Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


POSTNATAL CARE (PNC)

OLEH :

SYAMSURIZAL
020.02.1134

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS XVI
TA. 2021
A. Defenisi Post Partum

Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.
Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus
mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1. Immediately Post Partum : 4 jam pertama

2. Early Post Partum : minggu pertama

3. Late Post Partum : minggu kedua sampai dengan


minggu keenam Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu :

1. Puerpurium dini

Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam


agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerpurium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu

3. Remote Puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk
sehat sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
B. Tujuan

1. Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis

2. Meningkatkan pemulihan punksi tubuh

3. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan

4. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi

5. Meningkatkan peluang merawat bayi


6. Teaching self care dan bayi.
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupum eksterna akan berangsur
-angsur pulih kembali. Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam
keseluruhannya disebut Involusi. Disamping involusi ini juga terjadi
perubahan- perubahan lainnya yakni hemokonsentrasi dan proses laktasi.

C. Involusi

Setelah bayi dihirkan kemudian placenta uterus menjadi keras karena


kontraksi dan relaksasi otot-ototnya.
1. Tinggi funsus uteri

Involusi Tinggi F undus U teri Berat U teri


Bayi lahir  Setinggi pusat 1000 gram

Placenta lahir  2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram

Simpisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 80 gram

Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang lebih


kurang 15 cm, lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal lebih kurang 10 cm,
dinding uterus lebih kurang 5 cm. Bekas inplantasi placenta merupakan
suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam cavum uteri segera setelah
pesalinan, penonjolan tersebut diameternya ± 7,5 cm setelah 2 minggu
diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram, perubahan ini

 berhubungan erat dengan keadaan momentum yang mengalami


perubahan yang bersifat proteolisis. Otot-otot jelas berkontraksi segera
pada post partum, pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta lahir.
2. Serviks

Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera


postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah dan pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah,
konsistensinya lunak.
• Setelah janin lahir : dapat dimasukkan tangan pemeriksa

• Setelah 2 jam postpartum: 2 – 3 jari pemeriksa

• Setelah 1 minggu : 1 jari pemeriksa

Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-
retak karena robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama
lingkaran retraksi berhubungan bagian atas dari canalis servikalis, oleh
karena hyperplasia dan retraksi serviks, robekan serviks menjadi
sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir ostium eksternum.
Vagina pada minggu ke-3
 post partum mulai kembali normal.

3. Endometrium

Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya


trombosis, degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.

 Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan


desidua dan selaput janin.

 Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan


bagian yang mengalami degenerasi sebagian besar endometrium
terlepas.

 Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis


yang memakan waktu 2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di
tempat implantasi
 placenta mengalami proses yang sama ialah degenerasi dan
kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini
berlangsung lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas impalntasi placenta.
4. Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur
Cepat kembali seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan uterus

 jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘ kandungannya


turun’, setelah melahirkan oleh karena ligamentum fascia jaringan
penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut dengan
dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada
hari ke-2 post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
5. Luka-luka jalan lahir 

Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka pada
vagina dan serviks umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh
permanent, kecuali bila terdapat infeksi, infeksi mungkin
mengakibatkan salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi keadaan
sepsis.
D. Hemokonsentrasi

Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara
sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-
tiba. Volume darah pada ibu relative akan bertambah, keadaan ini
menimbulkan beban
 pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitium kordis, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sedia kala. Hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari
post partum.
E. Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-


kelenjar mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat
pada kedua mammae antara lain sebagai berikut.

1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae


dan lemak.
2. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat
dikeluarkan

 berwarna kuning (kolostrum).


3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
4. Setelah partus, permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap
hipofisis hilang, timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis kembali,
antara lain laktogenik hormone (prolaktin) yang akan mengakibatkan
kelenjar- kelenjar terisi air susu pengaruh hormone oksitosin
mengakibatkan miophthelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi
sehingga terjadi pengeluaran susu. Umumnya produksi air susu baru
berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-3  post partum. Pada hari-
hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak  protein,
albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter
0,001 – 0,025 mm. Karena mengandung banyak protein dan mudah
dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh
hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan
air susu adalah dengan menyusui bagi ibu sendiri.Kadar prolaktin akan
meningkat dengan perangsangan fisik pada putting mammae sendiri dan
gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat lagi pada waktu
frekuensi menetekkan.
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas,
mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat
dikeluarkan dan pula, sebagai efek sampingan. Memperbaiki involusi
uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah akan menjelmanya
rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang intim antara
ibu dan anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi
terhadap infeksi seperti gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan
paru-paru, ototos media. Sambungan air susu ibu mengandung
lactoferin, lysozyme, dan immuno globulin A.
F. Perubahan lain Saat Nifas

1. After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi


uterus, kadang-kadang sangat menganggu selama 2 -3 hari post
partum, perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang
menyusui, perasaan sakit ibu pun timbul bila masih terdapat sisa-sisa
dan selaput ketuban, sisa placenta atau gumpalan darah di dalam kavum
uteri.
2. Vital Sign

 Suhu

a. Saat partus lebih 37,2 °C

 b. Sesudah partus naik 0,5 °C

c. 12 jari pertama suhu


kembali normal d. suhu
lebih 38 °C mungkin ada
infeksi.
  Nadi

a. 60 – 80 kali/menit

 b. segera setelah partus bradikardi.

 Tekanan darah

Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal


ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
3. Pengeluaran per vaginam

Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
 Hari 1 – 3 : lokhea rubra

Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel


desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam
keadaan abnormal ; bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti
pembalut terus menerus.
 Hari 3 – 7 : lokhea sanguinolenta Berwarna merah kuning, berisi
darah dan lender.

 Hari 7 – 14 : lokhea serosa Berwarna kuning, cairan tidak


berdarah lagi.

 Setelah 2 minggu : lokhea alba Cairan putih, bau agak sedikit


amis. Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu :
 Perdarahan berkepanjangan

 Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)

 Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk 

 Rasa nyeri yang berlebihan

 Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga

 Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan

 Terjadi infeksi intrauteri.

4. Vital sign setelah kelahiran anak 

 Temperature

Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 °C


(100,4°F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan, kerja otot
yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormone. Setelah 24
jam wanita keluara dari febris.
  Nadi

 Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa kenaikan

 pada jam pertama atau demikian setelah melahirkan anak.


Kemudian mulai berkurang rata-rata yang tidak diketahui. Dalam 8
sampai 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata
sebelum hamil.

 Pernapasan

Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum

 persalinan.

 Tekanan darah

Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah


indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat
terjadi 48 jam
 pertama dihasilkan oleh spraichnic engorgement yang mungkin
terjadi setelah persalinan.
Penyimpangan dan Kondisi Normal dan Penyebab Masalah :
 Diagnosis sepsis puepuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu
mancepai 38°C (100,4°F) catatan setelah 24 jam pertama setelah
kelahiran
anak dan berulang-ulang atau berlangsung dalam 2 hari. Kemungkinan
lain adalah mastitis endometritis, infeksi traktus urinarius dan infeksi
sitemik lainnya, milk fever.
 Kecepatan rata-rata nadi atau satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.

 Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasa tingginya sub


arakhnoid (spiral) block.

 Tekanan darah rendah mungkin refleks dan hipovolemik sekunder dan

 perdarahan kenaikan menunjukkan bahwa kemungkinannya disebabkan


terlalu banyak menggunakan vasopressor atau medikasi oksitosin.
System Kardiovaskular

 Volume darah

Perubahan dalam volume darah tergantung beberapa factor sebagai


contoh kehilangan darah selama melahirkan anak, mobilisasi dan
ekskresi air ekstra vaskuler ( fisiologi edema)
Kehamilan menyebabkan hipovolume (bertambahnya paling sedikit
40% lebih dari nilai keadaan sebelum hamil mendekati aterm).
Memenuhi lebih toleransi kehilangan darah selama kehilangan anak.
Wanita kehilangan 500 – 400 cc darah selama persalinan pervaginam pada

 janin tunggal dan kira-kira dua kali selama persalinan cesarean. Respon
wanita pada kehilangan darah selama awal puerpurium berbeda dan
wanita yang tidak hamil.
o Eliminasi simulasi uteroplasenta mengurangi ukuran dasar
vaskularisasi maternal 10% sampai 15%.
o Kehilangan fungsi endokrin placenta melepaskan stimulus untuk 

vasodilatasi.

o Mobilisasi air ekstra vaskuler disimpan selam terjadi


kehamilan syok hipovolemik kadang-kadang tidak terjadi dengan
normalnya kehilangan darah.
 Cardiac output
Rata-rata nadi, stroke volumedan cardiac output meningkat seluruhnya
pada kehamilan secara tiba-tiba setelah persalinantetap meningkat
mengalir terus ke utero placenta dan berkencing kemudian kembali
kesirkulasi umum.
 Nilai kenaikan tanpa memperhatikan tipe persalinan atau menggunakan
konduksi anastesi.
  Neurologi

Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi


maternal ke kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan
melahirkan. Sakit kepala saat postpartum mungkin disebabkan kondisi
yang bermacam- macam termasuk kehamilan dengan Hipertensi (PIH),
stress dan keluarnya cairan cerebrospinal kedalam ekstra dural selamam
penempatan jarum dari epidural atau anestesi spiral.
 Sistem Muskuloskeletal
Adaptaasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan
merupakan kebalikan pada puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan
hipermobilisasi dan tulang-tulang dan perubahan pusat gravitasi pada
ibu disebabkan membesarnya uterus, stabilisasi tulang-tulang komplet
6-8 minggu setelah kelahiran.
  Sistem Integument 

Cloasma pada kehamilan kadang-kadang menghilang pada akhir


kehamilan. Hiperpigmentasi pada aerola dan linea nigra mungkin tidak
susut hilang secara sempurna setelah kelahiran bagian daripada dada,
abdomen, pinggul dan paha mungkin menghilang tetapi kadang-kadang
tidak hilang. Tidak normalnya vascular seperti spider angiomas (revi),
palmar interna dan regresi epulis umum dalam respon terhadap aliran
yang deras menurun.
 After Pains

After pains adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada


abdomen

 bagioan bawah, yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10 post
natal. Gejala ini paling sering ditemukan pada multipara karena uterus
yang teregang, penuh dua kali lipat cenderung lebih kendor
daripada uterus
 primipara dan demikian harus berkontraksi lebih kuat untuk
menghasilak involusi.
Gejala ini biasa terjadi ketika ibu sedang menyusui bayinya.
Karena

 pengisapan putting menimbulkan pelepasan oksitosin yang membuat


uterus kontraksi. Kontraksi postnatal yang terjadi ketika menyusui
adalah cara alami untuk mencegah pendarahan post natal. Pemberian
obat-obatan analgesic seperti kodein atau parasetamol sekitar 1 jam
sebelum jam menyusui tiba akan mengurangi rasa sakit pada serangan
afterpains tersebut.
G. Perawatan Post Partum

1. Mobilisasi

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat ,


tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring
kekiri dan kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan
senam, hari ke-3
 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5 boleh dipulangkan. Mobolisasi diatas
mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka- luka.
2. Diet

Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya


makan- makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-
 buahan.

3. Miksi

Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang


wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan,
juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan. Bila kandung kemih
 penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi

Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih
sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa
dilakukan klisma.
5. Perawatan Mammae

Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam


mammae dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak
atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-
pecah sebelum menyusui mamae harus dibuat lemas dengan melakukan
massage secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu
dibersihkan, barulah
 bayi dususui, bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :

 Pembalutan mammae sampai tertekan

 Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan


periodel, etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan

H. Pemeriksaan Post Natal

Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar
rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan
normal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah
persalinan normal bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali
untuk control seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain meliputi :

a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.

 b. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.

c. Payudara : ASI dan putting susu.

d. Dinding perut apakah ada hernia

e. Keadaan perineum

f. Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.


g. Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter
ani

h. Adanya flour albus

i. Keadaan serviks, uterus dan adneksa.

 Nasehat untuk ibu post natal :

a. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan

 b. Sebaiknya bayi disusui

c. Kerjakan gymnastic (senam nifas)

d. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB


untuk menjarangkan anak.
e. Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.

I. Adaptasi Psikososial Pada Postpartum

Fase-fase transisi :

 Fase antisipasi kehamilan


Fase antisipasi menjadi orang tua, membuat keputusan dan harapan
membagi

 pekerjaaan dalam keluarga.

 Fase bulan madu (periode post partum)

Kontak lebih lama dan rutin, menggali keadaan anggota keluarga yang
baru Menurut Rubin, fase adaptasi ibu :

1. Taking In

 Dependent, kelelahan

 Pasif 

 Focus pada diri sendiri

 Perlu tidur dan makan


taking in ini timbul pada jam pertama kelahiran sampai 1-2 hari

2. Taking Hold

 Dependent

 Independence

 Focus melibatkan bayi

 Melakukan perawatan diri sendiri

 Waktu yang baik untuk penyuluhan

 Dapat menerima tanggung jawab

3. Letting Go

 Independent pada pecan yang baru

 Letting go terganti pada hari-hari terakhir pada minggu pertama

 persalinan

J. Diagnosa Keperawatan Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,


ketidanyamanan payudara
Tujuan :

 Nyeri
hilang/berku
rang
Intervensi :
a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri

R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.

 b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema,


ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan
atau terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi
lanjut.
c. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress
dan tekanan langsung pada perineum.
d. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas
afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan
regular, dan ini berlanjut selama 2 – 3 hari selanjutnya, meskipun
frekuensi dan intensitasnya berkurang.
e. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah
abdomen dan melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan
kembali memfokuskan perhatian.
f. Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan
atau putting pecah-pecah. R/ pada 24 jam post partum, payudara
harus lunak dan tidak penuh, dan  puting harus bebas dari pecah-
pecah atau area kemerahan, pembesaran payudara, nyeri tekan
putting atau adanya pecah-pecah pada putting dapat terjadi hari ke-2
sampai ke-3 postpartum.
g. Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan
posisi lebih nyaman.
h. Berikan analgetik 30 – 60 menit sebelum menyusui

R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila


afterpaint

 paling hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien


bebas dari ketidaknyamanan ia dapat memfokuskan pada
perawatannya sendiri dan
 bayinya dan pada pelaksanaan tugas –tugas mengenai ibu.

2. Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat

 pengetahuan pengalaman. Tujuan :


Menyusui menjadi efektif 

a. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui


sebelumnya R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
saat ini dan mengembangkan rencana perawatan.
 b. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan
keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan
diet khusus, dan factor-faktor yang memudahkan atau mengganggu
keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting

 pecah dan luka, memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu


menyusui.
c. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui

R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa


memperhatikan lamanya menyusui.
d. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis
menyusui R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah /
membatasi terjadinya luka atau pecah putting, yang dapat merusak
proses menyusui
e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20
– 30 menit,
klien
penggunaan
atau
 penggunaan bantalan bra berlapis elastic dan mengganti pembalut
bila bosan atau lembab.

R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan


putting, sedangkan sabun dapat menyebabkan kering.
f. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan
putting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan
menggunakan teknik hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih
ereksi, teknik hoffman melepaskan perlengketan yang
menyebabkan inverse
 putting.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan


atau kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau
peningkatan
 pemajanan lingkungan . Tujuan :
Infeksi tidak terjadi Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3°C dalam 24 jam pertama
menandakan infeksi.
 b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus eksterm.

R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1


-2 cm/hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan
ini, atau terjadinya nyeri tekan eksterm, menandakan kemungkinan
tertahannya
 jaringan plasenta atau imflamasi.

c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan
normal dan rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada
endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal
untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai
alba.
d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.

R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah


anal) membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan
atau uretra.
e. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan
pembuangan pembalut yang kotor.

R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.

4. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal


(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis,
edema jaringan, efek-efek anastesia.
Tujuan :

Eliminasi urin menjadi normal Intervensi :


a. Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir 

R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui


haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.
 b. Anjurkan berkemih dalam 5 – 8 jam post partum, alirkan air hangat
diatas perineum. R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan
involusi uterus dan meningkatkan lokhea, distensi berlebihan
kandung kemih dalam waktu lama dapat merusak dinding kandung
kemih.
c. Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari

R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan


yang hilang waktu melahirkan.
d. Pasang kateter urin sesuai indikasi R/ untuk mengurangi distensi
kandung kemih, untuk memungkinkan involusi uterus dan mencegah
atoni kandung kemih karena distensi
 belebihan.

5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


penurunan masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebihan (diaforesia, hemoragi, peningkatan haluaran urin, muntah.)
Tujuan :

Kekurangan volume cairan tidak terjadi Intervensi :


a. Kaji tanda-tanda vital

R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada


kejadiandehidrasi atau hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat
vasopressor oksitosin, penurunan TD merupakan tanda lanjut dan
kehilangan cairan berlebihan.
 b. Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai toleransi

R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian


cairan melalui peningkatan rasa haus.
c. Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan
infuse i.v atau sampai pola berkemih menjadi normal.
R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat
kekurangan.
d. Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila
menyusui R/ klien dehidrasi tidak mampu
menghasilkan ASI adekuat
e. Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit

R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan


kehilangan korona dan kelahiran dan diaforesis
6. Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidakadekuatan
pergantian cairan, efek- efek infuse oksitosin.
Tujuan :
Kelebihan voleume cairan tidak terjadi. Intervensi :
a. Pantau TD. Nadi, auskultasi bunyi napas, perhatikan batuk berdahak,

 bising (rales) atau ronkhi, perhatikan adanya dispnea atau stridor.

R/ kelebihan sirkulasi dimanifestasikan dengan pengingkatan TD


dan nadi dan akumulasi cairan pada paru-paru
 b. Kaji adanya, lokasi dan luasnya edema

R/ bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat


terjadi secara actual selambat-lambatnya 5 hari setelah kelahiran
c. Evaluasi keadaan neurologis klien, perhatikan hiperrefleksia, peka
rangsang atau perubahan kepribadian
R/ intoksikasi cerebral adalah indicator awal dari kelalahan retensi
cairan.

d. Pasang kateter indwelling sesuai indikasi

R/ untuk memantau haluaran urin setiap hari bila dibutuhkan oleh


kondisi klien.
e. Berikan furosemid (lasix) sesuai indikasi

R/ furosemid bekerja pada ansa henle untuk meningkatkan haluaran


urin dan menghilangkan edema pulmonal
7. Konstipasi berhubungan denganpenurunan tonus otot, efek-efek 

 progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare


prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal.
Tujuan :

Proses defekasi menjadi


normal Intervensi :
a. Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan
normal atau diastosis rekti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat
menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya
mengejan selama
 pengosongan.
 b. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,

 peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan


normal. R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran
khususnya dengan biji dan kulit dan peningkatan cairan
menghasilkan builk dan merangsang eliminasi.
c. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi,sesuai toleransi.

R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal

d. Kaji episiotomi ; perhatikan adanya laserasi dan derajat


keterlibatan cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat
ketiga dan keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
mencegah klien dan merelaksasi perineum selama pengosongan
karena takut untuk terjadi oedema selanjutnya.
e. Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.

R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan


mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
8. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengan kurang dukungan dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
stressor.
Tujuan :

Intervensi :

a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan


sumber 
 pendukung dan latar belakang budaya.

R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan sumber-


sumber 

 pendukung yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan


untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua.
 b. Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran
menjadi orang tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi
orang tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah yang kuat.

c. Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan


hubungan mereka satu sama lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur
dan ketrampilan mendengan dan interpersonal yang baik
membantu mengembangkan pertumbuhan.
d. Berikan ‘rawat bersama’/ruang fisik dan privasi untuk kontak
diantara ibu, ayah dan bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses

 pengenalan.

e. Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong


bayi dan konstipasi pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
Menentukan realitas keadaan bayi
9. Resiko tinggi terhadap koping individual tak efektif berhubungan
dengan krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan
melakukan peran ibu dan menjadi orang tua, kecemasan personal,
ketidakadekuatan system
 pendukung, persepsi
tidak realistis. Tujuan :
Koping individual tak efekti ftak terjadi Intervensi :
a. Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post partum)
pada hari ke-2 sampai ke-3 mis; ansietas, menangis, kesedihan,
konsentrasi yang buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi
kecewa serelah melahirkan mungkin berhubungan dengan factor-
faktor genetic, sosial atau lingkungan atau respons endokrin
fisiologis
 b. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk
membantu klien mempelajari peran baru dan strategis untuk
koping terhadap bayi
 baru lahir R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting
tetapi harus dipelajari. Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan
kebutuhan bayi selama 24 jam mungkin sulit dan strategi koping harus
dikembangkan
c. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau
keragu- raguan tentang kemampuan menjadi orang tua, khususnya
bila keluarga
 beresiko tinggi terhadap masalah-masalah menjadi orang tua

R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis


dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
10. Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan
psikologis, nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melahirkan.
R/ gangguan pola tidur teratasi Intervensi :
a. Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama
persalinan dan jenis kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila
ini terjadi malam meningkatkan tingkat kelelahan
 b. Kaji factor-faktor,bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan
gangguan dan beri istirahat serta periode tidur yang eksatra,
berikan lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan
menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada
suplai ASI..
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI
dan penurunan refleks secara psikologis

d. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah


kembali ke rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan
bayi lebih awal serta tidur siang membantu untuk memenuhi
kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang berlebihan
e. Berikan obat-obatan (analgetik)

R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur


sesuai kebutuhan
11. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan
bayi berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber (informasi).
Tujuan :

Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care Intervensi :


a. Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama
persalinan dan tingkat kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang
kinerja

 persalinan dan semakin lama hal tersebut membuat lien memikul


tanggung

 jawab terhadap perawatan dan mensintesa informasi baru serta


peran-

 peran baru.

 b. Berikan informasi tentang peran program latihan post partum


progresif 

R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi,


menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan
sejahtera secara umum
c. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan
perineal dan hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat
pemulihan dan

 penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari


perubahan fisik dan emosional
d. Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk
keuntungan dan kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan
metoda kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e. Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan
kebutuhan- kebutuhan yang berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat
ini dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi
perubahan ini dapat menurunkan stress.

DAFTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis, 

Edisi 2, Jilid 1 . Jakarta. EGC, 1998

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4,  Jakarta, EGC, 2004


Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3 , cetakan 3,
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo, 1994.
Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk 

Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2 , jakarta, EGC, 2001.

Anda mungkin juga menyukai