Anda di halaman 1dari 12

ISU STRATEGIS TATA LINGKUNGAN

Permasalahan Banjir di Jakarta

NAMA DOSEN :

Dr. Ir. TONDOBALA LINDA DEA

CYNTHIA ERLITA VIRGIN WUISANG ST,M.UrbHabMgt, PhD

DISUSUN OLEH :

GERARD JUNO SANGGELORANG

18021102028

MANADO

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

2020
1. Deskripsi Topik
Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepas dari
ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan
sejarah Ibukota Jakarta telah dilanda banjir sejak tahun 1621. Salah satu
bencana banjir terparah yang pernah terjadi di Batavia adalah banjir yang
terjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah Batavia
terendam air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunung Sahari, Kampung
Tambora, Suteng, Kampung Klenteng akibat bendungan kali Grogol jebol.
Hingga kini banjir pun belum berhenti meyerang Jakarta. Apalagi
ketika musim penghujan telah tiba. Oleh karena banjir yang terus menerus
melanda sebagian wilayah di Jakarta kini kota Jakarta telah terkenal dengan
Kota Banjir. Walau demikian warga Jakarta tidak berhenti mencoba
menanggulangi banjir di Ibukota tercinta ini.
Sehubungan dengan cara untuk mencoba menanggulangi banjir
tersebut, maka berbagai masalah penyebab banjir pun mulai muncul dari
masalah sampah, curah hujan yang tinggi, peluapan air yang berlebihan,
pecahnya bendungan sungai, serapan air yang buruk, hingga pemukiman liar
dan pemukiman padat penduduk.

2. Permasalahan Yang Dihadapi


1. Limpasan Permukaan (Surface Runoff)
Menurut jurnal ilmiah Santi Sari, limpasan permukaan terjadi karena
jumlah hujan melampaui laju infiltrasi (daya resap air di site 0,00105
m3/hari, menurut jurnal penelitian Arie Herlambang). Saat terjadi
pemenuhan laju infiltrasi atau dikatakan jenuh, maka air akan mengalir
dengan bebas di permukaan tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen
meterologi dan elemen fisik daerah pengaliran (Sosrodarsono & Takeda,
1978:135). Elemen metereologi meliputi jenis prespitasi, intensitas hujan,
dan durasi hujan sedangkan elemen fisik daerah pengaliran melitputi tata
guna lahan (Land use), jenis tanah, dan kondisi topografi daerah
pengaliran (Catchment). Elemen sifat fisik dapat dikategorikan sebagi
aspek statis sedangkan elemen meterologi merupakan aspek dinamis yang
dapat berubah terhadap waktu.
2. Kurangnya daerah resapan air
Menurut Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Kementrian Pekerjaan
Umum, telah meluncurkan pemaparan lapangan mengenai kolam resapan
air hujan (Rainwater Storage Infiltration Facility) atau disingkat RSIF.
RSIF ini mirip dengan sebuah bendungan kecil yang menyimpan air hujan
sementara dalam ruang kosong sebagai suatu bejana untuk meresapkannya
ke dalam tanah. Dikarenakan berkurangnya daya resap air hujan ke tanah
dan meningkatnya runoff / aliran air di permukaan tanah sebagai akibat
dari kelebihan kapasitas kandungan air tanah. Dan Bertujuan untuk
mengurangi aliran banjir dan besarnya runoff dengan mengisi kembali air
tanah dan melestarikan siklusg hidrologi yang sehat di daerah aliran
sungai. Menurut kepala BBWS Ciliwung –Cisadane, pengelolaan banjir
dengan cara RSIF ini dapat diterapkan di lapangan parkir.
3. Drainase yang Buruk
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti drainase adalah saluran air /
penyaluran air / pengatusan. Ada beberapa sistem drainase seperti aerasi,
alamiah, bawah permukaan, induk, lapangan, permukaan, dan terbuka.
a. Aerasi adalah drainase tertutup untuk memperbaiki aerasi tanah
agar proses mikrobiologi dapat berlangsung di dalam tanah dengan
baik dan dapat mengubah sifat kimia tanah
b. Alamiah adalah pembuangan air permukaan suatu daerah secara
alamiah (sifat anomali air)
c. Bawah permukaan adalah drainase alam ata buatan yang terdapat
di bawah permukaan tanah
d. Induk adalah drainase yang bertalian dengan saluran induk
e. Lapangan adalah pembuangan air hujan dari daerah pertanian
untuk menghindarkan
f. Permukaan adalah pengendalian air permukaan yang menggenangi
permukaan tanah 10
g. Terbuka adalah drainase yang dibuat dari saluran atau parit terbuka
4. Sifat Anomali Air
Definisi anomali air adalah sifat kekecualian air. Pada umumnya, suatu zat
akan memuai jika dipanaskan dan akan menyusut jika didinginkan, tetapi
air mempunyai sifat khas. Jika dipanaskan antara suhu no derajat celcius,
sampai empat derajat celcius, volumnya akan menyusut. Terkait dengan
permasalahan yang terjadi, dikarenakan kontur belakang showroom
Auto2000 yang memiliki kontur rendah, makan sesuai sifat air yang
sebagai berikut : 1. Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju
permukaan rendah 2. Kapilaritas, kemampuan zat cari untuk meresap
melalui celahcelah kecil 3. Bentuk permukaan air selalu tenang dan datar
3. Kajian Pustaka
3.1 Pengertian Banjir

Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia (KBBI) banjir “berair banyak dan


deras kadang-kadang meluap atau peristiwa terbenamnya daratan karena
peningkatan volume air”.anjir berarti “berair banyak dan deras kadang-
kadang meluap atau peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan
volume air”.tiwa terbenamnya daratan karena peningkatan volume air”.

3.2 Jenis-Jenis Banjir:

3.2.1 Banjir air

Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini
adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan
meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini
disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau
danau tidak mampu lagi menampung air.

3.2.2 Banjir “Cileunang”

Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir
cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air
yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang
melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di
sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup
lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat
hujan tiba).

3.2.3 Banjir bandang

Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga
mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih
berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu
berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri.
Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya
sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana
tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke
daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan
menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran
besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang
berada di wilayah sekitar pegunungan.

3.2.4 Banjir rob (laut pasang)

Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir
seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang
pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang sudah menumpuk,
akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.

3.2.5 Banjir lahar dingin

Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir
jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini
kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke
daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan
pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat
meluber ke pemukiman warga.

3.2.6 Banjir lumpur

Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah


Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh
keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur
yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga
mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat
ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan
baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik
semburan lumpur utama.

4. Dampak Banjir Terhadap Kehidupan Masyarakat dan Lingkungan


4.1 Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya,
dankanal.
4.2 Sekunder
Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan
oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung
kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah
setempat. Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak
bisa bernapas. Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan
bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
4.3 Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi
akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan;
biaya pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong
kenaikan harga, dll.

4.4 Dampak Positif

Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air
skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi
kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah.
Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering
yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar
memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor
sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman
makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk
danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada
tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir
untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi)

5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Permasalahan Terjadi


5.1 Saluran Air yang Buruk Pada kota-kota besar seperti Jakarta dan lainnya
yang kerap terjadi biasanya dikarenakan saluran air yang mengalirkan air
hujan dari jalan ke sungai sudah tidak terawat. Banyak saluran air di
perkotaan yang tertutup sampah, memiliki ukuran yang kecil, bahkan tertutup
beton bangunan sehingga fungsinya sebagai saluran air tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya lalu kemudian terjadi genangan air di jalanan yang
menyebabkan banjir.

5.2 Daerah Resapan Air yang Kurang Selain karena saluran air yang buruk
ternyata daerah resapan air yang kurang juga mempengaruhi suatu wilayah
dapat terjadi banjir. Daerah resapan air merupakan suatu daerah yang banyak
ditanami pohon atau yang memiliki danau yang berfungsi untuk menampung
atau menyerap air ke dalam tanah dan disimpan sebagai cadangan air tanah.
Akan tetapi karena di daerah perkotaan seiring meningkatnya bangunan yang
dibangun sehingga menggeser fungsi lahan hijau sebagai resapan air menjadi
bangunan beton yang tentunya akan menghambat air untuk masuk ke dalam
tanah. Sehingga terjadi genangan air yang selanjutnya terjadi banjir.

5.3 Sungai yang Tidak Terawat Sungai sebagai media mengalirnya air yang
tertampung dari hujan dan saluran air menuju ke laut lepas tentunya sangat
memegang peranan penting pada terjadi atau tidaknya banjir di suatu daerah.
Jika sungainya rusak dan tercemar tentu fungsinya sebagai aliran air menuju
ke laut akan terganggu dan sudah dipastikan akan terjadi banjir. Biasanya
kerusakan yang terjadi di sungai yaitu endapan tanah atau sedimentasi yang
tinggi, sampah yang dibuang ke sungai sehingga terjadi pendangkalan, serta
fungsi sempadan sungai atau bantaran sungai yang disalahgunakan menjadi
pemukiman warga.

5.4 Kesadaran Masyarakat yang Kurang Baik Sikap masyarakat yang kurang
sadar terhadap lingkungan juga ternyata sangat berpengaruh pada resiko
terjadinya banjir. Sikap masyarakat yang kurang sadar mengenai membuang
sampah agar pada tempatnya, menjaga keasrian lingkungan, dan pentingnya
menanami pohon menjadi faktor yang sangat penting untuk terjaganya
lingkungan dan agar terhindar dari bencana banjir. Selain dapat
menghindarkan banjir, sikap peduli lingkungan juga dapat menyehatkan dan
tentunya akan meningkatkan taraf hidup masyaraktnya.

6. Dilema dan Tantangan Pembangunan Bagi Masyarakat dan Lingkungan


Menurut Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ada 4
dilema dan tantangan dalam mencegah banjir di Jakarta yaitu:
1. Adanya potensi banjir berdasarkan perkiraan curah hujan yang tinggi dan
pasang air laut yang dipengaruhi bulan purnama.
2. Kedua, kondisi sungai di DKI Jakarta yang mempunyai kapasitas terbatas.
Akibatnya, jika curah hujan tinggi dan air kiriman dari hulu dating, sungai
tidak mampu menampung. Belum lagi sampah yang menggunung di
sungai. Pembersihan sampah difokuskan di Sungai Ciliwung dengan
melibatkan personel TNI dan Pemda setempat.
3. "Sistem keorganisasian juga perlu mendapat perhatian khusus. Jumlah
personel BPBD DKI Jakarta perlu ditambah," katanya saat ditemui di
Lanud Halim Perdanakusuma, Sabtu (26/1). Ia menyebut personel BPBD
Jakarta hanya berjumlah 38 orang. Ia mengakui jumlah tersebut sangat kurang
jika dibandingkan dengan jumlah warga Jakarta yang harus mereka tangani.
Akibatnya untuk pengaduan bencana dan distribusi bantuan pihaknya cukup
kewalahan.
4. Masyarakat yang enggan mengungsi meski rumahnya terendam banjir
juga menjadi tantangan tersendiri. Untuk mengatasinya, Syamsul mengaku
terus berkoordinasi dengan Pemda DKI di setiap wilayah.
7. Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengelolahan dan Perlndungan
Lingkungan Hidup
Peran pemangku kepentinhgan yang dimaksud adalah pemerintah.
Pemerintah harus mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk
mengontrol situasi daerah rawan bencana. Kemampuan itu meliputi
perencanaan dan persiapan respons bencana, bantuan koordinasi, kebijakan
rekontruksi dan mengatasi masalah populasi.
Pemerintah dengan sebuah pengembangan program manajemen
bencana dapat melakukan koordinasi yang baik. Berdasarkan pada hukum
kemanusiaan internasional, pemerintah nasional merupakan pihak utama yang
harus merespon bencana alam. Wilayah daerah dan bencana merupakan
sebuah upaya pengujian kumpulan kebijakan, praktik dan profesionalitas
manajemen tanggap darurat dari sebuah perspektif pemerintah lokal. Upaya
tersebut difokuskan pada pemerintah lokal sebagai level pertama tahap
bencana. Respons merupakan hal yang penting untuk meminimalisir korban-
korban dan mengoptimalkan kemampuan komunitas untuk merespons. Upaya
tanggap darurat bencana secara kewilayahan bergantung pada pemerintah
lokal.
masalah manajemen bencana difokuskan pada pemerintah lokal, ada
beberapa alasan yaitu :
1. Manajemen bencana di implementasikan oleh pemerintah lokal.
2. Pemerintah lokal mempunyai peran aktif dalam manajemen
bencana.
3. Pemberian wewenang yang besar dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah.
4. Kebijakan respons bencana memerlukan tempat secara lokal.
Alasan-alasan tersebut mendasari manajemen bencana diwilayah lokal
merupakan kunci dalam pelaksanaan manajemen bencana.

8. Solusi yang diusulkan


Solusi yang diusulkan antara lan:
1. Membuat lubang-lubang serapan air
Dengan adanya lubang serapan air, air akan langsung menuju ke saluran
sehingga tidak ada air yang tergenang.
2. Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau
Dengan adanya ruang terbuka hijau air dapat meresap ke tanah. Semakin
luas ruang terbuka hijau yang tersedia maka semakin banyak air yg bisa
meresap sehingga kemungkinan banjir dapat diminimalisir.
3. Meningkakan kesadaran dari masyarakat untuk tidak membangun rumah
di daerah bantaran sungai. Dengan adanya pembangunan di daerah
bantaran sungai itu akan membuat sungai semakin menyempit dan
gampang meluap jika terjadi hujan dalam intensitas banyak.
Selain itu, perilaku membuang sampah di sungai juga perlu dihilangkan
sehingga membuat lingkungan sungai bersih.
4. Membuat taman di pinggir sungai agar sungai bisa terjaga dari
pembangunan yg dilakukan di area pinggir sungai, selain itu taman juga
dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi masyarakat.
5. Menanam pohon sehingga dapat membantu menyerap air hujan
6. Mebuat waduk. Dengan adanya waduk air dapat tertahan di area hulu
sehingga volume air yang masuk di Jakarta terkendali. Pada tahun 2019
dua waduk telah dibangun di bogor. Menurut Anis Baswedan selaku
gubernur ibukota Jakarta ia menyebutkan bahwa pembangunan dua waduk
tersebut bisa menurunkan hingga 30% volume air yang masuk ke wilayah
Jakarta. Mungkin waduk perlu ditambah agar volume air yang masuk
semakin sedikit.

9. Kebijakan untuk Menunjang Solusi


Adapun Kebijakan untuk menunjang solusi yang diusulkan adalah
1. Menetapkan peraturan mengenai garis sempadan sungai sehingga tata
ruang biasa lebih teratur dan tidak mengganggu aktifitas sungai.
2. Memberikan sanksi bagi oknum-oknum yang membangun di daerah
bantaran sungai
3. Saat ini ruang terbuka hijau di Kota Jakarta belum memenuhi standar
minimum. Target ruang terbuka hijau di Jakarta adalah 30% dan yang
terpenuhi baru 9,9 %. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk
memenuhi target ruang terbuka hijau yang belum terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai