Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KOMUNIKASI SEL
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Oral Biologi

Disusun oleh:

Frank Louis A H

Dosen Pengampu :

Dr. Ameta Primasari, drg., Mkes., MDSc

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-NYA, penulis sebagai mahasiswa Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) 2020 dapat menyelesaikan penulisan
makalah Oral Biologi dengan judul “komunikasi sel”.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ameta Primasari, drg., Mkes.,
MDSc sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Oral Biologi .
            Penulis berharap semoga  makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran membangun sangat diperlukan agar kualitas makalah ini dapat
menjadi lebih baik

Jambi, November 2020

PENULIS

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Pendahuluan.......................................................................................................... 1
BAB II ISI........................................................................................................................... 2
2.1 Sel ......................................................................................................................... 2
2.2 Komunikasi Sel .................................................................................................... 6
2.2.1 Komponen Sinyal Sel................................................................................... 8
2.2.2 Bentuk komunikasi sel................................................................................. 18
2.2.3 Tahapan komunikasi sel............................................................................... 19
2.3 Mekanisme Pompa Natrium-Kalium (Na+- K+) ................................................... 21
2.4 Pengaruh Obat Narkoba Pada Komunikasi Sel .................................................... 26
2.4.1 Perubahan Dosis Terhadap Efek Obat......................................................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambaran utama sel eukariotik................................................................ 6


Gambar 2 Ilustrasi skematis komunikasi sel.............................................................. 8
Gambar 3. Pensinyalan antar sel dan intraseluler...................................................... 10
Gambar 4. Sinyal seluler mengontrol berbagai aspek bentuk kehidupan
multiseluler.............................................................................................. 13
Gambar 5. Gambaran holistik dari berbagai reseptor permukaan sel dan
intraseluler,................................................................................................................. 14
Gambar 6 Reseptor permukaan sel............................................................................ 16
Gambar 7. Ion-channel coupled receptors................................................................. 17
Gambar 8. G-protein-coupled receptors.................................................................... 19
Gambar 9. enzyme-coupled receptors........................................................................ 20
Gambar 10 Reseptor intraseluler................................................................................ 21
Gambar 11. Skema sinyal melintasi gap junctions.................................................... 23
Gambar 12 Skema model........................................................................................... 23
Gambar 13. Skema sinyal Autocrine.......................................................................... 23
Gambar 14 Skema sinyal Endokrin............................................................................ 24
Gambar 15. Skema sinyal parakrin............................................................................ 24
Gambar 16. Skema sinyal sinaptik............................................................................. 24
Gambar 17. Tahapan komunikasi sel......................................................................... 25
Gambar 18 Diagram yang menunjukkan keluarnya 3 Na+ dari sel sementara 2 K+
memasuki sel karena aktivasi enzim Na+/K+-ATPase............................. 30
Gambar 19. Struktur Kanal Ion Natrium.................................................................... 31
Gambar 20. Metamfetamin mengubah transmisi saraf dopamin dalam dua cara...... 33
Gambar 21. Nikotin mengikat reseptor spesifik pada neuron presinaptik................. 34
Gambar 22 Ketika kokain memasuki otak, ia menghalangi pengangkut dopamin....
35
Gambar 23. Efek obat tergantung pada dosisnya....................................................... 37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja
dan membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi anatara satu dengan yang
lain. Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk
mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan
organisme itu untuk berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk
jaringan kemudian organ dan system yang menjalankan organisme untuk hidup.
Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau multiseluler akan
berinteraksi dengan lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya. Sinyal-
sinyal antar sel jauh lebih sederhana daripada bentuk-bentuk pesan yang biasanya
dirubah oleh manusia. Sinyal yang diterima sel, yan berasal dari sel lain atau dari
beberapa perubahan pada lingkungan fisik organisme, bermacam-macam bentuknya.
Misalnya, sel dapat mengindera dan merespons sinyal elektromagnetik, seperti
cahaya, dan sinyal mekanis, seperti sentuhan. Akan tetapi sel-sel paling sering
berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan sinyal kimiawi.
Kajian tentang persinyalan sel membantu untuk menjawab sejumlah
pertanyaan penting dalam biologis dan kedokteran, mulai dari perkembangan
embriologis hingga kerja hormon untuk perkembangan kanker dan jenis penyakit
lain.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sel
Sel adalah unit terkecil dari kehidupan, yang memiliki bentuk dan ukuran
yang berbeda-beda tergantung tempat dan fungsi dari jaringan yang disusunnya. Sel
pertama kali yang ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Sel dalam bahasa
Latin adalah cellula yang artinya bilik kecil. Mengapa disebut sebagai bilik kecil?
Pada awal sel ditemukan, yang terlihat adalah sel gabus yang tampak hanya seperti
bilik, karena sel gabus yang diamati adalah benda mati.
Dalam perkembangannya, Hooke melihat perbedaan antara sel gabus dengan
sel yang hidup. Di dalam sel hidup terdapat cairan kental yang kemudian disebut
protoplasma. Dengan ditemukannya mikroskop elektron (Electron
Mycroscope/EM) yang mulai dikenal dalam ilmu biologi pada tahun 1950 an, sel
dapat terlihat hingga kepada komponen sel yang lebih rinci lagi. Ditemukan pula
bahwa ternyata sel merupakan tempat yang berongga (cytos dalam bahasa Yunani),
dan kantong yang berisi (cella dalam bahasa Romawi).
Setelah EM, fakta tentang sel semakin berkembang dengan digunakannya
Scanning Electron Mycroscope (SEM) yang lebih jelas untuk dapat melihat
topografi sel. Sel adalah suatu wadah yang di dalamnya terjadi aktivitas biosintesis
ribuan molekul yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan organisme yang memiliki
sel tersebut. Ukuran sel maupun bentuknya sangatbervariasi, tergantung tempat dan
fungsinya.
Berdasarkan struktur ultra sel maka sel dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu sel Eukaryot dan sel Prokaryot. Penggolongan ini dilakukan oleh
Chatton (1937). Semua sel baik eukaryot maupun prokaryot memiliki komponen
tersebut di bawah ini:
1) Membran plasma yang berperan sebagai barier, yang sifatnya selektif

2
2) Cytosol, yang bentuknya semifluid, seperti jelly, yang ada di dalam sel, di
dalamnya tersuspensi semua komponen sel
3) Kromosom, membawa gen yang terangkai di dalam DNA
4) Ribosom, sebagi tempat sintesis protein.

1. Sel Eukaryot
Di dalam sel eukaryot terdapat banyak organella yang mempunyai fungsi
yang berbeda-beda. Struktur ultra sel dengan macam-macam organellanya dapat
Anda lihat pada Gambar 1. Macam-macam organella tersebut rata-rata diameternya
adalah 5μm.
Adapun macam organella tersebut adalah:
a. Nukleus sering disebut inti sel mengandung kromosom. Di dalam kromosom
terdapat DNA, dan pada DNA terangkai banyak gen yang berfungsi dalam
membawa sifat keturunan dari orang tua ke keturunannya. Inti sel dibungkus
oleh suatu membran, membran lipid bilayer, sehingga terpisah dari
sitoplasma. Di dalam inti sel terdapat suatu massa yang bergranula, yang
disebut sebagai anak inti atau nukleolus. Di dalam nukleolus terjadi sintesis
rRNA, yang kemudian di kemas dengan protein yang diimport dari sitoplasma
menjadi subunit ribosom yang besar maupun kecil. Subunit ribosom besar
maupun kecil selanjutnya dibawa keluar dari nukleus melalui pori-pori
membran inti menuju ke sitoplasma. Sub unit ribosom kecil dan sub unit
ribosom besar kemudian diasembling menjadi ribosom. Setiap nukleus dapat
memiliki dua atau lebih nukleolus, tergantung spesiesnya. Di dalam inti sel
juga terjadi transkripsi, yang menghasilkan mRNA, yang selanjutnya mRNA
tersebut ditransfer ke luar inti sel melalui pori-pori membran inti, menuju ke
ribosom.
b. Ribosom, adalah tempat sintesis protein tepatnya adalah translasi. Translasi
adalah proses sintesi protein dengan mRNA sebagai cetakannya. Ribosom
merupakan kompleks antara rRNA dengan protein. Sel-sel yang memiliki

3
kecepatan sintesis protein tinggi memiliki banyak ribosom, bahkan sampai
beberapa juta ribosom. Terdapat dua macam ribosom, yaitu ribosom yang
terikat pada membran RE kasar, dan ribosom yang bebas berada di dalam
sitoplasma. Kedua macam ribosom memiliki struktur yang mirip. Ribosom
bebas sebagai tempat untuk sintesis protein yang difungsikan di dalam sitosol,
sedangkan protein yang disintesis pada ribosom terikat digunakan pada
membran itu sendiri atau di eskresikan ke luar sel. Contoh protein yang
diproduksi pada ribosom bebas adalah enzim yang berfungsi dalam
mengkatalisa penguraian. Sedangkan protein yg diproduksi Ribosom terikat
contohnya enzim yang diproduksi oleh pankreas yang disekresikan ke usus
halus untuk proses pencernaan protein.
c. Retikulum Endoplasmik (RE), adalah organella yang mempunyai hubungan
dengan beberapa sistem endomembran. Sistem endomembran yang dimaksud
adalah membran inti, RE, badan golgi, lysosom, vesikel, vakuola dan
membran plasma, di mana sistem endomembran ini banyak bekerja dalam
sintesis protein (tempat sintesis protein, penyempurnaan hasil sintesis protein,
penyimpanan hasil sintesis protein, maupun ekspor protein ke luar sel).
Membran RE dalam bentuk lamella yang merupakan kelanjutan dari membran
inti. Terdapat dua macam RE, yaitu
1) RE kasar, karena di permukaan menbrannya melekat ribosom yang
fungsinya untuk sintesi protein. RE kasar pada sel pankreas mensintesis
protein yang berfungsi sebagai hormon insulin, yang kemudian
disekresikan pada aliran darah. Hormon insulin tersebut dalam bentuk
glycoprotein;
2) RE halus, karena di permukaan membrannya tidak ada melekat ribosom.
Adapun fungsi dari RE halus adalah: sintesis lipid, metabolisme
karbohidrat, detoksifikasi obat dan racun, dan menyimpan ion kalsium.
d. Mitokondria, memiliki dua membran yaitu membran luar dan membran
dalam yang membentuk lekukan-lekukan ke arah dalam yang disebut sebagai

4
cristae. Mitokondria merupakan tempat terjadinya respirasi sel, menghasilkan
energy dalam bentuk ATP yaitu molekul berenergi tinggi. Mitokondria
banyak mengandung enzim-enzim yang berfungsi dalam siklus Kreb. Ada sel
yang hanya memiliki satu mitokondria besar, tetapi ada yang memiliki banyak
mitokondria. Sel yang aktivitasnya tinggi memiliki mitokondria lebih banyak
apabila dibandingkan dengan sel yang aktivitasnya kurang.
e. Badan Golgi, pertama kali ditemukan oleh ahli biologi dan fisika dari Italia
yang bernama Camello Golgy. Fungsinya penyempurnaan hasil sintesis
protein pada ribosom, penyempurnaan yang terjadi adalah folding (melipat-
lipat), karboksilasi, metilase.
f. Lysosom, berasal dari bahasa Yunani yang artinya badan pemecah, bentuknya
seperti vesikel, bulat seperti bola, merupakan kantong. Dihasilkan oleh RE
kasar dan badan Golgy, badan Golgy membentuk tunas yang kemudian
dilepaskan tunas tersebut, tuanas tersebut adalah lysosom. Di dalam lisosom
berisi enzim-enzim hidrolitik yang fungsinya mencerna bahan makanan yang
masuk ke dalam sel atau makromolekul, selain itu lysosom juga
menghancurkan organel yang rusak.

5
Gambar 1. Gambaran utama sel eukariotik. (Johnsom dkk, 2014)

2. Sel Prokaryot
Sel prokaryotik merupakan sel tanpa membran inti. Sel ini mempunyai materi
genetik berupa DNA yang tidak terbungkus oleh membran, tetapi hanya merupakan
massa yang kekentalannya lebih tinggi dibandingkan dengan kekentalan sitoplasma di
sekitarnya sehingga disebut sebagai nukleoid. Sel prokaryotik tidak mempunyai
organella sehingga struktur sel ini masih sangat sederhana. Aktivitas sel berlangsung
di dalam membran sel dan di dalam sitoplasma. Sebagai contoh sel prokaryotik
adalah bakteri yang umumnya merupakan organisme uniseluler dan ciri-cirinya:
a. Terdapat dinding sel yang bahan dasarnya peptidoglikan (kombinasi antara
protein dan karbohidrat), selain itu juga dijumpai adanya lemak. Sifat
daridinding sel ini rigid (kaku) yang berada di luar membran sel, fungsinya
selainmelindungi isi sel juga memberikan bentuk pada sel bakteri

6
b. Membran sel, berada di bagian dalam dari dinding sel tetapi di luar dari
sitoplasma, fungsinya memisahkan bagian dalam dan bagian luar dari sel.
c. DNA bentuknya sirkuler, superkoil, terdapat di dalam sitoplasma tanpa
adanya membran yang membungkus
d. Tidak dijumpai adanya nukleus, tetapi nukleoid
e. Tidak dijumpai retikulum endoplasma baik kasar maupun halus, tetapi
dijumpai ribosom yang merupakan partikel kecil yang tersusun dari protein
dan RNA. Sel bakteri adalah uniseluler tetapi mempunyai banyak ribosom
sampai 10.000 kopi ribosom. Fungsi ribosom sebagai tempat sintesis protein
(translasi).
f. Tidak dijumpai Mitokondria maupun badan golgi
g. Memiliki pilli/fimbriae yang tersusun dari protein pillin, fungsinya untuk
melekat pada sel host, sebagai awal terjadinya infeksi.
h. Memiliki flagella, tersusun dari protein flagellin, fungsinya untuk bergerak.

2.2 Komunikasi Sel


Tubuh manusia berfungsi sebagai organisme tunggal yang terintegrasi karena
sel-selnya berkomunikasi satu sama lain, sebagai jaringan, sebagai organ, melalui
jalur yang menghubungkannya. Manusia terdiri dari 3,72x1013 sel dan untuk
mempertahankan homeostasis, sel-sel perlu berbagi informasi di antara sel. Sel
menggunakan sinyal kimia-ligan, molekul yang dihasilkan dari sel pengirim ke sel
target, yang dapat mendeteksi sinyal kimia berkat reseptor yang sesuai (Gambar 2).
Salah satu ciri organisme adalah mereka menunjukkan berbagai perilaku
dalam menanggapi perubahan di lingkungan mereka (dunia luar). Sel dilengkapi
dengan berbagai protein reseptor untuk mendeteksi perubahan yang terjadi pada
tingkat ekstraselular. Ketika terikat dengan molekul sinyal, reseptor mengubah
struktur mereka, sehingga sangat mempengaruhi struktur dan fungsi sel melalui jalur
transduksi sinyal intraseluler.

7
Gambar 2. Ilustrasi skematis komunikasi sel (Bartosik dan Kulbacka, 2018)

Pada organisme uniseluler, informasi yang terkait dengan bahan kimia (seperti
nutrisi dan oksigen) dan rangsangan fisik (seperti suhu dan cahaya) akan
dikomunikasikan, sedangkan pada organisme multisel, transduksi sinyal antara sel-sel
juga terjadi. Sinyal transduksi mengatur fungsi sel melalui aktivasi protein dalam
jangka pendek dan melalui regulasi genetik dalam jangka panjang. Rangkaian
peristiwa di mana satu sel induk ulangan informasi genetik dan dibagi menjadi dua
sel anak disebut siklus sel. Siklus ini ditangkap di banyak sel-sel organisme multisel,
dan dilanjutkan dalam menanggapi sinyal pertumbuhan sel. Dalam sel-sel kanker,
sistem regulasi ini bermutasi, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
Untuk mampu melakukan koordinasi dengan sel yang lain, sel akan
melakukan komunikasi. Komunikasi antar sel ini dapat dilakukan karena adanya
sinyal transduksi. Sel mampu menerima sinyal dari luar berupa sinyal kimia, sinyal
elektromagnetik maupun sinyal mekanik. Sinyal yang dihasilkan selama komunikasi
antar sel harus diterima dan diproses di sel target untuk memicu banyak reaksi
biokimia intraseluler yang mendasari berbagai fungsi fisiologis dari suatu organisme.
Biasanya, banyak langkah yang terlibat dalam pengolahan sinyal dalam sel, yang
secara luas digambarkan sebagai sinyal transduksi. Sinyal intraseluler dalam sel target
harus dikoordinasikan, diperbaiki dan disalurkan oleh jaringan dalam jalur sinyal
intraseluler yang akhirnya memicu reaksi biokimia berbeda sehingga akan
menentukan fungsi-fungsi khusus dari sel. Mekanisme yang terjadi baik pada sinyal
antar sel maupun sinyal intraseluler telah diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan koordinasi selular dalam fungsi perkembangan dan jaringan spesifik.

8
Pembentukan dan pemeliharaan jaringan organisme multiseluler bergantung
pada regulasi terkoordinasi dari jumlah sel, morfologi sel, lokasi sel, dan ekspresi
fungsi yang berbeda. Hasil koordinasi tersebut dari jaringan komunikasi yang
kompleks antar sel di mana sinyal yang dihasilkan mempengaruhi sel target di mana
mereka ditransduksi menjadi reaksi biokimia intraseluler yang menentukan fungsi
fisiologis sel target (Gambar 3). Dasar untuk koordinasi fungsi fisiologis dalam
organisme multiseluler adalah pensinyalan antar sel (atau komunikasi antar sel),
yang memungkinkan satu sel mempengaruhi perilaku sel lain dengan cara tertentu.
Sinyal yang dihasilkan selama komunikasi antar sel harus diterima dan
diproses dalam sel target untuk memicu banyak reaksi biokimia intraseluler yang
mendasari berbagai fungsi fisiologis suatu organisme. Biasanya, sejumlah besar
langkah terlibat dalam pemrosesan sinyal di dalam sel, yang secara luas dijelaskan
sebagai pensinyalan intraseluler. Transduksi sinyal dalam sel target harus
dikoordinasikan dengan baik, dan disalurkan
7 dalam jaringan jalur pensinyalan
intraseluler yang akhirnya memicu reaksi biokimia yang berbeda dan dengan
demikian menentukan fungsi spesifik sebuah sel. Yang penting, baik pensinyalan
antar sel dan intraseluler mengikuti mekanisme pengaturan yang memungkinkan
koordinasi fungsi seluler dalam cara perkembangan dan jaringan tertentu.

9
Gambar 3. Pensinyalan antar sel dan intraseluler. Metode utama komunikasi antar
sel menggunakan zat pembawa pesan (hormon) yang disekresikan oleh
sel penghasil sinyal dan diterima oleh sel target. Sinyal ekstraseluler
ditransduksi menjadi rantai pensinyalan intraseluler yang mengontrol
banyak aktivitas biokimia sel dan juga dapat memicu pembentukan sinyal
ekstraseluler lebih lanjut. (Krauss, 2008)

2.2.1 Komponen Sinyal Sel


1. Ligan atau Sinyal
Bahan kimia yang mengikat reseptor disebut ligan. Sel terutama merespons
rangsangan mekanis (mekanotransduksi), listrik (elektrotransduksi), atau kimiawi
(kemotransduksi). Dalam biologi, sebagian besar sinyal bersifat kimiawi. Misalnya,
sel prokariotik memiliki sensor yang mendeteksi nutrisi dan memediasi
mekanotransduksi menuju gradien nutrisi yang lebih tinggi. Demikian pula, sel
eukariotik juga memiliki cara untuk menanggapi sinyal seperti faktor pertumbuhan,
hormon, sitokin, neurotransmiter, komponen matriks ekstraseluler, dll.
Ada berbagai jenis sinyal, yang dapat dicirikan sebagai endokrin (komunikasi
jarak jauh), parakrin. (jarak pendek / terlokalisasi), juxtacrine (pensinyalan yang

10
bergantung pada kontak), autokrin (bekerja pada sel yang sama yang menghasilkan
faktor), dan yang dimediasi neuron-neurotransmitter (memberi sinyal pada sinaptik
junction).
Sifat kimiawi ligan beragam termasuk molekul kecil seperti lipid (misalnya,
prostaglandin, steroid), protein (misalnya, hormon peptida, sitokin, dan kemokin,
faktor pertumbuhan), polimer kompleks gula (misalnya, β-glukan dan zymosan ), dan
kombinasinya (misalnya, proteoglikan), asam nukleat, dll. Ligan peptida bersifat
polar dan mengikat reseptor permukaan sel sementara steroid yang bersifat lipofilik
berdifusi secara pasif melintasi membran sel. Begitu berada di dalam sitosol
hidrofilik, protein pembawa membantu steroid ke reseptor sel. Demikian pula, oksida
nitrat, karena ukurannya yang kecil, berdifusi melintasi membran plasma dan
mengaktifkan jalur yang mengatur vasodilatasi. Gambaran dari berbagai mode
respons seluler yang didorong oleh banyak kaskade pensinyalan digambarkan pada
Gambar 4.
Berbagai jenis bahan kimia dapat berfungsi sebagai pembawa pesan yang
dapat membawa sinyal dari satu sel ke sel lainnya. Bahan kimia ini dapat dibagi
menjadi 4 kategori besar:
 Hormon adalah bahan kimia pemberi sinyal yang digunakan oleh sistem
endo

11
 krin (efek jauh).
 Neurotransmitter adalah bahan kimia pemberi sinyal yang digunakan oleh
sistem saraf. Mereka biasanya bekerja dalam sinaps antara 2 sel saraf atau
antara ujung saraf dan beberapa sel lain (misalnya, otot atau kelenjar).
 Sitokin memberi sinyal protein dari sistem kekebalan. Biasanya, mereka
memiliki efek parakrin (efek lokal).
 Eikosanoid diproduksi oleh oksidasi asam lemak tak jenuh ganda, seperti
asam arakidonat. Mereka dapat memiliki efek autokrin, parakrin, atau
endokrin.

12
Gambar 4. Sinyal seluler mengontrol berbagai aspek bentuk kehidupan multiseluler. Tidak
hanya proses biologis utama seperti pembelahan sel, diferensiasi, pertumbuhan,
dan transisi siklus sel, tetapi juga fungsi khusus sel seperti neurotransmisi,
pathogen-sensing, fagositosis, dan presentasi antigen dikendalikan oleh jalur
sinyal spesifik. Proses autofagi dan siklus daur ulang nutrisi adalah beberapa jalur
tambahan yang dipicu oleh isyarat sinyal definitif.

2. Reseptor
Agar mampu merespon perubahan lingkungan, sel harus menerima dan
memproses sinyal yang berasal dari luar melalui reseptor. Prinsip-prinsip penerimaan
sinyal secara umum adalah adanya reseptor yaitu sel-sel yang memiliki protein yang

13
mengikat molekul-molekul sinyal dan menginisiasi respon sel. Reseptor pada
umumnya merupakan protein transmembran, yang berikatan dengan sinyal dan
selanjutnya mentransmisi sinyal melalui serangkaian proses molekular menjadi jalur
sinyal internal. Setiap tipe sel memiliki reseptor yang berbeda, tiap-tiap reseptor
bersifat spesifik terhadap molekul tertentu. Protein reseptor telah menerima sinyal
mengalami perubahan konformasi, yang akan memulai serangkaian reaksi biokimia
dalam sel. Aktivasi reseptor dapat memicu sintesis molekul-molekul kecil yang
disebut second messenger, yang menginisiasi dan mengkoordinir jalur sinyal
intraseluler. (Gambar 5)

Gambar 5. Gambaran holistik dari berbagai reseptor permukaan sel dan intraseluler,
(Catatan — Reseptor dan struktur protein diadaptasi dari PDB-http: // pdb101)

14
Respons pertama memicu jaringan kompleks sinyal yang menyampaikan
sinyal ekstraseluler ke dalam sel, yang menimbulkan pada pemrograman ulang
berbagai proses biokimia, genetik, dan struktural. Sinyal seluler dimulai segera
setelah pembawa pesan pertama (ligan) berikatan dengan reseptornya-protein dengan
struktur komplementer pada protein transmembran atau di dalam sel.
Pengikatan ligan menginduksi perubahan pada reseptor dan mengaktifkan
rangkaian reaksi baik yang dilakukan oleh pembawa pesan kedua atau perantara
sinyal yang mentransduksi pesan dari reseptor ke fungsi efektor. Dengan demikian,
sinyal sel adalah penggerak penting dalam sistem respon seluler.
Terjadinya proses pensinyalan sel membutuhkan reseptor sebagai penerima
sel dari lingkungan luar. Reseptor terbagi menjadi dua yaitu reseptor permukaan sel
dan reseptor intraseluler.
a. Reseptor permukaan sel memiliki ciri dimana molekul-molekul sinyal dapat
berupa hormon peptida, catechol-amines, insulin, faktor-faktor tumbuh, cytokines,
dll. Proses pengikatan sinyal ke reseptor dan kejadian berikutnya, memacu naik
atau turunnya konsentrasi second messenger dalam sitosol, disisi lain mampu
mengaktifkan dan mengikat reseptor bertindak sebagai tangga untuk menerima
dan mengaktifkan protein intraseluler lainnya. Reseptor permukaan sel dapat
dikategorikan menjadi reseptor berpasangan G-protein (GPCR), reseptor
ionotropik, dan reseptor tirosin kinase.
Sebagian besar molekul sinyal bersifat hidrofilik dan oleh karena itu tidak dapat
melintasi membran plasma sel target secara langsung; sebaliknya, mereka
mengikat reseptor permukaan sel, yang pada gilirannya menghasilkan sinyal di
dalam sel target (Gambar 6).

15
Gambar 6. Reseptor permukaan sel (Johnsom, 2014)

Reseptor permukaan sel memiliki tiga tipe yaitu, 1) Ion channel-linked


receptors, sinyal molekul berupa Ionotropic, 2) Trans membrane
receptors atau g-protein-coupled receptors, sinyal molekul berupa metabotropic,
3) Receptors protein kinases or bind kinases atau enzyme-linked receptors, sinyal
molekul berupa protein kinases, Neurotrophin-R.

1. Ion Channel-Linked Receptors


Beberapa ion channel merespon sinyal kimia (ligand) dan stimulus non-
kimiawi dalam beberapa cara, termasuk perubahan muatan listrik atau
gangguan mekanik membran sel. Ligand-gated ion channels penting
untuk synaptic transmission dan bentuk lainnya dari fenomena pensinyalan
sel ke sel ketika molekul sinyal berikatan dengan
12 ion channel pada permukaan
luar sel, akan memacu perubahan konformasi protein dan membuka channel,
yang memungkinkan ion-ion bergerak ke dalam atau ke luar sel melalui
gradien elektriknya dan mengubah polarisasi membran sel. (Gambar 7)

16
Gambar 7. Ion-channel coupled receptors (disebut juga transmitter-gated ion
channels). (Johnsom, 2014)

Channels ini mempunyai domain ligand-binding pada permukaan


intraselulernya yang berinteraksi dengan second messengers seperti
Ca2+ dan cyclic nucleotides cAMP dan cGMP. Fungsi utama channels ini adalah
untuk membalikkan sinyal kimia intraseluler menjadi informasi elektrik. Proses
ini penting terutama pada sensory transduction, dimana channels yang dibuka
oleh cyclic nucleotides membalikkan bau dan cahaya menjadi  sinyal elektrik.

2. G-protein-coupled receptors
G-proteins, merupakan protein transmembran dengan 7 motif struktur, yang
bertindak sebagai pengubah molekular. G-proteins mengendalikan banyak
proses biologis. Karakteristik G-proteins (Gambar 8)
a) G-protein adalah suatu protein trimeri alpa, beta dan gamma yang
berikatan dengan nukleotida guanin.
b) Fungsinya untuk berpasangan dengan reseptor membran integral
terhadap membrane-bound enzymes target.
c) G-protein dapat menjadi pengubah pproses molekuler karena
αβγGDP (inactive) –>αGTP (active) + βγ
d) Subunit α yang telah terdissosiasi akan mengekpresikan aktivitas GTPase.
Dan GTPγS menghalangi aktivitas GTPase dari αGTP.

17
Dalam mekanisme reseptor yang diperantarai oleh G-protein biasanya
terdapat beberapa second messenger yang terlibat seperti cAMP, Ca2+ dan
fosfolipase C.
a. cAMP merupakan molekul sinyal intraseluler yang berperan sebagai
mediator sinyal molekul yang larut dalam air, membawa sinyal dari
membran dalam   sitoplasma ke inti sel atau bagian lain di dalam sel.
cAMP cepat di sintesis dan di degradasi. Biasanya sinyal molekul yang
diperantarai oleh cAMP berupa hormon tertentu seperti adrenalin,
glukagon, parathormon dan sebagainya.
Adenil siklase, merupakan suatu enzim yang berperan dalam mengubah
energi (ATP) menjadi cAMP, cAMP dapat mengaktifkan protein kinase
A(PKA), yang dapat memfosforiliasi CREB ( binding protein of cAMP-
respons element ) dan menginisiasi transkripsi gen. PKA (protein kinase
A) aktif, sehingga mampu mengaktifkan protein pengatur transkripsi gen,
sehingga terjadi transkripsi gen tertentu dan memfosforilasi glykogen
menjadi glukosa. cAMP akan memfosforilasi substrat tertentu, tergantung
tipe selnya, sehingga setiap sel mempunyai respon yang berbeda. Contoh:
Adrenalin, di jantung menyebabkan peningkatan frekuensi & kontraksi otot
jantung,    di otot muskel, menyebabkan pemecahan glikogen dan di
jaringan lemak menyebabkan pemecahan lemak.
b. Fosfolipase C, akan merubah Inositolfosfolipid menjadi beberapa bentuk
yaitu
1) Inositol trifosfat (IP3), berfungsi membuka kanal Ca2+ pada membran
Retikulum Endoplasma (RE), sehingga terjadi peningkatan konsentrasi
ion Ca2+ di sitoplasma.
2) Diacylglycerin (DAG), akan megaktifasi protein kinase C (PKC) untuk
variasi respon.

18
Gambar 8. G-protein-coupled receptors. (Johnsom, 2014)

3. Enzyme-linked receptors
Receptor mempenetrasi membran plasma dan memiliki aktivitas
enzimatis atau terkait enzim. Memiliki dua jalur reseptor yaitu Receptor tyrosine
kinase mediated pathway dan Receptor serine/threonine kinase mediated
pathway. (Gambar 9)
a) Receptor tyrosine kinase mediated pathway, Receptor tyrosine kinases adalah
suatu kelompok protein transmenbran yang bekerja sebagai reseptor untuk
cytokines, factor pertumbuhan, hormon dan sinyal molekul lainnya. Receptor
tyrosine kinases diekspresikan pada beberapa tipe sel dan memainkan
peranan penting dalam banyak proses sel, termasuk pertumbuhan dan
diferensiasi.
Protein lainnya berinteraksi dengan receptor tyrosine kinase yang telah aktif
bertindak sebagai protein adaptor dan tidak memiliki aktivitas enzimatis.
Receptor tyrosine kinases memainkan peranan kritis dalam perkembangan
dan kemajuan beberapa tipe kanker. Inhibisi receptor tyrosine kinases
menjadi strategi yang efektif dalam terapi kanker.
b) Receptor serine/threonine kinase mediated pathway. Reseptor tipe I dan tipe
II for TGF (beta) dalam sel mengawali pelekatan faktor tumbuh. Pelekatan
faktor tumbuh menghasilkan pengabungan reseptor tipe I dan tipe II, dan
terjadi  fosforiliasi reseptor tipe I oleh reseptor tipe II. Reseptor tipe I yang

19
telah aktif kemudian memfosforilasi receptor-mediated Smads. Smad tersebut
kemudian berikatan dengan Smad yang lain (co-Smads), dan bersama-sama
masuk ke dalam inti.

Gambar 9. enzyme-coupled receptors.(Johnsom, 2014)

b. Reseptor intraseluler ditandai dengan molekul-molekul sinyal berupa reseptor


nuklear misalnya hormon reseptor androgen, reseptor estrogen, reseptor
glukokortikoid, reseptor progesteron, reseptor tiroid reseptor asam retinoat,
steroid, retinoid, tiroskin, dll; reseptor sitoplasma, atau reseptor organel seperti di
mitokondria, retikulum endoplasma (ER), dan badan golgi (kompartemen
subseluler) yang mengikat molekul lipofilik kecil, yang melintasi membran
plasma. Kompleks receptor-hormon bertindak sebagai faktor transkripsi untuk
mengubah transkripsi gen tertentu. Ada yang disebut signal transduction cascades,
memperbanyak pesan secara khas, menghasilkan sinyal intraseluler untuk setiap
reseptor yang telah terikat. (Gambar 10)
Reseptor intraseluler terjadi melalui tahapan:
1. Berdifusi melalui membran,
2. Mengikat dan mengaktifkan reseptor intraseluler.
3.Steroid-Receptor complex berikatan ke DNA receptor protein,
4. Mengaktifkan gen.
5. Gen ditranskrip menjadi  mRNA,
6. mRNA menuju ribosom,

20
7. mRNA ditranslet menjadi protein.

Beberapa molekul sinyal kecil berdifusi melintasi membran plasma dan


mengikat protein reseptor di dalam sel target — baik di dalam sitosol atau di
nukleus. Banyak dari molekul sinyal kecil ini bersifat hidrofobik dan sulit larut
dalam larutan air; oleh karena itu mereka diangkut dalam aliran darah dan cairan
ekstraseluler lainnya yang terikat pada protein pembawa, dari situ mereka
berdisosiasi sebelum memasuki sel target.
16

Gambar 10. Reseptor intraseluler (Johnsom, 2014)

Struktur dasar dari reseptor nuklear adalah Hormon-binding domain, DNA-


binding domain, dan transcription-activating domain. Transduksi sinyal
intraseluler adalah sistem di mana molekul sinyal mengikat reseptor pada
permukaan sel, memicu sinyal dalam sel. Dalam transduksi sinyal intraseluler,
informasi tertransduksi terutama oleh fosforilasi protein, protein G dan second
messenger. Yang paling penting di antara mekanisme transduksi sinyal intraseluler
adalah fosforilasi rantai samping tirosin, serin dan treonin dalam protein.
Fosforilasi adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengubah struktur
protein karena ukuran besar dan muatan negatif dari kelompok fosfat; untuk alasan
yang sama, itu juga efektif sebagai penanda pengakuan untuk protein lainnya.

21
Enzim yang melakukan fosforilasi disebut protein kinase dan memiliki banyak
jenis lainnya.
Dalam transduksi sinyal, reaksi yang menghilangkan gugus fosfat disebut
defosforilasi, dan enzim yang melakukan hal itu disebut protein fosfatase.
Berlangsungnya proses transduksi sinyal oleh fosforilasi, protein kinase perlu
diaktifkan, Pertama, reseptor sendiri mungkin memiliki aktivitas kinase. Dalam
kasus tersebut, reseptor pada permukaan membran plasma menjadi terikat dengan
molekul sinyal (yaitu utusan pertama) dan bentuk dimer, sehingga mengaktifkan
domain kinase protein reseptor dalam sel. Sebuah kinase juga dapat mengikat
dengan utusan kedua (second messenger) yang terletak di dalam sel dan menjadi
aktif. Kinase dalam sitoplasma juga dapat diaktifkan. A-kinase, yang diaktifkan
oleh cAMP (utusan kedua), biasanya dinonaktifkan ketika mengikat protein
penghambatan A-kinase. Ketika cAMP mengikat protein yang sama, kinase dan
inhibitor yang terpisah satu sama lain, sehingga mengaktifkan A-kinase dan
dengan demikian fosforilasi protein sasaran, sehingga protein kinase diaktifkan
dalam sel dan menyebabkan reaksi berantai.

2.2.2 Bentuk komunikasi sel


1. Kontak langsung
Saluran Water-filled yang menghubungkan sitoplasma dua sel disebut gap
junctions (Gambar 11dan 12). Dengan adanya gap junctions ini, terdapat
kemungkinan menahan semua sel pada jaringan dan memberikan molekul pemberi
sinyal seperti ion, asam amino atau cAMP. Menerima sinyal oleh satu sel
memungkinkan sel lain untuk mengoordinasikan respons mereka.

22
Gambar 11. Skema sinyal melintasi gap junctions. Sel menargetkan sel yang dihubungkan
oleh gap junction (Bartosik dan Kulbacka, 2018)

Gambar 12. Skema model: a) sebagai sekelompok saluran antara 2 sel, dipisahkan oleh celah
2 -3nm; b) membran memiliki hemichannels connexon, dibangun dari subunit
connexin c) setiap subunit memiliki 4 heliks transmembran. (Bartosik dan
Kulbacka, 2018)

2. Sinyal autocrine
Sel mengirim serta menerima sinyal. Ligan mengikat reseptor pada sel yang sama
(Gambar 13).

Gambar 13. Skema sinyal Autocrine. Sel menargetkan sel itu sendiri (Bartosik dan
Kulbacka, 2018)

23
3. Sinyal endokrin.
Sinyal dihasilkan oleh sel khusus dan ditransmisikan jarak jauh menggunakan
aliran darah ke sel lain (Gambar14 ).

Gambar 14. Skema sinyal Endokrin. Sel menargetkan sel yang jauh melalui pembuluh darah
(Bartosik dan Kulbacka, 2018)

4. Sinyal parakrin.
Pada tipe jenis sinyal ini sel sering berdekatan satu sama lain. Memungkinkan
untuk berkomunikasi dalam jarak pendek (Gambar 15). Kita bisa mengamatinya
pada jaringan yang berbeda. Sinyal sinaptik antara sel saraf adalah contoh khusus,
di mana impuls listrik melewati sel untuk bersinaps dan menyebabkan pelepasan
ligan. (Gambar 16).

Gambar 15 . Skema sinyal parakrin. Sel target merupakan sel terdekat (Bartosik dan
Kulbacka, 2018)

Gambar 16. Skema sinyal sinaptik. (Bartosik dan Kulbacka, 2018)

24
2.2.3 Tahapan komunikasi sel
Tahapan komunikasi sel terjadi melalui tiga proses utama yaitu reception
(penerimaan), transduksi dan respon. (Gambar 17)

Gambar 17. Tahapan komunikasi sel (https://alponsin.wordpress.com/2019/01/02/tranduksi-


sinyal/)

1) Reception :
Sel target yang mendeteksi datangnya sinyal molekul dari bagian luar sel.
Sebuah sinyal kimia akan terdeteksi ketika sinyal molekul melekat pada protein
reseptor yang terletak di permukaan sel ataupun bagian dalam sel.
2) Transduksi :
Pengikatan sinyal molekul akan mengubah protein reseptor dengan beberapa
cara, dan akan menginisiasi proses transduksi. Pada tahap transduksi, molekul
sinyal akan diubah ke bentuk spesifik yang dapat dikenali atau dibawa ke respon
seluler. Salah satu contoh adalah dalam sistem Sutherland, molekul sinyal
epinephrine akan melekat pada protein reseptor dalam membran plasma sel liver
sehingga menyebabkan enzim glikogen phosporilase aktif. Proses transduksi
terkadang terjadi dalam tahapan yang sederhana, tetapi lebih sering
membutuhkan sekuens tertentu untuk diubah kedalam tipe atau molekul yang

25
berbeda. Molekul yang berperan dalam jalur transduksi disebut
sebagai relay molecules (molekul penyampai).
Tranduksi sinyal merupakan proses perubahan bentuk sinyal yang berurutan,
dari sinyal ekstraseluler sampai respon dalam komunikasi antar sel. Transduksi
sinyal berfungsi untuk berlangsungnya komunikasi antar sel. Langkah sinyal
intraseluler dimulai dari pemicu menginduksi pelepasan sinyal yang disimpan
atau merangsang biosintesis, kemudian dilanjutkan dengan transportasi untuk
menargetkan sel, terjadi penerimaan sinyal oleh sel target dan terjadi konversi
sinyal dalam rantai sinyal intraseluler dalam sel target. Hasil komunikasi antara
sinyal dan sel penerima adalah reaksi biokimia yang didefinisikan dalam sel
target.
Ada Empat Tahap Jalur Transduksi Sinyal yaitu
i. Stimulus Berikatan Dengan Suatu Reseptor Yang Tidak Aktif,
ii. Stimulus Mengaktifkan Reseptor, Stimulus Sering Beberapa Ligan Kimia
Yang Mengikat Reseptor,
iii. Reseptor Aktif Mentransduksi Stimulus Menjadi Sinyal Kimia Ke Dalam
Sel, Biasanya Mengubah Suatu Perubahan Dalam Konsentrasi Molekul
Mesenger Kecil Atau Perubahan Dalam Aktivitas Protein Mesenger. Tahap
Transduksi Ini Membalikkan Suatu Tipe Sinyal (Stimulus) Menjadi Sinyal
Lainnya (Mesenger) Dan Biasanya Memperbanyak Sinyal,
iv. Mesenger Kimia Intraseluler Bekerja Atas Sistem  Efektor Untuk Mengubah
Tingkah Laku Sel.

3) Respon : proses transduksi sinyal akhirnya memicu respon seluler spesifik.


Respon tersebut dapat berupa aktifitas seluler seperti katalisis oleh enzim
(contohnya glikogen phosporilase), penyusunan kembali sitoskeleton atau
aktivasi gen spesifik pada nukleus. Proses pensinyalan sel membantu untuk
memastikan aktivitas penting dalam sel bekerja seperti seharusnya.

26
2.3 Mekanisme Pompa Natrium-Kalium (Na+- K+)
Pompa Na, K sangat penting untuk semua sel mamalia. Saat istirahat, ia
membutuhkan 20-30% produksi ATP  (adenosine triphosphate) untuk secara aktif
mengangkut Na+ keluar sel dan K+ ke dalam sel. Na dan K diperlukan untuk
mempertahankan membran potensial, volume sel dan transpor aktif sekunder zat
terlarut lainnya, misalnya, proses transpor transeluler di usus, kelenjar, dan ginjal.
Pompa Na + K+ adalah ATPase transmembran elektrogenik yang pertama kali
ditemukan pada tahun 1957 dan terletak di membran plasma luar sel; di sisi sitosol.
Na+ K+ ATPase memompa 3 Na+ keluar dari sel dan 2K+ ke dalam sel, untuk setiap
ATP yang digunakan. Membran plasma merupakan lapisan ganda lipid yang tersusun
asimetris, mengandung kolesterol, fosfolipid, glikolipid, sfingolipid, dan protein di
dalam membran. Pompa Na+ K+ ATPase membantu menjaga keseimbangan osmotik
dan potensial membran dalam sel.
Menurut Kimball (1993), transpor aktif (active transport) adalah gerakan ion
dan molekul melawan suatu gradien konsentrasi. Disebut aktif karena sel-sel harus
mempergunakan energi transportasi melawan daya difusi yang pasif. Transpor zat
cara ini disebut aktif, karena membutuhkan energi dalam bentuk ATP. Elektrolit, gula
dan asam amino, selain secara difusi juga ditanspor secara aktif.
Transpor aktif melawan gradien konsontrasi suatu zat. Berarti zat itu
merembes dari ruang yang mengandung zat yang berkonsentrasi rendah ke ruang
yang berkonsentasi tinggi. Jadi melawan proses alamiah, dan hanya dimiliki oleh sel
hidup. Gradien konsentrasi berkelanjutan sangat penting untuk proses fisiologis di
banyak organ dan memiliki peran berkelanjutan dalam menstabilkan potensial
membran sel, regulasi volume sel dan dalam transduksi sinyal sel. Hal Ini memainkan
peran penting pada proses fisiologis lainnya, seperti pemeliharaan produk limbah
penyaringan di nefron (ginjal), motilitas sperma, dan produksi potensial aksi saraf.
Perembesan zat ke dalam sel secara transpor aktif disebut absorpsi. Karena
transpor aktif membutuhkan energi berupa ATP maka prosesnya selalu bergandengan

27
dengan pernafasan sel. Karena itu transpor aktif zat dapat diganggu kalau sel
diganggu atau dihambat.
lon yang dipompakan pada transpor aktif adalah Na+, K+ dan Cl-. Difusi
natrium kedalam sel ditransportasi keluar secara aktif oleh membran sel. Pengeluaran
ion bermuatan positif dalam hal ini diimbangi oleh pengambilan muatan yang
seimbang dalam pengambilan ion-ion kalium ke dalam sel. Konsentrasi kalium
dipertahankan pada tingkat tinggi didalam sel dan terdapat kecenderungan kalium
urtuk berdifusi keluar gradien konsentrasi yang rendah.
Menurut Kimball (1993), Na+ berkonsentrasi tinggi di ruang eksternal,
disamping Cl-. Sedangkan K+ berkonsentrasi tinggi didalam sel (intrasel)
perimbangan ini harus terus dijaga agar sel hidup normal. Karena Na+ berkonsentrasi
lebih tinggi di luar sel maka ion selalu mengalami difusi kedalam. Difusi ini sedikit
saja karena di luar membran sel bermuatan positif. Namun difusi yang terus menerus
ini berakibat tertimbunnya Na+ dalam sel. Hal ini harus dicegah. Maka Na+ dipompa
keluar, melawan gradien konsentrasinya sendiri, dan membutuhkan energi. K+ pun,
selalu berdifusi keluar sel, karena konsentrasinya lebih tinggi didalam sel. Difusi K+
lebih mudah daripada Na+, karena di dalam membran bermuatan negatif difusi yang
terus menerus akan mengakibatkan turunnya konsentrasi K+ dalam sel. Untuk
menambah konsentrasi K+ perlu dilakukan pemompaan dari luar, yang juga melawan
gradien konsentasi.
Ternyata waktu Na+ dipompa keluar sel, ion ini terikat protein pembawa
(carrier). Ketika Na+ tiba disebelah luar membran, protein pembawanya itu mengikat
sekaligus K+ bersama gula dan asam amino. Ion dan kedua metabolit itu nanti akan
dilepaskan lagi disebelah dalam membran. Selanjutnya Na+ akan diikat lagi dan tiba
disebelah luar untuk dilepaskan, lalu mengikat K+ dan metabolit tadi lagi dan tiba di
sebelah dalam membran untuk dilepaskan lagi. Demikian terus menerus dialami sel
hidup.
Transpor aktif mempunyai 3 fungsi utama dalam sel dan organel yaitu:

28
1. Memungkinkan pengambilan molekul-molekul bahan bakar dan nutrien-
nutrien esensial lainnya dari lingkungan atau cairan sekeliling, sekalipun
apabila konsenaasi nutrien tersebut di lingkungan sangat rendah.
2. Menyediakan bermacam-macam substansi, seperti hasil-hasil buangan,
bahan-bahan buangan dan juga ion-ion natrium, dilepaskan dari sel atau
organel, meskipun konsentrasi di luar lebih besar dari pada di dalam.
3. Memungkinkan sel tetap konstan, konsentrasi ion-ion organik internal
optimal, terutama ion-ion natrium, kalsium dan hidrogen.

Satu gambaran karakteristik kebanyakan sel adalah tingkat ion kalium yang
tinggi di intraseluler dan tingkat ion natrium yang rendah pada intraselular. Gambaran
ini penting bagi keberadaan sel, karena kalium disediakan untuk sejumlah proses vital
sel (seperti fungsi ribosom dan aktivitas bermacam-macam enzim) dan natrium sering
menghambat beberapa fungsi tersebut. Akibatnya gradien ion natrium dan kalium
adalah penting untuk transmisi rangsangan syaraf dan mengendalikan kekuatan untuk
kotranspor.
Gerakan pompa ini mengakibatkan sel kehilangan muatan positif, menjadi
lebih negatif, mengakibatkan hiperpolarisasi potensial membran sel. Akibatnya,
pompa Na+/K+ disebut elektrogenik, berkontribusi pada keadaan istirahat membran
potensial di semua sel, termasuk otot lurik, otot jantung, otot vaskular, otot enterik,
saliva dan kelenjar serta neuron lainnya. Perbedaan konsentrasi kation monovalen
yang dibuat oleh enzim ini dikaitkan dengan reaksi kunci sel hidup, yaitu
pembentukan eksitasi, regulasi osmotik sel / volume sel, homeostasis ionik, regulasi
siklus sel, dan regulasi metabolisme sel.
Na + / K + -ATPase dapat dianggap sebagai
23 enzim, ATPase, atau pengangkut
ion, Na + -pump, tetapi ini adalah dua aspek dari fungsi yang sama. Pompa Na+/K+
terdiri dari tiga subunit, yaitu, α, β dan γ . (Gambar 18)

29
Gambar 18. Diagram yang menunjukkan keluarnya 3 Na + dari sel sementara 2 K + memasuki
sel karena aktivasi enzim Na +/K+-ATPase. Hal ini menyebabkan peningkatan
konsentrasi K + intraseluler dan penurunan konsentrasi Na + intraseluler relatif
terhadap cairan interstisial. (Pivovarov et al 2019)

Subunit α katalitik besar, protein ~ 110 kDa, bertanggung jawab atas aktivitas
transpor enzim dan memiliki tempat pengikatan ATP dan tempat fosforilasi. Domain
ekstraseluler dan daerah transisi memiliki tempat pengikatan untuk glikosida jantung
(Gambar), penghambat spesifik Na+ /K+-ATPase.
Subunit β domain transmembran tunggal regulasi, protein ~ 55 kDa, adalah
protein transmembran yang sangat terglikosilasi yang meningkatkan efisiensi
translasi dan stabilitas subunit α. Pada mamalia, ada tiga subunit α dan dua β dengan
α3 dan β2 diekspresikan terutama di neuron dan α2 dan β1 diekspresikan terutama di
glia. α1 diekspresikan di mana-mana. Subunit α dan β bergabung untuk membentuk
fungsional Na+ /K+-ATPase, tetapi ada juga contoh subunit yang ada sendiri.
Subunit γ, lebih spesifik jaringan dan memodifikasi afnitas Na+, K+, dan ATP,
kinetika pompa dan transportasi serta selanjutnya menstabilkan Na+ /K+-ATPase.
Subunit α dan β termasuk dalam superfamili besar ATPase transmembran, disebut
tipe-P karena memiliki perantara terfosforilasi selama siklus reaksi. (Gambar 19)

30
Gambar 19. Struktur Kanal Ion Natrium (Pardede dan Zuhrotun, 2018)

Tingkat kalium selalu dipertahankan sekitar 100 -150 mM di dalam sel,


sedangkan di luar tingkat kalium umumnya lebih rendah dan kemungkinan sangat
berfluktuasi. Sebaliknya, konsentrasi natrium di intaseluler selalu sangat rendah dari
pada medium sekelilingnya Pompa kalium di dalam dan pompa natrium di dalam,
keduanya rnerupakan proses yang memerlukan energy. Sedangkan menurut Albert
dkk (1994) konsentrasi K+ adalah l0-20 kali lebih besar didalam sel dibandingkan di
luar sel, sedangkan kebalikannya adalah Na+. Perbedaan konsentrasi ini
dipertahankan dengan suatu pompa Na+- K+ yang ditemukan dalam membran plasma
semua sel hewan.
Pompa natium-kalium adalah suatu protein, dengan dua bentuk pilihan yang
sesuai, yaitu E1 dan E2. E1 diartikan sebagai membuka bagian dalam sel dan memiliki
daya tarik yang tinggi terhadap ion-ion natrium, sedangkan E2 dipandang sebagai
membuka bagian luar, dengan tarik yang tinggi terhadap ion-ion kalium. E1 adalah
bentuk penyesuaian enzim dengan membukanya saluran bagian dalam. E2 adalah
bentuk penyesuaian dengan membukanya saluran bagian luar. Pada bagian lain,
Albert dkk (1994) menjelaskan suatu model sistematik dari siklus pemompaan Na+ -
K+ - ATPase sebagai berikut :
1. Binding Na+

31
2. Berikutnya fosforilasi oleh ATP pada permukaan sitoplasma pada ATPase
3. Menyebabkan protein mengalami suatu perubahan penyesuaian yang
mentransfer Na+ melintasi membran dan melepaskannya pada bagian luar.
4. Kemudian binding K+ pada permukaan ekstraseluler
5. Diikuti defosforilasi mengembalikan protein pada penyesuaian aslinya
6. Yang mentransfer K+ melintasi membran dan melepaskannya di dalam sitosol.
Dalam mekanisme ini Na+-K+- ATPase bekerja sebagai pompa Na+-K+, dalam
membran yang utuh memompakan 3 ion Na+ keluar dan ion K+ ke dalam. Pada
prinsipnya aktivitas ini adalah untuk mempertahankan hidup. Aktivitas pompa ini
merupakan bagian integral dari membran yang berfungsi untuk mempertahankan
gradien konsentrasi ion-ion Na+ dan K+ pada ekstra dan intra seluler. Sebagaimana
diketahui bahwa mekanisme ini memerlukan energi dalam bentuk ATP karena
pergerakan ion tersebut merupakan pergerakan yang melawan gradien konsentrasi ion
tersebut, untuk pengangkutan 3 ion Na+ dan 2 ion K+ diperlukan hidrolisis 1 ATP
yang ekivalen dengan konsumsi energi sekitar 7.2 kkal. Pada percobaan in vitro pada
mamalia ternyata kebutuhan energi pompa adalah 3% pada energi basal.

2.4 Pengaruh Obat Narkoba Pada Komunikasi Sel


Bagaimana obat menyebabkan efeknya pada otak dan perilaku? Obat-obatan
akan mengganggu transmisi saraf. Lebih khusus lagi, penyalahgunaan obat
menghasilkan perasaan senang dengan mengubah transmisi saraf oleh neuron dalam
reward system (bagian dari sistem limbic) yang melepaskan neurotransmitter
dopamin. Jadi, penyalahgunaan obat mengubah komunikasi antara neuron yang
dimediasi oleh dopamin. Karena sinapsis sangat kompleks, terdapat berbagai tempat
di mana obat dapat mempengaruhi transmisi sinaptik. Salah satu cara untuk
mempengaruhi transmisi sinaptik adalah dengan meningkatkan jumlah
neurotransmitter yang dilepaskan ke ruang sinaptik. Obat-obatan seperti alkohol,
heroin, dan nikotin secara tidak langsung merangsang neuron yang mengandung

32
dopamin di area ventral tegmental (VTA) sehingga menghasilkan lebih banyak
potensi aksi. Saat jumlah potensi aksi meningkat, begitu pula jumlah dopamin yang
dilepaskan sinapsis. Amfetamin (misalnya, metamfetamin, kristal, engkol)
sebenarnya menyebabkan pelepasan dopamin dari vesikula. Ini tidak tergantung pada
tingkat potensial aksi dan, tergantung pada dosis, dapat menyebabkan peningkatan
kadar dopamin ekstraseluler yang relatif cepat dan berkepanjangan.

Gambar 20 Metamfetamin mengubah transmisi saraf dopamin dalam dua cara.


Metamfetamin memasuki neuron dengan melewati membran sel saraf secara
langsung. Metamfetamin dibawa ke terminal sel saraf oleh molekul transporter
yang biasanya membawa dopamin atau norepinefrin. Di terminal saraf,
metamfetamin memasuki vesikel yang mengandung dopamin atau norepinefrin
dan menyebabkan pelepasan neurotransmitter. Metamfetamin juga menghalangi
transporter dopamin untuk memompa dopamin kembali ke neuron pengirim.
Metamfetamin bertindak mirip dengan kokain dengan cara ini.
(https://science.education.nih.gov/supplements/webversions/BrainAddiction/gui
de/lesson3-1.html)

Nikotin tidak hanya bekerja pada badan sel di VTA untuk meningkatkan
jumlah potensial aksi dan jumlah vesikel yang dilepaskan dari neuron, tetapi juga
bekerja dengan mekanisme lain untuk mengubah pelepasan dopamin. Ketika nikotin
berikatan dengan reseptor nikotin pada terminal akson yang mengandung dopamin di
dalam nukleus accumbens, lebih banyak dopamin dilepaskan dengan setiap potensi
aksi.

33
Gambar 21 Nikotin mengikat reseptor spesifik pada neuron presinaptik. Ketika nikotin
berikatan dengan reseptor di tubuh sel, ia menggairahkan neuron sehingga
melepaskan lebih banyak potensial aksi (sinyal listrik, diwakili oleh bentuk
bergerigi di kiri bawah gambar) yang bergerak menuju sinaps, menyebabkan
lebih banyak pelepasan dopamin (tidak ditunjukkan pada gambar). ). Ketika
nikotin berikatan dengan reseptor nikotin di terminal saraf (diperlihatkan di
atas), jumlah dopamin yang dilepaskan sebagai respons terhadap potensi aksi
meningkat.
(https://science.education.nih.gov/supplements/webversions/BrainAddiction/gui
de/lesson3-1.html)

Obat-obatan juga dapat mengubah transmisi sinaptik dengan secara langsung


mempengaruhi reseptor postsynaptic. Beberapa obat mengaktifkan reseptor, dan yang
lainnya memblokirnya. Sementara THC (bahan kimia psikoaktif utama dalam
mariyuana) dan morfin mengaktifkan reseptor tertentu, obat lain memblokir reseptor
tertentu. Kafein, stimulan ringan yang ditemukan dalam kopi dan beberapa minuman
ringan, memberikan efeknya dengan mencegah neurotransmitter / neuromodulator
yang disebut adenosin agar tidak mengikat reseptornya. Biasanya, pengikatan
adenosin ke reseptornya menyebabkan sedasi; itu adalah pemicu tidur alami. Alih-
alih menyebabkan sedasi, pemblokiran reseptor adenosin dengan kafein
menyebabkan peningkatan aktivitas dan tingkat gairah.
Tindakan beberapa obat sangat kompleks. LSD, misalnya, bekerja pada
reseptor serotonin. Serotonin, sebuah neurotransmitter penting di banyak wilayah
otak, terlibat dalam mengatur berbagai macam fungsi, termasuk suasana hati dan
fungsi dasar kelangsungan hidup seperti tidur dan makan. Para ilmuwan terus

34
mempelajari bagaimana halusinogen bertindak, tetapi tampaknya LSD mengaktifkan
beberapa reseptor serotonin (LSD bertindak sebagai agonis reseptor) dan memblokir
reseptor serotonin lainnya (LSD bertindak sebagai antagonis reseptor) .
Cara ketiga untuk mempengaruhi transmisi sinaptik adalah dengan mengubah
penghilangan neurotransmiter dari sinaps. Kokain dan amfetamin bekerja dengan cara
ini (ini adalah cara kedua amfetamin dapat mengubah transmisi saraf). Kedua obat
memblokir pengangkut dopamin (pompa reuptake) yang menghilangkan dopamin
dari sinaps. Hasilnya adalah peningkatan dopamin yang cukup cepat dan terus-
menerus di sinapsis, yang mengarah ke perasaan euforia dan kesejahteraan. Sebagian
besar penyalahgunaan obat tidak memblokir kerusakan enzimatik dari
neurotransmitter, meskipun merokok telah terbukti mengurangi tingkat enzim yang
memecah neurotransmiter, monoamineoksidase.

Gambar 22 Ketika kokain memasuki otak, ia menghalangi pengangkut dopamin untuk


memompa dopamin kembali ke neuron yang mentransmisikan, membanjiri
sinapsis dengan dopamin. Ini mengintensifkan dan memperpanjang rangsangan
penerimaan neuron di sirkuit kesenangan otak, menyebabkan kokain tinggi.
(https://science.education.nih.gov/supplements/webversions/BrainAddiction/gui
de/lesson3-1.html)

Alkohol memengaruhi neuron otak dengan beberapa cara. Alkohol mengubah


membran dan saluran ion, enzim, dan reseptor, dan juga mengikat langsung ke
reseptor untuk asetilkolin, serotonin, dan GABA dan reseptor NMDA untuk glutamat.

35
GABA biasanya mengurangi aktivitas neuron dengan membiarkan ion klorida
memasuki neuron postsynaptic. Efek ini diperkuat ketika alkohol mengikat reseptor
GABA dan aktivitas neuron selanjutnya berkurang, yang menjelaskan efek sedatif
alkohol.
Alkohol juga mengurangi efek rangsangan glutamat dengan memblokir
reseptor yang diaktifkan oleh glutamat, reseptor NMDA. Reseptor NMDA diketahui
terlibat dalam plastisitas sinaptik, mekanisme seluler untuk pembelajaran dan
memori. Namun, konsumsi alkohol kronis secara bertahap membuat reseptor NMDA
hipersensitif terhadap glutamat sambil menurunkan kepekaan reseptor GABA.
Alkohol juga membantu meningkatkan pelepasan dopamin, dengan proses yang
masih kurang dipahami tetapi tampaknya melibatkan pembatasan aktivitas enzim
yang memecah dopamin.
Penyalahgunaan narkoba memiliki tindakan yang sama: bertindak berdasarkan
reward system di dalam otak. Di dalam sistem itu, semua obat (kecuali mungkin
untuk LSD) berbagi kemampuan untuk meningkatkan kadar dopamin di nucleus
accumbens. Ini hampir pasti menjelaskan efek menguntungkan (menyenangkan) dari
obat-obatan yang disalahgunakan. Efek obat tidak terbatas pada jalur reward di otak.
Narkoba dapat bekerja di berbagai wilayah otak untuk mengerahkan efeknya, tetapi
kemampuannya untuk mengubah transmisi saraf dopamin di area ventral tegmental
(VTA) dan nukleus accumbens adalah faktor awal dan salah satu faktor terpenting
yang mendorong penggunaan narkoba secara berkelanjutan.
Banyak faktor yang menentukan bagaimana obat mempengaruhi seseorang.
Beberapa di antaranya bersifat biologis. Misalnya, genetika dapat memengaruhi
kepekaan seseorang terhadap suatu obat atau seberapa cepat obat tersebut
dimetabolisme dan dibersihkan dari tubuh. Tetapi faktor lingkungan juga bisa
menjadi penting, stres atau trauma dapat mengubah pengalaman seseorang dengan
narkoba. Dua faktor yang sangat penting adalah dosis obat dan cara pemberiannya,
yang mempengaruhi seberapa cepat obat mencapai otak.

36
2.4.1 Perubahan Dosis Terhadap Efek Obat
Agar obat dapat bekerja, obat harus dimasukkan ke dalam tubuh, diserap
dalam aliran darah, dan dikirim ke otak. Obat dapat diminum dalam berbagai dosis —
dari rendah, tidak memiliki efek terdeteksi, hingga sedang, menghasilkan efek obat
yang diinginkan, hingga besar dan tidak menyenangkan, atau bahkan beracun
(Gambar 23). Tidak semua orang akan merespons dengan cara yang sama terhadap
dosis obat tertentu — banyak faktor yang dapat memengaruhi hal ini, termasuk yang
disebutkan di atas, serta usia, jenis kelamin, dan riwayat penggunaan obat tersebut
atau obat terkait lainnya. Namun, sebagian besar obat, bila dikonsumsi dalam dosis
tinggi, menghasilkan efek yang tidak diinginkan dan berpotensi membahayakan
kesehatan (overdosis).

Gambar 23 Efek obat tergantung pada dosisnya.


(https://science.education.nih.gov/supplements/webversions/BrainAddiction/gui
de/lesson3-1.html)

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari serangkaian penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
 Pensinyalan adalah bagian sebuah sistem komunikasi yang sangat kompleks
pada tingkat seluler yang mengatur aktifitas dan koordinasi antar sel
 Bentuk komunikasi sel dibagi menjadi 4 macam, yaitu komunikasi langsung,
sinyal autokrin sinyal parakrin, dan sinyal endokrin.
 Proses komunikasi sel dibagi menjadi tiga tahap, yaitu penerimaan
(reception), transduksi dan respon.
 Transpor aktif ion Na+-K+ berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi ion
dalam sel sehingga fungsi fisiologis organ-organ tubuh dapat berjalan normal

B. Saran
 Kami ketahui bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami membutuhkan saran dan kritikan yang membangun agar pembuatan
makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Albert, B., A. Johnsom, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts dan P. Walter.


2014. Molecular Biology of the Cell. 6th ed. Garland Science. Uk
2. Campbell, N. A.,  B. Jane And Reece. Campbell Biology. 8 th Ed. Pearson
education. Amerika
3. Krauss, G. 2008. Biochemistry of Signal Transduction and Regulation. 4th
Edition. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim
4. Nurhayati dan Darmawati. Biologi Sel dan Molekuler. Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017
5. Pivovarov et al. Na+/K+-pump and neurotransmitter membrane receptors. 2019
6. Ruth Michellee Pardede, Ade Zuhrotun, Review : Potensi Tetradotoksin Sebagai
Pengganti Anestesi Lokal. 2018
7. Syakirin, Bahrus. Mekanisme Pompa Natrium Kalium (Na+-K+ ) Pada
Osmoregulasi Ikan Bertulang Sejati (TELEOST)
8. National Institutes of Health National Institute on Drug Abuse.
(https://science.education.nih.gov/supplements/webversions/BrainAddiction/guide
/lesson3-1.html)

39

Anda mungkin juga menyukai