Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN ESKURSI INDUSTRI TAMBANG KE

PT. ANEKA TAMBANG Tbk UBP BAUKSIT


KALIMANTAN BARAT
15 AGUSTUS 2019

DOSEN PEMBIMBING
MUHAMMAD KHALID SYAFRIANTO,S.T,M.T.
MAULANA,S.T.

OLEH
KELOMPOK IV
ANGGOTA :
1. ARIS CHRISTIAN PONTIRABA (D1101171001)
2. JAMSER H RAMELIA GIRSANG (D1101171003)
3. DELA KURNIASI (D1101171005)
4. EUFEMIA SANTI (D1101171019)
5. MUHAMMAD AL-MUHTADI B (D1101171028)
6. BRAJA THEJA SIDIQ (D1101171031)
7. FRANSISKA MONITASARI (D1101171035)
8. FELISITAS ELVI SUSANTI (D1101171036)
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta Perlindungannya, sehingga penyusunan Laporan
Ekskursi industri Tambang di PT. Aneka Tambang Tbk UBP Bauksit Kalimantan
Barat. ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan
Laporan  ini berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan Ekskursi
Tambang, buku – buku pedoman, serta data-data dan keterangan dari
pembimbing. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kunjungan
Industri ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Bapak Muhammad Khalid Syafrianto,S.T,M.T. selaku dosen jurusan Teknik
Pertambangan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
melaksanakan Kunjungan Industri.
Bapak Maulana, S.T. selaku dosen jurusan Teknik Pertambangan yang telah
membimbing kami selama berada disana.
Dan dosen pembimbing lainnya
Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan , terima kasih atas bantuan dan do’a
restu yang berhubungan dengan kegiatan Kunjungan Industri.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan Laporan Ekskursi Tambang  ini. Demikian kata pengantar ini saya
buat, semoga dapat bermanfaat.

Pontianak, Agustus 2019

Penyusun
Contents
No table of contents entries found.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan kurikulum dalam jurusan Teknik Pertambangan,


Universitas Tanjungpura, mahasiswa Teknik Pertambangan yang menempuh
semester IV wajib melakukan eskursi tambang. Yang mana merupakan kegiatan
dari fakultas Teknik sebagai pemenuhan syarat mata kuliah.
Ekskursi industri tambang adalah kegiatan mengunjungi aktivitas
penambangan guna melihat pengaplikasian dari teori yang sudah di dapatkan di
dalam bangku perkuliahan maupun sekolah, sama hal nya dengan mahasiswa
teknik pertambangan fakultas teknik universitas tanjung pura yang mana ekskursi
pertambangan merupakan program matakuliah yang wajib di ikuti oleh
mahasiswa prodi pertambangan untuk melihat bagaimana realita yang dilapangan
setelah mendapatkan teori teori di bangku perkuliahan dan mensinkoronisasikan
antar kedua nya.
Sumber daya yang ada di Provinsi Kalimantan Barat ini , baik itu logam
maupun non logam , antara lain: emas, bauksit, feldspar, kaolin, pasir kwarsa ,
mangan , nikel , batu gamping dan lain lain. Sebagian dari bahan galian tersebut
telah diusahakan, namun sebagian besar belum diusahakan , bauksit ialah sumber
daya yang terkenal se Kalimantan barat di pandangan masyarakat luar sehingga
Perusahaan Tambang Bauksit PT.ANTAM.TBK – Kecamatan Tayan, Kabupaten
Sanggau adalah perusahaan yang dipilih dalam melaksanakan kegiatan ekskursi
industry tambang fakultas Teknik program studi pertambangan Universitas
Tanjung Pura (UNTAN), dan juga akses yang tidak terlalu jauh dari Pontianak ke
perusahaan berkisar 120,9 KM dapat ditempuh dalam waktu satu hari dengan
menggunakan kedaraan bus.
Ekskursi industri tambang ini merupakan matakuliah dari program studi
teknik pertambangan guna melihat dan mempelajari serta mensinkronisasikan
ilmu yang sudah di dapat di dalam bangku perkuliahan , kegiatataan ini juga
pastinya menambah pengalaman dengan melihat situasi yang terjadi disekitar
sehingga mendapat ilmu yang lebih lengkap untuk pengetahuan kedepannya.
1.2 Maksud dan Tujuan

Kegiatan dari Ekskursi ini bermaksud melihat bagaimana pengaplikasian


dari teori dan ilmu yang dipelajari, dengan realita yang terjadi di lapangan serta
menambah pengtahuan dalam proses penambangan yang sesungguhnya. sehingga
dapat memperluas wawasan dalam dunia pertambangan.
Kegiatan ekskursi tambang ini memiliki tujuan antara lain , yaitu :
 Mahasiswa Teknik Pertambangan dapat memahami dan mengetahui
bagaimana gambaran situasi lingkungan kerja teknik pertambangan di
lapangan.
 Mahasiswa Teknik Pertambangan dapat memahami bentuk pengaplikasian
dari teori yang di dapat dalam perkuliahan.
 Mahasiswa Teknik Pertambangan dapat melihat bentuk dan proses
produktivitas yang terjadi dalam perusahaan Pertambangan.
 Mahasiswa Teknik Pertambangan dapat menambah wawasan tentang
struktur organisasi diperusahaan Pertambangan.
 Mahasiswa Teknik Pertambangan dapat melihat bentuk manajemen di
perusahaan Pertambangan tersebut.
 Mahasiswa Teknik Pertambangan dapat Memahami proses penambangan
dan pengolahan, sistem dan tatacara yang diaplikasikan untuk masing-
masing bahan galian.
 Mahasiswa Teknik Pertambangan Memahami kerangka dasar manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
 Mahasiswa Teknik Pertambangan dapat belajar serta mendapatkan
pengetahuan lebih dari sekedar teori, namun juga yang ada di lapangan.
1.3 Jadwal Kunjungan dan Lokasi

Pelaksanaan Ekskursi Industri Tambang ini dilakukan selama 1 hari, pada


tanggal 15 Agustus 2019 . Pelaksanaan kunjungan ekskursi tambang dilaksanakan
sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh Dosen Pembimbing dengan
perusahaan pertambangan yang bersangkutan. Kegiatan ekskursi pertama
dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Agustus 2019 di PT. Aneka Tambang Tbk UBP
Bauksit Kalimantan Barat , yang berada di Desa Piasak, Tayan Hilir, Balai
Belungai, Kecamatan. Toba, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Rombongan
ekskursi tiba di lokasi pukul 12.00 WIB dan selesai pukul 17.00 WIB.

1.4 Lokasi Pertambangan

PT. Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Bauksit


Kalimantan Barat secara administratif terletak di Jl. Trans Kalimantan Km.
2,Desa Piasak, Tayan Hilir, Balai Belungai, Kecamatan. Toba, Kabupaten
Sanggau, Kalimantan Barat 78564 dari kota Tayan Hilir,. Dengan batas wilayah di
sebelah utara terdapat sungai Kapuas dan kec. Tayan Hilir di sebelah barat
berbatasan dengan Kec. Toba dan di sebelah timur Berbatasan dengan Kec.
Meliau.
Gambar I.1. Lokasi PT. Aneka Tambang Tbk UBP Bauksit Kalimantan Barat
PT. Antam Tbk UBP Bauksit Kalimantan Barat sendiri memiliki Izin
Usaha Pertambangan (IUP) yang meliputi 3 kecamatan, yaitu Kec. Tayan Hilir,
Kec. Toba, Kec. Meliau.

Gambar I.2. Izin Usaha Pertambangan PT. Aneka Tambang Tbk UBP Bauksit
Kalimantan Barat

1.5 Kesampaian Lokasi

Lokasi Pertambangan Pt. Aneka Tambang Tbk. UBP Bauksit Kalimantan


Barat dapat ditempuh dari Pontianak dengan waktu ± 2.5 jam dengan jarak 110
KM. jalan yang dilalui adalah jalan aspal yang merupakan jalan Trans Kalimantan
namun karena daerah tersebut merupakan daerah pegunungan jadi banyak daerah
terjal dan curam. Kesampaian ke lokasi Pt. Aneka Tambang Tbk UBP Bauksit
Kalimantan Barat merupakan akses penting dalam pemanfaatan sumber daya alam
bagi masyarakat sekitar Tayan.
1.6 Keadaan Daerah

Daerah disekitaran industri Pertambangan Bauksit Pt. Aneka Tambang


Tbk. UBP Bauksit Kalimantan Barat meliputi daerah perbukitan serta dataran
tinggi, didaerah tersebut juga di lintasi oleh sungai Kapuas yang berada tidak jauh
dari lokasi industri pertambangan. terkait sosial dan budaya, Masyarakat di daerah
Tayan masih banyak yang berkerja sebagai nelayan dan tak sedikit yang berkerja
sebagai petani. Ruang lingkup daerah perbukitan dan aliran sungai Kapuas
menjadi ladang mata pencarian bagi masyarakat sekitar. Kondisi awal daerah
tayan adalah daerah yang berbentuk dataran tinggi membuat daerah tersebut
banyak dimanfaatkan untuk daerah perkebunan dan pertanian. Lingkungan yang
mendukung menjadi faktor yang sangat penting dalam pengembangan sosial dan
ekonomi nya.
Kebudayaan yang ada di daerah Tayan masih tradisional, masih terdapat
suku asli daerah Kalimantan yang dominan di daerah tersebut. Ditinjau
berdasarkan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari daerah pertambangan itu
sendiri membuat kondisi daerah disekitarnya kondusif. Hal ini disebabkan oleh
lokasi perusahaan yang cukup jauh dari masyarakat tayan sendiri dan ditambah
dengan pengolahan limbah yang baik sehingga menjaga lingkungan sekitaran
daerah Tayan.

1.7 Geologi

Kondisi geologi dari daerah Pertambangan PT. Aneka Tambang Tbk UBP
Bauksit Kalimantan Barat meliputi daerah tropik dimana sering terjadi proses
pelapukan atau lateritsasi batuan yang tinggi. Daerah yang berupa perbukitan
yang landai menambahkan kondisi geologi permukaan berupa sesar/ kekar, jurus
dan lipatan pada sekitaran Izin Usaha Pertambangan (IUP). Kondisi pada waktu
dilakukan eskursi adalah tanah mengalami pecah atau retak, hal ini terjadi akibat
paparan matahari secara langsung.
Gambar I.3. Kondisi Tanah PT. Aneka Tambang Tbk UBP Bauksit Kalimantan
Barat

Kondisi tanah yang terdapat di sekitar pertambangan merupakan tanah liat


yang dominan jenis tanah lempung. Tanah di dalam industri pertambangan
termasuk dalam jenis tanah alluvial ( endapan ) hal ini terjadi akibat posisi
perusahaan yang dekat dengan aliran sungai dan terdapat rawa rawa. Batuan
sekitaran dijelaskan dalam batuan Tonalit sepauk dan malihan pinoh.

Gambar I.4. Peta Geologi Lokal PT. Aneka Tambang Tbk UBP Bauksit
Kalimantan Barat
1.8 Ganesa Bahan Galian

Batuan seperti nepheline, syenite, granidorite, dan lain-lain adalah batuan


yang cocok untuk membentuk mineral Aluminium Hidrat. Batuan asal tersebut
selanjutnya akan mengalami proses lateritisasi karena proses perubahan
temperatur yang terjadi secara terus menerus, sehingga pada kondisi ini batuan
akan mudah lapuk dan hancur.

Pada musim hujan, air membawa mineral yang mudah larut, tetapi untuk
mineral yang tidak larut akan tinggal di batuan yang selanjutnya membentuk
endapan residu, jika endapan residu tersebut kaya Aluminium maka inilah yang
disebut Bauksit Laterit. Proses pengendapan bauksit membutuhkan daerah yang
stabil, dimana proses erosi vertikal tidak aktif lagi. Kondisi ini biasanya terjadi di
daerah "peneplain", tetapi tetap harus memerlukan sirkulasi air tanah untuk
mengangkut mineral tersebut.

1.9 Sumber Daya

Kalimantan Barat merupakan daerah kawasan tropis yang sangat tinggi


akan tingkat pelapukannya sehingga banyak indikasi yang menunjukan bahwa
daerah Kalimantan Barat memiliki sumber daya mineral dalam hal-nya mineral
yang terbentuk akibat pelapukan (lateritsasi). Khusus pada daerah Tayan,
persebaran endapan mineral laterit sangat banyak, mineral tersebut adalah mineral
bauksit.
Kalimantan Barat memiliki potensi endapan bauksit pada jalur penyebaran
busur laterit (Laterite Belt) yang membujur dengan arah barat laut – tenggara dari
Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak, Landak, Kubu
Raya,Sanggau,KayongUtara dan Ketapang, dengan sumber
daya  4.376.304.014,00 ton.
Pada daerah sanggau sendiri merupakan daerah yang meliputi daerah
perbukitan serta kawasan daerah yang berawa. Berdasarkan perkiraan cadangan
dari 10 bukit yang di terakhir dilakukan eksplorasi didapat perkiraan angka
cadangan endapan bauksit sebesar 164.113.900 ton ( tanpa pencucian ) dan
107.270.100 ton ( hasil dari pencucian ) bauksit yang terdapat di daerah sanggau
adalah endapan bauksit tidak homogen dan lebih ringan dari pada bauksit yang
memiliki kadar yang Fe2O3 yang tinggi. Ciri dari endapan bauksit yang berada di
sanggau adalah bauksit yang kaya akan SiO2 tinggi dengan warna coklat
kekuningan dan coklat kemerahan dan agak lunak. Hal ini disebabkan mineral
mineral penyusun batuan asalnya didominasi oleh mineral felsik dan tidak
teralterasi dalam proses laterisasinya.
BAB II

RENCANA PENAMBANGAN

2.1 Metode Penambangan


Dalam penambangan mineral atau endapan bijih dengan metode
penambangan terbuka ada lima cara, yaitu open cast, open pit, quarry, aluvial
mine dan strip mine. Pada PT. Antam menggunakan metode open cast.
Open cast merupakan penambangan yang hampir sama dengan cara
penambangan open pit. Namun, teknik penambangan ini dilakukan untuk daerah
lereng bukit. Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya
(side hill type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau tanjakan, hal
tersebut tergantung dari letak endapan penambangan yang diinginkan.

2.2 Tahapan Kegiatan Pertambangan

1. Land Clearing.

Land Clearing adalah Proses pembersihan lahan sebelum


aktivitas penambangan dimulai. Land Clearing Tahapan pekerjaan
penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan lahan, yaitu
mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke
pembakaran. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas
pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar
sampai alang-alang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land
clearing yaitu : Pepohonan yang tumbuh Kondisi dan daya dukung tanah
Topografi Hujan dan perubahan cuaca sfesifikasi pekerjaan data yang
diperlukan untuk menganalisis produksi, kebutuhan alat dan akhirnya ke
biaya meliputi : spesifikasi pekerjaan (proyek), kondisi lapangan biaya
alat (beli atau sewa). Untuk selanjutnya pembahasan akan fokuskan pada
masalah teknis dan tidak akan menyinggung masalah biaya.
2. Pengupasan top soil.

Pengupasan top soil atau tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu
dan ditempatkan terpisah terhadap batuan penutup (over burden), agar
pada saat pelaksanaan reklamasi dapat dimanfaatkan kembali.
Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan subsoil,
yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan batuan penutup..
Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini terjadi jika lahan yang digali masih
berupa rona awal yang asli (belum pernah digali/tambang). Sedangkan
untuk lahan yang bekas “PETI (penambangan liar)” biasanya lapisan top
soil tersebut telah tidak ada, sehingga kegiatan tambang diawali langsung
dengan penggalian batuan penutup. Tanah pucuk yang telah terkupas
selanjutnya di timbun dan dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal
dengan istilah Top Soil Bank. Untuk selanjutnya tanah pucuk yang
terkumpul di top soil bank pada saatnya nanti akan dipergunakan sebagai
pelapis teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan memasuki
tahapan program reklamasi.

3. Penyimpanan Top Soil Untuk Digunakan Kembali.


Tanah pucuk merupakan tanah yang masih asli dan mengandung
unsur hara, merupakan tanah yang digunakan tanaman untuk dapat
tumbuh. Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini terjadi jika lahan yang
digali masih berupa rona awal yang asli. Pengupasan tanah pucuk ini
dilakukan terlebih dulu dan ditempatkan terpisah terhadap batuan
penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan reklamasi dapat
dimanfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada
batas lapisan common soil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di
lapisan batuan penutup (tidak mengandung unsur hara).
Untuk common soil akan disimpan ke disposal sedangkan top
soil yang telah terkupas selanjutnya ditimbun dan dikumpulkan pada
lokasi tertentu yang telah ditentukan pada saat perencanaan awal. Untuk
selanjutnya top soil yang disimpan di dumping area pada saatnya nanti
akan dipergunakan sebagai pelapis teratas pada lahan disposal yang telah
berakhir dan memasuki tahap reklamasi.

4. Penambangan Ore (Clude Bauxzite).

Penambangan endapan mineral bauksit di PT. Aneka Tambang


Tbk.UBP bauksit Kalimantan Barat dilakukan dengan sistem
penambangan terbuka dan metode dalam penambangan nya adalah open
cast. Endapan mineral bauksit termasuk dalam bagian mineral lunak yang
dapat ditambang secara langsung dengan cara pengerukan menggunkaan
alat berat. Pengerukan dengan alat berat lebih efisien dari pada
menggunakan peledakan karena bahan yang digali merupakan jenis tanah
loose sehingga mudah di dorong oleh bulldozer atau digali dengan
excavator yang dimuat kedalam dump truck.

5. Pencucian Ore (Washed Bauxite).

Percobaan pencucian bijih bauksit proses scrubbing


menggunakan molen variasi waktu antara 2,5-60 menit, peningkatan
mutu tailing bauksit dengan menggunakan hidrosiklon dengan variasi
persen solid antara 2,4-15% serta variasi laju alir 95 dan 100 liter/menit
( untuk siklon besar) dan 11 dan 13 liter/menit (untuk siklon kecil) serta
pemisahan kandungan besi dalam over flow hasil hidrosiklon dengan
variasi kuat medan magnet antara 4.300-19.900 gauss.

6. Penyimpanan Ore ke Stock Pile.

Penyimpanan ore ke stock pile adalah tahapan penambangan


yang bertujuan menyimpan ore dalam bentuk tumpukan yang
dibedakan berdasarkan kadar nya, PT. ANTAM Tbk sendiri
memisahkan ore menjadi dua tumpukan jenis ore yaitu, bauksit dengan
high grade dan low grade. Pemisahan ini dimaksudkan agar dapat
mencampurkan ore bauksit di tongkang. Disamping itu penyimpanan
ore ke stock pile juga dapat digunakan dalam proses blending biji pada
tumpukan itu sendiri. Sehingga didapat bauksit dengan kadar yang telah
ditentukan.

7. Pemuatan Ore ke Tongkang (Washed Bauxite).

Pemuatan ore ke tongkang dilakukan dengan tujuan pemenuhan


kebutuhan konsumen dan pencapaian target produksi dan penjualan.
Pemuatan ore ke tongkang dilakukan dengan pemuatan bauksit dengan
kadar tertentu yang kemudian dimasukkan kedalam dumptruck dimana
didalam dump truck dapat terjadi proses blending bauksit. Pemuatan
bauksit ke dalam tongkang dilakukan dumping bauksit.

8. Pengangkutan Ore Dengan Tongkang (Washed Bauxite) ke Mother


Vessel.

Mother vessel adalah bagian dari sarana yang mengantarkan


bauksit ke daerah luar atau bahkan keluar negeri guna pemenuhan
penjualan bauksit kepada pembeli. Pengemasan dari tongkang ke mother
vessel dapat dilalui dengan proses pemeriksaan kadar bauksit di lab
sehingga dalam pemenuhan kadar hal ini bertujuan agar pemesan bauksit
sesuai dengan permintaan customer.
BAB III
RENCANA PENGOLAHAN

3.1 Pengolahan Bahan Galian

Bauksit adalah batuan yang terbentuk karena proses lateritisasi batuan induk
yang kaya unsur alumina tetapi rendah unsur Si(silikon) dan Fe(besi). Bauksit
terdiri dari 3 dominan mineral aluminium hidrat yaitu boehmite, gibsit, serta
diaspora.
Secara umum, sebagian besar bijih bauksit diproses untuk menghasilkan
alumina yang kemudian diproses lanjut untuk memproduksi aluminium. Sekitar
85% produksi bauksit di dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi
alumina,dengan cara bayer process.
Pengolahan bauksit Pengolahan bijih bauksit dari wilayah Usaha
Pertambangan PT. Aneka Tambang,Tbk ini hanya sampai memperoleh konsentrat
bijih bauksit dengan ukuran tertentu . pertama-tama dilakukan dengan
penambangan terbuka diawali dengan land clearing. Setelah pohon dan semak
dipindahkan dengan bulldozer, dengan alat yang sama diadakan pengupasan tanah
penutup. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovelloader yang
sekaligus memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke
instalansi pencucian.Bijih bauksit dari tambang dilakukan pencucian dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan bijih
bauksit tersebut dari unsur lain yang tidak diinginkan, misal kuarsa, lempung dan
pengotor lainnya. Partikel yang halus ini dapat dibebaskan dari yang besar melalui
pancaran air (water jet) yang kemudian dibebaskan melalui penyaringan
(screening). Disamping itu sekaligus melakukan proses pemecahan (size
reduction) dengan menggunakan jaw crusher.
3.2 Pengolahan Limbah
Instalasi penanganan air limbah merupakan rangkaian unit pengolahan
limbah (tailing) yang dihasilkan dari proses pencucian. Instalasi pengolahan air
limbah yang akan dibangun disesuaikan dengan karakteristik dan volume air
limbah dan proses penanganan limbah yang akan dilaksanakan.

Proses penanganan limbah (tailing) diawali dengan pengaliran material


dan air bekas pencucian yang tidak terproses ulang menuju tailing. Sedimen
Tailing yang ada di dalam tailing dan akan mengalami proses sedimentasi untuk
memisahkan padatannya dan equalisasi laju aliran cairan limbah menuju
IPAL(instalasi pengolahan air limbah ) untuk pengolahan lebih lanjut. Pengolahan
cairan limbah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah ) dilakukan dengan
proses sedimentasi hingga air hasil pengolahan layak untuk digunakan kembali
dalam proses pencucian. Sedimen tailing dalam tailing dam dan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah ) dibersihkan dengan proses pengerukan untuk kemudian
digunakan kembali sebagai material urug lahan bekas tambang (backfilling).
Kolam pengendap (setting pond) yang akan dibangun di lokasi unit
pengolahan bauksit ini berguna untuk mengantisipasi air hujan yang melewati
tumpukan bauksit di stockpile bauksit, berpeluang tercemar secara fisik maupun
kimiawi. Secara fisik, aliran air hujan yang melewati tumpukan bauksit di
stockpile, pada saat mengalirkan membawa partikel-pertikel halus bauksit,
sehingga air tersebut nampak berwarna hitam. Apabila aliran air ini masuk ke
sungai, maka dapat menimbulkan pencemaran secara fisik pada sungai.
Partikel – partikel pengotor yang terbawa oleh air hujan di unit
pengolahan, diendapkan terlebih dahulu di kolam pengendapan dan sekaligus
dinetralkan kembali dengan menggunakan gamping (lime), setelah itu baru
dibuang ke luar area pengolahan. Adanya kolam pengendap ini akan mengurangi
dampak pencemaran lingkungan yang disebabkan pembuangan air dari lokasi
pengolahan bauksit ke sungai. Kolam pengendapan dibuat di bagian terendah dari
topografi yang ada di lokasi pengolahan bauksit.
BAB IV
PENGAKUTAN DAN PENIMBUNAN

4.1 Tata Cara Pengakutan dan Penimbunan


Untuk dapat memenuhi target produksi yang telah ditetapkan oleh PT.
Aneka Tambang,Tbk, sistem dan sarana serta prasana transportasi telah
direncanakan dengan baik, berdasarkan kajian transportasi pengangkutan besi dari
lokasi tambang (RoM) ke tempat pengolahan.
A. Pembuatan Jalan Angkut
Jalan pengangkutan penambangan bijih bauksit yaitu jalan utama
tambang, dibangun dengan ukuran lebar 10-15 meter dan kemiringa
maksimum 10 %. Fungsi utama jalan angkut dalam usaha Pertambangan
adalah untuk menunjang kelancaran operasi tambang, terutama kegiatan
pengangkutan. Dalam rangka penggunaan jalan angkut, ada
beberapageometri yang perlu diperhatikan dan dipenuhi supaya tidak
menimbulkan gangguan dan hambatan yang dapat mempengaruhi
produksI pengangkutan. Adapun geometri jalan tersebut adalah:
1. Lebar Jalan Angkut Lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau
lebih,menurut Aastho Manual Rural High Way Design,harus ditambah
dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan
jalan.Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk
menentukan lebar jalan angkut minimum,yaitu menggunakan rule of
thumb atau angka perkiraan.

Gambar IV.1. Lebar jalan angkut dua jalur pada jalan lurus

2. Lebar Jalan Angkut pada Tikungan


Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar
dari pada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan
minimum pada belokan didasarkan atas:
1. Lebar jejakban
2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan
dan belakang pada saat membelok
3. Jarak antara alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan
4. Jarak dari kedua tepi jalan

Gambar IV.2. Lebar jalan angkut dua lajur pada belokan

3. Jari-Jari Jalan Tikungan


Tujuan jari-jari tikungan adalah untuk mengimbangi gaya
sentrifugal yang diakibatkan karena kendaraan melalui tikungan
sehingga tidak stabil .Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan
dengan kontruksi alat angkut yang digunakan, khususnya jarak
horizontal antara poros roda depan dan belakang. Gambar dibawah ini
memperlihatkan jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda belakang
dan roda depan berpotongan dipusat C dengan besar sudut sama
dengan sudut penyimpangan roda depan.

Gambar IV.3 . Sudut penyimpangan maksimum kendaraan

4. Busur Lengkungan pada Tikungan


Badan jalan secara horizontal dapat terbagi dua bagian,yaitu:
bagian yang lurus dan bagian yang melengkung. Rancangan pada
kedua bagian tersebut berbeda, baik ditinjau dari konsistensi lebar
jalannya maupun bentuk potongan melintangnya.Yang perlu
diperhatikan dalam merancang bagian jalan yang lurus adalah harus
mempunyai panjang maksimum yang dapat ditempuh dalam tempo
sekitar 2,50 menit dengan pertimbangan keselamatan pengemudi
akibat kelelahan. Sedangkan pada bagian yang melengkung,biasanya
digunakan dua jenis rancangan,yaitu:
a. Tikungan Full Circle (FC)
Tikungan Full Circle (FC) atau tikungan berbentuk
lingkaran penuh artinya bahwa diantara bentuk badan jalan yang
lurus terdapat tikungan yang lengkungannya dirancang cukup
dengan sebuahjari-jari saja. Bentuk tikungan FC ini biasanya
dirancang untuk tikungan yang besar,sehingga tidak terjadi
perubahan panjang jari-jari (R) sampai ke bentuk jalan yang lurus
berikutnya.

Gambar IV.4 Komponen-komponen tikungan FC

Parameter-parameter yang ditetapkan dalam merancang


tikungan FC meliputi kecepatan (km/jam), sudut ∆, dan jari-jari
(m). Batasan yang dipakai di Indonesia dengan menggunakan
tikungan bentuk lingkaran (FC) adalah sebagai berikut:

b. Tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)


Tikungan S-C-S dirancang apabila jari-jari lingkarannya
terlalu kecil dari harga pada tabel 4.3, sehingga diperlukan
lengkungan peralihan. Lengkungan peralihan tersebut dinamakan
spiral yang berfungsi sebagai penghubung antara bagian jalan
yang lurus dengan bentuk lingkaran. Panjang lengkung peralihan
spiral diperhitungkan dengan mempertimbangkan perubahan
gaya sentrifugal dari nol (pada bagian lurus) sampai bentuk
lingkaran.

5. Superelevasi
Superelevasi adalah besaran yang diperlukan untuk melawan gaya
sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan.Besarnya superelevasi
untuk beberapa belokan atau tikungan dengan variasi kecepatan alat
angkut dan besarnya radius belokan(R).
6. Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.
Kemiringan jalan pada umumnya dinyatakan dalam persen
(%).Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh
alat angkut truck berkisar antara 10%-15% atau sekitar 6o-8,50o. Akan
tetapi untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih aman bila
kemiringan jalan maksimum sekitar 8% (=4,50o). Memperlihatkan
kemiringan atau kelandaian maksimum pada kecepatan truck yang
bermuatan penuh diatas jalan raya mampu bergerak dengan kecepatan
tidak kurang dari paruh kecepatan semula tanpa harus menggunakan
gigi rendah.
7. Cross Slope
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan
jalan terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut
mempunyai bentuk penampang melintang cembung. Dibuat demikian
dengan tujuan untuk mempelancar penirisan. Apabila turun hujan atau
sebab lain, maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera
mengalir ke tepi jalan angkut, tidak berhenti d an mengumpul pada
permukaan jalan.Hal ini penting karena air yang menggenang pada
permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan yang lewat
dan mempercepat kerusakan jalan.

Gambar IV.5. Penampang melintang jalan angkut

Angka crossslope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal (b)


dan horizontal (a) dengan satuan mm/m .Jalan angkut yang baik
memiliki cross slope antara 1/50 sampai 1/25 atau20 mm/m
sampai40mm/m.

B. Pengangkutan Minesite – Washing Plant


Pengangkutan dari Pit menuju Washing Plant dilakukan dengan
Dump Truck kapasitas 35 ton.

C. Pengangkutan Washing Plant – Stock Pile


Pengangkutan bauksit hasil proses pencucian dari washing plant
menuju kelokasi penimbunan dan pemuatan (stock pile) yang ada di utara
lokasi dilakukan dengan Dump Truck

D. Penimbunan dan Pemuatan di Stock Pile


Kegiatan penimbunan merupakan proses pengumpulan bauksit
tercuci dan bauksit yang siap dipasarkan pada beberapa lokasi sesuai
dengan urutan kegiatan pertambangan. Proses penimbunan pada usaha
pertambangan bijih bauksit ini dilakukan dengan menggunakan excavator
dan wheel loader di stockpile bauksit tercuci dan di stockpile bauksit yang
siap dipasarkan..
E. Proses Penumpukan Bauksit di ROM Bauksite Stockpile
Stockpile ini digunakan untuk menampung sementara bauksit
dari hasil operasi pertambangan, sebelum bauksit tersebut diumpankan
dalam proses pengolahan. Stockpile ini juga bermanfaat untuk
menghindari berhentinya operasi di unit pengolahan akibat terganggunya
operasi penambangan. Stockpile dibuat pada area seluas200 m x 100 m (2
ha) dengan tinggi tumpukan bauksit sekitar5 meter dari sudut kemiringan
bauksit diperkirakan sebesar35 derajat. Kapasitas tampung sekitar16,667
ton bauksit (Gambar6.1)

Gambar IV.6
Geometri Raw Bauxsite
Stocpile

F. Proses Penumpukan Bauksit di Product Bauxite Stockpile


Stockpile ini digunakan untuk menampung sementara bauksit
hasil operasi pengolahan, sebelum dimuat ke Sale Stockpile di area Genset.
Dengan adanya stockpile ini juga memungkinkan untuk melakukan proses
blending bauksit. Luas Stockpile adalah 200 m x 75 m (1,5 Ha) dengan
tinggi tumpukan berkisar 15 meter, dan kapasitas tamping sekitar 500.000
ton bauksit . Kedua stockpile di atas, pada bagian dasarnya dilapisi bauksit
setebal 0,5 meter, untuk menghindari terjadinya pengotoran oleh material
lain.

Gambar IV.7 Geometri Washed Bauxite Stockpile


4.2. Pemuatan dan Penimbunan
Beberapa alat gali yang dapat digunakan dalam penggalian yaitu Power
Shovel, Back Hoe, dan lain – lain. Setelah penggalian dilakukan maka material
atau bahan tambang yang telah ditambang dimuat.Untuk material yang tidak
tertentu keras, kegiatan pembongkaran dilakukan dengan menggunakan ripper.
Untuk menghitung produksi ripper, perhitungan yang digunakan adalah
dengan ”cross section”, yang dapat menentukan volume pekerjaan ripping ini,
kemudian mencatat waktu yang diperlukan, setelah pekerjaan ripping selesai.
Volume ripping dibagi dengan waktu ripping adalah produksi ripping.
Pemuatan (Loading) adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
mengambil dan memuat material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut.
Material hasil pembongkaran tersebar di lantai jenjang dan dikumpulkan dengan
alat wheel loader agar dapat dimuat. Dalam pemilihan alat muat yang digunakan
harus sesuai dengan beberapa faktor diantaranya:
1. Besar produksi yang diinginkan
2. Kapasitas alat angkut
3. Iklim atau cuaca
4. Keterampilan Operator
5. Keadaan Lapangan
6. Jenis material atau batuan

Material hasil pembongkaran yang telah dimuat kembali diangkut ke lokasi


pengolahan (Crushing Plant) untuk dimasukkan ke mesin penghancur. Operator
pengangkutan material produktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kondisi jalan dari tempat penambangan ke Crushing Plant
2. Waktu Edar alat angkut
3. Produksi alat angkut
4. Waktu Kerja efektif pengangkutan
5. Jumlah alat angkut
6. Digging Resistance
7. Jarak angkut dari lokasi penambangan
BAB V
ORGANISASI
5.1. Organisasi

Struktur tata kelola perusahaan secara garis besar tergambarkan pada organ
utama ANTAM yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris
dan Direksi. Sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar ANTAM dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, masing-masing organ mempunyai
peran penting dalam penerapan GCG dan menjalankan fungsi, tugas, dan
tanggung jawabnya masing-masing untuk kepentingan ANTAM. RUPS
merupakan wadah para pemegang saham yang memiliki wewenang yang tidak
dilimpahkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi. Direksi bertanggung jawab
penuh atas pengelolaan ANTAM sesuai amanah yang diberikan, sedangkan
Dewan Komisaris melakukan pengawasan yang memadai terhadap pengelolaan
yang dilakukan oleh Direksi serta melakukan penasihatan agar kinerja ANTAM
lebih baik. Dewan Komisaris dan Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS.
Fungsi Direktur Independen pada sistem satu Dewan sebagaimana berlaku di
ASX terwakili oleh Dewan Komisaris dalam sistem dua Dewan. Dewan
Komisaris dan Direksi ANTAM memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi,
dan nilai-nilai ANTAM yang menunjukkan keseimbangan hubungan kedua organ
tersebut untuk memelihara keberlanjutan usaha ANTAM dalam jangka panjang.
Dewan Komisaris, Komite-komite di tingkat Dewan Komisaris, Direksi, dan
manajemen senior terus meningkatkan kapabilitas di dalam proses pengawasan
dan pengelolaan perusahaan, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Semua pihak juga berupaya untuk memperkuat hubungan kerja satu sama
lain. Singkatnya, ANTAM menyadari pentingnya hubungan kerja yang harmonis
serta kerjasama diantara organ-organ tata kelola, manajemen dan staf untuk
mempertahankan dan meningkatkan praktik GCG di ANTAM secara
berkelanjutan. Untuk mendukung fungsi pengawasan, Dewan Komisaris telah
membentuk tiga Komite Penunjang Dewan Komisaris yakni Komite Audit,
Komite Good Corporate Governance, Nominasi dan Remunerasi (GCG-NR) dan
Komite Manajemen Risiko.Setiap Komite diketuai oleh anggota Dewan
Komisaris, dan tugas serta tanggung jawab masing-masing Komite tercantum
dalam masing-masing piagam yang dimiliki. Evaluasi kinerja Dewan Komisaris
dilakukan melalui Komite GCG-NR dengan metode self assessment dengan
indikator sebagaiman tercantum dalam Charter Dewan Komisaris.Hasil kinerja
dilaporkan di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Evaluasi kinerja Direksi dilakukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan Key
Performance Indicators (KPI) dan hasilnya dilaporkan di dalam RUPS. Evaluasi
kinerja Komite Penunjang Dewan Komisaris dilakukan menggunakan sistem self-
assessment. Evaluasi dilakukan menggunakan beberapa kriteria seperti kehadiran
di rapat Komite. Sebagai tambahan, Komite juga dievaluasi menggunakan aspek
pengetahuan dan pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab Komite. Di
level manajemen, ANTAM mengadopsi Sistem Manajemen berbasis Kinerja
untuk mengevaluasi kinerja manajemen senior yang didasarkan pada beberapa
faktor kunci seperti manajemen biaya, inovasi dan proses operasional. Kinerja
masing-masing senior manajemen terhubung dengan kinerja Direksi yang
keseluruhannya berada dalam sistem Key Performance Indikator. Setiap tahun
Direksi bertemu dengan senior manajemen dari unit bisnis di dalam forum Rapat
Pimpinan untuk mengevaluasi dan memberi masukan terhadap kinerja masing-
masing unit bisnis.
Ga
mbar V.1 Struktur keorganisasian PT.ANTAM

5.2. Tenaga Kerja PT.ANTAM Tbk

Pengembangan sumber daya manusia ANTAM ditujukan pada


pembentukan Insan ANTAM yang memiliki komitmen, kompetensi dan unjuk
kerja terbaik guna mendukung pencapaian visi Perusahaan di tahun 2020. Guna
mendukung pencapaian tersebut maka Perusahaan menetapkan sasaran strategis
Human Capital (HC) Excellence sebagai dasar pengelolaan sumber daya manusia
(SDM), dengan atribut BEST. BEST meliputi beberapa aspek yaitu Beyond
expectations, Environment awareness, dan Synergized parTnership yang
dibangun dari nilai-nilai yang dianut Insan ANTAM serta atribut kepemimpinan
yang efektif. Nilai-nilai tersebut tercakup dalam PIONEER (Professionalism,
integrity, glObal mentality, harmony, ExcEllence, Reputation) sebagai nilai-nilai
Perusahaan dan SENSE (Speed, Energize, reSpect, couragE) sebagai atribut
kepemimpinan yang menjiwai perilaku Insan ANTAM sehari-hari.
Praktik penambangan yang baik (good mining practices)  yang menjadi
syarat utama operasional ANTAM baik di semua unit bisnis penambangan,
mengharuskan terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Semua
peraturan tentang K3 ini tercantum dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Untuk mewujudkannya, Perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara konsisten serta berkesinambungan. Dalam
pelaksanaan tugas dan kewenangannya, implementasi dan program K3 didukung
oleh unit teknis Kesehatan Kerja dan unit teknis Keselamatan Kerja.

ANTAM menerapkan standar penggajiaan yang kompetitif bagi pegawai


sesuai kemampuan keuangan perseroan. Untuk memastikan besaran penggajian
yang kompetitif tersebut, ANTAM berpartisipasi dalam melakukan survei
penggajian, yang dilakukan oleh konsultan yang berkompeten dalam sistem
penggajian. Hasil survei tersebut digunakan oleh ANTAM untuk melakukan
standardisasi sistem kompensasi dan imbal jasa, yang mampu memotivasi
pegawai meningkatkan kompetensi dan kinerjanya. Di samping itu,standardisasi
ini mampu mempertahankan pegawai yang potensial, seimbang dengan kondisi
dan kemampuan keuangan perseroan. Komponen penggajian pegawai ANTAM
terdiri dari gaji pokok, tunjangan jabatan, tunjangan peralihan, tunjangan cuti
tahunan, tunjangan hari raya, jasa produksi/bonus, tunjangan kemahalan, uang
listrik & air minum dan tunjangan transpor. Seluruh pegawai tetap maupun tidak
tetap. ANTAM menerima penggajian diatas ketentuan Upah Minimum Regional
(UMR) yang berlaku dimasing-masing daerah operasi. Pegawai tidak tetap dengan
status kontrak tidak mendapatkan seluruh komponen imbal jasa tersebut diatas.
Adapun perbedaan komponen imbal jasa antara pegawai tetap dengan tidak
tetap/kontrak adalah sebagai berikut:
 Jumlah pegawai berdasarkan status

Status kepegawaian Periode pelaporan


2012 2013 2014
Pegawai tetap 2772 2644 2548
Pegawai kontrak 210 76 80
Pegawai alihdaya 4001 4223 1610
Jumlah total 6993 6943 6252

 Jumlah pegawai berdasarkan penempatan

Penenpatan Periode pelaporan


kerja
2012 2013 2014
pria wanita pria wanita pria wanita

Kantor Pusat 236 58 206 63 266 67


UBP Emas 548 25 532 21 517 21
UBPN Sultra 1062 74 1016 67 1003 58
UBPN Malut 220 19 329 24 238 14
UBPP LM 103 12 97 12 99 18
UBP Bauksit - -
Kantor 1 - 4 - 18 5
perwakilan
Unit Geomin 101 15 101 20 98 16
Proyek 54 4 50 5 42 2
Pengembangan
Pasca 28 2 27 2 26 2
Tambang
Jumlah Total 2353 209 2427 217 2345 203

 Jumlah Pegawai Tetap Berdasarkan Fungsi Jabatan

Fungsi Jabatan Periode pelaporan


2012 2013 2014
pria wanita pria wanita pria wanita
Unit/Business 65 3 75 5 84 6
Unit
Bureau 128 18 144 24 152 26
Department 390 68 378 68 362 67
Section 1386 97 1367 98 1299 89
Area 328 15 392 19 375 11
Lainnya 56 8 71 3 73 4
Jumlah Total 2353 209 2427 217 2345 203

 Jumlah Pegawai Tetap Berdasarkan Gender

Jenis Periode Pelaporan


Kelamin 2012 2013 2014
Perempua 209 217 203
n
Laki-laki 2353 2427 2345
Jumlah 2562 2644 2548
Total

5.3. Sistem Kerja

Pada dasarnya tujuan ANTAM adalah meningkatkan nilai perusahaan


melalui penurunan biaya seiring dengan usaha bertumbuh guna menciptakan
keuntungan yang berkelanjutan.Strategi ANTAM adalah tetap berfokus pada
bisnis inti perusahaan. Pembangunan kekuatan perusahaan menjadi dasar untuk
menjamin profitabilitas yang bersifat jangka panjang. Melalui maksimalisasi
output produksi, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan serta menurunkan
tingkat biaya.ANTAM berusaha untuk mempertahankan pertumbuhan melalui
proyek-proyek pengembangan yang solid, aliansi strategis, akuisisi, serta
peningkatan kualitas dan nilai cadangan dari sekedar menjual bahan mentah dan
beralih untuk lebih meningkatkan kegiatan pemrosesan.ANTAM berusaha untuk
mempertahankan kekuatan keuangan perusahaan. Melalui peningkatan perolehan
pendapatan, ANTAM dapat memastikan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban, mendanai pertumbuhan masa depan, serta memberikan
imbal hasil bagi pemegang saham melalui pembayaran dividen.
Untuk mengidentifikasi target pencapaian masing-masing pegawai dalam
berkinerja yang sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya, ANTAM telah
mengembangkan sistem manajemen unjuk kerja (SMUK). SMUK merupakan
sistem perencanaan, monitoring, dan penilaian kinerja serta perilaku pegawai
selama satu tahun periode kerja. Penilaian kinerja pegawai dilakukan secara
transpaaran dan akuntabel dengan menggunakan media elektronik dan non-
elektronik. Hasil penilaian kinerja kemudian digunakan sebagai salah satu dasar
pelaksanaan program pengembangan kompetensi pegawai, menentukan
penggajian dan pengembangan karir atau promosi pegawai. Sistem manajemen
kinerja ANTAM menerapkan perlakuan yang setara bagi seluruh karyawan laki-
laki ataupun perempuan, baik dalam hal penggajian maupun pengembangan karir.
Untuk tahun 2014 ANTAM telah melakukan penilaian kinerja dan kompetensi
terhadap 2.548 pegawai, diikuti proses promosi dan rotasi terhadap sejumlah
pegawai atas prestasi kerja yang ditunjukan, yakni 106 pegawai mengalami
promosi dan 518 pegawai dirotasi.

ANTAM terus berupaya membangun dan mengembangkan knowledge


management secara intensif serta terorganisir. Salah satu program yang dilakukan
adalah Konvensi Mutu ANTAM (KMA) sebagai salah satu wujud pengembangan
culture dan behavior merupakan ajang konvensi mutu dilingkungan ANTAM
untuk meningkatkan mutu, produktivitas,dan mengembangkan Total Quality
Management (TQM) di perseroan. KMA 2014 merupakan ajang ke-13 yang
diselenggarakan oleh ANTAM dan diikuti oleh Tim Gugus Kendali Mutu (GKM)
dan Tim Sistem Saran (SS) yang berasal dari kantor pusat dan seluruh unit/unit
bisnis di lingkungan ANTAM. Pemenang pertama kategori GKM pada ajang
KMA berhak mengikuti kegiatan perlombaan bertaraf nasional, yaitu Indonesian
Quality Convention (IQC) dan pemenang pertama kategori SS berhak mengikuti
Temu Karya Mutu & Produktivitas Nasional (TKMPN), dimana pemenang di
tingkat nasional akan dikirim ke ajang internasional. Pada tahun 2014 Tim GKM
ANTAM berhasil meraih predikat kategori Gold dan Tim SS ANTAM berhasil
meraih predikt kategori platinum.
BAB VI
LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN
KESEHATAN TENAGA KERJA

6.1. Lingkungan

Dalam kegiatan pertambangan resiko yang paling besar di hadapi adalah


potensi ancaman kerusakan lingkungan yang bisa menganggu ekosistem di sekitar
kegiatan penambangan. Kenyataan ini sangat disadari perusahaan sehingga
berupaya agar upaya penambangan di selurus unit bisnis ANTAM dijalankan
sesuai praktik penambangan yang baik dan sejalan peraturan yang berlaku,
dimulai dari perencanaan sampai selesai.
Adapun kebijakan lingkungan di ANTAM yaitu:
1. Penerapan dan sistem manajemen lingkungan yang mengacu pada
peraturan perseroan dan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Mengupayakan penggunaan sistem, teknologi, metode peralatan, dan
bahan-bahan yang memiliki dampak negatif minimal bagi
lingkungan dalam setiap kegiatan penambangan.
3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pengelolaan lingkungan.
4. Meminimasi lahan terganggu dan merehabilisasi sesuai dengan
peruntukannya termasuk melindungi flora dan fauna di dalamnya.
5. Menggunakan sumber daya alam secara optimal dalam rangka
konservasi dan minimasi limbah.
6. Melakukan upaya pencegahan, pencemaran lingkungan, dan upaya
pengendalian dampaknya.
7. Mendukung program penurunan emisi gas rumah kaca dengan
upaya-upaya produktif dan inovatif dalam kegiatan pertambangan.
8. Mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan serta
mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sekitar operasi
penambangan.
Setiap langkah operasional di lapangan senantiasa dilaksanakan dengan
memperhatikan peraturan dan ketentuan berlaku sepertih undang-undang No. 32
tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
peraturan-peraturan lainnya yang berlaku. ANTAM juga menjalankan best
practices sesuai dengan praktik-praktik penambangan yang terbaik (good mining
practices) dimulai dari tahapan perencanaan, eksplorasi, operasi penambangan,
rehabilitasi kawasan tambang, hingga pascatambang.
Aktifitas pascatambang direncanakan dan dijalani untuk menangani
dampak sosial dan lingkungan yang diakibatkan oleh berakhirnya kegiatan
operasional. Aktifitas pascatambang disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan masing-masing wilayah. Selain itu proses rehabilitasi lahan juga
dilakukan untuk mengembalikan keanekaragaman hayati pada area pascatambang.
Sesuai ketentuan pemerintah pada tahun 2015 ANTAM telah
menganggarkan dana penutupan wilayah operasional ( jaminan pascatambang)
sebesar 5,8 miliar. Nilai dari jaminan pasca tambang (JPT) ini masih dapat
berubah sesuai ketentuan yang ada. Dana ini akan dialokasikan ke Bank
pemerintah yang telah ditunjukan menjadi pengelola JPT. kegiatan pascatambang
yang sudah berjalan yaitu di willayah pertambangan di Cilacap, Wawo Pulau
Gebe, Kijang, Cikotok, dan Kutoarjo. Di samping itu wilayah yang telah memiliki
Rencana Penutupan Tambang (RPT), yaitu : UBPN Sultra, UBP Emas, UBPN
Malut, UBP Bauksit, Proyek Tambang Karangan, Proyek tambang Sadaning, dan
proyek tambang landak.
Penilaian proper ANTAM pada tahun 2015 menunjukan peningkatan yang
ditunjukan dengan di perolehnya dua peringkat “Hijau”. Sebelumnya tahun 2014
peringkat hijau hanya di peroleh UBP Emas, kemudian tahun 2015 UBP emas
tetap mempertahankan peringkat “Hijau” ditambah dengan UBPP LM.
ANTAM juga melaksanakan upaya sistem rehabilitasi lahan dan progresif,
keaneka ragaman hayati di hutan lindung dikembalikan sepertih semula, sepertih
menanam kembali jenis tanaman lokal sesuai dengan ketentuan dari peraturan
mentri kehutanan.
Dalam pengelolaan limbah ANTAM berkomitmen memastikan kualitas
limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi sesuai dengan baku mutu
lingkungan yang diterapkan. Dari hasil pengukuran yang di lakukan pada
sejumlah parameter, kualitas limbah cair yang dihasilkan selalu dibawah ambang
batas baku mutu lingkungan.

6.2. Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja

Dalam kegiatannya ANTAM berupaya menciptakan lingkungan yang


efektif aman dan sehat bagi karyawan, staf kontraktor maupun pengunjung
perusahaan. Salah satu langkah yang dilakukan pada pengunjung yang datang
yaitu wajib melapor sebab dan tujuan datang kepada pihak security.
Dalam menjalankan prinsip- prinsip K3 PT ANTAM Tayan Kalimantan
Barat berperan pro-aktif pada sasaran produktivitasnya dengan komitmen:
1. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta persyaratan lainya dari
pelanggan dan pemerintah sepanjang terkait dengan keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Memastikan bahwa seluruh perangkat organisasi PT. ANTAM Tayan,
Kalimantan Barat dari berbagai tingkatan seluruh karyawan, staf, dan
kontraktor yang terlibat harus bertanggungjawab pada tugas pekerjaan
serta mengedepankan keselamatan dan kesehatan dirinya, orang lain,
dan mampu menciptakan suasana lingkungan yang bersih dan rapi
serta mengamankan fasilitas perusahaan.
3. Memastikan bahwa pengetahuan keselamatan kerja menjadi mutlak
terus di sosiallisasikan kepada seluruh karyawan, staf, kontraktor, dan
tamu perusahaan melalui komunikasi secara jelas dan berulang
(menyegarkan) serta pelatihan-pelatihan dalam peningkatan kesadaran
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja serta terus
mengupyakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Safety Induction, merupakan wujud nyata dari pelaksanaan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang keselamtan kerja. Dan kepada mereka yang
telah diberi Safety Induction diharuskan menandatangani surat pernyataan bahwa
benar yang bersangkutan telah diberi Safety Induction, sebagai salah satu bentuk
Responsbility dan Accuntability Pelaksana Pengawas Keselamatan Kerja PT.
Antam. Ketika menjalani Safety Induction, yang bersangkutan akan dijelaskan
mengenai apa-apa saja peraturan yang wajib untuk diikuti ketika akan
mengunjungi kawasan pertambangan dan akan dijelaskan perlengkapan APD
yang harus digunakan.
Adapun perlengkapan APD yang harus digunakan bagi pengunjung seperti:
1. Safety Helmet (helem pengaman )
Helem ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal
dari atas, misalnya peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari
atas.
2. Safety Shoes ( sepatu pengaman)
merupakan perlindungan terhadap kaki. Bagian muka sepatu harus
cukup keras supaya kaki tidak terluka jika tertimpa benda dari atas.
3. Safety Vest (rompi pengaman)
adalah untuk melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh
yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
4. ID Card / Kartu Pengunjung
Kartu identitas bagi pengunjung yang mengunjungi areal pertambangan.

Usai mengikuti Safety Induction barulah yang bersangkutan diberi ID.


Card/visitor oleh Kepala Keamanan PT. Antam. Dan ketika prosedur tersebut
diatas tidak dilaksanakan, maka  sudah dapat dipastikan seseorang tidak dapat
memasuki wilayah Kuasa Pertambangan PT. Antam Tbk. Tayan Kalimantan
Barat. Pengunjung harus memiliki Tanda pengenal yang akan diperiksa oleh
petugas security. Dan melengkapi dirinya dengan Alat Pelindung Diri.
Kepada Mitra Kerja PT. Antam Tbk. yang telah bekerja pada wilayah
Kuasa Pertambangan PT. Antam diharuskan ikut membangun kerja sama yang
baik dalam hal pelaksanaan pengawasan dan pengamatan Keselamatan Kerja
kepada tenaga kerjanya, Oleh karena itu setiap Mitra Kerja harus menunjuk salah
seorang Pengawas Keselamatan Kerja (Kepala Jasa Pertambangan) dan salah
seorang Safetyofficer, Pengawas Operasional, dan Pengawas Teknis,  yang
diusulkan ke Kepala Teknik Tambang PT. Antam untuk kemudian mendapat
pengesahan dari Kepala Teknik Tambang. Dan orang yang ditunjuk tersebut
mempunyai kompetensi di bidang Keselamatan Kerja. Pengangkatan Pengawas
Keselamatan Kerja tersebut, merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan Kerja Di
Bidang Pertambangan.
Kepala Jasa Pertambangan ( Mitra Kerja ) yang telah mendapat
pengesahan dari Kepala Teknik Tambang PT. Antam Tbk. selanjutnya membuat
Program Kerja sendiri terkait dengan Keselamatan, kesehatan Kerja untuk tenaga
kerjanya, yang telah bekerja di wilayah Kuasa Pertambangan PT. Antam,
sehingga tenaga kerja tersebut merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan
pekerjaannya. Karena begitu beratnya tugas seorang Kepala Jasa Pertambangan
maka untuk merealisasikan dan mengawasi jalannya program kerja tersebut, maka
kepala Jasa Pertambangan dibantu oleh seorang Safety officer, Pengawas
Operasional, dan Pengawas Teknis.
Tugas seorang Kepala Jasa Pertambangan, tidak hanya sebatas pada
bagaimana program kerja yang telah dicanangkan tersebut direalisasikan, tapi
lebih dari itu seorang Kepala Jasa Pertambangan   harus proaktif dalam 
melaksanakan program kerja yang telah dicanangkan oleh PT. Antam Tbk. untuk
Mitra Kerjanya, berkenaan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, diantaranya
adalah Joint Safety Patrol. Pada program tersebut para Kepala Jasa Pertambangan 
dari  Mitra Kerja membentuk satu tim  dan didampingi oleh pihak dari PT. Antam,
untuk kemudian bersama-sama melakukan Patrol atau peninjauan ke lokasi kerja,
kantor, dan workshop ke salah satu Mitra Kerja yang telah ditentukan. Hal ini
bertujuan untuk melakukan tindakan koreksi dan perbaikan dari hasil temuan
berupa kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman. Program ini diharapkan dapat
menciptakan Kompetisi positif dari sesama Mitra Kerja untuk senantisa
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, sehingga dapat
meminimalisir bahkan menghilangkan potensi kecelakaan kerja.
Dari hasil temuan safety patrol, selanjutnya dibahas pada Safety Meeting
Kepala Jasa Pertambangan yang dipimpin langsung oleh Kepala Teknik Tambang
atau Wakil Kepala Teknik Tambang PT. Antam Tbk. selanjutnya dilakukan
evaluasi sampai sejauh mana tindakan perbaikan yang dilakukan oleh Mitra kerja
yang telah dikunjungi. Hasil evaluasi temuan yang dibahas pada safety meeting,
ditindak lanjuti oleh pengawas safety PT. Antam dengan melakukan kunjungan
kembali ke lokasi kerja, kantor dan workshop mitra kerja yang telah di patrol,
untuk melakukan pengecekan kembali guna mengetahui  sudah sejauh mana
tindakan perbaikan yang telah dilakukan.
Tugas dan tanggungjawab pengawas K3, telah diatur dalam Kepmen
No.555.K diantaranya adalah mengumpulkan data kecelakaan dan menganalisis
data kecelakaan, memberikan rekomendasi untuk mencegah tidak terulangnya
kejadian yang sama. Berkenaan dengan hal ini, maka PT.Antam Tbk.
mengharuskan kepada seluruh Mitra Kerjanya untuk senantiasa melaporkan
kecelakaan kerja yang terjadi, sekecil apapun bentuk kecelakaan itu haruskan
dilaporkan, tidak harus membiarkan atau menyembunyikan kecelakaan tersebut
Bahkan kondisi Nyaris celakapun harus dilaporkan. Sehinga pihak PT.Antam
segera melakukan tindakan perbaikan, untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan berat atau fatal (meninggal dunia).
Dalam Kepmen No.555.K. Ada tiga kategori Kecelakaan yaitu :
1. Ringan adalah apabila karena kecelakaan mengakibatkan seseorang cidera
yang menyebabkan dia tidak bisa melakukan tugasnya semula lebih dari
satu hari sampai tiga minggu.

2. Berat adalah apabila karena kecelakaan seseorang cidera yang


mengakibatkannya tidak dapat bekerja labih dari tiga minggu atau cacat.
3. Fatal (meninggal dunia) adalah apabila seseorang meninggal dunia
dalam 24 jam karena kecelakaan. Tapi apabila dia meninggal setelah lebih
dari 24 jam sejak kecelakaan terjadi, maka kategorinya adalah Berat

Melaporkan kecelakaan sekecil apapun harus dilakukan, jika membiarkan


kecelakaan tersebut akan berpotensi menimbulkan kecelakaan yang berat bahkan
fatal. Karena 300 cidera ringan setara dengan satu kecelakaan meninggal dunia.
Adapun nsur-unsur penunjangan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Adanya keamanan dan kesehatan kerja.
2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan keselamatan kerja.
3. Teliti dalam bekerja.
4. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
keselamatan kerja.
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis
b. Menggunakan perlengkapan dan peralatan kerja dengan sebaik-baiknya
dan selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
d. Untuk adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.
e. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g.Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai