Apa itu virus Corona? Bentuk virus yang masih bersaudara dengan penyebab SARS
dan MERS ini persis mahkota. Bentuk mahkota ditandai protein S berupa sepatu yang
tersebar di sekeliling permukaan virus.
Dikutip dari situs LIPI, virus Corona memiliki satu rantai RNA sehingga kerap disebut
virus RNA. Virus jenis ini bermutasi lebih cepat dibanding DNA hingga satu juta kali.
Virus Corona Paramyxovirus sempat muncul dalam mesin pencarian Google. Keduanya
adalah virus yang berbeda meski sama-sama bisa menginfeksi manusia dari hewan.
Penyakit yang disebabkan Paramyxovirus adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV), Newcastle disease, dan parainfluenza.
Virus corona atau coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
beberapa penyakit. Di antaranya adalah flu biasa hingga penyakit yang lebih parah
seperti Middle East Respiratory Syndrome ( MERS-CoV), Severe Acute Respiratory
Syndrome ( SARS-CoV), hingga yang terbaru, Covid-19. Melansir laman resmi Badan
Kesehatan Dunia (WHO), virus corona bersifat zoonosis, artinya ditularkan antara
hewan dan manusia. Pada hewan, virus corona dapat menyebabkan diare, seperti pada
sapi dan babi, serta penyakit pernapasan atas pada ayam .
Sementara, pada manusia, virus dapat menyebabkan infeksi pernapasan ringan hingga
penyakit yang lebih parah. Virus corona pertama yang menginfeksi manusia
diidentifikasi pada pertengahan tahun 1960-an. Nama virus corona sendiri berasal dari
bentuk paku atau duri seperti mahkota di permukaannya. Mengutip laman resmi Pusat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), berikut jenis-jenis virus corona yang
diketahui dapat menginfeksi manusia:
Novel coronavirus atau virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 ini pertama
kali diketahui muncul di pasar makanan laut di kota Wuhan, China, pada akhir tahun
2019 lalu. Kemungkinan, penyakit ini ditularkan melalui kontak dekat dengan hewan
yang terinfeksi. Namun, hingga kini, sumber pastinya belum diketahui. Sementara,
penularan dari manusia ke manusia lain terjadi melalui kontak dekat.
MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi dan menyebar ke lebih
dari 25 negara. Penyakit ini bersumber dari unta dan kemudian menginfeksi manusia.
Sekitar 3 hingga 4 dari 10 pasien yang menderita MERS dilaporkan meninggal dunia.
Baca juga: Pasien Positif Corona yang Dirawat di RSUP Dr Sardjito Mulai Membaik
SARS bersumber dari mamalia kecil dan kemudian menginfeksi manusia. Penyakit ini
pertama kali dilaporkan di utara China pada tahun 2002 silam. Wabah ini pun menyebar
ke lebih dari dua puluh negara di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Asia.
Adapun tingkat kematian akibat virus ini adalah sekitar 10 persen dari seluruh jumlah
kasus.
Deman
Batuk, Pilek
Gangguan pernapasan
Sakit tenggorokan
Letih , Lesu
Kondisi ini bias menjadi lebih parah bagi beberapa orang dan dapat menyebabkan
pneumonia atau kesulitan bernafas. Penyakit ini jarang berakibat fatal.
Orang tua dan orang –orang yang mempunyai riwayat medis sebelumnya, seperti
diabetes dan penyakit jantung, lebih rentan mengalami kondisi parah jika terkena virus
corona.
Demam
Demam merupakan reaksi tubuh melawan infeksi. Tingginya suhu badan adalah salah
satu cara sistem kekebalan tubuh berupaya memerangi infeksi. Pada virus Corona,
demam bisa berkisar 38 derajat celcius atau lebih.
Sesak napas
Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang terjangkit COVID-19 akan sakit parah dan mengalami
kesulitan bernapas. Merasa kelelahan hingga sesak napas menjadi gejala virus Corona
yang harus diwaspadai. Sesak napas digambarkan seperti pengetatan intens di dada,
engap di udara, hingga rasa tercekik. Virus Corona yang menyerang sistem
pernapasan bawah bisa menyebabkan gejala ini.
Batuk kering
Batuk kering adalah batuk yang tidak menimbulkan dahak atau lendir. Batuk kering
dapat menyebabkan sensasi gatal di tenggorokan.
Batuk adalah refleks alami untuk membersihkan tenggorokan dan paru-paru dari iritan.
Batuk kering yang terus menerus dan tidak segera membaik bisa menjadi gejala virus
Corona
5. Pencegahan Corona
2. Menggunakan masker
Ada dua tipe masker yang bisa Anda digunakan untuk mencegah penularan virus
Corona, yaitu masker bedah dan masker N95.
Masker bedah atau surgical mask merupakan masker sekali pakai yang umum
digunakan. Masker ini mudah ditemukan, harganya terjangkau, dan nyaman dipakai,
sehingga banyak orang yang menggunakan masker ini saat beraktivitas sehari-hari.
Cara pakai masker bedah yang benar adalah sisi berwarna pada masker harus
menghadap ke luar, sementara sisi dalamnya yang berwarna putih menghadap wajah
dan menutupi dagu, hidung, dan mulut. Sisi berwarna putih terbuat dari material yang
dapat menyerap kotoran dan menyaring kuman dari udara.
Meski tidak sepenuhnya efektif mencegah paparan kuman, namun penggunaan masker
ini tetap bisa menurunkan risiko penyebaran penyakit infeksi, termasuk infeksi virus
Corona. Penggunaan masker lebih disarankan bagi orang yang sedang sakit untuk
mencegah penyebaran virus dan kuman, ketimbang pada orang yang sehat.
Sedangkan masker N95 adalah jenis masker yang dirancang khusus untuk menyaring
partikel berbahaya di udara. Jenis masker inilah yang sebenarnya lebih
direkomendasikan untuk mencegah infeksi virus Corona. Meski demikian, masker ini
kurang nyaman untuk dikenakan sehari-hari dan harganya pun relatif mahal.
Ketika melepaskan masker dari wajah, baik masker bedah maupun masker N95, hindari
menyentuh bagian depan masker, sebab bagian tersebut penuh dengan kuman yang
menempel. Setelah melepas masker, cucilah tangan dengan sabun atau hand sanitizer,
agar tangan bersih dari kuman yang menempel.
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran
virus, yaitu: