Mhs :
Ttd :
FARMASI KLINIK UTS (Remedial)
SOAL UJIAN
FAKULTAS FARMASI
Hari/tanggal :
Pengampu :
Waktu : 60 MenitT
Tipe : Open All Your Access
Ny. Rumpi umur 72 tahun, 3 bulan, 15 hari Tanggal MRS : 6 April 2019 Diagnosa : TB
Kategori 1 (MTB Detected very low), hipertensi stage II. Pasien mengalami sesak napas
semakin hari semakin memberat, tidak ada factor yang memperberat. Pasien hanya bisa
terbaring di tempat tidur dan aktivitasnya dibantu keluarga. Mengi (-), berdebar (-), nyeri
dada (-), batuk berdahak sulit dikeluarkan (+), demam (+), BAB dan BAK tidak ada keluhan
dan pasien mengalami keringat malam.
tanda vital Ny. S saat masuk di rumah sakit : TD 170/90 mm Hg, Suhu : 36oC, Nadi 90 /
menit, RR : 24/menit
PENYELESAIAN KASUS
METODE SOAP
1. Subjektif :
Nama : Ny. Rumpi
Umur : 72 Tahun
Diagnosis : Tb Kategori 1 (MTB Detected Very Low), Hipertensi Stage II
Keluhan : Sesak Nafas, Batuk Berdahak, Demam, Mengalami Keringat Malam
2.Objektif :
A. Data Lab
TD (mmHg) = 170/90 Calsium = 2,04
RR = 24/Menit GDP = 71 mg/dL
Hb = 16,4 g/dL Kolesterol Total = 225
Ht = 51,1% HDL = 64
Leukosit = 13 LDL = 152
SGOT = 56 U/L Asam Urat = 1,6
Ureum = 13 mg/dL Chloride = 96
Kreatinin = 0,46 mg/dL TsHs = 5, 02
Mg = 0,73 mmol/L
B. Data Radiologi
1. Klinik : TB MDR, Hipertensigatio
2. Cardiomegaly (LV, LA) disertai elangatio aorta dan klasifikasi arcus aorta
3. Gambaran TB paru lama aktif dengan infiltrate relative bertambah
4. Penebalan hilus kanan kiri : curiga limfadenopati
5. Efusi Pleura dupleks
C. Data Pengobatan
a. Infus RL : Dosis 20 tpm dan 10 tpm secara IV
b. Ranitidin : Dosis 50 mg/12 jam secara IV
c. N-acetylsistein : Dosis 200 mg/8 jam secara PO
d. Miniaspi : Dosis 80 mg/24 jam secara PO
e. Amplodipin : Dosis 10 mg/24 jam secara PO
f. Concor : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
g. Combivent bisolvon : NaCl 0,5% dosis 1 cc/8 jam : inhalasi
h. Sulfa atropine : Dosis 0,5 mg/extra secara IV
i. Nitrocaf : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
j. Furosemid : Dosis 20 mg/24 jam secara IV
k. Candesartan : Dosis 8 mg/24 jam secara PO
l. Simvastatin : Dosis 20 mg/24 jam secara PO
m. Ampicillin : Dosis 1,5 g/ 8 jam secara IV
n. FDC : Dosis 3 tab/24 jam secara PO
4. PLAN
No Problem Medik Terapi Monitoring
1 TB Kategori 1 (MTB Pemberian : OAT MDR (Km-Eto- Batuk berdahak (sputum),
Detected Very Low ) Lfx-Cs-Z-(E) / Eto-Lfx-Cs-Z-(E) Kepatuhan minum obat OAT
Keteranga : MDR
Km : Kanamisin
Eto : Etionamid
Lfx : Levofloksasin
Cs : Sikloserin
Z : Pirazinamid
E : Etambutol
(Banjuradja, 2017)
2 Pneumonia Pemberian : Antibiotik pada pasien Pemeriksaan laboratorium
pneumonia yang dirawat dirumah hematologi, jatung, dan fungsi
sakit seharusnya diterapi dengan hati dengan terapi jangka panjang
dosis 3 g / 6 jam. serta melakukan tes kultur dan
(DIH, 2012) sensitivitas (tanda anafilaksis
sebelum memulai terapi (dosis
pertama).
(DIH, 2012)
3 Hiperlipidemia Pemberian : Kolesterol total dan kadar LDL
Simvastatin 20 mg/ 24 jam pada
sore hari
(DIH, 2012)
4 Hipertensi Pemberian : - Penurunan TD (120/80 mmHg)
lini pertama pengobatan hipertensi - Peningkatan Mg (0,74-0,99
stage II yaitu mmol/L)
- Thiazide (hidroklorthiazide) 25-50 - Dan kalsium agar kondisi pasien
mg/24 jam (Kosensus pelaksanaan normal (2,12-2,52 mmol/L)
hipertensi, 2019 dan perki, 2015)
- Amplodipin 10 mg / 24 jam PO
(CCB) (Dipiro edisi 9, 2015)
- Candesartan 8 mg / 24 jam PO
(ARB)
(Dipiro edisi 9, 2015)
5 CHF Pemberian : - Sesak Nafas
- Miniaspi 80 mg / 24 jam PO (DIH, - RR : 14-16 / menit
2012) - Cardiomegaly (LV, LA)
- Candesartan 8 mg / 24 jam (Gol. - Efusi Pleura Dupleks
ARB) (DIH, 2012)
- Nitrocaf 2,5 mg / 24 jam (DIH,
2012)
- Sulfas atropin 0,5 mg / extra
LEMBAR KERJA
Pantient Care Process
METODE PCNE
Informasi Nama : Ny. Rumpi
Subjectif Umur : 72 Tahun
Diagnosis : Tb Kategori 1 (MTB Detected Very Low), Hipertensi Stage
II
Keluhan : Sesak Nafas, Batuk Berdahak, Demam, Mengalami Keringat
Malam
Data Radiologi
1. Klinik : TB MDR, Hipertensigatio
2. Cardiomegaly (LV, LA) disertai elangatio aorta dan klasifikasi arcus
aorta
3. Gambaran TB paru lama aktif dengan infiltrate relative bertambah
4. Penebalan hilus kanan kiri : curiga limfadenopati
5. Efusi Pleura dupleks
Data Pengobatan
a. Infus RL : Dosis 20 tpm dan 10 tpm secara IV
b. Ranitidin : Dosis 50 mg/12 jam secara IV
c. N-acetylsistein : Dosis 200 mg/8 jam secara PO
d. Miniaspi : Dosis 80 mg/24 jam secara PO
e. Amplodipin : Dosis 10 mg/24 jam secara PO
f. Concor : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
g. Combivent bisolvon : NaCl 0,5% dosis 1 cc/8 jam : inhalasi
h. Sulfa atropine : Dosis 0,5 mg/extra secara IV
i. Nitrocaf : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
j. Furosemid : Dosis 20 mg/24 jam secara IV
k. Candesartan : Dosis 8 mg/24 jam secara PO
l. Simvastatin : Dosis 20 mg/24 jam secara PO
m. Ampicillin : Dosis 1,5 g/ 8 jam secara IV
n. FDC : Dosis 3 tab/24 jam secara PO
LEMBAR KERJA
PCNE
ASSES - PLAN - IMPLEMENT - MONITORING
PROBLEM
MEDIK
M1.1 Tidak ada efek dari
1. Masalah Terapi Obat ? M1. Efektivitas Terapi
terapi obat
Alasan ? Target (SMART) ?
- Sudah diberi pengobatan FDC (Rifampicin - Menguranginya keluhan :
150 mg, INH 7 mg, Pyrazinamide 400 mg, Demam, berkeringat
Ethambutol HCl 275 mg namun tidak ada malam, sesak nafas, batuk
efek dari terapi obat (karena dari
pemeriksaan klinik pasien tergolong TB
MDR, Gambaran TB Paru lama aktif
TBC dengan infiltrate relative bertambah efusi
pleura. Serta memiliki keluhan : demam,
berkeringat malam, sesak nafas, batuk.
Penyebab :
P1 (Pemilihan Obat), P11 (Pemilihan obat tidak
sesuai dengan guideline).
Kemungkinan Solusi ? Implementasi ?
Pemberian : OAT MDR (Km – Eto – Lfx – Cs Pemberian : OAT MDR (Km –
– Z – (E) Eto – Lfx – Cs – Z – (E)
Dosis sesuai dengan BB pasien
Keterangan :
Km : Kanamisin
Eto : Etionamid
Lfx : Levofloksasin
Cx : Sikloserin
(Banjuaradja, 2017)
Z : Pirazinamid
Solusi yang dipilih Monitoring ?
OAT MDR (Km – Eto – Lfx – Cs – Z – (E) - Batuk berdahak (sputum)
Dosis diberikan sesuai dengan BB - Kepatuhan minum obat
OAT MDR
(Banjuaradja, 2017)
PROBLEM
MEDIK
M2.1 Kejadian yang tidak
2. Masalah Terapi Obat? M2. Keamanan Terapi diinginkan terkait penggunaan
obat
Alasan ? Target (SMART) ?
Adanya interaksi dengan rifampisin sehingaa - Kolesterol Total < 200
dapat menurunkan efek kerja dari simvastatin (normal)
- LDL 0-100
Hiperlipedimi
a
Penyebab :
P8 Lain-lain
P8.2 Lain-lain terdapat interaksi Obat
Kemungkinan Solusi ? Implementasi ?
Rifampisin tidak digunakan dalam pengobatan Simvastatin 20 mg / 24 jam Po
pasien .
Untuk hiperlipidemia :
Statin (Simvastatin 20 mg / 24 jam Po)
Golongan statin mampu menurunkan kolesterol
LDL, serta mempunyai efek menurunkan
kolesterol total.
(PERKI, 2017)
Solusi yang dipilih Monitoring
Golongan statin yaitu simvastatin 20 mg / 24 - Kolesterol Total
jam Po dipilih karena lini pertama dan harga - LDL
lebih terjangkau
PROMBLEM
MEDIK
3. Masalah terapi obat? M2. Keamanan Terapi M2.1 Kejadian yang tidak
diinginkan terkait penggunaan
obat
Alasan ? Target (SMART)
Pengobatan untuk pasien CHF dengan - Meringankan gejala dan
hipertensi yaitu ARB/ACEi, diuretik (thiazide), tanda,
CCB, dan BB. Namun menurut banyak studi
- Memperbaiki kualitas hidup,
mengatakan bahwa pemberian ACEi, ARB dan
CHF CCB lebih memberikan efek bila dibandingkan - Mengurangi keluhan sesak
dengan BB pada pasien cardiomegaly LV nafas.
(Hipertropi ventrikel kiri)
Penggunaan concor sudah sesuai namun BB
dinilai kurang efektif digunakan karena jika
terlalu lama bisa menyebabkan bradikardi maka
penggunaan di pasien hanya 2 hari dan (PERKI, 2015)
dilanjutkan dengan pemberian candesartan (gol.
ARB)
(Perki, 2015)
Penyebab :
P1 (Pemilihan Obat)
Kemungkinan Solusi Implementasi ?
Pemberian candesartan sebagai terapi lanjutan Penggantian terapi obat concor
setelah concor dihentikan (gol. BB) dengan candesartan
(gol. ARB) 8 mg/ 24 jam (1 x
sehari)
(Perki, 2015)
Solusi Yang di Pilih Monitoring
Candesartan 8 mg/24 jam, pada beberapa - Sesak
pasien gagal jantung dimana penggunaan obat - RR 14 – 16 /menit
ini dapat memelihara dan memperbaiki kondisi - Cardiomegaly
pasien (Pembengkakan jantung)
PROMBLEM
MEDIK
4 Masalah terpai obat ? M2. Keamanan Terapi M2.1 Kejadian yang tidak
dinginkan terkait penggunaan
obat
Alasan ? Target (SMART) ?
Pemilihan lini pertama pengobatan hipertensi - Menormalkan kadar
disertai dengan CHF serta gangguan Arteri kiri kalsium : 2,12 – 2,52
(Aorta kiri jantung) ARB/ACEi+ diuretik mmol/L
Hipertensi (thiazide). (Konsensus Penatalaksanaan - Mencukupi kebutuhan
Hipertensi, 2019) Sedangkan untuk pasien kalsium pasien
Stage II diberikan furosemide kurang sesuai karena bisa
menyebabkan pasien hipokalsemia. Sehingga
untuk mencegahitu bisa diberikansuplemen
kalsium. (Harjanto dkk, 2008)
Penyebab :
P1 Pemilihan Obat
P1.1 Pemilihan obat tidak sesuai dengan
guideline
P8.2 Lain-lain : efek samping obat
Kemungkinan Solusi Implementasi ?
Penggantian furosemide dengan thiazide dan - Thiazide
pasien bisa diberi suplemen kalsium seperti (Hidroklorthiazide) 25-50
aspartat. Bila kadar normal penggunaannya bisa mg/24 jam
dihentikan. - Kalsium aspartat (1 x 1
tab)
( Konensus Penatalaksanaan Hipertensi,
2019 ; Mentari, 2014).
Solusi Yang di Pilih Monitoring
Thiazide (Hidroklorthiazide) dan kalsium - Kadar calsium
aspartat
PROBLEM
MEDIK
5 Masalah terapi obat ? M1. Efektivitas M1.2 Efektivitas Obat Tidak
Pengobatan optimal
Pneumonia Alasan ? Target (SMART)
Pasien masih terlihat gejala batuk berdahak,
- Menurunkan batuk
sulit dikeluarkan, demam, berkeringat malam,
berdahak, demam,
serta nilai leukosit 13 , RR : 24/menit
berkeringat malam
kemudian pasien mendapatkan terapi dengan
- Leukosit 3,6 – 11 (Normal)
dosis yang tidak sesuai guideline yaitu
ampisilin sulbactam 3 g/ 6 jam
(DIH, 2012)
Penyebab :
P3.1 (Dosis obat terlalu rendah)
Kemungkinan Solusi : Implementasi :
Peningkatan dosis yaitu Ampisilin sulbactam 3 Ampisilin sulbactam 3 g/6 jam
g/6 jam
(DIH,2012)
Solusi yang dipilih Monitoring
Ampisilin sulbactam 3 g/6 jam - Kadar leukosit
- Batuk berdahak
(DIH, 2012)
- Demam
- Monitoring fungsi ginjal,
hat, hematologi, dan tanda
anafilaksis pada dosis
pertama
DAFTAR PUSTAKA
AHA. 2018. High Blood Preasure. American Heart Association : USA.
Alawiyah, Anisahtul dan Mutakin. Analisis Amlodipin dalam Plasma darah dan sediaan
Farmasi
American Pharmacist Asociation. 2012. Drug Information Handbook Ed. 20. Lexicomp.
Ohio.
Banjuradja dkk. 2017. Jurnal Respirasi Penanganan Tuberkulosis Resistan Obat. Vol. 2 No.1
Dewi, Ratih Tri Kusuma,. dkk. 2015. Pengaruh Pemberian N-Acetylcysteine oral terhadap
High Sensitivity C reaktive Protein (Hs-CRP) pada pasien Hemodialisis Kronis.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
Harjanto, dkk. 2008. Seorang Penderita Hipokalsemia Berat. Jurnal Peny. Vol. 9 No.2
ISO Farmakoterapi Buku 1. 2008. PT. ISFI Penerbitan
Karundeng.J.T.,Prabowo, W. C. dan Ramadhan, A.M. 2018 Pola Pengobatan Pada Pasien
Congestive Heart Failure (CHF) di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab
Sjahrine Kota Samarinda. Mulawarman Phatmaceutical Conferences.
Mentaria, L., Nyoman, S.,Subagia, W.2014. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Pada
Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga. E-Journal Kimia Visvitalis.
Vol. 2 No.1
PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia : Jakarta.
PERKI. 2017. Pedoman Tatalaksana Dislipedemia Pada Penyakit Kardiovaskuler.
Perhimpunan Dokter Sepsialis Kardiovaskuler Indonesia : Jakarta.
PERKI. 2019. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi. Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia : Jakarta.
Permenkes. 2013. Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat.
P.M Mukhlis Rudi. 2006. Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat dibandingkan NaCl
0,9% Terhadap Keseimbangan Asam Basa Pada Pasien Sectio Caesaria dengan
Anestesi Regional.
Rufaidah, A., Pramantara, I.D.P., dan Sari,I.P. 2015. Kajian Drug Related Problem Pada
Terapi Pasien Gagal Jantung Rawat Inap. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi,
Vol. 5 No. 2
Musyahida, Robiatul Ainiyah. 2016. Studi Pengunaan Terapi Furosemid pada Pasien
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) Stadium V di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
LAMPIRAN
1. Pengobatan TB MDR (Banjuaradja, 2017)
3. PNEUMONIA
(Bagus, dkk. 2016. Workshop Pneumonia. FK UNUD. Denpasar).
4. HIPERLIPEDIA
(PERKI, 2017)