Anda di halaman 1dari 41

PANDUAN

PELAYANAN GERIATRI

RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA SUNGAILIAT


2018
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RS. MEDIKA STANNIA
Nomor :

Tentang

BUKU PANDUAN PELAYANAN GERIATRI


RS. MEDIKA STANNIA

Menimban : 1. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana


g kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat;
2. bahwa rumah sakit harus mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu, akuntabel dan
transparan kepada masyarakat, khususnya bagi
jaminan keselamatan pasien (patient safety);
3. bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan
keperawatan yang bermutu dan profesional perlu
didukung ketersediaan sumber daya pemberi
pelayanan kesehatan di RS Medika Stannia;
4. bahwa rumah sakit sebagai institusi yang bergerak
dibidang pelayanan kesehatan harus didukung
sumber daya pemberi pelayanan kesehatan yang
kompeten sesuai dengan bidang tugasnya;
5. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud di atas, perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur RS Medika Stannia.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Keputusan Dirjend Bina Upaya Kesehatan RI Nomor
HK.02.04/1/2.790/2011 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
4. Surat Keputusan Pimpinan Dinas Kesehatan DKI
Jakarta Nomor… tentang Pengangkatan Direktur RS
Medika Stannia.

ii
MEMUTUSKAN

Menetapka :
n
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RS MEDIKA STANNIA
TENTANG PANDUAN PELAYANAN GERIATRI RS
MEDIKA STANNIA ;
Kedua : Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud
Diktum Kesatu tercantum dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga : Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud
Diktum Kedua digunakan di RS Medika Stannia dalam
rangka meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan
perlindungan dan pemenuhan hak-hak para lansia;
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;
Kelima : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan
penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Sungailiat


Pada tanggal:

Direktur RS Medika Stannia

dr. Khairul Saleh, Sp.PD


NIP.

Tembusan :

iii
KATA PENGANTAR

Semoga rahmat dan hidayah Allah SWT senantiasa tercurah


kepada kita semua. Amin.
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang
dihormati, bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan
berkembang di masyarakat, tetapi juga karena lansia tergolong dalam
kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian
fasilitas dan pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan
pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU
Nomor 39 Tahun 1999. Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas
dan pelayanan khusus di rumah sakit berupa kursi roda, lift khusus, toilet,
jalan/akses bagi lansia yang bertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan
khusus berupa “Pelayanan Geriatri”.
Buku Panduan Pelayanan Geriatri RS Medika Stannia ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka perlindungan dan pemenuhan
hak-hak para lansia.
Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan
saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.
Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah
S.W.T. Amin.

Sungailiat, Agustus 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
SK DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN BUKU PANDUAN
PELAYANAN GERIATRI.............................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................1
B. TUJUAN................................................................................1
C. PENGERTIAN......................................................................2
BAB II. RUANG LINGKUP......................................................................4
BAB III. TATALAKSANA.........................................................................5
A. PELAYANAN GERIATRI......................................................4
1. Batasan Pelayanan........................................................4
2. Alur Pelayanan Geriatri..................................................5
3. Pelayanan Geriatri di RS Xxxx
4. Jenis Pelayanan Geriatri................................................6
5. Assesment Geriatri.........................................................9
6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri................9
7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri...............................10
8. Kriteria Pelayanan Lansia............................................10
9. Tata Laksana Assesment Lansia.................................10
10. Tujuan Assesment Usia Lanjut....................................10
11. Proses Assesment Usia Lanjut....................................11
B. GERIATRIC GIANTS..........................................................21
1. Sindroma Serebral.......................................................21
2. Konfusio dan Dimentia.................................................22
3. Gangguan Otonom.......................................................23
4. Inkontinensia................................................................23
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)..................................23

v
6. Kelainan pada Tulang Belakang..................................26
7. Dekubitus.....................................................................26
BAB IV. DOKUMENTASI.......................................................................30
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang
dihormati, bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan
berkembang di masyarakat, tetapi juga karena lansia tergolong dalam
kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa
pemberian fasilitas dan pelayanan khusus dalam rangka perlindungan
dan pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 8
UU Nomor 39 Tahun 1999. Salah satu wujudnyaadalah tersedianya
fasilitas dan pelayanan khusus di rumah sakit berupa kursi roda, lift
khusus, toilet, jalan/akses bagi lansia yang bertongkat, tangga,
fasilitas lain dan layanan khusus berupa “Pelayanan Geriatri”.
Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu di pedesaan
maupun di perkotaanterus meningkat. Berdasarkan jenis kelaminnya,
jumlah lansia perempuan ± 9,5 juta lebih banyak dibanding lansia laki-
laki ± 8,2 juta. Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan
lebih tinggi jika dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki.
Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan,
kesehatan dan program-program terkait, berdampak pada
menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan hidup.
Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan meningkatnya berbagai
penyakit dan ketidakmampuan (disability), sehingga diperlukan
perawatan dan pengobatan dengan waktu yang cukup lama,
sedangkan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi lansia di rumah
sakit masih sangat kurang.

1
B. TUJUAN
Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar ada standar pelayanan
kesehatan bagi lansia yang populasinya sudah semakin meningkat,
yaitu :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
kesehatan;
2. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental;
3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila
dijumpai suatu kelainan;
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang
menderita penyakit atau gangguan kesehatan, dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal);
5. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau
gangguan kesehatan sudah tidak dapat disembuhkan, ilmu ini
mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan
perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akhir hidupnya
memberikan bantuan moril dan perhatian yang maksimal, sehingga
kematiannya berlangsung dengan tenang);
6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan
mencegah disabilitas-handicap diwaktu mendatang. Sifat dari
asesmen ini tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin
dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan
kesehatan.

C. PENGERTIAN
1. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani
tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang
berusia lanjut.

2
2. Pasien Geriatri adalah orang tua berusia diatas 60 tahun yang
memiliki penyakit lebih dari 2 (dua) /majemuk/multipatologi akibat
gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau kondisi sosial yang
bermasalah.
3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian
lansia yaitu :
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau
kelainan, baik psikologik, fisiologik, maupun struktur atau fungsi
anatomik;
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam
kemampuan untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat
dilakukan oleh orang normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat
impairment / disabilitas sehingga membatasinya untuk
melaksanakan peranan hidup secara normal (berhubungan erat
dengan usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor sosial budaya);
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin
untuk menilai aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi
penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim multidisipliner yang bekerja secara
multidisipliner, interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan
usia lanjut.Tim ini minimal terdiri atas dokter geriatris atau
internis/dokter umum yang dilatih juga dokter spesialis psikologis,
perawat yang telah mendapatkan pelatihan geriatri, fisioterapi,
nutrisionis dan farmasi.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Linkup Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Medika Stannia meliputi:


1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2. Dokter Spesialis Penyakit Bedah
3. Dokter Spesialis penyakit Mata
4. Dokter Spesialis Penyakit Syaraf
5. Dokter Spesialis Penyakit THT
6. Dokter Spesialis Penyakit Mata
7. Dokter Spesialis Penyakit Kulit
8. Dokter Spesialis Obsgyn
9. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
10. Ruang Rawat Inap
11. Instalasi Rawat Jalan
12. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
13. Unit Pendaftaran
14. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
15. Fisioterapi

4
BAB III
TATALAKSANA

A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan
pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologik
pada pasien usia lanjut.
a. Pelayanan Geriatri Sederhana adalah suatu bentuk
pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan hanya berupa
pelayanan poliklinik. Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim
Geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter Umum yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik, minimal fisioterapis.
b. Pelayanan Geriatri Sedang adalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang mempunyai kegiatan poliklinik, day hospital sesuai
dengan kemampuan rumah sakit. Pelayanan tersebut diberikan
oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter Spsesialis Penyakit Dalam yang telah mendapat
pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik yang ada.
c. Pelayanan Geriatri Lengkap adalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang mempunyai kegiatan pelayanan poliklinik, day
hospital, ruang geriatri akut dan pelatihan-pelatihan. Pelayanan
tersebut diberikan oleh :
- Konsultan geriatri/dokter spesialis kesehatan usia lanjut;
- Tim Rehabilitasi Medik, yaitu dokter spesialis rehabilitasi
medik/dokter umum yang dilatih rehabilitasi medik,

5
fisoterapis, okupasi terapis, ortotisprostetis, terapi wicara,
psikologi dan pekerja sosial;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Nutrisionis;
- Asisten farmasi;
- Disyaratkan pula harus memiliki akses ke Instalasi
Rehabilitasi Medik yang lengkap di rumah sakit yang sama;
d. Pelayanan Geriatri Sangat Lengkap atau Paripurna adalah
suatu bentuk pelayanan geriatri yang memberikan pelayanan
poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan kronis,
pendidikan, serta penelitian dan pengembangan;
Tenaga Tim Geriatri Paripurna sama dengan Tim Geriatri
Lengkap, akan tetapi ditambah tenaga untuk penelitan,
pengembangan, dan konsultasi hukum.
Seperti pada Pelayanan Geriatri Lengkap, pada Pelayanan
Geriatri Paripurna disyaratkan pula untuk mempunyai akses ke
Instalasi Rehabilitasi Medik yang lengkap.
Yang diwajibkan untuk melakukan penelitian adalah tingkat
pelayanan sangat lengkap saja, sedangkan tujuan penelitian
adalah untuik pengembangan ilmu geriatri. Tingkat pelayanan
dibawahnya boleh dilaksanakan penelitian yang lebih
sederhana.

2. Alur Pelayanan Geriatri


a. Bagan Alur Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Kelas B;

IGD POLIKLINIK DOKTER PRAKTEK

IRJ POLI GERIATRI PUSKESMAS

POPULASI USILA PANTI 6


b. Bagan Alur Pelayanan Geriatri di RS Medika Stannia
DOKTER
IGD PRAKTEK
POLIKLINIK UMUM

PSIKIATRI / POLIKLINIK REHABILITASI


PSIKOLOG PENYAKIT DALAM MEDIK

DINAS SOSIAL / PUSKESMAS


PANTI JOMPO

3. Pelayanan Pasien Geriatri di RS Medika Stannia


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk
pasien hanya didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien
tersebut dirawat sesuai dengan DPJP nya.
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua),
maka pasien dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Geriatri
sesuai dengan permasalahan (diagnosanya) dan dilakukan
pengisian asesmen geriatri oleh salah satu dari Tim Geriatri
sesuai dengan jadwal atau sesuai yang ditunjuk oleh DPJP
Utama.

4. Jenis Pelayanan Geriatri


a. Poliklinik Geriatri;
Tempat ini memberikan jasa pengadaan asesmen, tindakan
kuratif sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan,
baik dari masyarakat, puskesmas, maupun antar poliklinik.
Tenaga minimal yang dibutuhkan adalah dokter umum/internis
yang telah mendapat kursus geriatri atau dokter spesialis
geriatri/geriatrism, seorang perawat, dan seorang petugas
sosial medik.

7
b. Bangsal Geriatri Akut;
Bangsal Geriatri merawat pasien usia lanjut yang menderita
penyakit akut atau semi akut, antara lain: stroke akut,
pneumonia, asidosis, penyakit jantung kongestif, dan lain-lain.
Pasien lansia dilakukan asesment, tindakan kuratif dan
rehabilitasi oleh Tim Geriatri.
Ketenagaan di bangsal ini tergantung dari jumlah tempat tidur
dan kompleknya pelayanan yang diberikan, minimal ada tenaga
geriatris atau internis yang mendapat kursus geristri,
perawat1 (satu) TT minimal 1 (satu) perawat, tenaga
rehabilitasi (FT,OT,TW,PSM). Bisa ditambahkan ke dalam tim
tersebut psikolog, nutrision, tenaga farmasi dan tenaga lain
sesuai kebutuhan rumah sakit.
Tenaga di bangsal akut ini melayani konsultasi dari bangsal lain
yang membutuhkan.
c. Rehabilitasi Medik;
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan
pendekatan medik, psikososial edukasional dan vokasional
untuk mencapai kemampun fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan, sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan
diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek impairment,
disabilitas dan handikap, sehingga rehabilitasi medik
merupakan aspek penting dalam pelayanan lansia dan harus
dilaksanakan secepat mugkin sejakpasien masuk sampai
pulang sesuai kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik
penyakit yang menyertai maupun kemampuan fungsional yang
mampu dilakukan. Banyak instrument untuk menilai
kemampuan seorang lansia,salah satu diantaranya adalah

8
Index Katz yang cukup sederhana dan mudah diterapkan untuk
menilai kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan
Sehari-hari) dan juga untuk meramalkan prognosis dari
berbagai macam penyakit pada golongan lansia
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian
tubuh atau dapat melakukan sendiri secara menyeluruh.
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh atau tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri : menaruh, mengambil, memakai dan
menanggalkan pakaian sendiri serta menalikan sepatu
sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toiletting
- Mandiri : pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai
pakaian dalam, membersihkan kotoran.
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke
tempat duduk (memakai/tidak memakai alat bantu).
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan
bantuan.
5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau
seluruhnya dengan bantuan manual atau kateter.
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang
lainnya dan memasukkan ke dalam mulut (tidak

9
termasuk kemampuan memotong daging daging dan
menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega
pada roti).
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau
tidak dapat makan sendiri secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar
tersebut di atas, kemudian diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh)
tahapan yang disebut sesuai dengan aktivitas yang dikerjakan
sendiri atau disebut juga Index Katzyang secara berurutan
adalah sebagai berikut :
1) Index Katz A: mandiri untuk 6 (enam) aktivitas;
2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas;
3) Index Katz C: mandiri, kecuali “bathing” dan 1 (satu) fungsi
lain;
4) Index Katz D : mandiri, kecuali “bathing, dressing” dan 1
(satu) fungsi lain;
5) Index Katz E : mandiri,kecuali “bathing, dressing, toileting”
dan 1 (satu) fungsi lain;
6) Index Katz F : mandiri, kecuali “bathing, dressing, toileting,
transfering”, dan 1 (satu) fungsi lain;
7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam)
aktivitas.
d. Bangsal Geriatri Kronis;
Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan
penyakit kronis yang memerlukan rawat inap dalam jangka
waktu lama dan memerlukan biaya sangat tinggi mengingat
turn over ratenya yang sangat rendah (sementara ini rumah
sakit memfasilitasi di bangsal internis).
e. Pendidikan dan Riset.
Hal ini merupakan suatu bagian inplisit dari suatu pemberian
pelayanan geriatri, antara lain : dilaksanakan untuk pendidikan

10
tenaga paramedis, medis,terapis rehabilitasi, dan berbagai riset
yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan dan
pengembangan ilmu geriatri.

5. Assesment Geriatri;
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin
untuk menilai aspek medik, fungsional, psikososial dan ekonomi
penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen ini bersifat
tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan
koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.

6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :


- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif
dengan atau tanpa disertai penyakit akut;
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami
jatuh (falls), atau imobilisasi (bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care).
seperti kesulitan makan atau berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan
tingkah laku (behavior) dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit
parkinson, arthritis, gangguan berkemih (inkontinensia urine),
atau gangguan buang air besar.

7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :


- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.

11
8. Kriteria Pelayanan Lansia;
- Komprehensif : adanya dukungan finansial yang adekuat,
perawatan sehari-hari, pelayanan kesehatan yang memadai,
pendidikan kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi
dan aktifitas fisik dan pelayanan transportas;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.

9. Tata Laksana Assesment Lansia;


Assesment Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses
keperawatan yang:
- Ditujukan kepada usia lanjut;
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan
kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis
keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.

10. Tujuan Assesment Usia Lanjut;


a. Menegakkan :
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment),
ketidakmampuan (disabilitas) dan ketidakmampuan sosial
(handicap) untuk dapat dilakukan terapi dan/atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan
yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan penderita
tersebut.

12
11. Proses Assesment Usia Lanjut;
a. Pengkajian
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
Umur :              th
Status : (1) Menikah
(2)Tidak menikah
(3)Janda
(4) Duda
Agama : (1) Islam
(2) Protentas
(3) Hindu
(4) Katolik
(5) Budha
Suku : (1) Jawa
(2) Madura
(3) lain-lain,sebutkan....
Tingkat pendidikan : (1) Tidak tamat SD
(2) Tamat SD
(3) SMP
(4)SMU
(5) PT
(6)Buta huruf
Sumber pendapatan : (1) PNS
(2) Wiraswasta
(3)Lain-lain.............
Keluarga yang dapat dihubungi :
Jumlah Anak Pekerjaan Tempat Tinggal
1.
2.

13
Kondisi Lingkungan/Rumah :
 Lantai licin/tidak;
 Penerangan cukup/tidak;
 Jarak kamar mandi dengan kamar pasien.
Riwayat Pekerjaan  : ……………………………………………
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini :
(1) Nyeri dada
(2) Pusing
(3) Batuk
(4) Panas
(5) Sesak
(6) Gatal
(7) Diare 
(8) Jantung berdebar
(9) Nyeri sendi
(10)Penglihatan kabur
(11) Lain-lain....................................................
Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :
(1) Nyeri dada  
(2) Pusing 
(3) Batuk
(4) Panas  
(5) Sesak
(6) Gatal
(7) Diare 
(8) Jantung berdebar    
(9) Nyeri sendi  
(10) Penglihatan kabur
Penyakit saat ini :
(1) Sesak nafas/PPOM

14
(2) Nyeri Sendi/Rematik
(3)Diare
(4)Penyakit kulit
(5) Jantung 
(6) Mata 
(7) DM 
(8) Hipertensi
(9)Lain-lain......................................
Kejadian Penyakit 3 bulan terakhir :
(1) Sesak nafas/PPOM
(2) Nyeri Sendi/Rematik
(3) Diare
(4) Penyakit kulit
(5) Jantung
(6) Mata
(7) DM
(8) Hipertensi
(9) Lain-lain ..................................
Status Gizi :
- Sehari makan berapa kali.....
- Habis berapa porsi.....
- Makan sendiri/dengan bantuan.....
c. Status Fisiologis
Postur Tulang Belakang Lansia :
(1) Tegap  
(2) Membungkuk  
(3) Kifosis
(4) Skoliosis
(5) Lordosis
Tanda-tanda vital
(1) Suhu :

15
(2) Tekanan darah :
(3) Nadi :
(4) Respirasi :
(5) Berat badan :
(6) Tinggi badan :
(7) IMT :
Status Gizi :
d. Sehari makan berapa kali.....
e. Habis berapa porsi.....
f. Makan sendiri/dengan bantuan.....

g. Pengkajian Head To Toe


1) Kepala                
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………..
2) Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus : ya/tidak
Penglihatan : Kabur/tidak
Peradangan : Ya/tidak
Riwayat katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ………………………………………
Penggunaan kacamata : ya/tidak
3) Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak

16
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….
4) Mulut dan Tenggorokan
Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab
Peradangan/stomatitis : ya/tidak
Gigi geligi : karies/tidak,ompong/tidak
Radang gusi : ya/tidak
Kesulitan mengunyah: ya/tidak
Kesulitan menelan : ya/tidak
5) Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelaskan :
……………………………………..
Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….
6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak
JVD : ya/tidak
Kaku kuduk : ya/tidak
7) Dada
Bentuk dada : normal chest / barrel chest /
pigeon chest / lainnya
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
Ronchi : ya/tidak
Suara jantung tambahan : ada/tidak
Ictus cordis : …………………
8) Abdomen
Bentuk : distend/flat/lainnya

17
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Bising usus : ada/tidak, frekwensi: ….. kali/menit
Massa : ya/tidak, regio
9) Genetalia
Kebersihan : baik/tidak
Haemoroid: ya/tidak
Hernia : ya/tidak
10)Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1 – 5 )
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi dengan sokongan
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak,
jelaskan…………………………......
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Alat bantu : ya/tidak,jenis : ………………………………

No Aspek Penilaian Keterangan Nilai


1. Berdiri dengan postur
normal
2. Berdiri dengan postur
normal (mata tertutup)
3. Berdiri dengan saru kaki Kanan :
Kiri :
4. Berdiri, fleksi trunk, dan
berdiri ke posisi netral
5. Berdiri, lateral dan fleksi
trunk

18
No Aspek Penilaian Keterangan Nilai
6. Berjalan, tempatkan salah
satu tumit didepanjari kaki
yang lain
7. Berjalan sepanjang garis
lurus
8. Berjalan mengikuti tanda
gambar pada lantai
9. Berjalan mundur
10. Berjalan mengikuti lingkaran
11. Berjalan dengan tumit
12. Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat
11)Integumen
Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : Kering/lembab
Gangguan pada kulit : ya/tidak, 
jelaskan ……………………….
12)Test Koordinasi / Keseimbangan
Intepretasi : ……………
Kriteria Penilaian : Keterangan :
4 : Melakukan aktifitas 42-54 : Melakukan aktifitas
dengan lengkap dengan lengkap

3 : Sedikit bantuan (untuk 28-41 : Sedikit bantuan


keseimbangan) (untuk
keseimbangan)

2 : Dengan bantuan 14-27 : Dengan bantuan


sedang s/d maksimal sedang s/d
maksimal

1 : Tidak mampu < 14 : Tidak mampu


melakukan aktifitas melakukan aktifitas

13)Frekwensi Kunjungan Keluarga :

19
1 kali/bulan; 2 kali/bulan; Tidak pernah
14)Pengkajian Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap I :-Apakah klien mengalami susah tidur?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Apakah klien murung atau menangis
sendiri ?
- Apakah klien sering was-was ?
Lanjutkan Pertanyaan Tahap IIjika jawaban “ya” 1 atau
lebih;
Pertanyaan Tahap II: -Keluhan lebih dari 3 bulan ?
- Lebih dari 1 bulan ?
- 1 kali dalam satu bulan ?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Ada gangguan/masalah dengan orang
lain?
- Menggunakan obat tidur atau
penenang atas anjuran dokter ?
- Cenderung mengurung diri ?
Jika jawaban ”ya” lebih dari 1 atau sama dengan 1, maka
masalah emosional ada atau ada gangguan emosional.
Kesimpulan ……………………………………………………....
15)Identifikasi Aspek Kognitif
Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan ……………………………………………………....
16)Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
Kebiasaan Merokok : >3 batang sehari
< 3 batang sehari

20
Tidak merokok
Kebiasaan Minum Alkohol :(1) Tidak pernah
(2) Sering
Minum Kopi : (1) Tidak
(2) Ya : 1 gelas/hari
2 gelas/ hari
lebih 3 gelas/hari
17)Pengetahuan Tentang Kesehatan Usia Lanjut
Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang
sehat :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita :
- Sudah tahu dan jelas
- Tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-
penyakit pada usia lanjut :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik
untuk usia lanjut :
- Sudah tahu dan jelas                             
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Tidak tahu
18)Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari :
Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Frekwensi makan: 1 kali sehari
2 kali sehari

21
3 kali sehari
Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan: 1 porsi dihabiskan
½ porsi yang dihabiskan
< ½ porsi yang dihabiskan
Makanan tambahan : - Dihabiskan
- Tidak dihabiskan
- Kadang-kadang dihabiskan
Pola Pemenuhan Cairan
Frekwensi minum: < 3 gelas sehari
> 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
-Takut kencing malang hari
-Tidak haus
-Persediaan air minum terbatas
-Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman : - Air putih
- Teh
- Kopi
- Susu
- Lainnya, ……………..
Pola Kebiasaan Tidur
Jumlah Waktu Tidur : < 4 jam
4-6 jam
> 6 jam
Gangguan Tidur berupa : - Insomnia
- Sering terbangun
- Sulit mengawali
- Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur :
- Santai

22
- Diam Saja    
- Ketrampilan
- Kegiatan Keagamaan
Pola Eliminasi BAB
Frekwensi BAB : 1 kali sehari
2 kali sehari
Lainnya, ………………….
Konsisitensi : - Encer
- Keras
- Lembek
Gangguan BAB : - Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Diare
- Tidak ada
Pola BAK
Frekwensi BAK : 1-3 kali sehari
4-6 kali sehari
> 6 kali sehari
Warna Urine : - Kuning
- Jernih
- Putih Jernih
- Kuning Keruh
Gangguan BAK : - Inkontinensia Urine
- Retensi Urine
Pola Aktifitas
Kegiatan Produktif Lansia yang sering dilakukan :
- Membantu kegiatan dapur
- Berkebun
- Pekerjaan rumah tangga
- Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri

23
Mandi : 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
< 1 kali sehari
Memakai Sabun:(1) ya(2) tidak
Sikat Gigi: 1 kali sehari
2 kali sehari
Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi:(1) ya (2) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih: 1 kali sehari
> 1 kali sehari
Tidak ganti

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)


Skor
Dengan
No Kriteria Mandiri yang Keterangan
Bantuan
Didapat
1. Makan 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
2. Minum 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
3. Berpindah dari 5-10 15
kursi roda ke
tempat tidur, atau
sebaliknya
4. Personal toilet 0 5 Frekuensi
(cuci muka,
menyisir rambut,
gosok gigi)
5. Keluar masuk 5 10
toilet (mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi
7. Jalan di 0 5
permukaan datar

24
Skor
Dengan
No Kriteria Mandiri yang Keterangan
Bantuan
Didapat
8. Naik turun 5 10
tangga
9. Mengenakan 5 10
pakaian
10. Kontrol bowel 5 10 Frekuensi:
(BAB) Konsistensi:
11. Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi :
(BAK) Warna :
12. Olah raga/latihan 5 10 Jenis :
Frekuensi :
13. Rekreasi/pemanf 5 10 Jenis :
aatan waktu Frekuensi :
luang
Jumlah :
Interpretasi :
˃65 : Ketergantungan Total
65-125 : Ketergantungan Sebagian
130 : Mandiri
Kesimpulan :……………………………………………………

B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan
usia muda. Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi
berkenaan dengan bertambahnya usia atau memang ada suatu
proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari
penyakit pada lansia yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC
GIANTS”, yang terdiri dari :
1. Sindroma Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada
usia lanjut, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua
sangat rentan terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan
posisi tubuh maupun faktor lain, misalnya yang berkaitan dengan

25
tekanan darah seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak yang
berkaitan dengan pengaturan tekanan darah (sistem otonom).

2. Konfusio dan Dimentia


Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi
kognitif yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat
kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir
yang berakibat terjadinya disorientasi.
Gambaran klasik penderita konfusio yaitu :
a. Derajat kesadaran menurun, misalnya sulit untuk tetap bangun
saat diperiksa;
b. Gangguan persepsi,antara lain ilusi, delusi, halusinasi dan mis
intrepretasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia,
tetapi siang hari tertidur;
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu, tempat dan orang;
f. Gangguan memori.
Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya
fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan
dalam 4 (empat) golongan,yaitu :
a. Dementia degeneratif primer 50-60%;
b. Dementia multi-infark 10-20%;
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%;
d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE=
Mini Mental State Examination)
Daftar Pertanyaan Penilaian
1. Tanggal berapakah hari ini ? 0 – 2 kesalahan = baik
(bulan, tahun); 3 – 4 kesalahan =

26
Daftar Pertanyaan Penilaian
2. Hari apakah hari ini? gangguan intelek
3. Apakah nama tempat ini? ringan
4. Berapa nomor telepon 5 – 7 kesalahan =
Bapak/Ibu? (bila tidak ada gangguan intelek
telepon, jalan apakah rumah sedang
Bapak/Ibu?) 8 – 10 kesalahan =
5. Berapa umur Bapak/Ibu? gangguan intelektual
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, berat
bulan tahun)
7. Siapakah nama gubernur kita?
(walikota/lurah/camat)
8. Siapakah nama gubernur Bila penderita tidak pernah
sebelum ini? sekolah, nilai kesalahan
(walikota/lurah/camat) diperbolehkan + 1 dari nilai
9. Siapakah nama gadis Ibu anda? di atas.
10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari Bila penderita sekolah lebih
20 dari SMA kesalahan yang
diperbolehkan -1 dari atas.
Dari : Folstein,1990
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya
gangguan syaraf otonom pada usia lanjut adalah :
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan
pada neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan
asetil kolin terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama,
yaitu kolin asetilase. Hal ini cenderung menurunkan fungsi
otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada
penderita lansia. Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau
feses) tanpa disadari, dalam jumlah dan frekwensi yang cukup
sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau
sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;

27
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri.

5. Jatuh (The True Geriatric Giant)


Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
- Penurunan visus dan pendengaran;
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek
postural karena proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum;
- Alat-alat bantu berjalan;
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkope.
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan
kecelakaan pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak
stabil, atau tergeletak di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;

28
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya dan benda-benda alas lantai yang
licin atau mudah tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara
penggunaannya.
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara
lain :
a. Aktivitas;
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan
aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan
mengganti posisi.
b. Lingkungan;
Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga,
dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak
dibandingkan saat naik tangga
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a) Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik, neurologik,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari /
menyebabkan jatuh, juga keadaan lingkungan, obat-obatan dan
alat bantu jalan.
b) Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi,juga gaya
berjalan dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.

29
c) Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah
dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia, bahaya
lingkungan dapat dicegah dengan perbaikan lingkungan.
Aaktivitas fisik dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan lansia.
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari
sindroma geriatrik. Dengan bertambahnya usia terdapat
peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih
nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di
bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang
akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus,
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan
tulang dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan,
misalnya : daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina
ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai
berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,
kemerahan/eritema indurasi atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga
lapisan lemak subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,
dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-

30
otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang
berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak
tulang di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada
tulang atau sendi.

Faktor-faktor penyebab dekubitus :


a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologik;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi
pada suatu sikap tertentu.

Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis :
kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat
dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus
memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah
bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara
hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan
salep topikal, mungkin juga merangsang tumbuhnya jaringan
muda/granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu

31
sering karena malah dapat merusakkan pertumbuhan jaringan
yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat
mengalir keluar.Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya
transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen
dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan
nekrotik yang ada harus dibersihkan,sebab akan menghalangi
pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat enzim
coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi
perdarahan. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih,
penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka, tindakan dengan ultrasono untuk
membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai
transplantasi kulit setempat.
Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus
Tanggal
Nama Penderita Skor
Kondisi Fisik Umum : Aaaaaaa Aaaaaa Aaaaaaa
- Baik 4 a
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Kesadaran :
- Komposmentis 4
- Apatis 3
- Konfus/soporus 2
- Stupor/koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4
- Ambulan dengan 3
bantuan 2
- Hanya bisa duduk 1

32
Tanggal
Nama Penderita Skor
- Tiduran
Mobilitas :
- Bergerak Bebas 4
- Sedikit Terbatas 3
- Sangat Terbatas 2
- Tidak Bis Bergerak 1
Inkontinensia :
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering 2
Inkontinensia 1
Urine
- Inkontinensia Alvi
dan Urine
Skor Total
Skor Total ≤ 14

33
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Asesmen Medis Geriatri


2. SPO Pelayanan Pasien Geriatri

34
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing


promoting and protecting the public health. (6 th ed),
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory
and practice in nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice:
population focused care. New Jersey: Prentice Hall
Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health
nursing. ( 5rd ed.) St. Louis: Mosby-Year Book Inc.
Darmojo R.Boedhi dan Martono. (2004).Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut).(edisi ke 3).Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

35

Anda mungkin juga menyukai