Anda di halaman 1dari 23

Nama : No.

Mhs :
Ttd :
FARMASI KLINIK UTS (Remedial)
SOAL UJIAN
FAKULTAS FARMASI

Hari/tanggal :
Pengampu :
Waktu : 60 MenitT
Tipe : Open All Your Access

Ny. Rumpi umur 72 tahun, 3 bulan, 15 hari Tanggal MRS : 6 April 2019 Diagnosa : TB
Kategori 1 (MTB Detected very low), hipertensi stage II. Pasien mengalami sesak napas
semakin hari semakin memberat, tidak ada factor yang memperberat. Pasien hanya bisa
terbaring di tempat tidur dan aktivitasnya dibantu keluarga. Mengi (-), berdebar (-), nyeri
dada (-), batuk berdahak sulit dikeluarkan (+), demam (+), BAB dan BAK tidak ada keluhan
dan pasien mengalami keringat malam.

tanda vital Ny. S saat masuk di rumah sakit : TD 170/90 mm Hg, Suhu : 36oC, Nadi 90 /
menit, RR : 24/menit

Tanda vital selama dirawat di rumah sakit:


Monitor Tanggal
ing 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
170 12 12 12 12 12 11 11 11 12 12 12 12
TD
/90 0/7 0/8 0/8 0/8 0/7 0/7 0/7 0/7 0/8 0/8 0/7 0/7
(mmHg)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Nadi 50 48 55 51 60 72 75 80 82 90 80 75 76
(x/menit
)
Nafas 24 20 20 23 23 23 18 24 20 18 22 22 20
(x/menit
)
Sesak + + + + - - + + + - + - -
nafas

Pemeriksaan laboratorium tanggal 16 April 2019 :


PARAMETER HASIL NILAI NORMAL KETERANGAN
Hematologi
Hb 16.4 g/dl 12.00 – 15.00 g/dl Meningkat
Hematocrit 51.1 % 35 – 47 % Meningkat
Eritrosit 5.58 4.4 – 5.9 Normal
MCH 29.4 Pg 27.00 – 32.00 Pg Normal
MCV 91.6 FL 76 – 96 FL Normal
MCHC 32.1 g/dl 29.00 – 36.00 g/dl Normal
Leukosit 13 3.6 – 11 Meningkat
Trombosit 337 150 – 400 Normal
MPV 10.2 % 4.00 – 11.00 % Normal
RDW 14.2 FL 11.60 – 14.80 FL Normal
Kimia Klinik
Glukosa 129 mg/dl 80 – 160 mg/dl Normal
sewaktu
SGOT 56 U/L 15 – 34 U/L Meningkat
SGPT 38 U/L 15 – 60 U/L Normal
Albumin 3.5 g/dl 3.4 – 5.0 g/dl Normal
Ureum 13 mg/dl 15 – 39 mg/dl Menurun
Kratinin 0.46 mg/dl 0.60 – 1.30 mg/dl Menurun

Pemeriksaan laboratorium tanggal 16 April 2019 :


PARAMETER HASIL NILAI NORMAL KETERANGAN
Ureum 18 mg/dl 15 – 39 mg/dl Normal
Kreatinin 0.68 mg/dl 0.60 - 1.30 mg/dl Normal
Mg 0.73 mmol/L 0.74 - 0.99 mmol/L Menurun
Calcium 2.04 mmol/L 2.12 – 2.52 mmol/L Menurun
Gula puasa 71 mg/dl 80 – 109 mg/dl Menurun
Gula2pp 139 mg/dl 80 – 140 mg/dl Normal
Kolestrol total 225 <200 Meningkat
Tligiserid 90 <150 Normal
HDL 64 40 – 60 Meningkat
LDL 152 0 – 100 Meningkat
Asam urat 1.6 2.6 – 6.0 Menurun
Natrium 138 136 – 145 Normal
Kalium 3.6 3.5 – 5.1 Normal
Chloride 96 98 – 107 Menurun
TsHs 5.02 0.51 – 4.94 Meningkat
Free t4 10.65 10.6 - 19.4 Normal
HIV screening Non Reaktif Non reaktif

Pemeriksaan Radiologi : (kesan)


1. Klinik : TB MDR, Hipertensi
2. Cardiomegaly (LV, LA) disertai elengotio aorta dan klasifikasi arcus aorta
3. Gambaran TB Paru lama aktif dengan infiltrate relative bertambah
4. Penebalan hilus kanan kiri : curiga limfadenopati
5. Efusi pleura dupleks
1. Bagaimanakah penanganan pharmaceutical care psien tersebut dengan pendekatan metode
SOAP dan metode PCNE pada analisis DRP yang terjadi
2. Cantumkan literature terkini dari penyelesaian kasus tersebut ( kekinian literature memiliki
bobot nilai yang tinggi

(Silakan dikerjakan sendiri-sendiri jika terdapat kerjasama masing-masing dikurangi nilai


50%)
SELAMAT MENGERJAKAN SEMOGA SUKSES
JANGAN LUPA BERDOA

PENYELESAIAN KASUS

METODE SOAP
1. Subjektif :
Nama : Ny. Rumpi
Umur : 72 Tahun
Diagnosis : Tb Kategori 1 (MTB Detected Very Low), Hipertensi Stage II
Keluhan : Sesak Nafas, Batuk Berdahak, Demam, Mengalami Keringat Malam

2.Objektif :
A. Data Lab
TD (mmHg) = 170/90  Calsium = 2,04 
RR = 24/Menit  GDP = 71 mg/dL 
Hb = 16,4 g/dL  Kolesterol Total = 225 
Ht = 51,1%  HDL = 64 
Leukosit = 13  LDL = 152 
SGOT = 56 U/L  Asam Urat = 1,6 
Ureum = 13 mg/dL  Chloride = 96 
Kreatinin = 0,46 mg/dL  TsHs = 5, 02 
Mg = 0,73 mmol/L
B. Data Radiologi
1. Klinik : TB MDR, Hipertensigatio
2. Cardiomegaly (LV, LA) disertai elangatio aorta dan klasifikasi arcus aorta
3. Gambaran TB paru lama aktif dengan infiltrate relative bertambah
4. Penebalan hilus kanan kiri : curiga limfadenopati
5. Efusi Pleura dupleks

C. Data Pengobatan
a. Infus RL : Dosis 20 tpm dan 10 tpm secara IV
b. Ranitidin : Dosis 50 mg/12 jam secara IV
c. N-acetylsistein : Dosis 200 mg/8 jam secara PO
d. Miniaspi : Dosis 80 mg/24 jam secara PO
e. Amplodipin : Dosis 10 mg/24 jam secara PO
f. Concor : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
g. Combivent bisolvon : NaCl 0,5% dosis 1 cc/8 jam : inhalasi
h. Sulfa atropine : Dosis 0,5 mg/extra secara IV
i. Nitrocaf : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
j. Furosemid : Dosis 20 mg/24 jam secara IV
k. Candesartan : Dosis 8 mg/24 jam secara PO
l. Simvastatin : Dosis 20 mg/24 jam secara PO
m. Ampicillin : Dosis 1,5 g/ 8 jam secara IV
n. FDC : Dosis 3 tab/24 jam secara PO

No Nama Obat Indikasi Mekanisme Efek Samping


1. Infus RL Penambah cairan Laktat yang terdapat - Batuk
dan elektrolit tubuh didalm larutan RL akan - Bersin-bersin
untuk dimetabolisme oleh hati - Ruam
mengembalikan menjadi bikarbonat yang - Gatal-gatal
keseimbangan, digunakan untuk - Sakit Kepala
bertindak sebagai memperbaiki keadaan - Nyeri dada
alkalisator untuk seperti asidosis netabolik.
mnegurangi Kalium yang terdapat
keasaman. dalam larutan RL tidak
cukup untuk pemeliharaan
sehari-hari apalagi untuk
kasus defisit kalium.
(P, M Mukhlis Rudi.
2006. Pengaruh
Pemberian Cairan Ringer
Laktat dibandingkan NaCl
0,9% Terhadap
Keseimbangan Asam
Basa Pada Pasien Sectio
Caesaria dengan Anestesi
Regional)
2. Ranitidin Dispepsia kronis Sebagai antagonis - diare
GERD kompettif reversibel - mual/muntah
Stress Ulcer reseptor histamin yang - nyeri perut
mensupresi sekresi asam - insomnia
lambung.
Mekanisme dimana
histamin yang diproduksi
oleh sel ECL gaster
diinhibisi karena ranitidin
menduduki reseptor H2
yang berfungsi
menstimulasi sekresi
asam lambung.
3. N-Acetylsistein Mukolitik N-Acetylcsteine - Mengantuk
(Asetilsistein) (Mengencerkan merupakan senyawa yang - Mual
dahak yang mengandung tiol dengan - Muntah
menghalangi saluran efek antioksidan dan anti - Pilek
pernapasan. inflamasi. Setelah
pemberian oral, akan
diserap seluruhnya
dengan cepat dari saluran
pencernaan.
(Dewi, Ratih Tri
Kusuma,. dkk. 2015.
Pengaruh Pemberian N-
Acetylcysteine oral
terhadap High Sensitivity
C reaktive Protein (Hs-
CRP) pada pasien
Hemodialisis Kronis)
4. Miniaspi Mencegah serangan Menghambat kerja enzim - Perforasi
(Aspirin) jantung, stroke dan siklooksigenase (COX), lambung
sebagi antiplatelet, yang berfungsi untuk - Pendarahan
Antinyeri membantu pembentukan pada saluran
prostaglandin saat terjadi cerna
luka dan menyebabkan - Anemia
rasa sakit dan peradangan. hemolitik
dengan menghambatnya - Tinnitus
kerja enzim COX, maka
prostaglandin lebih sedikit
diproduksi, sehingga rasa
sakit dan peradangan akan
mereda.
5. Amlodipin Antihipertensi Menghambat ion kalsium - Pusing
golongan Calcium masuk ke dalam - Lelah
Channel Blocker vaskularisasi otot polos - Mual
(CCB) dan otot jantung sehingga - Jantung
mampu menekan tekanan Berdebar
darah.
(Alawiyah, Anisahtul dan
Mutakin. Analisis
Amlodipin dalam Plasma
darah dan sediaan
Farmasi)
6. Concor Antihipertensi, Agen obat kardioselektif - Gangguna tidur
(Bisoprolol) Angina Pektoris, dan β1 adrenergik blocking - pusing
Gagal Jnatung atau juga dikenal β bloker - Diare
Kronik stabil sedang - Sasak napas
selektif pada β1.Dimana
sampai berat - Jari tangan dan
akan secara selektif
kaki terasa
mengblok stimulasi dingin
katekolamin reseptor β1
adrenergik di jantung dan
otot polos pembuluh
darah, sehingga
menurunkan denyut
jantung sedangkan secara
kompetitif dapat
menghalangi reseptor β2
adrenergik di bronkus dan
otot polos pembuluh
darah menyebabkan
bronkospasme dan
vasodilatasi.
7. Combivent Digunakan untuk Membuka saluran udara - Sakit Kepala
Bisolvon : NaCl mengatasi penyakit ke paru-paru serta - Pusing
0,5% saluran pernafasan, melakukan relaksasi atau - Mual
seperti PPOK atau mengendurkan otot-otot - Mulut Kering
asma. Dimana juga pada saluran nafas. - Tremor
sebagai perawatan
penyumbatan
hidung, radang
selaput lendir, dan
bronkospasme.
8. Sulfa Atropin Menangani Bersifat antikolinergik - Sakit kepala
melambatkan denyut yang dapat mengurangi - Penglihatan
jantung stimulasi saraf kabur
parasimpatik dngan cara - Mual
menghalangi kerja - Konstipasi
asetilkolin, dimana - Sulit buang air
neutransmitter yang kecil
membantu memindahkan
impuls listrik diantara sel
saraf.
9. Nitrocaf Membantu Bekerja dengan - Pusing
(Nitrogliserin) mengobati angina memperlebar pembuluh - Sakit Kepala
(nyeri mendadak di darah untuk - Mual
dada), gagal jantung meningkatkan kerja - Muntah
dan operasi jantung jantung yang memompa - Diaphoresis
darah ke seluruh tubuh (gejala
serangan
jantung)
10. Furosemide Antihipertensi, Menghambat transport - Telinga
Mengurangi cairan aktif klorida ke kanal Na- Berdenging
berlebih dalam tubuh K-2Cl yang akan - Gatal
(edema) yang menurunkan reabsorbs - Sering buang
disebabkan karena natrium dan klorida air kecil
gagal jantung, sehingga menyebabkan - Urin berwarna
penyakit hati dan natriuresis dan klirens air gelap
ginjal. bebas. - Nyeri badan
(Musyahida, Robiatul
Ainiyah. 2016. Studi
Pengunaan Terapi
Furosemid pada Pasien
Penyakit Gagal Ginjal
Kronik (GGK) Stadium V
di Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya)
11. Candesartan Antihipertensi Dengan menghambat - Pusing
reseptor Angiotensin II - Lemas
(ARB), yang merupakan - Sakit maag
zat yang membuat - Mual
pembuluh darah - Sakit Sendi
menyempit sehingga akan - Sakit
menghambat efek zat Punggung
tersebut. Dihambat
angiotensin II maka
pembuluh darah akan
lemas dan melebar
sehingga aliran darah
menjadi lancar dan
tekanan darah akan turun.
12. Simvastatin Menurunkan kadar Menghambat kerja HMG- - Nyeri otot/linu
Kolesterol dan CoA reduktase. Efeknya - demam
lemak jahat (LDL, dakam regulasi CETP - Panas / sakit
trigliserida) dan menyebabkn penurunan saat buang air
meningkatkan konsentrasi kolesterol kecil
kolesterol baik LDL dan VLDL. Dihepar - Rasa haus
(HDL) statin meningkatkan meningkat
regulasi reseptor - Sakit Kepala
kolesterol LDL sehingga
meningkatkan
pembersihan kolesterol
LDL .
(PERKI, 2013)
13. Ampicilin Sulbact Antibiotik.Untuk Sulbactam merupakan - Ruam
mengatasi resisten obat yang bekerja dengan kemerahan
bakteri produsen menghambat enzim - Diare
enzim betalaktamase betalaktamase yang - Kejang
terhadap penicillin diproduksi oleh bakteri - Nyeri buang air
sehingga penambahan kecil
sulbactam akan - Pembengkakan
meningkatkan potensi wajah
ampicillin.
14. FDC Antituberkulosis - Rifampisin : bekerja - Gangguan
dengan cara Penglihatan
menghambat (Ethambutol)
pembentukan RNA - Ruam kulit
bakteri - Gangguan
- INH : berupa saluran
prodrug, yang pencernaan
kemudian diaktifkan (Rimfampisin)
oleh enzim katalase
peroksidase bakteri
yang ada pada
mycobacterium
tuberculosis
- Pyrazinamide :
bersifat bakteriostatik
namun pada saat
bakteri aktif akan
melakukan replikasi,
dan dapat menjadi
bakterisida.
- Ethambutol : dengan
cara menghambat
satu atau lebih
metabolit bakteri
rentan yang
mengakibatkan
gangguan
metabolisme sel,
menghambat
multiplikasi hingga
kematian sel.
3. ASSESMENT
Problem
No Subjektif Objektif Terapi Analisis DRP
Medik
1 TBC Kategori Demam, - TB MDR FDC Terapi Terapi
1 (MTB Berkeringa - Gambaran (Rifampicin Pengobatan sebelumnya
Detected Very t malam, TB Paru 150 mg, untuk TB belum
Low) Batuk lama aktif INH 7 mg, adekuat
dengan Pyrazinami karena pada
infiltrate de 400 mg, diagnosis
relative Ethambutol awal pasien
bertambah HCl 275 mengidap TB
- Efusi pleura mg) kategori 1
tetapi setelah
Pemeriksaan
radiologi
pasien
mengidap TB
MDR
(resisten) .
Jika pasien
TB resisten
dengan obat
Rifampisin
dan INH,
maka
dilanjutkan
dengan
pengobatan
OAT MDR
standar
seperti :
Pirazinamid,
Kanamisin,
Etambutol
per BB (Kg).
(Banjuradja,
2017)
2 Pneumonia Batuk - Leukosit Ampicillin Digunakan Pasien
berdahak : 13 sulbactam terapi mendapat
sulit - RR : 1,5 g/ 8 jam antibiotik ini terapi dengan
dikeluarka 24/Menit sebagai dosis yang
n, Demam, - Efusi antibiotik tidak sesuai
Berkeringa pleura dengan
dupleks guideline
t malam
(DIH, 2012)
dan sesak
nafas
3 Hiperlipidemia - Kolesterol Simvastatin Terapi Adanya
total : 225 20 mg/24 adekuat interaksi
- LDL : 152 jam karena gol. dengan
Statin untuk rifampisin
menurunkan sehingga
kadar LDL dapat
sehingga menurunkan
dapat efek kerja
menurunkan dari
kadar simvastatin
kolesterol
(DIH, 2012)
total dan
mencegah
penyumbatan
pada
pembuluh
darah, karena
pada pasien
dengan
resiko tinggi,
direkomenda
sikan agar
target
kolesterol
LDL < 100
mg/dL atau
penurunanan
setidaknya
50% karena
kolesterol
LDL awal
antara 100-
200 mg/dL.
(PERKI,
2017)
4 CHF Sesak Respirasi / - Concor (2,5 Hipertensi Pemberian
Nafas pernafasan mg / 24 yang diderita golongan
(x menit) : jam) gol. pasien beta blocker
24 x Beta diduga merupakan
cardiomegal Blocker bersamaan terapi yang
y (LV, LA) - Miniaspi dengan direkomenda
disertai terjadinya
(80 mg / 24 sikan untuk
elengotio penyakitnya
jam) pasien
aorta dan CHF. Pasien
klasifikasi - Sulfa mendapatkan dengan
arcus aorta atropin (0,5 3 kombinasi riwayat
mg / extra) obat gol. infark
- Nitrocaf ARB, CCB, miokard yang
(2,5 mg / menyebabka
24 jam dan Diuretik n terjadinya
- Amlodipin untuk CHF
(10 mg / 24 hipertensi
stage II nya, (Perki,
jam) gol.
dari hasi ke 1 2015).
CCB
- Furosemid 170/90
Sedangkan
mmHg
(20 mg / 24 untuk
hipertensinya
jam) gol. pemberian
pada hari
Diuretik` berikutnya Miniaspi
- Candesartan menurun dan ditujukan
(8mg / 24 mencapai sebagai terapi
jam) gol. nilai normal. antiplatelet
ARB Pengobatan pada CHF
dengan gol. yang
Sumber : ARB, CCB,
Pedoman mempunyai
Beta Blocker risiko
tatalaksana dan diuretik
Hipertensi terjadinya
digunakan
pada tromboembol
untuk CHF.
penyakit i (ACCF /
Miniaspi
kardiovasku digunakan AHA, 2013).
lar sebagai Sulfa
(PERKI, antiplatelet atropine
2015) untuk sebagai terapi
Konsensus mencegah untuk
penatalaksa infark menurunkan
naan miokard, denyut
hipertensi sulfa atropin jantung
2019 PPK untuk
dan CP (bradikardi)
mengatasi pada pasien
Penyakit bradikardi,
jantung dan CHF
nitrokaf
pembuluh (PIONAS,
digunakan
darah, 2016 2015)
untuk
mencegah Nitrocaf
angina sebagai terapi
pektoris pada anti angina
pasien CHF. untuk
Penyakit menanggulan
CHF gi serangan
berhubungan akut angina
dengan pectoris dan
hipertensi profilaksisny
stage II yang a pada CHF
diderita (IONI, 2008)
5 HIPERTENSI Diagnosis : - TD pasien Pemberian
STAGE II Hipertensi (mmHg) : karena gol. CCB,
Stage II 170/90  adanya diuretik, dan
- Mg kegagalan ARB
(mmol/L) jantung merupakan
: 0,73  dalam kombinasi 3
- Calsium memompa obat sebagai
(mmol/L) pasokan first line
: 2,04  darah dan untuk
- Chloride : terjadinya pengobatan
96  sumbatan pada pasien
sehingga dengan
jantung tidak riwayat
bisa bekerja hipertensi
secara stage II
normal. (Consensus
penatalaksa
naan HT,
2019).

4. PLAN
No Problem Medik Terapi Monitoring
1 TB Kategori 1 (MTB Pemberian : OAT MDR (Km-Eto- Batuk berdahak (sputum),
Detected Very Low ) Lfx-Cs-Z-(E) / Eto-Lfx-Cs-Z-(E) Kepatuhan minum obat OAT
Keteranga : MDR
Km : Kanamisin
Eto : Etionamid
Lfx : Levofloksasin
Cs : Sikloserin
Z : Pirazinamid
E : Etambutol
(Banjuradja, 2017)
2 Pneumonia Pemberian : Antibiotik pada pasien Pemeriksaan laboratorium
pneumonia yang dirawat dirumah hematologi, jatung, dan fungsi
sakit seharusnya diterapi dengan hati dengan terapi jangka panjang
dosis 3 g / 6 jam. serta melakukan tes kultur dan
(DIH, 2012) sensitivitas (tanda anafilaksis
sebelum memulai terapi (dosis
pertama).
(DIH, 2012)
3 Hiperlipidemia Pemberian : Kolesterol total dan kadar LDL
Simvastatin 20 mg/ 24 jam pada
sore hari
(DIH, 2012)
4 Hipertensi Pemberian : - Penurunan TD (120/80 mmHg)
lini pertama pengobatan hipertensi - Peningkatan Mg (0,74-0,99
stage II yaitu mmol/L)
- Thiazide (hidroklorthiazide) 25-50 - Dan kalsium agar kondisi pasien
mg/24 jam (Kosensus pelaksanaan normal (2,12-2,52 mmol/L)
hipertensi, 2019 dan perki, 2015)
- Amplodipin 10 mg / 24 jam PO
(CCB) (Dipiro edisi 9, 2015)
- Candesartan 8 mg / 24 jam PO
(ARB)
(Dipiro edisi 9, 2015)
5 CHF Pemberian : - Sesak Nafas
- Miniaspi 80 mg / 24 jam PO (DIH, - RR : 14-16 / menit
2012) - Cardiomegaly (LV, LA)
- Candesartan 8 mg / 24 jam (Gol. - Efusi Pleura Dupleks
ARB) (DIH, 2012)
- Nitrocaf 2,5 mg / 24 jam (DIH,
2012)
- Sulfas atropin 0,5 mg / extra

(PPK dan CP penyakit jantung


dan pembuluh darah, 2016).

LEMBAR KERJA
Pantient Care Process

METODE PCNE
Informasi Nama : Ny. Rumpi
Subjectif Umur : 72 Tahun
Diagnosis : Tb Kategori 1 (MTB Detected Very Low), Hipertensi Stage
II
Keluhan : Sesak Nafas, Batuk Berdahak, Demam, Mengalami Keringat
Malam

Informasi Data Lab


Objektif TD (mmHg) = 170/90  Calsium = 2,04 
RR = 24/Menit  GDP = 71 mg/dL 
Hb = 16,4 g/dL  Kolesterol Total = 225 
Ht = 51,1%  HDL = 64 
Leukosit = 13  LDL = 152 
SGOT = 56 U/L  Asam Urat = 1,6 
Ureum = 13 mg/dL  Chloride = 96 
Kreatinin = 0,46 mg/dL  TsHs = 5, 02 
Mg = 0,73 mmol/L

Data Radiologi
1. Klinik : TB MDR, Hipertensigatio
2. Cardiomegaly (LV, LA) disertai elangatio aorta dan klasifikasi arcus
aorta
3. Gambaran TB paru lama aktif dengan infiltrate relative bertambah
4. Penebalan hilus kanan kiri : curiga limfadenopati
5. Efusi Pleura dupleks

Data Pengobatan
a. Infus RL : Dosis 20 tpm dan 10 tpm secara IV
b. Ranitidin : Dosis 50 mg/12 jam secara IV
c. N-acetylsistein : Dosis 200 mg/8 jam secara PO
d. Miniaspi : Dosis 80 mg/24 jam secara PO
e. Amplodipin : Dosis 10 mg/24 jam secara PO
f. Concor : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
g. Combivent bisolvon : NaCl 0,5% dosis 1 cc/8 jam : inhalasi
h. Sulfa atropine : Dosis 0,5 mg/extra secara IV
i. Nitrocaf : Dosis 2,5 mg/24 jam secara PO
j. Furosemid : Dosis 20 mg/24 jam secara IV
k. Candesartan : Dosis 8 mg/24 jam secara PO
l. Simvastatin : Dosis 20 mg/24 jam secara PO
m. Ampicillin : Dosis 1,5 g/ 8 jam secara IV
n. FDC : Dosis 3 tab/24 jam secara PO

LEMBAR KERJA
PCNE
ASSES - PLAN - IMPLEMENT - MONITORING
PROBLEM
MEDIK
M1.1 Tidak ada efek dari
1. Masalah Terapi Obat ? M1. Efektivitas Terapi
terapi obat
Alasan ? Target (SMART) ?
- Sudah diberi pengobatan FDC (Rifampicin - Menguranginya keluhan :
150 mg, INH 7 mg, Pyrazinamide 400 mg, Demam, berkeringat
Ethambutol HCl 275 mg namun tidak ada malam, sesak nafas, batuk
efek dari terapi obat (karena dari
pemeriksaan klinik pasien tergolong TB
MDR, Gambaran TB Paru lama aktif
TBC dengan infiltrate relative bertambah efusi
pleura. Serta memiliki keluhan : demam,
berkeringat malam, sesak nafas, batuk.

Penyebab :
P1 (Pemilihan Obat), P11 (Pemilihan obat tidak
sesuai dengan guideline).
Kemungkinan Solusi ? Implementasi ?
Pemberian : OAT MDR (Km – Eto – Lfx – Cs Pemberian : OAT MDR (Km –
– Z – (E) Eto – Lfx – Cs – Z – (E)
Dosis sesuai dengan BB pasien
Keterangan :
Km : Kanamisin
Eto : Etionamid
Lfx : Levofloksasin
Cx : Sikloserin
(Banjuaradja, 2017)
Z : Pirazinamid
Solusi yang dipilih Monitoring ?
OAT MDR (Km – Eto – Lfx – Cs – Z – (E) - Batuk berdahak (sputum)
Dosis diberikan sesuai dengan BB - Kepatuhan minum obat
OAT MDR
(Banjuaradja, 2017)
PROBLEM
MEDIK
M2.1 Kejadian yang tidak
2. Masalah Terapi Obat? M2. Keamanan Terapi diinginkan terkait penggunaan
obat
Alasan ? Target (SMART) ?
Adanya interaksi dengan rifampisin sehingaa - Kolesterol Total < 200
dapat menurunkan efek kerja dari simvastatin (normal)
- LDL 0-100
Hiperlipedimi
a
Penyebab :
P8 Lain-lain
P8.2 Lain-lain terdapat interaksi Obat
Kemungkinan Solusi ? Implementasi ?
Rifampisin tidak digunakan dalam pengobatan Simvastatin 20 mg / 24 jam Po
pasien .
Untuk hiperlipidemia :
Statin (Simvastatin 20 mg / 24 jam Po)
Golongan statin mampu menurunkan kolesterol
LDL, serta mempunyai efek menurunkan
kolesterol total.
(PERKI, 2017)
Solusi yang dipilih Monitoring
Golongan statin yaitu simvastatin 20 mg / 24 - Kolesterol Total
jam Po dipilih karena lini pertama dan harga - LDL
lebih terjangkau
PROMBLEM
MEDIK
3. Masalah terapi obat? M2. Keamanan Terapi M2.1 Kejadian yang tidak
diinginkan terkait penggunaan
obat
Alasan ? Target (SMART)
Pengobatan untuk pasien CHF dengan - Meringankan gejala dan
hipertensi yaitu ARB/ACEi, diuretik (thiazide), tanda,
CCB, dan BB. Namun menurut banyak studi
- Memperbaiki kualitas hidup,
mengatakan bahwa pemberian ACEi, ARB dan
CHF CCB lebih memberikan efek bila dibandingkan - Mengurangi keluhan sesak
dengan BB pada pasien cardiomegaly LV nafas.
(Hipertropi ventrikel kiri)
Penggunaan concor sudah sesuai namun BB
dinilai kurang efektif digunakan karena jika
terlalu lama bisa menyebabkan bradikardi maka
penggunaan di pasien hanya 2 hari dan (PERKI, 2015)
dilanjutkan dengan pemberian candesartan (gol.
ARB)
(Perki, 2015)
Penyebab :
P1 (Pemilihan Obat)
Kemungkinan Solusi Implementasi ?
Pemberian candesartan sebagai terapi lanjutan Penggantian terapi obat concor
setelah concor dihentikan (gol. BB) dengan candesartan
(gol. ARB) 8 mg/ 24 jam (1 x
sehari)
(Perki, 2015)
Solusi Yang di Pilih Monitoring
Candesartan 8 mg/24 jam, pada beberapa - Sesak
pasien gagal jantung dimana penggunaan obat - RR 14 – 16 /menit
ini dapat memelihara dan memperbaiki kondisi - Cardiomegaly
pasien (Pembengkakan jantung)

PROMBLEM
MEDIK
4 Masalah terpai obat ? M2. Keamanan Terapi M2.1 Kejadian yang tidak
dinginkan terkait penggunaan
obat
Alasan ? Target (SMART) ?
Pemilihan lini pertama pengobatan hipertensi - Menormalkan kadar
disertai dengan CHF serta gangguan Arteri kiri kalsium : 2,12 – 2,52
(Aorta kiri jantung) ARB/ACEi+ diuretik mmol/L
Hipertensi (thiazide). (Konsensus Penatalaksanaan - Mencukupi kebutuhan
Hipertensi, 2019) Sedangkan untuk pasien kalsium pasien
Stage II diberikan furosemide kurang sesuai karena bisa
menyebabkan pasien hipokalsemia. Sehingga
untuk mencegahitu bisa diberikansuplemen
kalsium. (Harjanto dkk, 2008)
Penyebab :
P1 Pemilihan Obat
P1.1 Pemilihan obat tidak sesuai dengan
guideline
P8.2 Lain-lain : efek samping obat
Kemungkinan Solusi Implementasi ?
Penggantian furosemide dengan thiazide dan - Thiazide
pasien bisa diberi suplemen kalsium seperti (Hidroklorthiazide) 25-50
aspartat. Bila kadar normal penggunaannya bisa mg/24 jam
dihentikan. - Kalsium aspartat (1 x 1
tab)
( Konensus Penatalaksanaan Hipertensi,
2019 ; Mentari, 2014).
Solusi Yang di Pilih Monitoring
Thiazide (Hidroklorthiazide) dan kalsium - Kadar calsium
aspartat
PROBLEM
MEDIK
5 Masalah terapi obat ? M1. Efektivitas M1.2 Efektivitas Obat Tidak
Pengobatan optimal
Pneumonia Alasan ? Target (SMART)
Pasien masih terlihat gejala batuk berdahak,
- Menurunkan batuk
sulit dikeluarkan, demam, berkeringat malam,
berdahak, demam,
serta nilai leukosit 13 , RR : 24/menit 
berkeringat malam
kemudian pasien mendapatkan terapi dengan
- Leukosit 3,6 – 11 (Normal)
dosis yang tidak sesuai guideline yaitu
ampisilin sulbactam 3 g/ 6 jam

(DIH, 2012)
Penyebab :
P3.1 (Dosis obat terlalu rendah)
Kemungkinan Solusi : Implementasi :
Peningkatan dosis yaitu Ampisilin sulbactam 3 Ampisilin sulbactam 3 g/6 jam
g/6 jam
(DIH,2012)
Solusi yang dipilih Monitoring
Ampisilin sulbactam 3 g/6 jam - Kadar leukosit
- Batuk berdahak
(DIH, 2012)
- Demam
- Monitoring fungsi ginjal,
hat, hematologi, dan tanda
anafilaksis pada dosis
pertama

DAFTAR PUSTAKA
AHA. 2018. High Blood Preasure. American Heart Association : USA.

Alawiyah, Anisahtul dan Mutakin. Analisis Amlodipin dalam Plasma darah dan sediaan
Farmasi
American Pharmacist Asociation. 2012. Drug Information Handbook Ed. 20. Lexicomp.
Ohio.

Banjuradja dkk. 2017. Jurnal Respirasi Penanganan Tuberkulosis Resistan Obat. Vol. 2 No.1

Bagus, dkk. 2016. Workshop Pneumonia. FK UNUD. Denpasar.

Dewi, Ratih Tri Kusuma,. dkk. 2015. Pengaruh Pemberian N-Acetylcysteine oral terhadap
High Sensitivity C reaktive Protein (Hs-CRP) pada pasien Hemodialisis Kronis.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.

Harjanto, dkk. 2008. Seorang Penderita Hipokalsemia Berat. Jurnal Peny. Vol. 9 No.2
ISO Farmakoterapi Buku 1. 2008. PT. ISFI Penerbitan
Karundeng.J.T.,Prabowo, W. C. dan Ramadhan, A.M. 2018 Pola Pengobatan Pada Pasien
Congestive Heart Failure (CHF) di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab
Sjahrine Kota Samarinda. Mulawarman Phatmaceutical Conferences.
Mentaria, L., Nyoman, S.,Subagia, W.2014. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Pada
Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga. E-Journal Kimia Visvitalis.
Vol. 2 No.1
PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia : Jakarta.
PERKI. 2017. Pedoman Tatalaksana Dislipedemia Pada Penyakit Kardiovaskuler.
Perhimpunan Dokter Sepsialis Kardiovaskuler Indonesia : Jakarta.
PERKI. 2019. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi. Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia : Jakarta.
Permenkes. 2013. Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat.
P.M Mukhlis Rudi. 2006. Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat dibandingkan NaCl
0,9% Terhadap Keseimbangan Asam Basa Pada Pasien Sectio Caesaria dengan
Anestesi Regional.
Rufaidah, A., Pramantara, I.D.P., dan Sari,I.P. 2015. Kajian Drug Related Problem Pada
Terapi Pasien Gagal Jantung Rawat Inap. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi,
Vol. 5 No. 2
Musyahida, Robiatul Ainiyah. 2016. Studi Pengunaan Terapi Furosemid pada Pasien
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) Stadium V di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
LAMPIRAN
1. Pengobatan TB MDR (Banjuaradja, 2017)

2. Pengobat Hipertensi dan Chf (Perki, 2015 dan Kosensus Penatalaksanaan


Hipertensi, 2019)
(AHA, 2018)

3. PNEUMONIA
(Bagus, dkk. 2016. Workshop Pneumonia. FK UNUD. Denpasar).
4. HIPERLIPEDIA
(PERKI, 2017)

Anda mungkin juga menyukai