Pemberontakanrms 141107161653 Conversion Gate01
Pemberontakanrms 141107161653 Conversion Gate01
RMS
(Republik Maluku Selatan)
Dipimpin Oleh :
Dengan jatuhnya Ambon maka perlawanan RMS dapat dipatahkan dan sisa-
sisa kekuatan RMS banyak yang melarikan diri ke Pulau Seram dan dalam
beberapa tahun membuat serangkaian kekacauan.
Bendera
Bendera ini pertama kali dikibarkan tanggal 2 Mei 1950 pukul 10.00.
Dua hari kemudian, pemerintah merilis penjelasan tentang arti bendera.
Warna biru melambangkan laut dan kesetiaan, putih kesucian,
perdamaian, dan pantai putih, hijau tumbuh-tumbuhan, dan merah nenek
moyang dan darah rakyat.
♣ Perkembangan di Belanda
♣ Perkembangan di Indonesia
Perkembangan di Belanda
Duta besar Indonesia untuk Belanda, Yunus Effendi Habibie, memberitakan Radio
Netherlands Worldwide bahwa Indonesia senang mengetahui pemerintahan terasing
Maluku tidak lagi memperjuangkan kemerdekaan.
Menurut Habibie, penduduk Maluku sudah diberikan hak otonomi, sehingga situasi
masa kini tidak perlu diubah lagi. Ia menolak kemerdekaan Maluku.
Komentar Habibie muncul setelah Presiden Maluku yang dalam pengasingan, John
Wattilete, mengatakan bahwa negara Maluku tidak lagi menjadi prioritas utamanya.
Meski kemerdekaan masih menjadi tujuan terakhir, ia menyatakan puas dengan
otonomi yang juga diberlakukan di Aceh. Katanya, "Hal paling penting adalah
penduduk Maluku bisa memimpin daerahnya sendiri."
John Wattilete menjadi Presiden RMS pada bulan April 2010. Ia adalah presiden
pertama yang berasal dari generasi kedua suku Maluku di Belanda dan dianggap lebih
pragmatis ketimbang presiden-presiden sebelumnya. Akan tetapi, sehari sebelum
kunjungan kenegaraan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda,
pertama kali sejak 1970, Wattilete mengeluarkan perintah hukum agar Presiden ditahan
setelah menginjakkan kaki di Belanda. Meski sejumlah pakar hukum menyebut aksi ini
tidak berperasaan dan gagal, Presiden Yudhoyono membatalkan kunjungannya
keesokan harinya.
Perkembangan di Indonesia
Penduduk Maluku Selatan mayoritas beragama Kristen, tidak seperti wilayah-wilayah
lain di Indonesia yang didominasi Muslim. Saat ini, meski mayoritas penganut Kristen
di Maluku tidak mendukung separatisme, ingatan akan RMS dan tujuan-tujuan
separatisnya masih bergaung di Indonesia.
Umat Kristen Maluku, saat kekerasan sekte 1999-2002 di Maluku, dituduh
memperjuangkan kemerdekaan oleh umat Islam Maluku. Tuduhan ini berhasil
membakar semangat umat Islam untuk melawan diperparah oleh fakta bahwa umat
Kristen Maluku di luar negeri memang memperjuangkan berdirinya RMS.
Di Maluku, Perjanjian Malino II ditandatangani untuk mengakhiri konflik dan
menciptakan perdamaian di Maluku. Penduduk Maluku mengaku "menolak dan
menentang segala jenis gerakan separatis, termasuk Republik Maluku Selatan (RMS),
yang mengancam kesatuan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia".
Akan tetapi, saat presiden Indonesia berkunjung ke Ambon pada musim panas 2007,
sejumlah simpatisan RMS melancarkan provokasi dengan menari Cakalele dan
mengibarkan bendera RMS. Sejak 1999, sebuah organisasi baru bernama Front
Kedaulatan Maluku (FKM) beroperasi di Ambon , mengumpulkan senjata, dan
mengibarkan bendera RMS di tempat-tempat umum. Pemimpin FKM, Alex Manuputty,
mengungsi ke Amerika Serikat dan terus memperjuangkan kemerdekaan.
RMS
(Republik Maluku Selatan)