respirasi aerob sehingga energi untuk penyerapan berkurang. Bila
respirasi anaerob terjadi, hasil akhir berupa alkohol yang dapat melarutkan lipoprotein membran
plasma sehingga akar busuk. Aerasi yang jelek juga menyebabkan kadar CO2 naik dan
permeabilitas akar terhadap air berkurang.

4.3. Transpirasi

Tranpirasi merupakan salah satu proses kehilangan air yang berbentuk uap atau gas pada
jaringan tumbuhan. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air
ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke
pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula sekitar 5-10% dari
jumlah air yang ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air
ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat
mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan
epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar. Pada tumbuhan yang
mengalami proses transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan
tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu dan akhirnya mati.
Ada tiga tanspirasi pada tumbuhan yaitu:
1.​ T
​ ranspirasi Kutikula

Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi
kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun.
Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
2.​ T
​ ranspirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat
ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air
menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi
melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal
evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air
ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
3.​ T
​ ranspirasi Lentisel

Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang
dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari
total transpirasi.
Proses transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dalam maupun faktor
luar, yaitu:
1.​ F
​ aktor Dalam,​ terdiri dari :

a)​ . S
​ tomata : jumlah per satuan luas, letak/ lokasi stomata (permukaan bawah atau atas daun,

timbul/ tenggelam), waktu bukaan stomata, banyak sedikitnya stomata, dan bentuk stomata.
b). D
​ aun : warna daun (kandungan klorifil daun), posisinya menghadap matahari atau tidak,

besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun,
banyak sedikitnya bulu di permukaan daun

2.​ F
​ aktor Luar,​ terdiri dari:

a). Sinar matahari : sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan
tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima daun, maka
kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
b)​ . ​Temperatur : kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun, serta menambah
tekanan uap di luar daun. Tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak terbatas, maka
tekanan uap tidak akan setinggi tekanan yang terkurung di dalam daun. Akibatnya, uap air
akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. Jadi semakin tinggi temperatur,
kecepatan transpirasi akan semakin tinggi pula.
c)​ . K
​ elembaban udara : udara yang basah akan menghambat transpirasi sedangkan udara yang

kering akan memperlancar transpirasi.


d)​. A
​ ngin : angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju

transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan
laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi,
di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian
terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap
penyingkiran uap air. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Tetapi
efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi.
e). ​Keadaan air di dalam tanah : air di dalam tanah ialah satu-satunya sumber yang pokok, dari
mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Laju transpirasi dapat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari,
biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah.
Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang
sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah
menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar
menjadi lebih lambat.

Tugas
1. Kemukakan beberapa teori yang mendukung tercapainya aliran air dari dalam tanah
sampai pada pucuk tanaman !
2. Hubungkan teori potensial air dengan proses transpirasi tumbuhan !

DAFTAR PUSTAKA

Chambell, Neil A, dkk. 2008. ​Biologi edisi Kedelapan Jilid 2​. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro. 1994. ​Pengantar Fisioligi Tumbuhan​. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Frank B Salisbury & Cleon W Ross. 1995.​Fisiologi Tumbuhan Jilid Satu Sel: Air, Larutan, dan
Permukaan Edisi Keempat​. Bandung: ITB
Loveless, A. R. 1991. ​Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.​ Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai