Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI

“KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI”

INTAN PRATAMA PUTRA

NPM : 20181220018

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA
2020
Karakteristik Limbah Industri Kegiatan Eksplorasi Minyak Bumi

Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan
dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral, atau
ozokerit, dan bitumin yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu
bara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan
yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha dan minyak bumi (Kep MenLH Nomor 128
Tahun 2003).

Minyak bumi merupakan campuran kompleks senyawa organik yang terdiri atas senyawa
hidrokarbon dan nonhidrokarbon yang berasal dari sisa-sisa mikroorganisme, tumbuhan,
dan binatang yang tertimbun selama berjuta-juta tahun. Kandungan senyawa hidrokarbon
dalam minyak bumi lebih dari 90% dan sisanya merupakan senyawa nonhidrokarbon
seperti sulfur, nitrogen, oksigen dalam kadar yang bervariasi, volatilitas, specific gravity,
dan viskositas yang beragam (Speight, 1991).

Crude oil dan produk petroleum merupakan campuran yang sangat kompleks dan
bervariasi dari ribuan komponen individual yang memiliki beragam sifat fisik. Memahami
komposisi ini penting untuk dapat mengetahui kelakuan tumpahan minyak dan pilihan
respon yang sesuai (Zhu et al., 2001).

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang terdiri atas karbon dan hidrogen.
Hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat berdampak buruk baik bagi
manusia maupun lingkungan. Minyak bumi dan turunannya merupakan salah satu contoh
dari hirdokarbon yang banyak digunakan oleh manusia dan berpotensi mencemari
lingkungan (Notodarmojo, 2005).

Limbah minyak bumi yang dihasilkan usaha atau kegiatan minyak, gas dan panas bumi
atau kegiatan lain yang menghasilkan limbah minyak bumi merupakan limbah
bahan berbahaya dan beracun yang memiliki potensi menimbulkan pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan. Limbah minyak terdiri atas bermacam-macam senyawa, di
antaranya berupa hidrokarbon ringan, hidrokarbon berat, pelumas, dan bahan ikutan
dalam hidrokarbon (Shaheen,1992).
Pada umumnya, limbah minyak bumi pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi atau
kegiatan lain bersumber dari (PP No 101 Tahun 2014):

1. Proses pemurnian dan pengilangan minyak bumi menghasilkan gas atau LPG,
naptha, avigas, avtur, gasoline, minyak tanah atau kerosin, minyak solar, minyak diesel,
minyak bakar atau bensin, residu, pelarut (solvent), wax, lubricant dan aspal.

2. Proses pembuatan minyak pelumas, oli dan gemuk yang berbahan dasar minyak.

3. Proses pengolahan minyak bumi.

4. Pembersihan heat exchanger.

5. Tanki penyimpanan minyak dan gas bumi

Jenis limbah minyak bumi berdasarkan sumber limbahnya terurai menjadi

(PP No 101 Tahun 2014):

1. Sludge dari proses produksi fasilitas penyimpanan minyak bumi, yang meliputi:

a. Sludge kilang minyak primer dari hasil pemisahan gravitasi minyak, air dan padatan
selama penyimpanan dan/atau pengolahan. Sludge tersebut termasuk yang dihasilkan
dalam pemisahan minyak, air, dan padatan pada tangki dan impoundments, saluran air dan
alat angkut lainnya, genangan air, dan unit stormwater menerima aliran air hujan atau air
hasil proses pengolahan, pemeliharaan dan/atau produksi.

b. Sludge kilang minyak sekunder (emulsi) hasil pemisahan fisik dan/atau kimia minyak,
air dan padatan.

2. Residu dasar tanki.

3. Slop padatan emulsi minyak dari industri penyulingan minyak bumi.

4. Katalis bekas.

5. Filter bekas termasuk lempung (clays) spent filter.


Karakteristik Limbah Industri Refinery

Refinery adalah proses pengolahan CPO menjadi RBDPO (Refined Bleached


Degummed Palm Oil). Secara umum terdapat 2 jenis refining (pemurnian) yaitu physical
refinery dan chemical refinery. Physical refinery adalah proses refinery menggunakan alat
(proses pemisahan fisik) sedangkan chemical refinery adalah proses refinery yang
menggunakan bahan kimia. Tujuan utama dari pemurnian adalah mengambil TAG yaitu
komponen utama untuk membuat minyak goreng dan menghilangkan kandungan selain
TAG antara lain DAG, MAG, keton, aldehid, moisture, dan impurities. Proses refining
sendiri merupakan proses yang continue. Secara umum proses yang terjadi di refining ada
4 yaitu degumming, bleaching earth, filtrasi dan deodoration.

Karakteristik Limbah Industri Tekstil

Karakteristik air limbah pada industry tekstil dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :

a. Total Solid (TS)

Merupakan padatan didalam air yangterdiri dari bahan organik maupunanorganik yang
larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.

b. Total Suspended Solid (TSS)

Merupakan jumlah berat dalam mg/lkering lumpur yang ada didalam air limbah setelah
mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.

c. Warna.

Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya
kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.

d. Kekeruhan

Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun
anorganik.
e. Temperatur

Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju
reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.

f. Bau

Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan
substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah
estetika.

2. Karateristik Kimia

a. Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air

b. Chemical Oxygen Demand (COD)

Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna
menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau
ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).

c. Dissolved Oxygen (DO)

adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO
di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.

d. Ammonia (NH3)

Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme


dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat
dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH
larutan.

e. Sulfida

Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses
pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat
korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
f. Fenol

Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal,
sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan
kematian).

g. Derajat keasaman (pH)

pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi
dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Ph normal untuk kehidupan air adalah 6–8.

h. Logam Berat

Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan
pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu
kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang
terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :

Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih
dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.

Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak
dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au,
Li, Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.

Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan
kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi
sebagai air minum dan air bersih.Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya
mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air
seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton.penentuan kualitas
mikroorganisme dilator belakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan
membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air
didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.
Menurut Sunu (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
yang terdapat di dalam air yaitu :

Sumber air

Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber seperti air hujan, air
permukaan, air tanah, air laut dan sebagainya.

Komponen nutrien dalam air

Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme
yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu.

Komponen beracun

Terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di
dalam air. Sebagai contoh asam-asam organik dan anorganik, khlorin dapat membunuh
mikroorganisme dan kehidupan lainnya di dalam air.

Organisme air

Adanya organisme di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air,
seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri.

Faktor fisik

Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar
matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terapat di dalam air.

Karakteristik Limbah Industri Pupuk

Komponen limbah cair yang dihasilkan industri pupuk urea

1. Kondensat yang mengandung ammonia, nitrogen, urea dan methanol

2. Buangan dari sistem pengolahan air, demineralisasi, air ketel, dan air pendingin

3. Air bekas cuci, buangan dari absorber, bocoran dari pompa, katup, dan tangki penyimpan
bahan.

Pembuangan larutan ammonia ke badan air untuk industri pupuk diatur dalam Baku Mutu
Limbah Cair Industri Pupuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomer Kep-51/MENLH/10/1995 (dilihat table 1.1) yang diukur sebagai beban pencemaran
amoniak terhadap produksi urea. Dalam hal ini baku mutu hanya melihat parameter dari
analisis amoniak sebagai nitrogen atau NH3-N saja, namun bila konsentrasinya sangat tinggi,
meskipun laju alir sedikit dan beban kecil akan menjadi masalah karena konsentrasi yang
sangat tinggi akan menimbulkan bau amoniak yang sangat menyengak.

Anda mungkin juga menyukai