Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN MATERNITAS DENGAN KASUS

PROLAPSUS UTERI DI RUANG POLI KANDUNGAN


RSUD KABUPATEN SIDOARJO

Di susun Oleh
MIRIAM BAERSADY
2007.14901.309

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN MATERNITAS DENGAN KASUS


PROLAPSUS UTERI DIRUANG POLI KANDUNGAN
RSUD KABUPATEN SIDOARJO

Di Susun Oleh
MIRIAM BAERSADY
2007.14901.309
Disetujui Oleh

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

(Ari Damayanti W S.,Kep.,Ners.,M.kep) (………………………………….)


A. Definisi
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang
mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak
LM; 2002; 1270)
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus
genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia
(sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. Prolaps uteri
merupakan turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat
asalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati introitus vagina (Andra
2019).
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli
disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini
fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.

B. Etiologi
Prolaps uteri sering disebabkan kehamilan dan kelahiran. Semakin sering
Anda hamil, semakin rentan Anda. Janin besar, persalinan yang lama, dan
menggunakan kekuatan berlebihan saat melahirkan akan meningkatkan risiko.
1. Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada
persalinan yangterlampau sering dengan penyulit seperti ruptura
perineum atau karena usia lanjut.
2. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap
3. Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta
4. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan
(obslipasi ataustriktura pada traktus urinarius).
5. Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa
kelemahan jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara.
6. Lanjut usia dan menopauseg
7. Riwayat persalinan tinggI

C. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhanHanifa, W. (2017)
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai :
1) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia
eksterna.
2) Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3) Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
a) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula –mula pada siang hari, kemudian
lebih berat juga pada malam hari
b) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
c) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk,mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali.
4) Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi :
a) Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
b) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan
vagina.
5) Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :
a) Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu
berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
b) Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena
infeksi serta luka pada portio uteri.
6) Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa
penuh di vagina.

D. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling ringan
sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya
persalinan pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan
ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia
dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intra abdominal yang meningkat
dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-
otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita dan
lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus. Jika fasia di
bagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric, ia akan
terdorong oleh kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding
depan vagina kebelakang yang dinamakan sistokel. Sistokel yang pada
mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya
yang kurang lancar, atau yang diselesaikan dalam penurunan dan
menyebabkan urethrokel. Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra.
Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma
obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan
dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang
dinamakan retrokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding
vagina bagian belakang turun dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat
berisi usus atau omentum Winkjosastro,Hani(2015)
Patofisiologi Prolapsus Uteri

PROLAPSUS UTERI

1. Otot dasar panggul lemah


2. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap
3. Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta
4. Asites, tumor – tumor di daerah pelvis
5. Relinakulum uteri yang lemah
6. Lanjut usia dan menopause
7. Riwayat persalinan tinggi

Dinding anterior vagina Dinding superior posterior vagina Facia dinding posterior
menurun menurun vagina menurun

Enterokel Rektok
Penonjolan dinding el
anterior vagina keposterior Gangguan pola
Inkarserata Obstipas eliminasi BAB
usus halus i
sistokel
Hemoroid

Nyeri Akut
- BAK sedikit dan sering
- Stress inkontinen PROLAPSUS UTERI
- Perasaan kandung kemih Gangguan eliminasi urine
tidak kosong

Gangguan keseimbangan
cairan

Grade II Grade III


Grade I

Cervik uteri turun Cervik uteri keluar Seluruh uterus keluar


sampai introitus vagina dari introitus vagina dari
vagina/prosidensia

Hipertropi dan Elongatio


koli Terjadi gesekan fisik
(celana dengan uteri dan
kursi)
Keratinisa Infertility
si
Dekubitus
Histerektom
i

Nyeri Akut
Kerusakan integritas kulit Ansietas Resiko infeksi
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan ditemukan
dengan pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio
sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari
vagina.
2. Penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya
serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya
dinamakan Elongasio kolli.
3. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek
dan tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita
mengejan. Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,
kateter itu diarahkan kedalam sitokel, dapat diraba kateter tersebut
dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel letaknya lebih kebawah
dari sistokel.
Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya rectum
kelumen vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong,
memanjang dari proksimal kedistal, kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum,
dan selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen
vagina. Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.
Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum lurus, ada benjolan ke
vagina terdapat di atas rectum.

F. Penatalaksanaan
Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur,
masih bersuami atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan,
keinginan memiliki anak lagi dan ingin mempertahankan haid.
Penanganan dibagi atas :
1. Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran
:
a) Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi
cukup
b) Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan
sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih
kosongkan, episiotomi agar dijahit dengan baik, Episiotomi jika
ada indikasi, Bantu kala II dengan FE atau VE
2. Pengobatan
a) Pengobatan Tanpa Operasi
Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar
panggul dengan alat listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat
paliatif, Pesarium dari cincin plastik.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas
vagina sehingga uterus tak dapat turun melewati vagina bagian
bawah. Biasanya dipakai pada keadaan: Prolapsus uteri dengan
kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas, Prolapsus uteri
dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin
dioperasi: keadaan umum yang jelek
b) Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka,
jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus
vagina perlu ditangani juga. ada kemungkinan terjadi prolapsus
vagina yang membutuhkan pembedahan,padahal tidak ada
prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu
dioperasi.Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina
adalah adanya keluhan.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung
dari
beberapa factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk
mendapat anak
atau untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya
keluhan
Beberapa pembedahan yang dilakukan antara lain :
1) Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
2) Histeraktomi vaginal
3) Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
4) Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
G. Konsep Askep
1. Pengkajian
a) Data subjektif
1) Biodata
Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua dan wanita yang bekerja berat.

2) Keluhan utama
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat
individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps
uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir sering
dijumpai.
 Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau
menonjol
 Rasa sakit di pinggul dan pinggang, biasanya jika
penderita berbaring, keluhan menghilang dan menjadi
kurang
3) Riwayat kebidanan
 Haid
Awal menstruasi (menarche) pada usia 11 tahun atau
lebih muda. Siklus haid tidak teratur, nyeri haid luar biasa,
nyeri panggul setelah haid atau senggama (Wiknjosastro,
2010:346).
 Riwayat kehamilan
Faktor resiko yang menyebabkan prolaps uteri jumlah
kelahiran spontan yang banyak, berat badan berlebih,
riwayat operasi pada area tersebut, batuk dalam jangka
waktu lama saat hamil.
 Riwayat persalinan
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering,
partus dengan penyulit merupakan penyebab prolapsus
genitalis dan memperburuk prolaps yang sudah ada.
Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan
belum lengkap. Bila prolapsus uteri dijumpai pada
nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan
berupa kelemahan jaringan penunjang uterus
(Wiknjosastro, 2007).
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
menopouse. Persalinan yang lama dan sulit, meneran
sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina
bawah pad kala II, penatalaksanaan pengeluaran
plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik.
Pada menopouse, hormon estrogen telah berkurang
sehingga otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah (Wiknjosastro, 2007).

4) Pola kebiasaan sehari-hari


 Eliminasi
Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
- Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada
siang hari, kemudian lebih berat pada malam hari
- Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat
dikosongkan seluruhnya
- Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan
kencing jika batuk dan mengejan. Kadang-kadang
dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang
besar sekali
Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
- Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga
rektokel
- Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada
rektokel vagina
 Aktivitas dan istirahat
Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu
penderita saat berjalan dan beraktivitas. Gesekan portio
uteri oleh celana dapat menimbulkan lecet hingga
dekubitus pada porsio.
b) Data Obyektif
1) Keadaan umum lemah.
2) Tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan fisik
 Muka
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat
dingin bila terjadi syok.Bila perdarahan konjungtiva
tampak anemis. Pada klien yang disertai rasa nyeri klien
tampak meringis. (Manuaba, 1998: 410).
 Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada
mulut jika terjadi shock hipovolemik hebat.

 Dada dan payudara


Gerakan nafas cepat karena adanya usaha untuk
memenuhi kebutuhan O2 akibat kadar O2 dalam darah
yang tinggi, keadaan jantung tidak abnormal.
 Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah. Teraba
adanya massa pada perut bagian bawah konsisten
keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi
kadang-kadang ditemui nyeri.Pada pemeriksaan
bimanual akan teraba benjolan pada perut, bagian
bawah, terletak di garis tengah maupun agak kesamping
dan sering kali teraba benjolan-benjolan dan kadang-
kadang terasa sakit. Pada pemeriksaan Sondage
didapatkan cavum uteri besar dan rata.
 Genetalia
Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina
dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi
melalui orifisium vagina dan berada di luar vagina.
 Anus
Akan timbul haemoroid, luka dan varices pecah karena
keadaan obstipasi akibat penekanan mioma pada rectum.
 Ekstremitas
Oedem pada tungkai bawah oleh karena adanya tekanan
pada vena cava inferior.
2. Diagnosa Keperawatan
Sebelum operasi
a) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
b) Resiko tinggi infeksi y.b.d luka akibat pergeseran massa uterus
c) Resiko dekubitus y.b.d pergeseran massa uterus
d) Kurangnya pengetahuan y.b.d keterbatasan kognitif dan
kurangnya keinginan mencari sumber informasi
e) Gangguan eliminasi uri y.b.d adanya desakan uterus
f) Gangguan eliminasi alvi y.b.d adanya desakan uterus

3. Intervensi dan Implementasi


a) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
Tujuan : Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam.
Hasil yang diharapkan :
1) Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
2) Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya
3) Pasien dan keluarga dapat melakukan tekhnik distraksi-
relaksasi
Rencana tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
3) Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
4) Beri posisi senyaman mungkin untuk pasien.
5) Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi/ nafas dalam.
6) Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
7) Ciptakan lingkungan yang tenang.
b) Resiko tinggi infeksi y.b.d luka akibat pergeseran massa uterus
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Hasil yang diharapkan :
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, rubor, tumor, dolor,
fungsiolesa)
2) Luka tampak bersih
Rencana tindakan :
1) Kaji TTV, perhatikan peningkatan suhu.
2) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor kalor rubor, dolor, fungsileisa).
3) Lakukan tehnik perawatan luka secara steril 1x/hari
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka.
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic.
6) Lakukan Health Education kepada keluarga tentang pentingnya
mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
pasien.

c) Resiko dekubitus y.b.d pergeseran massa uterus


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam dekubitus tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Rencana tindakan
1) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
2) Timbang berat baclan anak tiap hari.
3) Pasang infus dan NGT sesuai program dokter.
d) Kurangnya pengetahuan b.d keterbatasan kognitif dan kurangnya
keinginan mencari sumber informasi
DAFTAR PUSTAKA
Andra.(2019).www.Menopause.com. Turun Peranakan tak Mengancam
Jiwa. diakses Tanggal 01 Februari 2021 pukul 20.00

Hanifa, W. (2017). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Pajario Arsep. (2015). Turunnya Peranakan tak Mengancam Jiwa.


http://www.indomedia.com/sripo/2004/01/1101kes1.diakses tanggal 2
Februari 2021

Winkjosastro, Hanifa. (2015). Ilmu Kandungan.Jakarta:YBP-SP


RESUME KEPERAWATAN 1

NAMA KLIEN : Ny. S TANGGAL : 01 – 02 – 2021


DX. MEDIS :Kista Ovarii RUANG : Poli Kandungan

S O A P I
Data Subjektif : Data Objektif : Nyeri akut b.d agen SKLI: L08066 SIKI: Manajemen nyeri
Pasien mengatakan nyeri Hasil pemeriksaan Keadaan pencedera fisik Setelah dilakuakn tindakan keperawatan 1 Observasi :
umum baik Kesadaran SDKI (0079)
pada perut sebelah x 24 jam diharapakn nyeri pasien dapat  Identifikasi skala nyeri
compos mentis, Ibu gelisah
kanan bagian bawah 2 meringis, berkurang  Identifikasi respon nyeri non verbal
minggu yang lalu.
TD : 202/109 mmHg,
Kriterian hasil;  Idetifikasi pengetahuan dan keyakinan
Indikator 1 2 3 4 5 tentang nyeri
N : 95x/menit,
1. keluhan nyeri  identifikasi faktor yang yang
RR : 20/menit, 2. Meringis memperberat dan memperingan nyeri
S : 36,5°C 3. Gelisah
Terapeutik :

Dengan tingkat skala nyeri  berikan teknik nonfarmokologi untuk


mengurangi rasa nyeri (Relaksasi napas
P : nyeri saat bergerak
dalam)
Q: seperti ditekan
Edukasi :
R : area perut  jelaskan penyebab priode dan penicu
S : 5 dari ( 0-10) nyeri

T : titak menentu Kolaborasi :


 Kolaborasi dokter
Pemeriksaan USG
Terapi dari dokter obat asam
menunjukan terdapat kista
mefenamat
dengan massa 2 cm
RESUME KEPERAWATAN 2
NAMA KLIEN : Ny. Y TANGGAL : 01 – 02 - 2021
DX. MEDIS : Prolapsus uteri RUANG : Poli Kandungan

S O A P I
pasien mengeluh TTV : Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI: Promosi dukungan keluarga
kemeng teraba TD :107/65mmHg pengetahuan b.d selama 1x 24 jam pengetahuan ibu bertambah Observasi :
o
benjolan di vagina S: 36, 3 C ketidaktaun Kriteria hasil: Tingkat Pengetahuan ( SLKI  Identifikasi sumber daya fisik emosional dan pendidikan
sudah 1 bulan N: 81X/M menemukan :12111) keluarga
RR: 20X//M sumber informasi Indikator 1 2 3 4 5  Mengidentikikasi kebutuhan dan harapan anggota keluarga
Pemeriksaan vagina (SDKI : D.0111)
1.Kemampuan  Identifikasi persepsi tentang situasi,pemicu kejadian
Pemeriksaan area menjelaskan perasaan dan perilaku pasien
servik normal pengetahuan Terapeutik :
tentang suatu
topic  Diskusikan jenis perawatan dirumah
2.Perilaku sesuai  Disuksikan cara mengatasi kesulitan dalam perawatan
dengan
 Hargai keputusan yang dibutuhkan keluarga
pengetahuan
3.Pertanyaan Edukasi :
tentang masalah  Jelaskan keluarga tentang perawatan dan pengobatan
dihadapi
yang dijalani pasien

Indikator 1 2 3 4 5

1. Perilaku

Anda mungkin juga menyukai